Baca Cerita Silat Indonesia online gratis: Serial Roro Centil (Mario Gembala)
Kumpulan cerita silat / cersil jaman dulu untuk di baca online gratis di indonesia:
-cerita silat jadul indonesia
-cerita silat indonesia
-cerita silat indonesia online
-cerita silat jawa online
-cerita silat jaman dulu
-cersil indonesia online gratis
-pengarang cerita silat indonesia
-cersil indonesia tamat
-cerita silat mandarin online
-cerita silat jawa
-baca cerita silat gratis
-baca online cerita silat mandarin
-cerita silat pendekar matahari
-cerita silat pendekar indonesia
-halaman utama cerita silat indonesia
-cerita silat mywapblog
-cerita serial silat
-ebook cerita silat indonesia gratis
-pendekar gila 31
-cersil mandarin bidadari pendekar
-cerita silat indonesia on line
-kumpulan cerita silat gratis
-cerita silat kerajaan jawa
-cerpen silat
-buku cerita silat jawa
Cerita Silat Indonesia
Mario Gembala
-------------------------------
---------------------------
SERIAL RORO CENTIL
- 01. Empat Iblis Kali Progo
- 02. Tiga Paderi Pemetik Bunga
- 03. Rahasia Kitab Ular
- 04. Siluman Hitam
- 05. Setan Cebol Penyebar Maut
- 06. Lima Wajah Seribu Dendam
- 07. Siluman Kera Putih
- 08. Si Cantik Berdarah Dingin
- 09. Misteri Sepasang Pedang Siluman
- 10. Orang-orang Lembah Terkutuk
- 11. Pembalasan Si Setan Cengkrong
- 12. Bocah Siluman Penghuni Makam Tua
- 13. Dendam Si Manusia Palasik
- 14. Manusia Beracun
- 15. Langkah-langkah Manusia Beracun
- 16. Tiga Siluman Bukit Hantu
- 17. Pedang Asmara Gila
- 18. Penunggang Kuda Setan
- 20. Kemelut di Negara Siluman
- 21. Manusia Srigala Hantu
- 22. Tujuh Mahluk Kerdil Penghisap Darah
- 23. Duel dan Kemelut di Cipatujah
- 24. Geger Tombak Pusaka Ratu Shima
- 25. Tragedi Pulau Berhala
- 26. Sukma Kala Wrenggi
- 28. Ular Betina Selat Madura
- 29. Dendam dan Cinta Gila Seorang Pendekar
- 30. Ninja Edan Lengan Tunggal
Gambaran Cerita:
"Hi hi hi... hi hi... Dari kecil sampai begini dewasa baru aku lihat ada pencuri yang malah membentak petugas keamanan... Apakah tidak salah..?" Berkata di gadis berbaju hijau yang tak lain adalah Roro Centil. Mendengar balasan katakata itu tentu saja membuat si wanita bercadar jadi melengak.
"Kalau begitu kau harus mampus..!" Bentak si wanita bercadar, yang tak mau mengulur waktu, dan segera menerjangnya. Dua hantaman yang ia lancarkan hampir bersamaan itu adalah sebuah jurus yang mematikan. Satu mengarah tenggorokan, dan satu lagi mengarah dada.
"Jurus yang bagus..!" Teriak Roro Centil. Dan ia hanya gunakan ujung rambutnya mengeprak datangnya sambaran tangan ke arah tenggorokan dengan gerakkan kepala ke arah samping. Sedangkan sambaran ke arah dadanya ia biarkan, sengaja ia menguji kekuatan tenaga lawan.
Buk! Prak!
Terdengar hantaman pada Roro Centil, namun akibatnya si wanita bercadar perdengarkan teriakan kaget. Tubuhnya terpental ke belakang beberapa tombak. Terasa ia telah memukul benda keras, yang menolak balik pukulan tangannya. Sedangkan keprakkan ujung rambut Roro, tak sempat ia mengelakkannya. Sehingga tampak ia meringis menahan pedasnya jari-jari tangannya, yang menampakkan guratan-guratan merah. "Edan..! Sebutkan siapa namamu sebelum aku bertindak lebih jauh. Kau kira si Walet Kencana akan membiarkan kau turut campur urusanku..?"
Roro Centil naikkan alisnya dengan jumawa, sambil menggendong tangannya ke belakang ia sudah lantas berkata :
"Siapakah Walet Kencana itu..? Palingpaling begitu melihatku ia sudah segera bertekuk lutut. Apakah kau muridnya..?"
"Hm, kau belum rasai kelihaian ilmuilmuku, sudah mau menyombong. Tak perlu guruku yang datang. Aku si Elang Alap-alap masih mampu memindahkan nyawamu ke alam Akhirat..! Menggertak si wanita bercadar itu. Kembali Roro Centil mengikik tertawa seraya berkata :
"Hi hi hi... Memang nyawaku sudah sering pulang pergi ke Akhirat, mengapa harus payahpayah kau mau memindahkan...?" Dan setelah kembali mengikik geli Roro sudah menyambungnya lagi :
"Baiklah aku beri tahu namaku... Apa kau belum dengar nama Roro Centil? Nah itulah aku..!" Berkata Roro sambil tersenyum. Agaknya nama yang barusan itu pernah juga didengarnya. Namun belum pernah lihat orangnya. Mengetahui orang yang dihadapannya itu adalah si Pendekar Wanita Pantai Selatan, tampak si wanita bercadar mendengus dan berkata tajam.
"Huh! Rupanya seorang gadis yang masih ingusan saja..! Rupanya orang terlalu menggembar-gemborkan namamu yang berjulukan si Pendekar Wanita Pantai Selatan itu terlalu melebihlebihkan saja. Bagus...! Aku mau rasai kehebatanmu, sobat..!" Selanjutnya ia telah perdengarkan teriakan keras, dan berkelebat menerjang dengan serentetan pukulan, yang menggelombang bagaikan air bah, tanpa memberi kesempatan sedikitpun untuk Roro Centil berdiam sejenak. Namun dengan tertawa-tawa sang lawan bahkan menari-nari dihadapannya, dengan gerakan yang mempesona. Tapi alangkah terkejutnya si Elang Alap-alap, mengetahui setiap hantaman pukulannya telah dapat terelakkan. Hingga tiba-tiba ia berteriak keras untuk merubah gerakannya. Kali ini sepasang kakinya bergerak menyambar ke arah dada dan perut. Dibarengi dengan hantaman telapak tangan yang telah dialiri tenaga dalam penuh.
Wus ! Wus!
Dua terjangan kaki dan tangan lolos dari sasaran. Terpaksa ia pergunakan senjata rahasia andalannya untuk menyerang lawan. Berhamburanlah belasan paku-paku beracun menyerang Roro. Yang cukup terkejut, karena serangan mendadak itu dibarengi dengan gerakan pukulan tangan menyilang, dan terjangan tipuan ke arah samping. Sehingga ketika ia melompat kekanan, saat itulah paku-paku beracun si Elang Alap-alap meluruk deras ke arah delapan bagian tubuhnya. Roro Centil berteriak keras... dan tiba-tiba telah gerakkan sepasang lengannya untuk menyampok jatuh beberapa paku beracun itu. Namun tak urung dua paku beracun kena juga menancap pada kakinya. Segera ia melompat mundur. Sementara si wanita bercadar itu tersenyum sinis. Dilihatnya sang lawan jatuh dengan menekuk lutut. Dan tampak menyeringai kesakitan... Melihat orang sudah tak berdaya, ia menjadi sombong. Tiba-tiba perdengarkan tertawanya, seraya membuka topeng cadarnya.
"Hi hi hi... Pendekar Wanita Pantai Selatan ternyata hanya nama yang digembar-gemborkan belaka. Buktinya, tanpa guruku Walet Kencana... kau sudah bertekuk lutut dihadapanku! Hi hi hi... Kau boleh rasakan kehebatan racun paku yang amat jahat itu. Dalam waktu sepeminuman teh, kedua kakimu akan lumpuh tak terpakai lagi. Alangkah sayangnya...!"
Namun yang ditertawakan ternyata balik tertawa lagi dengan geli sekali. Tertawanya Roro Centil ternyata berkepenjangan, hingga sampaisampai si Elang Alap-alap mengerahkan kekuatan bathinnya untuk melawan getaran pada jantungnya yang sekonyong-konyong terasa bergetar. Tak ia ketahui bahwa suara tertawa itu adalah dipergunakan Roro untuk mengusir racun untuk segera mengalir keluar lagi, dari bekas luka senjata rahasia dikakinya. Yang tanpa ia ketahui, kedua paku beracun yang mengena pada kaki sang lawan, telah dicabut kembali. Darah hitam segera merembes keluar.
"Hentikan tertawamu bocah centil..! Kau pasti akan cepat mampus..!" Terdengar bentakan keras, dibarengi dengan terjangan kedua telapak tangan yang menghantam Roro dengan tenaga penuh. Namun pada saat itu, Roro Centil sudah mencelat ke atas tiga tombak. Dan ketika menukik dengan beberapa kali jumpalitan ia telah gerakkan tangannya untuk meluncur deras ke arah tubuh sang lawan. Yang segera si wanita bercadar perdengarkan teriakan atau keluhannya, dibarengi dengan ambruknya sang tubuh. Karena sekonyong-konyong ia rasakan tubuhnya menjadi kaku dan limbung. Ternyata ia telah terkena totokan lengan si Pendekar Wanita Pantai Selatan.
Ketika ia coba palingkan kepalanya, terlihat olehnya sang lawan tengah cekikikan menatap padanya... Seraya melemparkan paku beracun yang telah sejak tadi berada dalam genggamannya, Roro Centil berujar: "Hi hi hi... Siapa bilang kakiku akan menjadi lumpuh..? Mungkin juga sepasang kakimu yang akan kubikin sate saat ini..!" Keringat dingin segera mengucur deras di tubuh si Elang Alap-alap. Dalam keadaan demikian ia tak mampu untuk berkutik lagi. Ia cuma pejamkan mata dengan hati kebat-kebit. Tibatiba...
Bret! Bret! Bret! Dengan senyum-senyum Roro Centil telah gerakkan tangannya untuk merobek pakaian orang.
"Auuuw..! Apa yang kau mau lakukan..!?" Berteriak si wanita itu yang sudah terbuka cadarnya. Wajahnya segera tampak pucat pias melihat apa yang dilakukan si Pendekar Centil ini.
"Hm, lebih baik mulutmu dikunci saja, agar tidak terlalu cerewet!" Berkata Roro Centil sambil gerakkan tangannya, hingga sekejapan saja si wanita itu, cuma bisa ngangakan mulutnya tanpa bisa keluarkan suara. Setelah ditelanjangi sampai bersih, Roro Centil angkat tubuh orang ke tengah semak belukar. Sementara matanya jelalatan mencari-cari sesuatu, ke atas dahan pohon dan ke beberapa tempat dibawah. Tiba-tiba ia menampakkan senyumnya sekilas... Dan berkelebatanlah tubuhnya ke semak-semak. Tampak dibawahnya ratusan semut rangrang yang tengah berkerumun diatas rerumputan, seperti tengah membuat sarang.
Bruk! Ia sudah jatuhkan tubuh si wanita, yang sudah bagaikan pisang yang dikupas kulitnya itu. Tak ampun lagi ratusan semut rangrang segera mengerubutinya, untuk segera menyerangnya dengan gigitan-gigitannya. Adapun si Elang Alap-alap cuma meringis-ringis kesakitan tanpa dapat menggerakkan tubuhnya atau berteriak. Sehingga ia cuma bisa menggeliat-geliat sebisanya tanpa bisa menangis. Apalagi tertawa... Roro cuma pandangi orang dihadapannya dengan senyum-senyum. Seraya berkata :
"Nah kau rasakanlah akibat dari ketamakanmu. Barang upeti itu akan kukembalikan lagi pada yang berhak membawanya ke Kerajaan..!" Setelah ucap-kan kata-kata itu, segera Roro Centil berkelebat kembali ke tempat tadi. Pakaianpakaian si wanita itu ia raih dan lemparkan. Hingga menyangsang didahan pohon tinggi. Selanjutnya ia sudah berkelebat ke arah dimana si Elang Alap-alap menyembunyikan buntalan barang upeti itu. Yang sebentar saja telah berpindah ketangan Roro.
"Aku harus cepat antarkan kembali barang-barang berharga ini..! Menggumam ia, sambil gerakkan tubuh untuk tinggalkan tempat itu. Memang ia telah melihat adanya perampokan itu. Yaitu pertarungan antara si wanita itu dengan keempat para pengawal. Ketika ia mau bergerak untuk membantu, telah keburu datang si empat dari Lima Iblis Gentayangan yang turut menempur keempat pengawal itu. Sementara si wanita bercadar itu membawa kabur barang rampasannya. Roro Centil segera menguntitnya. Hingga terjadi pertarungan, yang berakhir dengan keunggulannya. Namun baru saja ia jejakkan kakinya. Enam orang perwira kerajaan telah mengurungnya, yang muncul dari beberapa penjuru.

No comments for "Baca Cerita Silat Indonesia online gratis: Serial Roro Centil (Mario Gembala)"
Post a Comment