Baca Cerita Silat Indonesia online gratis: Pendekar Siluman Darah (Sandro S)
Kumpulan cerita silat / cersil Pendekar Siluman Darah jaman dulu untuk di baca online gratis di indonesia:
-cerita silat jadul indonesia
-cerita silat indonesia
-cerita silat indonesia online
-cerita silat jawa online
-cerita silat jaman dulu
-cersil indonesia online gratis
-pengarang cerita silat indonesia
-cersil indonesia tamat
-cerita silat mandarin online
-cerita silat jawa
-baca cerita silat gratis
-baca online cerita silat mandarin
-cerita silat pendekar matahari
Cerita Silat Indonesia
Sandro S
-------------------------------
----------------------------
PENDEKAR SILUMAN DARAH
Karya: Sandro S
- 01. Rahasia Pedang Siluman Darah
- 02. Ratu Penggoda Siluman Muka Ayu
- 03. Titisan Budak Iblis
- 04. Memburu Bah Jenar
- 05. Hidung Belang Penghisap Darah
- 06. Geger Kitab Inti Jagad
- 07. Misteri Bunga Mawar Kematian
- 08. Pembalasan Dewi Bunga Kematian
- 09. Demi Tahta dan Cinta
- 10. Kutukan Brahmana Loka Arya
- 11. Utusan Iblis
- 12. Pembalasan Surti Kanti
- 13. Misteri Penguasa Gunung Lanang
- 14. Bidadari Selendang Ungu
- 15. Sumpah Si Durjana
- 16. Cinta Memendam Dendam
- 17. Pertarungan Dua Datuk
- 18. Munculnya Ratu Siluman Darah
- 19. Rahasia Suling Kematian
- 20. Penguasa Bukit Karang Bolong
- 21. Ratu Maksiat Telaga Warna
- 23. Bocah Kembaran Setan
- 24. Misteri Si Cadar Berdarah
- 25. Kitab Pembawa Bencana
- 26. Munculnya Kera Siluman
- 27. Takanata Iblis Nippon
- 28. Runtuhnya Samurai Iblis
Gambaran Cerita:
"Aku mengerti, bagaimana ia menyebut Pendekar Pedang Siluman Darah itu, Gading?"
"Dia menyebut, Awas kau Jaka! Aku tak akan tenang jika belum menghisap darahmu yang telah menjadikan kedua orang tuaku mendapat hukuman."
"Benarkah...?" tanya sang patih tak yakin. "Benar, Tuan Patih," menjawab keduanya se-
rentak.
"Baiklah! Siapkan oleh kalian berdua sepasu-
kan prajurit dan cari gadis itu." "Daulat Tuan Patih!"
Setelah menyembah, kedua prajurit utama itu segera berkelebat pergi untuk mempersiapkan prajurit. Sesaat patih Singa Barong tercenung, lalu dengan segera ia pun berkelebat masuk ke dalam istana untuk menghadap raja guna menerangkan apa yang telah di laporkan oleh kedua prajurit utamanya.
"Ada apa paman patih? Sepertinya ada berita yang sangat penting?" tanya sang Raja. Sang patih tak menjawab, ia menyembah terlebih dahulu. Setelah duduk bersila di hadapan sang Raja dan menarik napas untuk sesaat, sang patih pun berkata:
"Ampun Sri Baginda yang Mulia, hamba menerima laporan dari dua prajurit utama tentang seorang gadis muda yang menangis dan berlari-lari setelah melihat dua kepala yang dipampang di depan alun-alun. Gadis itu juga menyebut-nyebut nama Jaka Ndableg atau Pendekar Pedang Siluman Darah."
"Hem, lalu apa hubungannya, paman patih?"! "Gadis itu memaki-maki Pendekar Pedang Si-
luman Darah. Hamba merasa yakin kalau gadis itu adalah anak dari dua orang yang d pancung!"
Terbelalak mata sang raja dan permaisuri mendengar penuturan patihnya. Keduanya seketika saling pandang, lalu memandang. Pada sang patih sembari berkata.
"Kalau benar begitu, cari gadis itu. Gadis itu kelak sungguh berbahaya!"
"Daulat Sri Baginda, kami akan berusaha mencarinya."
Setelah kembali menyembah, sang patih segera pamit mundur untuk menjalankan tugasnya. Hari itu juga, patih Singa Barong dan lima prajuritnya dengan menggunakan kuda mencari Surti Kanti.
Dihelanya kais kuda dengan kencang, menjadikan sang kuda berlari bagaikan angin membawa tubuh-tubuh mereka yang terguncang-guncang. Di wajah keenam orang itu, jelas tergambar rasa khawatir kalau-kalau Surti Kanti kelak akan membuat keonaran karena dendam demi melihat kedua orang tuanya dipancung. Apakah keenam orang utusan kerajaan itu akan mampu menemukan Surti Kanti? Nah, ikuti terus kisah ini... BAB II
Surti Kanti terus berlari dan berlari dengan kencang sembari menjerit-jerit histeris. Ia begitu terpukul dengan kejadian itu, yang dirasakan olehnya telah membuat segala yang ada pada dirinya kini tiada arti. Dendamnya pada Pendekar Pedang Siluman Darah yang dianggapnya biang dari kejadian ini, bagaikan bunga api yang meletup-letup.
"Jaka Ndableg, aku akan membalas segalanya. aku akan membalas segala perbuatanmu!" memekik Surti Kanti terus berlari. "Aku tak akan tenang bila belum menghisap darahmu, Jaka...!"
Sesampai di rumah, Surti Kanti kembali meraung-raung histeris. Ditutupnya segala pintu rumah, lalu ia pun masuk mengurung diri di dalam kamar, menangis dan menangis.
Tengah Surti Kanti menangis, seketika dengan tiba-tiba seorang pemuda yang ia tahu teman kedua orang tuanya telah berdiri di hadapannya. Pemuda itu tak lain Anggada atau Penguasa Puri Kegelapan tersenyum, menjadikan Surti Kanti tersentak marah.
"Kenapa kau tersenyum, kenapa?!" membentak Surti Kanti, matanya memandang kesal dan marah. "Karena kaulah kami menderita!"
"Menderita...? Hem, apakah kau tidak merasakan kekayaan yang diperoleh oleh kedua orang tuamu karena bantuanku?" bertanya pemuda itu dengan senyum sinis masih mengambang di bibirnya. "Seharusnya kau mengucapkan terima kasih padaku, karena kalian telah aku rubah kehidupannya. Kalian dulu miskin bahkan papa, tapi sekarang kalian kaya raya. Semua adalah usahaku, semua adalah bantuan dariku." Mendengar ucapan Anggada, seketika itu Surti Kanti yang sudah tak memikirkan kehidupan lagi terdiam. Di dalam benaknya hanya ada satu pikiran, bagaimana untuk membalas semuanya pada Jaka Ndableg.
"Kau ingin membalas sakit hati kedua orang tuamu?"
"Hai, kenapa kau tahu isi hatiku?" balik bertanya Surti Kanti terheran-heran. Betapa tidak segala keinginannya hanya ada dalam hatinya, namun ternyata pemuda yang berdiri di hadapannya sembari kembangkan senyum ini mengerti.
"Kau jangan heran atau kaget kalau aku mengerti apa yang menjadi pikiranmu, karena aku bukan manusia macammu. Akulah Penguasa Puri Kegelapan," berkata Anggada, menjadi Surti Kanti tersentak kaget setelah tahu siapa sebenarnya pemuda itu. Saking kagetnya, sampai-sampai Surti Kanti mendesah.
"Ah....! Jadi... Jadi kau, kau..."
Melihat Surti Kanti tergagap sambil ketakutan, pemuda yang bernama Anggada tersenyum saja. Kini ia makin mendekat ke arah Surti Kanti yang makin ketakutan. Senyumnya masih mengambang, sorot matanya tajam menghujam pada mata Surti Kanti. Dari bibirnya yang terurai senyum terbersit suara mendesis. "Kau harus menurut padaku. Kau harus men-
jadi abdiku bila kau ingin membalas dendam pada pendekar muda itu. Akan aku turunkan segala ilmu yang aku miliki padamu, kau mau Surti?"
Surti Kanti yang tadinya ketakutan, kini mengangguk mengiyakan. Dan ketika si pemuda mendekat seraya memeluk tubuhnya, Surti Kanti bagaikan patung diam membiarkan tangan pemuda itu bereaksi. Tangan pemuda itu sedikit demi sedikit berubah. Dari tangan mulus, kini berubah berbulu lebat. Surti Kanti yang telah terpengaruh oleh ilmu Iblis Anggada hanya diam dan diam, sampai akhirnya perubahan pada diri Anggada benar-benar telah menyeluruh. Mukanya kini bukan muka manusia lagi, namun muka kelelawar yang menyeramkan. Namun di mata Surti Kanti, pemuda itu masih berujud seperti semula tampan dan ganteng.
Ketika Anggada mengajaknya untuk mengalunkan irama cinta, Surti Kanti langsung menyambutnya. Surti Kanti hanya menjerit sesaat, mana kala lehernya terasa perih. Leher Surti Kanti ternyata berlubang digigit oleh Anggada. Walau pun begitu, Surti Kanti merasakannya sebuah kenikmatan. Gigi Anggada yang runcing dan tajam, menghujam di leher Surti Kanti. Dari gigi-giginya yang tajam, mengalir tetesan darah hitam legam masuk ke dalam tubuh Surti Kanti. Seketika tubuh Surti Kanti bagaikan melayang, terbawa pada sebuah alam yang terasa asing baginya.
Setelah darah itu benar-benar masuk ke dalam tubuhnya dan membaur dengan darah seketika perubahan terjadi pada diri Surti Kanti. Tubuh Surti Kanti seketika berbulu lebat, hitam legam. Mukanya berubah menjadi muka kelelawar. Matanya tajam memerah, sepertinya memendam bara api. Mulutnya seketika mencicit, melengking menggidigkan bulu kuduk.
"Dinda, maukah kau menjadi istriku? Menjadi pendampingku?" berbisik Anggada.
"Hem..." mendesah Surti Kanti, memandang tajam pada Anggada.
"Jadi kau mau, Dinda?"
"Dengan senang hati, Kanda. Asalkan... " Surti Kanti tidak meneruskan ucapannya. Dengan tersenyum manja, dipeluknya erat tubuh Anggada. Hal itu menjadikan Anggada makin beringas, mendekap erat tubuh Surti Kanti. "Asal apa, Dinda?"
"Asalkan kanda mau menurunkan segala ilmu padaku untuk aku gunakan sebagai pembalas dendamku pada Kerajaan Segara Anakkan dan terutama pada Pendekar Pedang Siluman Darah."
"Jangan khawatir, Dinda. Kanda akan menurunkan seluruh ilmu yang Kanda miliki pada Dinda. Dan perlu Dinda ingat, Kanda tak akan membiarkan Dinda melawan pendekar muda itu."
"Benarkah, Kanda?"
Anggada hanya mengangguk, menjadikan Surti Kanti makin mengencangkan pelukannya. Sesaat kedua makhluk Iblis itu saling gelut dan saling rengkuh. Dari mulut keduanya mencicit, persis kelelawar. Setelah beberapa saat keduanya berbuat begitu, tampak mulut Anggada berkomat-kamit. Tak berapa lama kemudian, keduanya menghilang berganti dengan sepasang kelelawar. Kelelawar itu terbang, meninggalkan rumah Surti Kanti yang kembali sepi.
No comments for "Baca Cerita Silat Indonesia online gratis: Pendekar Siluman Darah (Sandro S)"
Post a Comment