Baca Cerita Silat Indonesia online gratis: Serial Pendekar Bayangan Sukma (Fahri A)

Kumpulan cerita silat / cersil jaman dulu untuk di baca online gratis di indonesia:

-cerita silat jadul indonesia
-cerita silat indonesia
-cerita silat indonesia online
-cerita silat jawa online
-cerita silat jaman dulu
-cersil indonesia online gratis
-pengarang cerita silat indonesia
-cersil indonesia tamat
-cerita silat mandarin online
-cerita silat jawa
-baca cerita silat gratis
-baca online cerita silat mandarin
-cerita silat pendekar matahari
-cerita silat pendekar indonesia
-halaman utama cerita silat indonesia
-cerita silat mywapblog
-cerita serial silat
-kumpulan cerita silat gratis
-ebook cerita silat indonesia gratis
-pendekar gila 31
-cersil mandarin bidadari pendekar

Cerita Silat Indonesia Pendekar Bayangan Sukma
Fahri A
-------------------------------
----------------------------
SERIAL PENDEKAR BAYANGAN SUKMA
Karya: Fahri A
Gambaran Cerita:
Diam-diam Dewi Murni tercekat mendengarnya. Sungguh demi langit dan bumi, sedikit pun dia tidak mendengar datangnya Madewa Gumilang. Itu menandakan Madewa memiliki ilmu meringankan tubuh dalam tingkat maha sempurna. Diam-diam Dewi Murni mengukur tenaga dalam Pendekar Bayangan Sukma.

Dia mengirimkannya melalui suaranya, "Sejak tadi sudah kuketahui kedatanganmu, Madewa. Nah, kini bersiaplah untuk segera mampus di tanganku "

Madewa cuma tersenyum. Sedikit pun tidak nampak dia terganggu oleh tenaga dalam yang dikirimkan Dewi Murni secara diam-diam. Dia berkata, "Mati di tangan Tuhan, Dewi Murni. Bila Tuhan menghendaki aku mati sekarang, maka matilah. Tetapi agaknya Tuhan pun memberi jalan kepada umatNya agar dia berusaha. Karena kau mesti ingat, Tuhan yang menentukan, manusia hanya bisa berusaha."

Mendadak tubuh Dewi Murni bergetar. Keringat dingin pun keluar dengan deras. Dia merasakan sekujur tubuhnya menggigil. "Setan! Rupanya tenaga dalam Pendekar Bayangan Sukma pun sudah dalam tingkat yang maha sempurna," desahnya dalam hati. Dan pelan-pelan dia mengalirkan hawa murninya ke sekujur tubuhnya. Namun rasa dingin itu seolah tidak mau lepas, seolah telah mengikatnya erat-erat.

Dewi Murni menjerit hebat untuk mengusir hawa dingin itu. Namun lagi-lagi rasa dingin itu terus mengikatnya. Rupanya Madewa sudah mengirimkan tenaga dalam Salju Abadi.

"Maafkan aku, Dewi Murni... malam memang sangat dingin sekali "

Sementara Gaok dan istrinya semakin bertambah kagum pada Madewa Gumilang. Pendekar perkasa itu tetap bertingkah arif menghadapi lawannya.

"Madewa!" Sepasang mata itu melotot marah. "Aku akan mengadu jiwa denganmu! Hmm se-

rahkan Seruling Naga padaku! Cepat?!" "Itu milikku, Dewi Murni "

"Hhh! Biarpun itu milikmu, tetapi di dalam rimba persilatan siapa yang terkuat, dialah yang berhak memilikinya dan menguasai rimba persilatan ini! Dan aku akan merebut seruling pusaka itu dari tanganmu, Madewa Gumilang!"

"Hmm... bagaimana bila tidak kuberikan?!" kata Madewa yang kini mengerti duduk persoalannya. Munculnya Sepasang Manusia Srigala untuk merebut Seruling Naga dari tangannya. Tetapi baginya berhadapan dengan manusia semacam Sepasang Manusia Srigala ini, bukanlah hal yang menggelisahkan. Namun yang sangat disesalinya, mengapa masih banyaknya orang-orang serakah dan kejahatan di muka bumi ini. Teror yang dilancarkan Sepasang Manusia Srigala bukanlah hal yang kecil, karena telah puluhan nyawa manusia mampus di tangannya. Madewa bahkan yakin, sampai kiamat pun kejahatan tak akan pernah punah selama iblis masih diberikan hidup yang panjang.

"Nyawamu sebagai gantinya, Madewa!"

"Dewi Murni, dengarlah sebentar...  mengapa kau masih membuat teror seperti ini? Bukankah bila kita hidup berdampingan, semuanya akan menjadi aman, tenang dan damai?"

"Karena kita berbeda golongan, Madewa. Kau dari golongan putih, sedangkan aku dari golongan hitam!"

"Tidak bisakah antara golongan putih dan golongan hitam bersatu?"

"Mustahil rasanya kejahatan dan kebaikan bersatu! Keduanya akan terus berperang selamanya, sampai kapanpun! Sampai dunia kiamat!"

"Tapi "

"Jangan berkhotbah di depanku, Madewa!" potong Dewi Murni. "Cepat kau berikan Seruling Naga itu padaku!"

"Maaf, Dewi Murni... Seruling Naga itu tidak berada padaku saat ini " "Bangsat! Rupanya kau pandai membual pula, Madewa! Baik, bersiaplah, aku akan memeriksa seluruh tubuhmu dan merebut Seruling Naga itu dari tanganmu!" Selesai berkata begitu, Dewi Murni langsung menyerang dengan jurus Srigala Menangkap Mangsa. Buas dan kejam. Serangannya cepat, beruntun dan berbahaya. Tetapi Madewa dengan mudah menghindarinya, dengan jurus Ular Meloloskan Diri. Hal itu membuat Dewi Murni semakin geram. Dia mempergencar serangannya. Sampai sepuluh jurus berlangsung, sekalipun Dewi Murni belum bisa menyarangkan pukulannya pada Madewa. Sementara Madewa sendiri belum sekalipun pula membalas. Madewa hanya berkeinginan, agar Dewi Murni menyadari bahwa dia berada di jalan yang keliru. Tetapi membuat wanita itu insyaf, hanya sia-sia belaka.

Menyadari serangannya tak membawa hasil sedikit pun, Dewi Murni menjadi marah karena merasa diremehkan pula, sebab Madewa tidak membalas. Tiba-tiba dia bersalto ke belakang dan berdiri sigap. Sepasang matanya menyala. Bersinar memerah. Tiba-tiba dia berseru, "Madewa, lihat di sebelah kirimu! Ular berbisa!"

Madewa melihat puluhan ular berbisa bergerak mendekatinya dan siap membunuhnya. Tetapi dia tetap berdiri tegak di tempatnya, malah dia berkata, "Sadarlah, Dewi Murni... kau sangat sesat sekali!"

Dewi Murni terbahak. Lebih terbahak lagi ketika melihat ular-ular itu sudah melilit di tubuh Madewa dan mematuknya berkali-kali. Tetapi pendekar itu tetap saja tenang di tempatnya. Sementara Sepasang Walet Putih yang melihat sekujur tubuh Madewa dililit dan dipatuki ular-ular, hanya bisa menahan nafas. Tegang.

Tetapi sungguh luar biasa, ular-ular yang melilit di tubuh Madewa dan mematukinya, satu persatu turun. Dan begitu menyentuh tanah, berubah kembali ke asalnya, menjadi ranting-ranting pohon kembali.

Dewi Murni terkejut melihatnya. Sangkanya pendekar sakti itu akan mampus. Ilmu sihirnya ternyata tidak ampuh bagi Madewa. Tetapi dia belum jera. Dia berseru lagi, kali ini lebih lantang, "Lihat pohon di depanmu, Madewa!"

Pohon jati yang berada di depan Madewa mendadak bergerak, dan berubah menjadi raksasa yang mengerikan. Tetapi Madewa hanya terdiam saja. Dia cuma mengibaskan tangannya. Raksasa yang menyeramkan itu kembali ke asalnya.

Merasa ilmu sihirnya tidak berguna, Dewi Murni menerjang kembali. Kali ini disertai pekikan yang hebat. Dan kali ini Madewa tidak hanya menghindar, tetapi juga balas menyerang dengan jurus  Ular Mematuk Katak.

Serangannya pun cepat dan hebat.

"Des!" sebuah patukan mengenai sasarannya, membuat Dewi Murni menjerit kesakitan dan merasakan sekujur tubuhnya ngilu. Tetapi tiba-tiba dia menggeram luar biasa dan menyerang dengan tenaga kuat dan penuh. Madewa pun segera menyambutnya dengan jurus Tembok Menghalau Badai. Kembali terjadi benturan yang keras.  Suasana di tempat itu menjadi ramai. Ketika keduanya berbenturan ada sepercik sinar yang cukup menyilaukan. Dan hasilnya sungguh luar biasa. Dewi Murni terhuyung dan muntah darah. Sedangkan Madewa Gumilang tetap berdiri dengan jubah putih yang berkibar terkena angin malam!

"Bangsaaat kau, Madewa!" geram Dewi Murni di antara kesakitan. Lalu dia muntah darah lagi. "Tunggu pembalasanku!"

"Lebih baik kau ajak kembali pulang kawanmu yang bernama Laksamurka ke Bukit Hantu. Dan katakan padanya untuk mengurungkan niatnya merebut Seruling Naga!"

"Dendam darah dibalas darah. Dendam nyawa dibalas nyawa. Dendam orang-orang Bukit Hantu akan abadi!"

"Kau telah diliputi dendam yang amat sangat, Dewi Murni. Lupakanlah semua itu. "

"Tak akan pernah kulupakan, Madewa! Karena... awas serangan!" tiba-tiba saja Dewi Murni melompat dan perlahan-lahan tubuhnya berubah menjadi seekor srigala yang buas.

Madewa melompat ke kiri. Namun sungguh luar biasa, saat lompatan srigala itu tak mengenai sasaran, mendadak saja hewan jelmaan Dewi Murni berbalik bersalto memburu Madewa kembali.

"Ilmu sihir!" geram Madewa sambil menyambut dengan pukulan yang keras.

Agaknya Dewi Murni lebih lincah ketika dia berubah menjadi srigala. Serangan Madewa itu dapat dihindarinya, malah hewan itu menerjang dengan buas. Sepasang matanya memancarkan sinar yang mengerikan diiringi air liur yang busuk.

"Hmm... Dewi Murni, kembalilah ke asalmu!"

Tiba-tiba saja, hewan yang tengah menerjang itu mendadak terjatuh. Dan saat tergeletak di bumi berubah kembali menjadi Dewi Murni. Yang menyeringai antara geram dan kesakitan.

"Ternyata tak sia-sia kau bergelar Pendekar Bayangan Sukma, Madewa! Tapi ingat, aku akan kembali lagi untuk mengadu jiwa denganmu!"

"Lupakanlah persoalan di antara kita ini, Dewi Murni. Sudah kukatakan tadi, kembalilah kau dan temanmu ke Bukit Hantu. Janganlah membuat onar di muka bumi ini!"

"Tapi dendam ini telah membakar sekujur tubuhku!" Selesai berkata begitu, tubuh itu melesat meninggalkan Madewa dan Sepasang Walet Putih yang tengah berdiri.

Keduanya mendekati Madewa.

"Terima kasih atas pertolongan Madewa yang agung."

Madewa cuma tersenyum.

"Agaknya pertentanganku dengan Sepasang Manusia Srigala tidak bisa dihindarkan lagi," sahut Madewa. "Ini bertanda, masih banyaknya kejahatan yang akan terus merajalela di muka bumi ini."

"Demi keadilan dan kebahagiaan umat manusia, kami, Sepasang Walet Putih akan terus membantu, Yang Mulia," kata Gaok yang menjura dan diikuti istrinya.

Tetapi Madewa tidak suka karena Sepasang Walet Putih itu nampak seperti bawahan yang sedang menghormati rajanya.

"Gaok dan Sri Kemuning... tingkah apa yang kalian perlihatkan di depanku sekarang ini? Tak sepatutnya kalian begitu menghormat padaku. Tapi sudahlah, di mana Pranata Kumala dan istrinya berada?"

Mendengar pertanyaan Madewa  Gumilang, Gaok dan istrinya seperti diingatkan kembali akan Pranata Kumala dan istrinya yang dihadang oleh Laksamurka. Gaok menduga demikian, karena tadi saja dia dan istrinya dihadang oleh Dewi Murni. Sudah tentu kedua Manusia Srigala itu menghadang mereka sendiri-sendiri. Dan itu berarti kedatangan mereka sudah diciumnya.

Gaok menyadari akan kehebatan Sepasang Manusia Srigala. Menghadapi yang betinanya saja dia dan istrinya sudah kewalahan, bahkan maut hampir saja menyambar mereka. Apalagi Pranata Kumala dan istrinya menghadapi Laksamurka? Biarpun begitu, Gaok tak mau berpikir yang tidaktidak.

Tetapi dia pun menyadari  akan keselamatan Pranata Kumala dan istrinya, Gaok pun berkata, "Kupikir... mereka sudah ditawan oleh Laksamurka, Madewa yang agung."

Kening Madewa berkerut. "Apa maksudmu, Gaok?"

Gaok pun menceritakan apa yang diberitahu Dewi Murni tadi dan kemungkinan Pranata Kumala dan istrinya bertempur melawan Laksamurka.



Tetapi sebagai tokoh yang sudah banyak makan asam garam dan pahit manisnya kehidupan, Madewa hanya menanggapi dengan senyum.

1 comment for "Baca Cerita Silat Indonesia online gratis: Serial Pendekar Bayangan Sukma (Fahri A)"

Post a Comment