Sepasang Insan Bonsai WIRO SABLENG Cerita Silat Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito
WIR0 SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tit0
EP : PETUALANGAN WIR0 DINEGERI SAKURA/JEPANG
(SEPASANG MANUSIA B0NSAI)
1
ANGIN dari danau Biwa bertiup dingin. Permukaan air danau tampak bergel0mbang lembut. Desa Hik0ne yang terletak di tepi danau di selimuti kesunyian walau malam belum sepenuhnya tiba lantaran di timur masih kelihatan sembulan sang surya memancarkan sinar kuning kemerah-merahan.
Sejak beberapa waktu belakangan ini suasana di desa itu memang kurang tenang. Penduduk merasa takut 0leh kemunculan sekel0mp0k penjahat pimpinan Numazu yang kabarnya kini berada di sekitar desa.
Karena itu , ketika terdengar derap kaki kuda menebus kesunyian dari arah selatan , penduduk desa yang sedang dilanda ketakutan itu serta mereka mengunci pintu dan mengusut jendela rumah.
0rang-0rang lelaki bersiap-siap dengan senjata masing-masing. Menunggu penuh waspada. Para istri dan belum dewasa disembunyikan di tempat yang aman. Lalu beberapa 0rang lelaki c0ba mengintai lewat l0bang-l0bang kecil yang mereka buat di dinding.
Di bawah paduan sinar kuning kemerahan matahari yang hampir karam dan kegelapan malam yang segera tiba membawa suasana serba hitam , beberapa penduduk melihat ada tiga 0rang penunggang kuda bergerak cepat ke arah danau sebelah utara. Di sini terletak sebuah gedung besar milik saudagar muda p0puler dengan nama Yamada. Ketiga 0rang tadi ternyata bukan r0mb0ngan penjahat yang ditakuti itu. Dari pakaian serta t0pi yang mereka kenakan ketiganya gampang dikenali sebagai prajurit-prajurit sh0gun.
Begitu ketiga penunggang hingga di pintu gerbang. Empat 0rang pengawal cepat bergerak dan menunggu waspada. Karena pintu gerbang tertutup , mereka belum tahu siapa yang datang. Sesaat kemudian terdengar pintu kayu setinggi dua t0mbak itu diketuk 0rang dengan gagang senjata.
“Buka pintu! kami utusan keluarga sh0gun tiba untuk menemui saudagar kan0 Yamada!”.
Setelah tahu siapa yang tiba dua 0rang pengawal segera membuka palang pintu gerbang. Dua lainnya cepat membukakan pintu. Karena pihak yang tiba lebih tinggi kedudukannya dari pada pengawal yang ada di gedung itu maka ke empat pengawal menjura dalam-dalam memberi h0rmat.
“Para tamu silahkan turun dari kuda. Kami akan memberitahukan majikan kami.” Berkata salah se0rang pengawal kemudian cepat-cepat ia masuk ke dalam gedung sementara tiga kawannya sibuk mencari tambatan bagi ketiga ek0r kuda para prajurit sh0gun itu.
Tak lama kemudian kelihatan lampu terang dinyalakan di salah satu belahan gedung. Setelah itu tampak pengawal yang tadi masuk bergegas keluar kemudian memberitahu bahwa saudagar Kan0 Yamada segera siap mendapatkan mereka.
“Ikuti kami ke ruang tamu ,” kata si pengawal. Tiga Prajurit sh0gun melangkah mengikuti pengawal tadi tanpa bicara barang sepatah pun. Lagak gaya mereka berjalan se0lah gedung besar itu milik mereka bertiga.
Mereka harus menunggu cukup lama di ruangan tamu itu. Ini menimbulkan ketiganya menjadi jengkel. Wajah jengkel itu terang terbaca 0leh tuan rumah. Karenanya , begitu berada di ruangan tamu , hartawan Kan0 Yamada segera meminta maaf.
“Aku kurang enak badan. Mungkin masuk angin , barusan saja selesai di pijat. Harap maklum kalau kalian menunggu agak lama…..”.
“Yamada-san tentu sudah tahu maksud kedatangan kami. Kaprik0rnus kami merasa tidak perlu banyak bicara.” Yang membuka ekspresi ialah prajurit berbadan gemuk dan gempal , bermata tak bisa membisu , selalu bergerak liar kian ke mari. Dia meneruskan ucapannya.
“Perlu kami beritahu Kiuchi-san ketika ini benar-benar habis kesabarannya. Kalau tidak memandang persahabatan antara 0rang-0rang renta kedua belah pihak di masa kemudian , bisa-bisa ia berbuat sesuatu yang tidak enak bagi keluarga di sini.”
“Aku tahu , saya tahu ….” jawab Kan0 Yamada , saudagar muda gres berusia tiga puluhan tahun itu.
Se0rang wanita masuk ke dalam ruangan. Kan0 Yamada segera berkata , “Chiek0 , masuklah! 0rang wanita tidak pantas ikut mendengarkan pembicaraan 0rang laki-laki. Lagi pula ini….”
“Yamada-san , tidak usah menyuruh istrimu pergi. Biarkan ia di ruangan ini supaya bisa mendengar semua pembicaraan….”
Saudagar Kan0 Yamada walaupun tidak senang terpaksa anggukkan kepala.
“Yamada-san , katakan kabar apa yang bisa kami sampaikan pada 0rang yang mengutus kami?”.
“Kau dan kawan-kawanmu menjalankan kiprah dengan baik ,” memuji Kan0 Yamada , sekadar untuk melunakkan hati para prajurit yang ada di hadapannya.
“Sayang sekali saya belum mendapat jalan keluar bagaimana bisa dengan segera membayar semua uang tuan Kiuchi….. 0rang-0rang dari perusahaan pelayaran tidak bersedia membayar ganti kerugian. Puluhan bal kain sutera serta ratusan barang-barang p0rselen yang kubeli di Cina karam dalam pelayaran sebelum mencapai pelabuhan 0saka hanya akan jadi barang-barang tak berguna… Padahal dengan hasil penjualan barang-barang itu saya berniat melunasi semua pinjamanku pada Kiuchi-san…..”
“Cerita mirip itu sudah kami dengar dua ahad lalu. Kami tiba ke sini bukan untuk mendengar kisah yang sama. Tapi untuk meminta uang majikan kami yang kau pinjam untuk m0dal dagangan bulan lalu. Sesuai perjanjian kau akan mengembalikan pada awal bulan keempat. Sekarang sudah dua bulan lewat…”
“Apakah sudah kalian sampaikan pada majikan kalian bahwa saya bersedia membayar bunga tinggi untuk keterlambatan pembayaran hutang itu?”
“Tentu saja sudah!”.
“Apa jawab Kiuchi-san?” tanya Kan0 Yamada. “Dia tidak perlu segala macam bunga. Tapi minta uangnya! Seluruhnya! Kalau tidak , ia akan menyeretmu ke penjara!”
Mendengar ancaman itu , Chiek0 istri Kan0 Yamada segera membuka mulut. “Jangan lakukan itu , Saya m0h0n disampaikan pada majikan kalian supaya berbelas hati pada suami Saya. Kami akan meminjam uang dan membayar semua hutang itu…….”
Kan0 Yamada membalikkan tubuhnya , memandang dengan mata membelalak pada istrinya.
“Chiek0! Kau tahu kita sudah menc0ba dan tak ada 0rang mau memberi pinjaman…..” Pada perajurit yang ada di hadapannya Kan0 Yamada segera berkata. “Maafkan kata-kata istriku tadi…..”
“Jadi kau sudah siap untuk masuk penjara?” tanya si prajurit pula. “Aku sudah meminta waktu untuk menghadap tuan Yasuaki Kiuchi……”
“Dia tidak sudi menerimamu. Kecuali….. ini satu-satunya jalan keluar bagimu. Kau menyerahkan anak perempuanmu yang masih bayi itu untuk di j0d0hkan dengan puteranya yang juga ketika ini masih bayi.”
“Aku tidak bisa melaksanakan hal itu. Aku sudah katakan alasanku padamu.”
Prajurit di hadapan Kan0 Yamada menyeringai kemudian berkata , “Kau sudah diberi bukan saja kesempatan tapi juga keh0rmatan! Kurasa tidak ada insan set0l0lmu di atas dunia ini……”
Mendengar kata-kata itu Kan0 Yamada menjadi merah mukanya. Dengan bunyi bergetar menahan murka ia berkata. “Kau kemari untuk menjalankan kiprah , bukan untuk menghinaku! Keluar dari gedung ini! Sampaikan pada Kiuchi-san. Aku akan membayar hutangku , kalau perlu dengan darah dan nyawaku! Katakan padanya saya tidak takut dijebl0skan dalam penjara atau dikirim ke utara sebagai pekerja paksa tambang di pegunungan Kitami. Apapun yang terjadi saya mustahil menyerahkan puteriku untuk jadi j0d0h puteranya!”
“Aku tetap menganggap kau 0rang paling t0l0l Yamada-san!” kata si prajurit tadi dengan beraninya kemudian memutar tubuh sambil memberi k0de pada dua kawannya untuk meninggalkan tempat itu.
Namun sebelum ia sempat melangkah Kan0 Yamada telah menghadang jalannya dan “plak!” satu tamparan mendarat di pipi prajurit itu. Membuatnya terjajar nanar dan ada darah keluar dari sudut bibirnya yang pecah!.
Si prajurit berteriak keras dalam sakit dan marahnya. Dua kawannya ikut membentak. Prajurit yang kena tampar menghunus pedang yang tersisip di pinggangnya. Namun gres saja senjata itu keluar dari sarungnya , Kan0 Yamada mendahului menyerang. Tangan kanannya melesat ke depan. Pada ketika j0t0sannya mendarat di dada si prajurit dengan telak , tangan kirinya cepat menyambar ke arah pergelangan tangan lawan.
Dalam satu gerakan kilat Kan0 Yamada yang kidal itu berhasil merampas pedang kemudian ujung senjata ini ditekankannya ke bawah dagu 0rang. Melihat mitra mereka dipreteli begitu rupa , dua perajurit lainnya berteriak murka dan berusaha menyergap.
“Berani kalian mendekat kutembus tengg0r0kan insan satu ini!” ancam Kan0 Yamada.
“Kan0! Jangan lakukan itu!” seru Chiek0. Tapi sang suami tidak peduli. Dengan tangan kanannya dicampakannya t0pi yang ada di kepala si prajurit , kemudian dijambaknya rambutnya. Ujung pedang di tekankan sedikit hingga prajurit ini meringis kesakitan.
“Jatuhkan senjata kalian!” perintah Kan0 Yamada pada dua prajurit di hadapannya. Dua prajurit ini tampaknya ragu-ragu. Malah mereka melirik ke arah Chiek0. Kan0 Yamada segera sanggup membaca apa yang ada di dalam benak kedua prajurit sh0gun itu. Maka ia berkata dengan bunyi keras.
“Berani kalian mendekati istriku , kubunuh mitra kalian ini , saya tidak main-main!”
Kan0 Yamada kembali tekankan ujung pedang. Kini sedikit lebih keras. Prajurit yang dijambaknya mengeluh tinggi. Kulit dagunya terluka , darah mengalir turun membasahi pedang.
“Turut apa yang dikatakannya! Buang senjata kalian!” teriak si prajurit. Dua kawannya yang sadar tidak bisa berbuat apa-apa akhirnya campakkan pedang masing-masing ke lantai.
“Putar tubuh kalian. Keluar dari ruangan ini!” perintah Kan0 Yamada selanjutnya. Ketika dua prajurit itu melaksanakan apa yang dikatakannya , Kan0 Yamada kemudian menyuruh prajurit di bawah ancamannya untuk melangkah ke arah pintu.
Keluar dari ruangan tamu Kan0 Yamada terus membawa prajurit itu hingga ke halaman depan gedung. “Naik ke atas kuda masing-masing! Jangan berani berbuat yang saya tidak senang!” Lalu dengan sekuat tenaga Kan0 Yamada mend0r0ng prajurit itu hingga tersungkur ke tanah.
Malangnya , muka jatuh lebih dulu hingga lecet berkelukur. Beberapa 0rang pengawal gedung yang ada di situ hanya terkesima menyaksikan apa yang terjadi.
“Kan0 Yamada! Kau berani menjatuhkan tangan pada prajurit Sh0gun! Kau akan rasakan pembalasan dari kami!” gertak prajurit yang mukanya babak belur.
Kan0 Yamada masih tetap di tempatnya hingga tiga perajurit itu lenyap di kejauhan. Setelah mencampakkan pedang di tangan kirinya ke tanah , saudagar ini segera masuk ke dalam gedung.
Chiek0 Yamada mendatangi. Kedua suami istri ini segera masuk ke dalam kamar.
“Saya mau bicara dengan Kan0….” Kata sang istri begitu masuk ke dalam kamar.
“Aku juga! Aku tak suka kau mencampuri urusan ini! Biar saya sendiri yang menuntaskan urusan hutang piutang dengan Yasuaki Kiuchi.”
“Mana bisa begitu. Kau suamiku. Apa yang menjadi pers0alanmu menjadi urusan saya juga.
Kenyataannya kini bukan cuma menyangkut urusan hutang piutang. Tapi kini malah merembet pada diri anak kita Hatsuk0. Kita harus menemui 0rang itu.”
“Aku sudah berusaha tapi ia men0lak!”
“Kalau begitu biar saya yang menemuinya….” kata Chiek0 Yamada pula.
Lama Kan0 Yamada memandangi istrinya itu. Lalu terdengar suaranya bertanya. “Apa yang ada dalam benakmu , Chiek0? Aku tak bisa melupakan bagaimana hubunganmu dulu dengan Yasuaki Kiuchi!”
“Kau jangan terlalu bercemburu Kan0. Dulu kami memang pernah menjalin kekerabatan cinta….”
“Dan pernah merencanakan untuk kawin….” sambung Kan0 Yamada.
“Betul , tapi itu dulu. Kenyataanya lain. Saya tidak kawin dengan dia. Kau kini menjadi suamiku…” p0t0ng Chiek0.
“Kau menyesal menjadi istriku? Hemmmm…. Yasuaki Kiuchi. Manusia terpandang di negeri ini lantaran keluarga sangat dekat dengan Sh0gun yang berkuasa…..”
“Saya tidak suka kau berkata begitu Kan0. Sejak saya menjadi istrimu hanya kau satu-satunya pria di hati saya.”
“Mulutmu berucap begitu. Namun hatimu tak pernah bisa melupakan pria itu………”
Chiek0 Yamada gelengkan kepalanya berulang-ulang. Perempuan ini mirip mau sesenggukan ketika berkata , “Dengar Kan0. Saya berharap ada maksud higienis dan baik dari Yasuaki mau menj0d0hkan anak kita dengan putranya…..”
“Mungkin saja. Karena ia tidak mendapatkan dirimu , kemudian kekerabatan yang terputus disambung kembali dengan menj0d0hkan Hatsuk0 dengan putranya….”
“Saya tidak melihat ada yang salahnya hal itu. Hanya saja Hatsuk0 sudah kita j0d0hkan dengan putra keluarga Hide0 Yukawa……..”
“Seandainya tali perj0d0han itu tidak ada , Kau tentu bersedia menj0d0hkan Hatsuk0 dengan anak lelaki Kiuchi.”
“Saya tidak menyampaikan begitu” Sahut Chiek0.
“Lalu apa maksudmu menemui pria itu?”
“Untuk menjernihkan suasana. Siapa tahu ia bisa mengerti keadaan kita yang belum bisa melunasi pinjaman dalam waktu dekat ini. Lalu sekaligus menerangkan bahwa Hatsuk0 telah kita j0d0hkan dengan T0shir0 , anak keluarga Yukawa.”
Kan0 Yamada menggeleng. “Tidak ,” Katanya. “Aku tidak mengizinkan kau menemui pria itu.
Aku menentukan penjara untuk masalah hutang itu. Dan saya menentukan mati bila ada 0rang lain menyentuh anakku , apabila mengambilnya!”
“Kan0 , kau tahu ketika malapetaka telah terjadi atas diri Yasuaki. Pikirannya terganggu , tingkah lakunya tampak asing semenjak ia menderita sakit panas selama dua ahad akhir patukan ular berbisa di hutan Kis0 beberapa bulan lalu…..”
“Dia memang tampak aneh. Katakanlah tidak waras. Tapi apakah ia tidak memandang h0rmat padamu hingga mengancam hendak memenjarakanku dan memaksa mengambil Hatsuk0 sebagai j0d0h puteranya?”
“Itulah alasannya ialah saya harus menemuinya. Saya yakin bila saya bisa bicara dengan ia , semua dilema bisa diselesaikan dengan baik. Saya tidak ingin kehilangan kalian berdua. kau dan Hatsuk0…..”
Chiek0 kemudian memeluk suaminya dengan erat-erat. Kan0 Yamada balas merangkul. Di kamar sebelah terdengar bunyi bayi menangis. Dua suami istri ini lepaskan pelukannya masing-masing kemudian bergegas menuju ke kamar itu. Se0rang pelayan tampak mendukung bayi kecil berpipi merah sambil menepuk-nepuk halus punggungnya hingga bayi terdiam dan tidur kembali.
“Biar saya mendukungnya sebentar….” Kata Chiek0 sambil mengulurkan tangan untuk mengend0ng puteri kecil anak pertamanya itu. Si bayi segera saja tertidur lelap dalam dukungan sang ibu. Setelah yakin bayinya tidak akan bangun dan menangis lagi , Chiek0 Yamada membaringkan anak itu di dalam sebuah tempat tidur kecil yang hangat.
Kan0 Yamada tertegun di ujung tebing. Puluhan kaki di bawahnya membentang bahari Jepang yang ganas. Ujung-ujung runcing kerikil karang menyembul di permukaan laut. Mengerikan. Dia tak bisa lari lagi. Tak mungkin terjun ke bahari lantaran sama saja bunuh diri. Tapi ia juga tidak bisa mencari jalan lain.
Di hadapannya ketika itu sepasang harimau kumbang hitam mengerang keras. Gigi-gigi bintang ini menggidikkan. Harimau kumbang yang betina kelihatan berselem0tan darah mulutnya. Itu ialah darahnya sendiri. Binatang ini sempat mencakar dadanya dan menerkam bahunya. Si betina ini lebih bergairah dari si jantan. Pakaian Kan0 Yamada berair 0leh keringat dan darah!
Dada Kan0 Yamada naik turun. Dia tahu ia tak bakal l0l0s dari kematian. Tangan kanannya yang berair 0leh darah dan keringat terasa licin digagang samurai yang digenggamnya. Pedang itu! Ini satu-satunya tuan penyelamatnya. Kalau ia bisa membunuh dua ek0r harimau kumbang itu , sangggupkah dia?
Harimau kumbang betina mengaum keras. Dia sudah mencium darah cal0n mangsanya. Ini agaknya yang membuatnya jadi lebih beringas. Tiba-tiba hewan ini mel0mpat menerkam. Kan0 Yamada berteriak keras. Samurai di tangannya menderu ke atas , meny0ngs0ng terkaman harimau betina.
Tapi celakanya harimau jantan telah menyergap pula. Walau Kan0 Yamada berhasil membabatkan senjatanya di pertengahan dada harimau kumbang betina sehingga bintang ini meraung keras dan darah memancur dari dadanya yang terk0yak , serangan harimau kumbang jantan tak sanggup dihindari.
Dua cakar kaki depan meng0yak perut dan dadanya. Kan0 Yamada menjerit setinggi langit. Dalam keadaan mandi darah tubuhnya terpental dari ujung tebing kerikil , melayang jatuh ke bawah. 0mbak bahari Jepang berdebur dengan dahsyat. Batu-batu runcing siap menyambut tubuh Kan0 Yamada.
Lelaki ini berteriak sekali lagi. Lebih keras dan lebih menggidikkan dari teriakan pertamanya tadi.
Kan0 Yamada terduduk di atas ranjang. Pakaian tidurnya berair 0leh keringat. Dadanya terasa sesak dan nafasnya memburu.
“Mengerikan sekali mimpiku….” kata lelaki ini hingga menyeka wajahnya yang berair dengan ujung baju. Dia memandang ke samping. Sesaat ia merasa heran. Chiek0 tak ada di sampingnya.
Mungkin ia keluar kamar , membuang hajat kecil atau mengambil air minum. Atau ke kamar putri mereka di sebelah. Kan0 Yamada menunggu sebentar.
“Chiek0….” Lelaki ini memanggil , satu kali. Dua kali , Kali yang ketiga ia mel0mpat turun dari atas ranjang rendah itu. Seluruh ruangan diperiksanya. Chiek0 tidak diketemukan , Kan0 Yamada masuk ke kamar tidur puterinya. Anak itu dilihatnya tertidur nyenyak dalam ranjang kecilnya sementara pelayan tidur di atas tatami (alas lantai berbentuk k0tak-k0tak).
“Aneh , ke mana perginya wanita itu….?” Pikir Kan0 Yamada sambil melangkah masuk ke dalam kamar tidur kembali. Dia memandang seputar kamar. Baju tebal milik istrinya yang sebelumnya tergantung di sudut kamar ini tidak ada lagi. Hati Kan0 Yamada berdetak.
“Jangan-jangan….” Setengah berlari lelaki ini keluar dari kamar , terus ke belahan belakang gedung.
Di sini ada sebuah sangkar kuda. Ketika sangkar diperiksanya , debaran di hati Kan0 Yamada menjadi semakin keras. Detak jantungnya se0lah menggemuruh.
“Chiek0….” desisnya. “Dia pasti ke 0tsu! pasti! Nekad sekali wanita itu!” Di sangkar itu seharusnya ada dua ek0r kuda. Miliknya dan milik istrinya. Kuda milik istrinya ternyata tidak ada.
Kan0 Yamada berteriak memanggil pengawal. Setengah lusin pengawal gedung segera menghambur datang.
“Istriku tak ada dalam gedung! Kudanya juga tidak ada di kandang! Siapa di antara kalian tahu di mana istriku berada?! Atau pergi ke mana dia?! Jangan ada yang berani dusta!”
Pegawal paling depan kelihatan takut-takut mau bicara. Tapi salah se0rang kawannya mend0r0ng-d0r0ng punggungnya sambil berbisik. “Lekas katakan saja sebelum Tuan Yamada marah….”
“Hmm… benar rupanya ada yang tidak beres ,” kata Kan0 Yamada dalam hati. Lalu diapun berteriak marah. “Kalau tidak ada yang berani bicara satu persatu saya r0bek ekspresi kalian!”
“Tuan ,” pengawal paling depan akhirnya berkata juga. “Beberapa waktu kemudian ny0nya meninggalkan gedung. Dia memerintahkan kami membuka pintu gerbang. Sebelum ia pergi kami sempat bertanya mau ke mana malam-malam begini. Sendirian pula. Istri tuan tidak menjawab , malah memerintahkan supaya kami cepat menutup pintu. Dia juga men0lak untuk kami kawal. Ketika kami katakan hendak memberitahukan tuan , ia murka besar , Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami melihat perilaku ny0nya asing sekali malam ini.”
“Kalian pengawal tidak becus! T0l0l! Walau ia melarang tapi kalian punya kewajiban memberitahu!” teriak Kan0 Yamada. Kaki kanannya dihentakkan hingga tanah yang dipijaknya melesat ke bawah.
Habis membanting kaki begitu , Kan0 Yamada berkata. “Salah se0rang dari kalian lekas siapkan kudaku! Aku harus mencari dan mengejarnya kini juga!”
“Kalau begitu biar kami ikut!”
“Aku tidak perlu manusia-manusia t0l0l mirip kalian!” damprat Kan0 Yamada , kemudian masuk ke dalam untuk berganti pakaian.
Ketika keluar ia telah mengenakan pakaian ringkas. Sebilah Katana (pedang panjang khas Jepang) tergantung di belakang punggungnya. Sesaat kedua kakinya menuruni tangga gedung tiba-tiba udara yang tadinya sunyi hening berubah. Suara tiupan angin mula-mula terdengar mirip bunyi seruling kemudian bermetam0rf0sis gemuruh yang menakutkan. P0h0n-p0h0n besar yang tumbuh di sekeliling gedung berderik-derik mirip mau tumbang. Daun-daunnya gugur berhamburan.
“Badai!” teriak se0rang pengawal sambil berpegangan pada sebuah pilar batu.
2
“Tuan Yamada sebaiknya jangan pergi dulu!” menasihatkan se0rang pengawal.
Kan0 Yamada mana mau perduli. Terse0k-se0k lantaran tubuhnya diterpa angin , lelaki ini melangkah mendekati kudanya yang dipegang dua 0rang pengawal. Binatang ini meringkik keras beberapa kali. Belum sempat Kan0 Yamada naik ke punggungnya , tiba-tiba kuda ini menghambur lari.
“Binatang jahanam!” teriak Kan0 Yamada marah. Dia c0ba mengejar tapi tubuhnya limbung. Satu putaran angin menghantamnya dengan keras hingga ia tak kuasa bertahan dan terhampar ke tanah.
Dua 0rang pengawal segera men0l0ngnya dan membawanya masuk ke dalam rumah.
“Tangkap kuda itu. Atau carikan kuda lain!” perintah Kan0 Yamada pada para pengawal yang ada di sekelilingnya.
Se0rang pengawal berusia agak lanjut berkata. “Tuan Yamada lebih baik suka bersabar sedikit. Kuda itu telah menjadi liar Tak mungkin ditangkap. Kalaupun bisa sangat berbahaya bagi tuan menungganginya. Mencari kuda lain sama sulitnya dengan menangkap kuda itu…”
Kan0 Yamada hendak membentak. Namun akhirnya ia hanya bisa menghenyakkan tubuhnya di atas sebuah kursi kayu. Di luar tiupan angin semakin dahsyat. Badai tambah menggila.
“Chiek0! Kamu insan nekad! Mengapa kau melaksanakan semua ini!” kata Kan0 Yamada sambil menutup kedua telapak tangannya ke wajahnya. Terbayang wajah istrinya. Terbayang pula wajah merah Hatsuk0 putrinya. Lalu muncul tampang Yasuaki Kiuchi. Dengan tangan kanannya entah sadar entah tidak , Kan0 Yamada tiba-tiba menghantam lengan kursi. “Krakkk!” Lengan kursi itu hancur berantakan. Wajahnya tampak beringas. “Aku harus pergi! Persetan dengan badai! Persetan dengan kuda itu! Aku bisa jalan kaki!”
Kan0 Yamada mel0mpat ke pintu. “Tuan!” seru dua 0rang pengawal. Kawannya yang tegak dekat pintu berusaha menghalangi tapi serta merta kena sikut Kan0 Yamada hingga 0rang ini mengeluh tinggi dan terbanting ke dinding ruangan.
Dalam gelapnya malam , di bawah angin ribut besar itu Kan0 Yamada melangkah terhuyung-huyung menahan kencangnya angin yang menyambar dari depan , menghantam dari samping atau dari belakang. Para pengawal yang melihat peristiwa itu sesaat hanya bisa berdiri mel0ng0. Namun tiga 0rang diantara mereka akhirnya memutuskan untuk mengikuti tuan mereka. Salah se0rang dari ketiganya berteriak tiada henti , berusaha membujuk sambil mengingatkan.
“Tuan Yamada! Kembali! Terlalu berbahaya menempuh angin ribut mirip ini! Kembali tuan Yamada!”
Kan0 Yamada tidak perduli. Dia melangkah terus. Badai bertambah dahsyat ketika hujan mulai turun.
“Tuan Yamada! Ingat putrimu Hatsuk0 ,” teriak pengawal satunya. Sesaat langkah Kan0 Yamada tertahan. Tetapi di lain ketika lelaki ini lanjutkan perjalanannya. Kedua tangannya dikepalkan kencang-kencang.
Di dalam gedung kediamannya yang besar dan glam0r di k0ta 0tsu , Yasuaki Kiuchi duduk di atas kasur tebal empuk didampingi 0leh dua selirnya yang masih muda-muda dan cantik. Kepalanya diletakkan di pangkuan salah satu selir , sementara selir satunya memegang sebuah piala perak berisi sake. Di dekat pembaringan terhidang banyak sekali macam masakan dan buah-buahan. Lalu sepuluh langkah di hadapannya duduk se0rang gadis memetik k0t0 (harpa) , sebuah peralatan musik mempunyai 13 jalur senar dan diletakkan di lantai.
Antara gadis pemetik k0t0 dengan Yasuaki Kiuchi ada se0rang gadis penari yang menari mengikuti irama k0t0 dengan gerakan lemah gemulai. Kim0n0 yang melilit ditubuhnya terbuat dari jenis kain yang demikian tipisnya hingga lekuk tubuh gadis ini membayang dengan jelas. Keadaan Yasuaki Kiuchi yang k0n0n masih saudara sepupu Sh0gun yang berkuasa pada masa itu tidak beda mirip kaisar kecil saja.
Saat itu ia sudah setengah mabuk lantaran terlalu banyak meneguk sake. Mukanya yang lingkaran dan selalu berkeringat kelihatan merah. Sekali-sekali ia menyeringai sambil salah satu tangannya mengusap paha selir yang duduk di sebelahnya. Di luar gedung hujan turun dengan lebat. Badai masih bersabung di wilayah utara. Deru angin terdengar menggidikan.
Ketika sedang asyiknya Yasuaki Kiuchi menikmati tarian masuklah se0rang pembantu. Merasa terganggu Yasuaki Kiuchi berteriak marah. Selagi pembantu itu menjura , ia mengambil piala perak berisi sake dari tangan selirnya kemudian melemparkannya ke arah si pembantu.
Si pembantu yang tahu gelagat , walau bisa mengelak tapi tak berani melakukan. Kalau ia mengelakkan lemparan piala perak itu sang majikan akan meradang mirip beruang terluka! Maka ia membisu saja menunggu hingga terdengar bunyi “buk!” Piala menghantam dadanya. Dia mengernyit menahan sakit , tak berani berteriak. Diam-diam ia merasa beruntung lantaran mengetahui bahwa Yasuaki Kiuchi melemparkan tempat minum perak itu tanpa menggunakan tenaga dalam. Kalau hingga ia mengisi piala dengan menggunakan tenaga dalam , pasti ketika itu ia sudah muntah darah dan sekarat!
“Maafkan saya Tuan Kiuchi! Kesalahan dan d0sa yang besar mengganggumu. Tapi ada se0rang tamu tiba dari jauh…”
“Heh…..?” amarah Yasuaki Kiuchi agak mereda 0leh rasa heran. Dia mend0ngak pada selir yang memangku kepalanya kemudian membelai pipi wanita ini.
“Di luar hujan turun lebat. Di utara saya yakin ada angin ribut mengamuk. Lalu tiba-tiba saja di malam buta buruk cuaca begini ada tamu mencariku! Kuharap saja bukan bangsa setan atau r0h halus dari gunung hantu!” habis berkata begitu Yasuaki Kiuchi tertawa gelak-gelak kemudian meneguk sake eksklusif dari sebuah guci kecil. Sambil menyeka mulutnya dengan belakang tangan , mata merahnya memandang pada si pembantu. “Kau sudah tahu siapa adanya tamu itu?!”
“Dia se0rang perempuan….”
“Apa?!” Yasuaki Kiuchi berdiri dari berbaringannya , duduk di atas kasur , memandang tak berkedip pada si pembantu.
“Tamunya se0rang perempuan. Katanya dari desa Hik0ne. Namanya Ny0nya Muda Chiek0 Yamada…….”
Mendengar keterangan si pembantu eksklusif saja Yasuaki Kiuchi mel0mpat dari duduknya. “Di mana ia sekarang?”
“Menunggu di ruangan tamu tuan Kiuchi. Sekujur tubuh dan pakaiannya berair kuyup…..”
Yasuaki Kiuchi tidak menunggu hingga si pembantu selesai berucap. Dia bergegas menuju ruangan tamu. Dua selir dan si pembantu mengikuti dari belakang. Gadis pemain k0t0 hentikan petikan dan gadis penari juga ikut berhenti menari.
Begitu membuka pintu d0r0ngan ruangan tamu , Yasuaki Kiuchi tertegun melihat s0s0k yang ada didalam sana. “Jadi benar kau rupanya Chiek0 …..” desis Yasuaki Kiuchi. Dia berpaling ke belakang. Pada dua selirnya ia segera berkata “Kalian lekas pergi masuk ke kamar masing-masing!”
Setelah memperhatikan sejenak wanita muda yang berair kuyup di ruangan itu , salah satu dari dua selir menjadi iri dan cemburu kemudian bertanya “Siapakah wanita itu yang rupanya sangat penting hingga kami berdua disuruh masuk dilupakan begitu saja?”
“Perempuan lancang tidak tahu diri!” bercarut Yasuaki Kiuchi dengan mata membelalak. “Berani kau berkata mirip itu?!” Melihat perilaku Yasuaki Kiuchi , dua selir jadi takut dan cepat-cepat mengundurkan diri. Yasuaki berpaling pada si pembantu. “Lekas kau temui pelayan perempuan. Suruh Dia membawa kain pengering dan pakaian penyalin….”
Setelah si pembantu berlalu , Yasuaki Kiuchi masuk ke dalam ruangan. Untuk beberapa lamanya ia melangkah perputar mengelilingi Chiek0 Yamada yang tegak ditengah ruangan dalam keadaan berair kuyup.
“Chiek0 , ini bukan mimpi! Kau tiba di malam buta ketika cuaca sangat buruk. Berbasah-basah tiba dari jauh. Kau perlu mengeringkan tubuh , berganti pakaian dan berhangat-hangat dengan masakan panas dan minuman keras…”
“Saya berterima kasih atas kebaikanmu itu Kiuchi-San…”
“Panggil saya Yasuaki!”
“Waktu saya hanya sebentar. Saya akan segera pulang bila selesai bicara denganmu….”
“Ini rumahku! Siapa yang berada di dalamnya harus ikut apa yang saya punya mau!” kata Yasuaki Kiuchi pula dengan muka sesaat jadi galak.
Tak lama kemudian se0rang pelayan wanita tiba membawa sehelai kain pengering dan pakaian untuk bersalin. “Bantu ny0nya Yamada mengeringkan tubuh dan berganti pakaian ,” kata Yasuaki Kiuchi pada si pelayan kemudian keluar kamar sambil menutup pintu.
Tapi begitu berada di luar kamar , dengan ujung jari kelingkingnya , lelaki ini menusuk dinding yang terbuat dari kertas hingga berl0bang. Lewat l0bang itu , ia mengintip saat-saat Chiek0 Yamada membuka pakaiannya yang berair , mengeringkan tubuhnya kemudian mengenakan pakaian yang diberikan. Tengg0r0kan lelaki ini turun naik. Nafasnya memburu. Lidahnya berulang kali dijulurkan untuk membasahi bibirnya.
“Sudah selesai tuan Kiuchi ,” kata pelayan begitu keluar dari dalam kamar membawa pakaian basah.
“Kau b0leh pergi. Beritahu semua 0rang supaya tidak berada di sekitar sini…” kata Yasuaki Kiuchi pula pada pelayan wanita itu , kemudian masuk ke dalam ruangan di mana Chiek0 Yamada berada.
Sambil rangkapkan kedua tangannya di depan dada , Yasuaki Kiuchi menatap wajah dan tubuh Chiek0 tanpa berkedip hingga beberapa lamanya. “Kau tiba di malam buta. Dalam cuaca buruk. Se0rang diri. Jarang ada wanita Jepang punya keberanian sepertimu. Apa kau tiba mewakili suamimu untuk minta maaf dikarenakan telah berani menciderai perajurit Sh0gun yang saya kirimkan ke tempat kediamanmu? Mengapa ia berlaku pengecut tidak tiba sendiri…?”
“Saya tiba tidak setahu ia ,” menjelaskan Chiek0.
“0h , jadi maumu sendiri? Ini sungguh satu hal luar biasa! Mungkin kau tiba-tiba saja teringat masa mudamu dulu? Ketika kau menjalin cinta denganku. Lalu kau lenyap dan tahu-tahu kawin dengan Kan0 Yamada. Kau tiba untuk minta maaf…?”
“Ada yang lebih penting dari masa kemudian Yasuaki ,” kata Chiek0 pula. “Menyangkut hutang suami saya dan maksud hendak menj0d0hkan puteriku Hatsuk0 dengan puteramu.”
“S0al hutang suamimu sudah jelas. Dia tidak sanggup membayar. Aku sudah mengatur 0rang untuk memperkarakannya dan menjebl0skannya ke dalam penjara…”
“Jangan lakukan itu Yasuaki. Saya m0h0n kau suka memberi waktu…”
“Aku tak punya waktu lagi Chiek0. Aku merasa suamimu sengaja menipu…”
“Usahanya benar-benar sedang ambruk. M0h0n kau mau mengerti…”
“Bagaimana dengan urusan j0d0h?” Yasuaki Kiuchi mengalihkan pembicaraan.
Dari dalam saku kim0n0nya ia mengeluarkan sebuah b0t0l pipih berisi minuman keras. Beberapa kali teguk saja minumannya itu ludas masuk ke dalam tengg0r0kan.
“Terus terang saja saya suka menjadi besan denganmu Yasuaki. Tapi Hatsuk0 sudah terlanjur diikat j0d0h dengan T0shir0 , putera keluarga Yukawa…”
Sepasang mata Yasuaki Kiuchi membeliak. B0t0l pipih yang dipegangnya dibantingkan ke lantai hingga pecah berkeping-keping. “Aku tahu keluarga Yukawa. Keluarga nelayan miskin yang hanya bisa mencari nafkah di danau Biwa! Dengan anak mereka puterimu kau j0d0hkan! Sungguh memalukan! Men0lak ikatan j0d0h dengan puteraku sama saja menghina diriku!”
“Yasuaki , harap kau mau mengerti. Kami telah terlanjur menj0d0hkan Hatsuk0 dan T0shir0. Kalau saja ikatan itu belum ada tentu saya dan suami merasa senang untuk menj0d0hkan Hatsuk0 dengan puteramu…”
“Chiek0! Dua kali dengan ini kau menghinaku! Pertama waktu kau meninggalkan saya dan kawin dengan Kan0! Kedua kini ini. Men0lak ikatan j0d0h! Padahal kau tiba untuk mengemis untuk minta supaya saya memberi kel0nggaran atas hutang suamimu…”
“Saya tidak mengemis Yasuaki. Kalau kau tidak mau mempertimbangkan , Kan0 bersedia masuk penjara. Kalau perlu saya sekalian kau jebl0skan!”
Yasuaki pandangi wajah Chiek0 beberapa ketika kemudian ia tertawa gelak-gelak hingga keluar air mata.
Namun sesaat kemudian ia berubah. Kalau tidak tertawa kini ia mulai sesenggukkan. Mula-mula perlahan kemudian meraung keras.
“Yasuaki…” Panggil Chiek0. Perempuan ini mulai merasa takut “Penyakit gilanya kumat… Aku harus segera meninggalkan tempat ini. Yang penting saya sudah bicara padanya…”
Pintu ruangan terbuka. Se0rang pembantu dan dua 0rang perajurit Sh0gun masuk. “Kami mendengar tuan Kiuchi berteriak. Ada apakah? Apakah tuan baik-baik saja?” tanya salah se0rang perajurit.
“Keluar!” teriak Yasuaki Kiuchi murka sekali sehingga ketiga 0rang itu putar tubuh dan tinggalkan ruangan ketakutan. Yasuaki bantingkan pintu d0r0ng dengan keras.
“Aku minta diri…” ujar Chiek0.
“Kau mau ke mana?” tanya Yasuaki sambil bersandar ke pintu. “Hik0ne jauh dari sini anakku menunggu.” Yasuaki Kiuchi menyeringai aneh. Tiba-tiba kim0n0 yang menempel di tubuhnya ditanggalkan. Chiek0 membuang muka kejurusan lain. “Tanggalkan pakaianmu Chiek0…”
Chiek0 Yamada tampaknya mendengar petir menyambar di telinganya. “Yasuaki , kau sadar apa yang barusan kau katakan?”
“Aku bilang tanggalkan pakaianmu! Layani diriku malam ini! Hanya itu satu-satunya jalan menebus pengkhianatanmu dulu dan pengkhianatanmu kali ini!”
“Kau sakit Yasuaki…! Yasuaki yang saya kenal dulu tidak akan berlaku sekeji ini!”
Yasuaki Kiuchi tertawa mengekeh. “Aku memang sakit! 0takku! Hatiku! Jiwaku! Semua ini kau penyebabnya! Ditambah racun ular yang tidak bisa dikuras higienis dari 0takku! Lengkap sudah derita sakitku! Malam ini derita sengsara itu akan kita bagi dua Chiek0!”
Seperti seek0r singa kelaparan Yasuaki Kiuchi menyergap wanita itu. Chiek0 berusaha melawan tapi sia-sia belaka. Menjerit minta t0l0ng pun tak ada gunanya lantaran tak ada yang berani tiba ke tempat itu. “Aku lebih suka kau membunuhku dari pada mendapatkan n0da!” kata Chiek0 dalam keadaan terlentang tak berdaya di lantai , ditindih tubuh berat Yasuaki Kiuchi.
Yasuaki Kiuchi menyeringai. Dua tangannya bergerak merenggut tali kim0n0 Chiek0 Yamada.
Perempuan itu kembali menjerit tapi bunyi jeritan semakin lemah kemudian ia tak tahu lagi apa yang terjadi dengan dirinya. Di luar hujan menderu tambah lebat. Badai masih terus berkecamuk.
Hujan yang lebat dan angin ribut yang masih menggila , ditambah malam begitu gelap menciptakan pemandangan mata hanya bisa menembus belasan langkah saja. Se0rang pengawal yang berjalan di samping Kan0 Yamada tiba-tiba berteriak dengan mata mel0t0t memandang ke depan.
“Tuan Yamada! Ada sesuatu mendatangi dari sebelah depan!”
“Aku sudah tahu ,” jawab Yamada datar. Dia memang sudah melihat ada sebuah benda mendatangi.
Karena hujan dan angin ribut , ia masih belum sanggup memastikan benda apa itu adanya. Namun dua telinganya mulai menangkap bunyi benda bergerak itu. Air hujan yang membasahi alisnya disekanya dan kedua matanya dibuka lebih lebar.
“Seek0r kuda…” desis Kan0. Dia mempercepat langkahnya. Mendadak saja hatinya yang semenjak meninggalkan Hik0ne memang sudah gelisah kini menjadi tidak enak berlipat ganda. S0s0k yang tiba dari depan semakin dekat. Ternyata memang seek0r kuda. Kelihatannya tidak berpenunggang.
Kuda hingga di hadapan Kan0 Yamada. Saudagar muda ini mengangkat tangannya memegang kepala kuda. Binatang ini hentikan langkahnya dan menjilati tangan lelaki itu se0lah kenal. “Heh , ini kuda Chiek0…” kata Kan0 dalam hati , ketika ia mengenali hewan itu. Justru pada ketika itu pulalah ia melihat ses0s0k tubuh terbujur melintang diatas pelana. Kim0n0 yang menempel di tubuh itu r0bek-r0bek tidak karuan rupa. Agaknya hanya ditutupkan begitu saja. Lalu Kan0 Yamada melihat rambut tergerai panjang berair kuyup mengucurkan air hujan di belahan bawahnya yang terjuntai. Kan0 Yamada membungkuk untuk memastikan supaya ia bisa melihat wajah wanita yang terbujur di pelana kuda itu. Lalu terdengar raungannya. “Chiek0!!!”
Tiga 0rang yang menyertai Kan0 Yamada ikut berseru kaget. “Ny0nya muda , apa yang terjadi denganmu?” salah se0rang di antara mereka berucap dengan bunyi gemetar.
Di bawah hujan lebat dan angin ribut yang masih mendera , Kan0 Yamada dibantu 0leh tiga 0rang tadi turunkan s0s0k Chiek0 dari atas kuda. Mereka mencari tempat yang agak terlindung kemudian membaringkan wanita itu di sana.
“Chiek0…! Chiek0!” teriak Kan0 Yamada berulang kali. Ditepuknya wajah istrinya itu. Lalu diletakkannya indera pendengaran kirinya di atas dada. Deru hujan dan angin ribut keras sekali. Dia tak sanggup mendengar apakah jantung istrinya masih berdetak atau tidak.
Kan0 Yamada masih meletakkan telinganya di dada istrinya. Tiba-tiba matanya membesar. Dia melihat ada cairan merah di belahan perut Chiek0 yang mengalir ke tanah bersama air hujan. Darah!
Darah itu mengucur keluar dari belahan perut yang ditancapi sebilah tant0!
Raungan Kan0 Yamada mirip mengalahkan deru hujan dan badai. “Chiek0! Apa yang terjadi denganmu?! Chiek0!” Kan0 Yamada peluk tubuh istrinya erat-erat hingga pakaiannya ikut bersimbah darah. Tiga 0rang pengawal hanya bisa tertegun tak tahu mau berbuat apa.
“Chiek0 kau barusan dari mana? Siapa yang melaksanakan ini?! Chiek0! Chiek00000000…! Jawab Chiek0! Jangan membisu saja!” Kan0 Yamada angkat kepalanya ketika ia merasa ada hembusan hawa keluar dari hidung istrinya. “Chiek0…kau dengar saya Chiek0…”
Dua mata Chiek0 terbuka. Tapi hanya sedikit kemudian tertutup kembali. “Chiek0 katakan apa yang terjadi! Kau barusan pergi ke mana? Siapa yang melaksanakan kekejian ini?!”
“Ka… Kan0. Bi… biar saya me… mendapatkan nasib buruk ini…” keluar bunyi Chiek0 tersendat dan terputus-putus.
“Tidak! Aku harus tahu siapa yang menghinamu! Siapa yang membunuhmu! Bilang Chiek0! Kau harus bilang!” Kan0 Yamada dekap tubuh istrinya erat-erat. Diciuminya wajah yang putih pucat dan berair 0leh air hujan itu. “Chiek0! Katakan Chiek0…” bisik lelaki ini ke indera pendengaran istrinya.
“Kiuchi…” bisik Chiek0 antara terdengar dan tidak. “Yasuaki Kiuchi… Dia memperhinakan diri dan keluarga kita. Dia men0dai saya…”
Sekujur tubuh Kan0 Yamada bergeletar. Darahnya mirip mendidih. Tulang-belulangnya laksana di panggang bara api. “Dia juga yang menusukmu dengan pisau ini…?”
“Tidak …Se sesudah ia men0dai saya… , sa… saya merasa… tidak ada gu… gunanya lagi hidup ini. Sa… saya merampas senjata itu dari… se… se0rang pengawalnya. Saya berusaha melaksanakan harakiri… Saya… Kan0 suamiku… Saya m0h0n kau jaga anak kita Hatsuk0 baik-baik…”
“Chiek0! Chiek0…!” Raungan Kan0 Yamada kembali menggelegar. Diguncangnya tubuh istrinya.
Tubuh itu tak bergerak lagi. Tak ada bunyi yang keluar dari mulutnya. Tak ada hawa hangat keluar dari terusan pernafasannya. “Chiek0! Jangan mati Chiek0! Jangan mati!” teriak Kan0 Yamada.
Lelaki ini tidak tahu berapa lama ia menyesali mayit istrinya itu hingga suaranya menjadi serak.
Tiba-tiba se0lah sadar ia hentikan ratapannya. Wajahnya kelihatan bengis. Perlahan-lahan dilepaskannya rangkulannya pada tubuh Chiek0 kemudian berdiri. Ketika ia bergerak melangkah , salah se0rang pengawal cepat bertanya.
“Tuan Yamada , kau mau kemana…?”
“0tsu! Aku akan menciptakan perhitungan dengan Yasuaki Kiuchi…” jawab Kan0 Yamada seraya menekan hulu pedang samurai yang tergantung di pinggangnya.
“Kami ikut dengan tuan!”
Kan0 Yamada gelengkan kepala. “Kalian kembali ke Hik0ne. Urus mayit istriku! Jika dua hari saya tidak kembali , perabukan mayit itu. Sebagian tebarkan di danau Biwa , sebagian lagi disimpan dalam cupu , letakkan di meja sembahyang rumahku…”
“Tapi tuan Yamada…”
“Srett!” Kan0 Yamada cabut samurainya. “Aku pergi. Jika saya tidak kembali bawa Hatsuk0 ke Nara. Dia punya se0rang bibi keluarga istriku…” habis berkata begitu Kan0 Yamada putar tubuhnya kemudian melangkah pergi. Sebentar saja bayangannya lenyap dalam kegelapan. Tiga 0rang pengawal tak bisa mencegah. Dengan hati-hati mereka mengangkat tubuh Chiek0 kemudian meletakkannya di atas pelana.
Hujan telah berhenti. Badai sudah reda. Di antara tiupan angin yang masih bersisa keheningan pagi menyapu k0ta 0tsu. Yasuaki Kiuchi tersentak dari tidurnya ketika sepasang telinganya mendengar bunyi dentrangan senjata di luar sana. Se0rang selir yang menemani Yasuaki Kiuchi malam itu berusaha merangkulnya ketika ia hendak berdiri dan turun dari atas ranjang.
“Pagi masih dingin. Saya masih ingin melayani dan menghangati dirimu…”
3
“Ada sesuatu terjadi di luar…” jawab Yasuaki Kiuchi seraya menangkap dan menurunkan tangan wanita yang hendak mengusap belahan bawah perutnya. Lelaki ini cepat-cepat mengenakan kim0n0nya. Dia melangkah ke kamar sebelah. Lewat sebuah jendela yang disibakkan tirainya ia sanggup melihat sebagian halaman depan. Dalam keremangan pagi disaksikannya se0rang lelaki muda mengenakan kim0n0 kuning bern0da darah dan berair kuyup mengamuk menghajar setengah lusin prajurit yang menger0y0knya.
Keenam perajurit penjaga gedung itu tak kuasa membendung amukan lawan. Dalam beberapa kali gebrakan saja lima di antara mereka r0b0h bersimbah darah. Agaknya tamu berkepandaian tinggi itu sengaja tidak mau membunuh prajurit yang keenam. Sambil menekankan ujung samurainya ke dada si perajurit ia berkata. “Suruh keluar Yasuaki Kiuchi! Katakan saya Kan0 Yamada dari Hik0ne tiba untuk mengambil nyawanya!”
Meskipun diancam kematian tapi 0rang berseragam prajurit Sh0gun itu menyeringai buruk dan mengejek. “Yamada , apa kau kira bisa l0l0s dari sini hidup-hidup?”
“Aku tidak minta kau bicara banyak! Lakukan apa yang saya perintah!” hardik Yamada.
Tapi prajurit di hadapannya malah meludah dan berkata. “Kalau kau punya nyali silahkan cari sendiri majikanku!”
“Kau memang insan tidak berguna!” hardik Kan0 Yamada. Samurai di tangan kanannya menusuk ke depan. Prajurit itu hanya keluarkan seruan pendek. Ketika Kan0 Yamada menarik pedangnya si prajurit eksklusif r0b0h. Darah mancur dari perutnya yang ditembus pedang.
Dari balik jendela ruangan di tingkat atas Yasuaki Kiuchi menutupkan tirai kembali. “Kan0 Yamada…” desis lelaki ini. “Dia pasti sudah mengetahui apa yang terjadi dengan istrinya.” Yasuaki keluar dari dalam ruangan yang terletak di tingkat dua bangunan itu. Dia masuk ke sebuah kamar di mana tersimpan banyak sekali macam senjata. Dia mengambil sebilah katana. Sebelum menuju ke halaman lebih dulu ia menarik sebuah genta tiga kali berturut-turut. Serta merta dari banyak sekali jurusan bangunan berhamburan keluar hampir dua puluh 0rang prajurit.
Pemimpin mereka se0rang bertubuh besar , berkumis dan berjanggut meranggas mel0mpat ke hadapan Yasuaki Kiuchi yang tegak di pintu dalam. “Gap0! Ada penjahat di pintu gerbang utara. Tangkap ia hidup-hidup!”
“Kalau memang penjahat mengapa dibiarkan hidup , tuan Kiuchi?” tanya Gap0 seraya melintangkan g0l0k besar di tangan kanannya. Pada masa itu rata-rata katana atau pedang samurai ialah senjata yang banyak dipergunakan 0rang. Namun insan satu ini agaknya lebih suka mengandalkan g0l0k besar yang dirampasnya dari se0rang jag0 silat Cina yang pernah dipencundanginya.
“Keparat! Lakukan saja apa yang saya perintah! Jangan banyak tanya!” hardik Yasuaki Kiuchi mendelik. Si tinggi besar menjura kemudian berkelebat pergi. Yasuaki Kiuchi d0r0ng daun pintu di hadapannya kemudian keluar menuju ke depan. Ketika ia hingga di luar , belasan prajurit di bawah pimpinan si tinggi besar tadi telah mengurung dan menger0y0k Kan0 Yamada.
Walaupun ia se0rang pedagang , di masa mudanya Kan0 Yamada pernah berguru ilmu pedang dari se0rang pandai. Samurai di tangan pria yang kalap ini berkesiuran kian kemari. Empat 0rang perajurit Sh0gun terkapar di tanah. Dua lagi menjerit kemudian r0b0h. Ketika samurai di tangan Kan0 Yamada mer0b0hkan prajurit yang ketujuh , dari samping berkelebat sebilah g0l0k besar memukul tubuh pedang samurai di tangan Kan0 Yamada. Daya pukul g0l0k itu berat dan terasa sekali sehingga tangan Kan0 Yamada bergetar keras. Dia cepat membalik dan menghantam dengan senjatanya. Namun kuda-kudanya g0yah.
“Tranggg!” Samurai di tangan Kan0 Yamada terlepas mental. G0l0k besar tadi tiba membalik.
“Brettt!” Pakaian Kan0 Yamada r0bek besar di belahan perut. Dagingnya ikut terg0res , membentuk luka memanjang. Walau tidak terlalu dalam namun tetap saja mengucurkan darah. Sambil menahan sakit penuh amarah dan nekad Kan0 Yamada mel0mpati Gap0 dengan tangan k0s0ng. Yang diserang balikkan g0l0knya kemudian dengan satu gerakan cepat hantamkan gagang g0l0k ke kening lawan.
Kan0 Yamada merasa mirip melihat gunung meletus di depan matanya. Pemandangannya serta merta gelap dan kedua kakinya g0yah. Tubuhnya tak ampuh lagi jatuh tergelimpangan. Dia berusaha tidak jatuh pingsan. Dia melihat belasan kaki di sekelilingnya. Ujung-ujung senjata. Lalu ada sepasang kaki berkasut bagus melangkah ke arahnya. Dia c0ba mengangkat kepala.
Pemandangannya berkunang. Dia tak sanggup melihat terang siapa adanya 0rang itu. Lalu ia mendengar suara-suara bicara di dekatnya.
“Tuan Kiuchi , saya menunggu perintah. Akan diapakan 0rang ini?!” bertanya Gap0.
“Jebl0skan ia ke dalam penjara! Dua hari lagi ada kapal ke utara ke pulau H0kkaid0! Angkut ia bersama penjahat dan 0rang-0rang eksekusi lainnya! Dia pantas menjadi penghuni tempat kerja paksa di pertambangan Kitami!” Kan0 Yamada buka kedua matanya. Pemandangannya masih kabur. Tapi ia telah mengenali bunyi yang barusan bicara. Seperti mendapat satu kekuatan lelaki ini mel0mpat dan berteriak.
“Yasuaki Kiuchi!” Kepala perajurit Sh0gun angkat tangan kanannya. Siap untuk menghantam muka Kan0 Yamada dengan gagang g0l0knya. Tapi Yasuaki Kiuchi angkat tangannya seraya berkata.
“Jangan! Biarkan ia bicara!”
Perlahan-lahan Kan0 Yamada putar tubuhnya. Dia melihat bayangan 0rang berdiri di anak tangga.
Dia tak bisa melihat terang namun sanggup memastikan 0rang itu ialah Yasuaki Kiuchi , 0rang yang telah dicapnya sebagai insan iblis!
“Yasuaki keparat! Manusia iblis laknat! Ternyata bukan hanya 0takmu saja yang tidak waras! Jiwa dan hatimu juga bejat!”
“Bangsat tidak bermalu!” balas memaki Yasuaki Kiuchi. “Tadinya keh0rmatan yang diberikan istrimu kuanggap sudah menuntaskan urusan hutang piutang di antara kita! Tapi detik ini saya mengubah keputusanku…”
“Iblis bajingan! Kau n0dai istriku! Dia kembali sudah jadi mayat!”
“Salah sendiri! Dia berlaku t0l0l! Melakukan harakiri!” jawab Yasuaki Kiuchi kemudian tertawa mengekeh.
“Jahanam! Pergilah menghadap Dewa penjaga neraka!” teriak Kan0 Yamada. Tangan kanannya bergerak sangat cepat hingga tak ada yang sempat berbuat sesuatu. Sebuah senjata rahasia berbentuk bintang melesat ke arah Yasuaki Kiuchi. Karena tidak menyangka Yasuaki tak keburu mengelak. “Tuan Kiuchi! Awas shuriken! (senjata rahasia berbentuk bintang)” Gap0 berteriak memberi peringatan.
Tapi tak ada gunanya. Senjata rahasia yang biasa dipergunakan 0leh para Ninja itu melesat deras ke arah kepalanya. Yang dituju Kan0 Yamada ialah tengg0r0kan 0rang tapi lantaran pemandangannya kabur senjata itu hanya menancap di mata kiri Yasuaki Kiuchi!
Jerit saudara sepupu Sh0gun yang berkuasa ini menggelegar mengerikan. Dua 0rang prajurit segera mel0mpat berusaha men0l0ngnya. “Yamada jahanam! Seharusnya sudah tadi-tadi kupenggal batang lehermu!” teriak Gap0. Kepala prajurit ini bac0kkan g0l0k besarnya ke arah tangan kanan Kan0 Yamada. “Crassss!” Tangan itu putus sempurna di sambungan siku. Untuk kedua kalinya di tempat itu terdengar raungan manusia!
Setelah dinantikan hingga tiga hari Kan0 Yamada tidak kunjung kembali ke Hik0ne , sesuai dengan pesan saudagar muda itu pada para pengawalnya di malam penuh tragedi , maka keluarga Yukawa memutuskan utuk mengkremasi mayit Chiek0 Yamada. Sebagian bubuk jenasah disimpan di dalam gedung kediaman keluarga Yamada dan sebagiannya lagi , mirip yang dimintakan Kan0 Yamada , ditebarkan di permukaan danau Biwa.
Siang itu Hide0 Yukawa tampak berkemas-kemas. Dia membawa serta sebilah samurai yang selama bertahun-tahun hanya tergantung di dinding dalam kamar tidurnya. Kemudian ia masuk ke dalam kamar. Di atas pembaringan dua s0s0k bayi terg0lek pulas. Satu lelaki satunya perempuan.
Yang wanita ialah Hatsuk0 Yamada , puteri Kan0 dan Chiek0 Yamada yang malang itu. Bayi lelaki ialah putera Hide0 Yukawa sendiri. Sejak mayit Chiek0 Yamada dibawa pulang 0leh tiga 0rang pengawal , keluarga Yukawa telah membawanya ke tempat kediaman mereka di tepi danau.
Unari , istri Yukawa menjaga dan merawat bayi lelaki yang telah dij0d0hkan dengan puterinya itu sebaik-baiknya mirip ia merawat anaknya sendiri.
Di samping pembaringan duduk se0rang wanita muda berwajah pucat murung. Kedua matanya tampak merah lantaran banyak menangis. Dialah Unari , istri Hide0 Yukawa. “Aku berangkat ke 0tsu kini juga. Harap kau menjaga dua anak itu baik-baik.” Kata Hide0 Yukawa.
Unari Yukawa mengangguk. “Kalau kau sudah tahu apa yang terjadi dengan Kan0 Yamada lekas kembali. Sejak beberapa hari ini pasti hati saya selalu tidak enak. Saya sering bermimpi buruk setiap saya memicingkan mata…”
Hide0 Yukawa mengangguk. “Aku akan lekas kembali. Kau tak usah kawatir. Aku sudah minta para pengawal di gedung keluarga Yamada untuk melihat-lihat keadaan di sini.”
Unari mengantarkan suaminya hingga di pintu kemudian masuk kembali untuk menjaga dua bayi mungil yang masih tertidur pulas itu.
Meninggalnya Chiek0 Yamada menimbulkan suasana berkabung terasa di seluruh desa Hik0ne.
Penduduk merasa kehilangan se0rang warga mereka yang selama hidupnya banyak menawarkan banyak sekali bantuan. Nelayan yang tinggal di sepanjang tepi danau Biwa telah dibantu pinjaman untuk membeli perahu. Sedang para petani di pedalaman mendapat pinjaman uang untuk membeli alat-alat pertanian serta ternak.
Malam itu banyak penduduk desa terutama kaum ibu tiba ke rumah keluarga Yukawa. Mereka menemani Unari hingga larut malam. Semuanya merasa pilu melihat bayi Hatsuk0 dan berganti-ganti mereka mendukung bayi itu hingga akhirnya tertidur nyenyak.
Tak lama sesudah satu persatu penduduk desa meninggalkan rumah Unari Yukawa , keadaan di tempat itu menjadi sunyi senyap. Di dalam rumah hanya tinggal satu lampu minyak yang menyala , yaitu di kamar tidur Unari dan dua bayi itu. Di luar rumah tiga 0rang pengawal kelihatan duduk di dingklik kayu , meng0br0l sambil berjaga-jaga. Mereka ialah para pengawal yang bekerja di gedung keluarga Yamada. Malam itu , mirip yang diminta Hide0 Yukawa , ketiganya berjaga-jaga di rumah itu.
“Majikan kita tuan Yamada tak ada kabar beritanya. Yukawa-san pergi ke 0tsu untuk menyelidik.
Bagaimana kalau diapun tidak kembali pula?” Se0rang pengawal bicara sambil bersandar dan meluruskan kedua kakinya yang terasa pegal.
“Aku memang punya firasat buruk tuan kita tak akan kembali. Sia-sia melawan kekuasaan Yasuaki Kiuchi…” menyahut kawannya. “Manusia satu itu , mentang-mentang saudaranya Sh0gun bertindak sewenang-wenang. Malah lebih gila dari Sh0gun!”
Pengawal ketiga menimpali. “Aku ingin sekali…” Tiba-tiba ia hentikan ucapannya.
“Ada apa?” tanya dua temannya hampir berbarengan. “Aku melihat ada sese0rang menyelinap di belakang rumah…” Tiga pengawal itu serta merta berdiri berdiri. Mereka bergegas menuju belahan belakang rumah. Tiba-tiba pengawal di sebelah depan keluarkan keluhan tinggi. Tubuhnya terlipat ke depan. Kedua tangannya memegangi dada di mana menancap sebilah tant0 (pisau pendek). Dua kawannya segera memegangi tubuh pengawal itu kemudian membaringkannya di tanah. Keduanya segera mencabut senjata.
“Hati-hati , kita menghadapi penyerang gelap berkepandaian tinggi…” kata salah se0rang pengawal berbisik pada kawannya. “Pisau pendek itu…” menjawab kawannya. “Aku mengenalinya. Itu pisau prajurit-prajurit Sh0gun!”
“Aneh , ada apa mereka muncul di sini?” tanya pengawal pertama. Dia memandang ke arah rumah.
Darahnya berdesir. “Jangan-jangan ada yang bermaksud jahat terhadap dua bayi itu! Kau lekas berjaga-jaga di pintu rumah. Aku akan menyelidik ke belahan gelap sebelah sana. Si pemb0k0ng pasti bersembunyi di tempat itu!”
Kawan yang disuruh segera berkelebat ke arah rumah. Yang satu lagi bergerak ke tempat gelap di bawah bayang-bayang hitam sebuah p0h0n besar. Lima langkah lagi ia akan hingga ke semak belukar yang mengitari p0h0n , tiba-tiba tiga s0s0k berkelebat keluar dari tempat gelap. Yang dua eksklusif menyerang si pengawal. Dua pedang berkelebat dalam kegelapan malam. Satu pedang lagi membabat ke atas menangkis. Selagi terdengar bunyi berdentarangan , s0s0k ketiga yang tadi keluar dari kegelapan bergerak cepat menuju pintu rumah di mana pengawal kedua berjaga dengan pedang di tangan.
Pengawal ini terkejut sewaktu melihat ada satu s0s0k insan tinggi besar tahu-tahu sudah berada di hadapannya. Dia mirip pernah melihat 0rang ini sebelumnya. Tapi ia tak bisa berpikir lebih lama lantaran ketika itu senjata berupa sebilah g0l0k besar di tangan si tinggi besar membabat dengan deras ke arah tengg0r0kkannya. Dia cepat menangkis dengan pedangnya.
“Tranggg!” Dua senjata beradu keras di udara. Si pengawal merasa se0lah digebuk satu bal0k besar dan berat hingga lututnya tertekuk dan hampir terhenyak jatuh. Sambil jatuhkan diri dan berguling , pengawal ini berhasil selamatkan diri dari tendangan si tinggi besar. Namun begitu ia berdiri , serangan berikutnya tiba menyusul. Tahu bahwa lawan mempunyai senjata ampuh dan kekuatan luar biasa , pengawal tadi tak berani menangkis. Maka ia cepat mel0mpat ke samping untuk menghindar sambaran senjata lawan. Namun belum sempat kedua kakinya menginjak tanah kembali , g0l0k si tinggi besar melesat ke depan , menembus telak di lambungnya. Jeritan pengawal ini terdengar jauh hingga ke pel0s0k desa dan ke tengah danau Biwa. Tubuhnya sesaat tersandar ke pintu.
Dari dalam rumah tiba-tiba terdengar bunyi wanita berseru. “Siapa di luar?! Hide0? Kaukah itu?!” Pintu rumah kemudian terbuka. S0s0k tubuh pengawal yang tengah meregang nyawa dan tersandar di situ eksklusif r0b0h tergelimpang. Unari Yukawa menjerit keras. Dia segera menutupkan pintu kembali tapi terhalang 0leh s0s0k mayat si pengawal. Di ketika bersamaan si tinggi besar mel0mpat masuk ke dalam rumah.
“Ramp0k! Ramp0k!” teriak Unari Yukawa. 0rang di hadapannya menyeringai. Tangannya bergerak menjambak rambut wanita itu. Lalu sekali banting saja Unari Yukawa terkapar jatuh pingsan. Si tinggi besar kemudian berkelebat ke arah ruangan yang ada cahaya terang lampu minyak di mana bayi Hatsuk0 dan bayi Th0sir0 berada.
Ketika di kejauhan kelihatan nyala lampu-lampu lampi0n mendatangi , si tinggi besar sudah berkelebat cepat meninggalkan rumah sambil mendukung dua tubuh bayi yang masih merah-merah itu.
Dari pedataran tinggi di tepi danau , Hide0 Yukawa siang itu merasa asing melihat banyak sekali penduduk desa Hik0ne berada di sekitar rumahnya. Penuh rasa tidak enak lelaki ini memacu kudanya lebih kencang. Begitu hingga di depan rumah ia melihat wajah-wajah penduduk yang memandang rawan sayu ke arahnya. Sesuatu telah terjadi. Dia tidak melihat istrinya. Mungkin berada di dalam rumah.
“Ada apa ramai-ramai di sini?” tanya Hide0 Yukawa , begitu mel0mpat turun dari kuda. Dia memandang berkeliling. Matanya membentur s0s0k pengawal yang terkapar tak jauh dari pintu.
“Mereka? Mereka siapa?”
“Kami tidak tahu. Pagi-pagi buta kami mendengar bunyi beradunya senjatanya. Lalu suara-suara jeritan. Ketika kami mendatangi dan hingga ke sini kami melihat ada tiga mayat tergelimpang. Istrimu…”
“Unari! Mana istriku?” teriak Hide0 Yukawa. “Istrimu selamat. Dia ada di dalam ditemani istri-istri kami. Hanya….”
“Hanya apa…?!” tanya Hide0 Yukawa. Karena tak ada yang menjawab , Hide0 Yukawa eksklusif saja menghambur masuk ke dalam rumah. Di satu ruangan di dalam rumah , Unari tampak terbaring di atas kasur tipis dikelilingi 0leh beberapa wanita tetangga. Dua di antaranya tengah merawat luka di keningnya yang membengkak.
“Unari…” Hide0 Yukawa jatuhkan diri di samping kasur. Mendengar bunyi suaminya Unari Yukawa buka kedua matanya. Perempuan ini menjerit menangis keras. Hide0 cepat memeluk istrinya. “Tenang Unari… katakan apa yang terjadi…!” bisik Hide0 seraya mengelus belakang kepala Unari. “Bayi kita Hide0… T0shir0…”
“T0shir0…?”
“Juga Hatsuk0 , kedua anak itu diculik 0rang malam menjelang pagi tadi…” Dari ekspresi Hide0 Yukawa keluar bunyi menggemb0r keras. Sekujur tubuhnya bergeletar. “Siapa yang melakukan? Siapa yang menculik T0shir0?! Siapa yang menculik Hatsuk0? Siapa?!”
Hide0 Yukawa lepaskan rangkulannya di tubuh Unari. Dia berdiri dan melangkah ke pintu. Begitu hingga di luar ia cabut samurai di punggungnya kemudian berteriak. “Siapa?! Siapa menculik belum dewasa itu?! Akan kug0r0k lehernya! Akan kucincang tubuhnya!”
Se0rang penduduk desa mendekati. “Hide0! Tenang! Jangan kalap. Kita semua akan bantu menyelidik…!”
“Diam!” teriak Hide0 Yukawa. Samurai di tangannya berkelebat. Senjata ini menyambar di depan hidung tetangga itu. Kalau ia tidak cepat mel0mpat , entah bagaimana jadinya dengan hidungnya.
Semua 0rang yang ada di halaman rumah kini menjadi takut dan perlahan-lahan bergerak menjauhi lelaki yang setiap ketika bisa saja tiba-tiba mengamuk.
Gap0 mengemudikan kereta kuda itu memasuki halaman belakang gedung besar kediaman Yasuaki Kiuchi. Dua 0rang anak buahnya mengikuti di belakang. Saat itu sang surya gres saja mulai naik.
Udara masih terasa diselimuti kesejukan pagi. Di antara derap bunyi kaki-kaki kuda , dari dalam kereta terdengar bunyi tangisan bayi tidak henti-hentinya. Di serambi belakang , Yasuaki Kiuchi tengah menikmati sarapan paginya ketika dilihatnya kereta itu masuk. Dia meneguk k00hii (k0pi) hangatnya. Se0rang pelayan meny0d0rkan sepiring r0ti panggang padanya tapi tak diperdulikan.
Pelayan ini memalingkan kepalanya ke arah kereta dan jadi terheran-heran mendengar ada bunyi tangisan bayi. Beberapa pengawal yang ada di situ juga merasa aneh.
Yasuaki Kiuchi yang mata kirinya buta akhir lemparan senjata rahasia Kan0 Yamada berdiri dari kursinya. Sesaat ia mengusap mata kirinya yang kini ditutup dengan selembar kulit gelap kemudian melangkah ke tangga. Di ketika yang sama Gap0 hingga di anak tangga teratas. Setelah menjura terlebih dahulu kepala prajurit Sh0gun ini berkata.
“Tuan Kiuchi. Kita berhasil. Dua bayi itu ada dalam kereta…” Yasuaki Kiuchi tersenyum. Dia menuruni tangga menuju kereta. Gap0 yang berjalan mendahului singkapkan kain tebal epil0g belahan belakang. Yasuaki Kiuchi buka kedua matanya lebar-lebar. Dua bayi , satu lelaki dan satu wanita terbaring menangis di atas tumpukan jerami kering. Ketika ia memperhatikan bayi wanita , dalam hatinya Yasuaki Kiuchi berkata. “Bayi wanita ini sebetulnya cukup baik untuk j0d0h puteraku. Tapi sayang , 0rang tuanya berlaku b0d0h! Dijanjikan madu dan bunga sakura malah membalas dengan racun dan duri berbisa!” Lalu Yasuaki Kiuchi berpaling pada Gap0.
“Bagus Gap0! Kau punya pekerjaan bagus!” kata Yasuaki Kiuchi memuji sambil tepuk-tepuk pundak Gap0. Si tinggi besar ini membungkuk berulang kali. “Tapi tugasmu belum selesai!”
“Saya tahu tuan Kiuchi. Saya siap menjalankan perintah selanjutnya…” kata Gap0 pula.
“Saat ini juga kau harus berangkat ke pegunungan Shik0ku. Temui datuk gila dunia persilatan si Nenek Muka Nek0. Terangkan padanya apa yang saya mau. Lalu serahkan benda ini padanya…”
Dari balik kim0n0nya , Yasuaki Kiuchi keluarkan sebuah benda panjang yang ternyata ialah seuntai besi asing berwarna hitam yang sudah karatan. Pada kedua ujung rantai sepanjang lima jengkal ini terdapat jepitan berbentuk gelang tebal.
Gap0 mendapatkan rantai itu. Menurut taksirannya rantai itu mempunyai berat paling tidak sekitar 25 kati.
Tetapi alangkah kagetnya kepala prajurit Sh0gun ini ketika dipegang ternyata benda itu ringan sekali. Sejak lama bekerjsama Gap0 sudah mengetahui kalau Yasuaki Kiuchi menyimpan rantai asing itu. Sudah semenjak lama pula ia ingin mempunyai benda ini lantaran kekuatan asing yang tersembunyi di dalam rantai karatan itu sanggup menjadikan rantai sebagai senjata sakti andalan. Gap0 mendapatkan rantai itu dengan tangan gemetar. Pikiran khianat merebak dalam 0taknya.
“Kalau tak ada hal-hal lainnya , saya m0h0n diri ,” kata Gap0 pula.
“Ada satu hal yang perlu saya beri tahu ,” ujar Yasuaki Kiuchi. “0rang-0rangku melap0rkan bahwa Hide0 Yukawa , ayah bayi lelaki itu kemarin terlihat di 0tsu. Selidiki apa yang dilakukannya. Kalau kau merasa tidak begitu suka padanya kau b0leh menciptakan perhitungan sendiri!”
“Saya akan selidiki sekembali dari Shik0ku ,” jawab Gap0. “Apakah saya b0leh pergi sekarang?”
Yasuaki Kiuchi mengangguk kemudian berkata. “Jangan lupa mampir dulu di tempat si penyamak. Dia punya kiprah untuk membalut sekujur tubuh dan kepala bayi itu dengan pembalut kulit. Benda itu kelak yang bakal memungkinkan terjadinya kegegeran besar di negeri Nih0n ini!”
“Saya memang akan ke sana. Anak buah saya sudah menunggu di tempat tukang samak kulit itu ,” ujar Gap0 pula.
“Dan kau sudah tahu Gap0 , apa yang harus kau lakukan terhadap 0rang itu begitu ia selesai membungkus dua bayi dengan pembalut kulit?”
“Saya tahu tuan Kiuchi ,” jawab Gap0 kemudian melintangkan susunan jari tangan kirinya di leher dan menciptakan gerakan menyembelih.
“Kau b0leh pergi kini ,” kata Yasuaki Kiuchi. “Kembali dari pegunungan Shik0ku kau bakal mendapat hadiah besar dariku…”
“Saya tidak mengharapkan hadiah apa-apa darimu tuan Kiuchi. Tapi bila tuan tidak murka , bekerjsama sudah lama saya berhasrat dengan salah se0rang selirmu yang tak pernah datang-datang lagi kemari…”
“Heh , selirku yang mana?” tanya Yasuaki Kiuchi sambil usap-usap dagu dan senyum-senyum kecil.
“Maksud saya selir berjulukan Emik0 itu…”
4
“Emik0… Emik0…?” Tiba-tiba meledaklah tawa Yasuaki Kiuchi. “Aku tidak tahu , rupanya sudah lama kau mengincar selirku yang gemuk tambun itu! Ha…ha…ha! Kau b0leh mengambil babi gembr0t berminyak itu Gap0! Kau b0leh memakainya selama kau suka! Asal saja hidungmu cukup tahan pada busuk ketiaknya! Ha…ha…ha!”
“Terima kasih tuan Kiuchi!” kata Gap0 kemudian membungkuk dalam-dalam.
Pegunungan Shik0ku walaupun terletak di sebelah selatan , namun tingkat kedinginannya tidak kalah dengan pegunungan lain yang terletak di sebelah utara. Pagi itu di salah satu puncak pegunungan yang diselimuti salju kelihatan asap mengepul ke udara. Kepulan asap ini ternyata tiba dari sebuah perapian yang ada di depan sebuah g0a kecil.
Di depan g0a duduk se0rang nenek mengenakan mantel bulu beruang. Nenek ini mempunyai tampang asing lantaran wajahnya yang putih keriputan itu mirip wajah seek0r kucing. Hidungnya kecil , belahan bawahnya ditumbuhi bulu-bulu halus. Mulutnya mempunyai barisan gigi-gigi kecil serta pengecap pendek merah. Kedua b0la matanya berwarna kehijauan , dan di sebelah tengah ada belahan yang berbentuk mirip butiran gandum. Sepasang telinganya juga kecil , mencuat ke atas dan berbulu halus putih. Di udara yang sangat masb0d0h itu setiap hembusan nafas si nenek menciptakan terjadinya kepulan kabut putih. Hampir setiap ketika si nenek bermuka kucing mend0ngak ke udara sementara kedua tangannya yang berkuku-kuku panjang menggumpal-gumpal salju membentuk b0la sebesar kepalan.
“Hari asing apa pula ini?” si nenek berkata. “Sedari tadi tak ada seek0r burung pun yang lewat. Apa semua burung sudah pada mampus?!”
Baru saja si nenek berkata begitu , tiba-tiba ada seek0r kucing menge0ng di dekat ekspresi g0a.
Astaga! Ternyata di situ ada dua ek0r kucing putih yang semenjak tadi duduk di belakang si nenek.
Binatang-binatang ini mempunyai bulu yang sangat tebal , berbadan lebih besar dari kucing biasa.
Yang satu ada ikatan pita merah pada lehernya , yang seek0r lagi berpita biru.
“Hus! Jangan berisik anak-anak! Nanti benar-benar tak ada burung yang lewat di tempat kita! Kalian berdua akan sengsara kelaparan!”
“Me0ng…. Me0ng….!”
“Anak-anak sialan!” si nenek memaki sambil menampar salju di tanah dengan tangan kirinya. Salju muncrat ke atas. Sebagian menghantam muka dua ek0r kucing itu. Dua hewan ini menge0ng keras kemudian mel0mpat ke atas pundak kiri kanan si nenek. Di sini keduanya duduk mendekam , tidak berani bergerak dan juga tidak berani bersuara.
Si nenek kembali mend0ngak ke langit. Tiba-tiba sepasang mata kucingnya memancarkan sinar.
Lehernya ditinggikan dan hidungnya bergerak-gerak.
“Ada rezeki datang…” kata si nenek muka kucing sambil menyeringai. Kedua tangannya sibuk menggumpal salju hingga bermetam0rf0sis b0la kecil sekeras batu. Saat itu tampak seek0r burung hitam terbang tinggi di udara. Mulut si nenek kembali menyeringai. Dia tiba-tiba berdiri. Gumpalan b0la salju digenggam di tangan kanan. Burung mulai mendekat. Si nenek menciptakan gerakan meliuk-liuk. Dua kakinya bergeser-geser kian kemari. Dua tangannya bergerak-gerak. Keadaannya ketika itu tidak beda mirip se0rang tengah menari. Mendadak tubuhnya melesat setinggi sepuluh kaki. Selagi melayang di udara , nenek ini menciptakan gerakan jungkir balik. Pada ketika kepalanya berada di bawah di mana kedua matanya sanggup melihat terang langit di atasnya , ia keluarkan bunyi menge0ng , kemudian b0la salju di tangan kanannya dilemparkan ke atas tanpa membidik sedikitpun!
Hebatnya , lemparan salju mirip asal-asalan itu sempurna menghantam burung hitam yang sedang terbang di udara hingga pecah. Binatang ini eksklusif melayang jatuh ke tanah pegunungan yang tertutup salju tipis.
“Biru! Lekas kau ambil santapan pagi kita itu!” berkata si nenek muka kucing. Kucing salju berpita biru di pundak kirinya menge0ng keras kemudian mel0mpat turun , lari dengan cepat ke tempat jatuhnya burung hitam tadi. Tak lama kemudian , kucing salju berbulu putih itu kembali pada majikannya si nenek bermuka putih mirip kucing sambil mengg0ngg0ng burung hitam besar di mulutnya.
Burung ini diletakkan di hadapan si nenek.
Si nenek tiba-tiba saja unjukkan wajah kesal dan mau menangis. Tapi yang keluar dari mulutnya justru bunyi tawa mengekeh. “Me0ng… me0ng hik… hik.. hik! Nasib kita sialan betul hari ini Menunggu lama dengan perut ker0nc0ngan , sanggup mangsa ternyata seek0r burung pemakan mayat! Biru , putih , kau tahu kita berpantang makan burung nazar!”
“Me0ng…!Me0ng…!” dua ek0r kucing putih menge0ng se0lah mengiyakan.
Si nenek membungkuk. Lalu dengan jari telunjuk tangan kirinya disentilnya burung hitam itu.
Sungguh luar biasa. Meski cuma menyentil , burung hitam itu mencelat jauh hingga akhirnya lenyap dari pandangan mata. Si nenek usap-usap kucing putih berpita merah yang masih nangkring di bahunya. “Kita terpaksa mencari ikan di telaga beku. Apa b0leh buat. Kemarin ikan , kini ikan lagi…. Ay0 Merah kau pimpin jalan. Cari belahan telaga berlapis es paling tipis…”
Kucing putih berpita merah di pundak si nenek mel0mpat turun. Binatang itu berlari-lari di sebelah depan. Temannya si biru mengikuti dan di sebelah belakang gres si nenek yang mengenakan mantel dari bulu beruang. Tak berapa lama kucing merah hentikan langkah. Binatang ini mengendus-endus tanah berlapis es keras dan salju di hadapannya kemudian melangkah berputar-putar sambil menge0ng tiada henti. Hal ini rupanya sudah cukup menerangkan bagi si nenek. Sambil berjingkat-jingkat dan senyum-senyum , wanita renta ini bergerak ke belahan yang tadi diputari kucing berpita merah.
“Hemmm… memang di sini agak tipis lapisan es bekunya. Aku sanggup merasakan…!” kata si nenek.
Lalu perlahan-lahan ia berj0ngk0k. Mantel bulunya disingsingkan. Kepalanya did0ngakkan dan kedua matanya berkedap-kedip. Sesaat kemudian terdengar bunyi “Serrrrrr…!” Ternyata si nenek enak saja membuang hajat kecil alias kencing di tempat ia j0ngk0k itu.
Selesai kencing si nenek berdiri berdiri kemudian melangkah mundur berjingkat-jingkat. Di atas salju , air kencingnya yang hangat tampak mengepul begitu bersentuhan dengan lapisan salju dan lapisan es beku di bawahnya. Bau pesing menebar di tempat itu. Si nenek tertawa cekikikan kemudian tekap hidungnya. “Gila tak kusangka kencingku busuk sekali… Hik… hik… hik…!”
Air kencing yang hangat itu merembes ke bawah menembus salju dan lapisan es. Sesaat kemudian lapisan es itu kelihatan mencair , membuka bentuk l0bang cukup besar. Di bawah l0bang tampak genangan air. “Nah , kita tinggal menunggu anak-anak…!”
“Me0ng! Me0ng!”
Baru saja dua ek0r kucing menge0ng begitu , dari dalam l0bang tiba-tiba mencelat seek0r ikan besar. Lalu seek0r lagi. Begitu berturut hingga tiga kali. “Cukup!” si nenek berkata kemudian dengan kaki kanannya yang berkuku panjang menggeser tumpukan salju hingga menutupi l0bang.
“Anak-anak , kita kembali ke g0a. Aku khawatir terlalu lama api pembakar santapan akan mati.” Si nenek membungkuk mengambil seek0r dari tiga ikan yang menggelepar-gelepar di atas salju. Dua ek0r kucing putih masing-masing mengg0ngg0ng seek0r ikan kemudian melangkah mengikuti si nenek.
Harum busuk ikan panggang masih menggantung di udara walau ketiga ikan itu sudah amblas masuk ke dalam perut si nenek dan dua ek0r kucing peliharaannya. Di depan g0a si nenek duduk l0nj0rkan kaki. Dua ek0r kucing duduk di pangkuannya. Sepasang mata si nenek kuyu mirip mengantuk.
Tiba-tiba kedua mata itu nyalang besar. Sepasang indera pendengaran kucing si nenek bergerak-gerak.
“Anak-anak kita akan kedatangan tamu. Entah siapa mereka saya tidak tahu…” Berucap si nenek.
“Me0ng! me0ng!” Telinga si nenek terus bergerak-gerak. Se0lah ia melihat dengan telinganya. Mulutnya kembali bersuara.
“Mereka ada tiga 0rang. Yang satu membawa kereta berpeluncur besi ditarik beberapa ek0r anjing besar. Dua lainnya menggunakan sepatu seluncur terbuat dari besi… Tapi aneh… Aku mirip mencium ada dua jalan pernafasan lagi di antara ketiga 0rang itu. Halus hampir tidak bersuara…”
“Me0ng! Me0ng!”
Tak lama kemudian si nenek buka kedua matanya. Bersamaan dengan itu di depannya dilihatnya apa yang tadi diucapkannya. Se0rang tinggi besar mengenakan k0piah dan mantel bulu tebal mengemudikan kereta es di tarik enam ek0r anjing es. Di belahan belakang kereta ini ada sebuah peti besar terbuat dari papan dilapisi seng tebal di sebelah luarnya. Dua 0rang lelaki bersepatu selancar es tampak di sebelah belakang kereta.
Tak lama kemudian r0mb0ngan itu hingga di hadapan si nenek dan dua ek0r kucing. Anjing-anjing penarik kereta serta merta menyalak begitu melihat dua ek0r kucing. Si biru dan si merah tak kalah beringas. Kedua hewan ini menge0ng keras kemudian mel0mpat ke atas kereta , siap menyerang.
“Anak-anak , kembali ke sini!” berseru si nenek. Dua ek0r kucing es dengan patuh mel0mpat turun dan kembali ke dekat majikan tuanya itu.
“Kami mencari datuk dunia persilatan dikenal dengan panggilan nenek Nek0 alias nenek kucing. Kami rasa telah menemuinya…”
Si nenek tertawa lebar. Lelaki tinggi besar itu bergidik melihat pengecap kecil merah dan barisan gigi-gigi yang tersusun kecil runcing persis gigi-gigi kucing. “0rang tinggi besar , terangkan siapa kalian!”
“Namaku Gap0. Kami tiba membawa benda penting dan sangat rahasia…”
“Heh……benda-benda apakah itu?!” tanya si nenek sambil hembuskan nafas panjang hingga terlihat mirip ada asap yang mengepul keluar dari mulutnya.
Gap0 mengambil peti besar yang ada di belahan belakang kereta. Peti ini diletakkannya di atas salju di hadapan si nenek kemudian epil0g peti dibuka. Begitu terbuka , dari dalam peti terdengar bunyi tangisan bayi. Si nenek hingga terl0njak saking kagetnya. Dua ek0r kucing putih menge0ng keras.
Si nenek ulurkan kepalanya memandang ke peti.
“Kalau mereka tidak menangis pasti kukira dua ek0r anak babi siap panggang!” kata si nenek. “Muka tangan dan kaki serta tubuh di balut sejenis kulit yang tak lepas sebelum sepuluh tahun. Kalau di lepas sebelum itu , kulit dan dagingnya akan terk0yak!” Si nenek memandang pada Gap0 kemudian tertawa hingga kedua matanya basah. “Prajurit sh0gun! Kejahatan biadab macam apa yang kau tunjukkan padaku ketika ini? Hik… hik… hik…!”
“Nenek Nek0 , ini bukan kejahatan atau kebiadapan. Ini justru satu perc0baan yang bakal menciptakan namamu jadi menjulang dalam dunia persilatan!”
“Aku tidak mengerti!” si nenek tersengguk-sengguk.
“Kau ditugasi merawat dua bayi ini!”
“Merawat bayi? Gila! Dua 0rang pula! Aku tak pernah punya anak. Mana mampu! Bayi-bayi ini perlu susu!”
“Bagaimana kau merawat dan memberi makannya terserah. Dua bayi ini harus kau jadikan dua insan b0nsai yang mempunyai kepandaian tinggi!”
“Aneh! Benar-benar gila! Tapi menarik! Tapinya lagi saya tak mau melakukannya!”
“Kalau begitu kau bakal mendapat kesulitan!”
“Aku tak pernah mengenal kesulitan dalam hidup ini!” jawab Nenek Nek0.
“Kau berdusta pada dirimu sendiri!” kata Gap0.
“Eh , katakan siapa yang menugaskanmu!” si nenek menatap tajam pada Gap0.
“Yasuaki Kiuchi , saudara sepupu sh0gun yang tinggal di 0tsu…” jawab Gap0.
Mendengar jawaban itu , wajah kucing si nenek mendadak berubah. Dari mulutnya terdengar bunyi halus mirip kucing menge0ng perlahan. “Kalau kau berani men0lak , kekasihmu Kami0 Shiker0 tidak akan pernah kau temui lagi seumur hidupmu. Bukankah ia sudah mendapat pengampunan untuk dikembalikan padamu tujuh belas tahun di muka?”
“Katakan di mana ia sekarang? Di penjara mana ia dipendam?” bertanya Nenek Nek0 dengan bunyi ririh.
“Mana saya tahu. Kalau pun tahu , tidak akan kukatakan padamu!” jawab Gap0.
Nenek Nek0 terdiam. Wajah kucingnya tampak murung. Dari sepasang matanya meluncur turun tetesan air mata. Lalu wajah itu menyeringai. Seringai bermetam0rf0sis senyum dan senyum disusul dengan tertawa mengekeh. Mula-mula perlahan kemudian semakin kencang. Tiba-tiba bunyi tawanya lenyap mirip di renggut setan. “Bayi-bayi ini , anak siapa mereka?”
“Kau tidak perlu banyak tanya. Ini kiprah yang harus kau laksanakan!” jawab Gap0. Lalu pada si nenek diserahkannya secarik kertas. Nenek Nek0 memperhatikan kertas itu sekilas , kemudian dijatuhkannya ke pangkuannya. Gap0 memberi k0de pada dua temannya. Kedua 0rang ini kemudian menurunkan sebuah peti dari belakang kereta es , diletakkan di depan si nenek .
“Peti apa pula ini? Bayi lagi!?!”
“Makanan dan minuman penghangat tubuh ,” jawab Gap0.
“Dan ini pemanis hadiah dari majikanku Yasuaki Kiuchi!” kemudian Gap0 melemparkan sebuah kant0ng kain berisi uang ke pangkuan si nenek.
“Aku hidup di pegunungan Shik0ku ini tidak perlu diberi masakan dan uang! Tak ada gunanya. Aku dan dua ek0r kucingku bisa mencari masakan sendiri. Kalian bawa kembali peti berisi masakan dan minuman itu. Uang dalam kant0ng saya ambil. Bukan untukku , tapi untuk dua bayi yang menderita ini. Jika mereka berumur panjang uang itu mungkin ada gunanya bagi keduanya…”
“Terserah kau mau bilang apa ,” kata Gap0 puas , kemudian ia menawarkan tanda pada teman-temannya supaya segera meninggalkan tempat itu.
“Kalian mau ke mana?” bertanya si nenek.
“Kembali ke 0tsu!” jawab Gap0 tanpa men0leh.
“C0ba kau ingat , apakah tidak ada sesuatu yang ketinggalan?”
“Eh , apa maksudmu?” tanya Gap0. Dia memutar tubuh dan memandang berkeliling. Dan merasa heran lantaran memang tidak ada barangnya yang ketinggalan.
“Nek , apa maksudmu dengan pertanyaan tadi?” Gap0 mengulang.
“Di atas kertas yang ada di pangkuanku tertulis bahwa kau membawa sebuah rantai. Dengan rantai itu saya ditugaskan mengikat lengan bayi-bayi ini. Aku belum mendapatkan rantainya…”
“Hemmm… itu rupanya ,” kata Gap0 sambil menyeringai.
“Tuan Yasuaki Kiuchi membatalkan kiprah yang satu itu. Dia lupa menc0ret g0resan pena di kertas…
Bukankah begitu teman-teman?” Dua anak buah Gap0 mengiyakan.
“Kau berdusta. Kalian berdusta! Serahkan rantai itu padaku! Aku tahu itu bukan benda sembarangan. Aku juga tahu kau ingin mencurinya , mengambilnya secara licik!”
“Dasar nenek sinting! Berani kau menuduhku mirip itu?” hardik Gap0.
“Aku tidak menuduh yang bukan-bukan. Rantai itu terikat di pinggangmu , tersembunyi di balik kim0n0 dan mantel tebalmu!”
“Tua bangka keparat! Kalau saja kau tidak diberi kiprah penting mengurusi dua bayi itu 0leh majikanku , ketika ini mau rasanya saya mer0bek mulutmu , memecahkan bat0k kepalamu!”
“Aku lebih senang bila kau membunuhku detik ini juga!” kata si nenek. Bersamaan dengan itu dua ek0r kucing menge0ng keras.
“Aku tidak akan membunuhmu! Tapi dua ek0r peliharaanmu ini biar kutebas sebagai eksekusi kekurangajaranmu!”
Si nenek tertawa perlahan. “Prajurit-prajurit Sh0gun memang p0puler s0mb0ng tapi juga jahat dan culas. Berani kau mendekati dua ek0r kucing itu kau akan terima hajaran yang menyakitkan dariku!”
“Aku akan lap0rkan tingkahmu pada tuan Yasuaki Kiuchi!” mengancam Gap0. Si nenek tertawa.
Sepasang matanya memancarkan sinar asing ketika dilihatnya Gap0 mencabut g0l0k besar dari balik mantel tebalnya kemudian melangkah mendekati dua ek0r kucing. Dua ek0r kucing ini segera mendekam merunduk , memandang galak pada Gap0.
“Wuttt!” G0l0k besar di tangan Gap0 menderu. Bersamaan dengan itu tubuh si nenek yang semenjak tadi duduk melunjur tiba-tiba melesat ke udara. Tangan kanannya membeset , bukan memukul tubuh Gap0 atau memukul lengannya yang memegang g0l0k , tapi justru ia memukul eksklusif tubuh g0l0k yang dipegang kepala prajurit Sh0gun itu. “Traaakkk!” G0l0k besar k0k0h itu patah dua dan terlepas dari pegangan Gap0. Gap0 sendiri terkejut bukan alang kepalang hingga keluarkan seruan keras. Belum lagi seruannya habis si nenek gerakan tangan kanannya yang berkuku panjang. Lalu
“Trakk…! traakk!” Jari-jari tangan kanan Gap0 berpatahan. Seruan kaget lelaki ini bermetam0rf0sis jeritan kesakitan setengah mati.
Dua 0rang anak buahnya yang tadi membisu saja kini ikut menyerbu sambil menghunus pedang. Si nenek berkelebat. Tangannya kiri kanan bergerak. “Traaakkkk! Traaakkk!” Tulang lengan kanan dua prajurit yang memegang pedang terdengar patah menggidikkan. Seperti Gap0 , keduanya menjerit-jerit kesakitan. Ketiga 0rang ini kemudian bergerak menjauhi. Gap0 naik ke atas kereta es dan buru-buru hendak tinggalkan tempat itu. Dua anak buahnya segera meluncur mengikuti. Tapi tahu-tahu si nenek sudah lebih dulu mel0mpat ke atas kereta.
Dia memandang menyeringai pada Gap0. “Aku bisa mematahkan kaki anjing-anjing penarik kereta , juga menghancurkan sepatu besi dua anak buahmu hingga kalian terpaksa pulang jalan kaki ke 0tsu. Aku juga bisa mematahkan lagi jari-jari tanganmu sebelah kiri. Tinggal pilih. Atau sebaliknya kau serahkan rantai besi itu kini juga!”
“Keparat sialan!” rutuk Gap0. Dari balik mantelnya dikeluarkannya besi hitam karatan yang diterimanya dari Yasuaki Kiuchi , yang memang bekerjsama harus diserahkan pada si nenek. Nenek muka kucing tertawa hik-hik-hik mendapatkan rantai besi itu. Lalu turun dari atas kereta es. Dia masih tegak berdiri sambil tertawa-tawa memperhatikan ketiga 0rang itu hingga akhirnya mereka lenyap di balik pedataran salju menurun.
Di atas kereta , Gap0 memaki tiada henti di antara rintihannya. “Jahanam , tidak kusangka renta bangka keparat itu mempunyai k0pp0 (ilmu mematahkan tulang) begitu hebat. Aduh! Apakah tanganku bisa sembuh atau tidak? T0bat sakitnya…!”
Pasar di sentra k0ta 0tsu menjadi ramai ketika dua makhluk asing itu muncul bergandengan. “Lihat! Ada sepasang insan katai!” se0rang berseru seraya menunjuk.
“Hai! Ada insan ceb0l!” se0rang lainnya berteriak. “Bukan katai bukan ceb0l. Tapi manusia-manusia b0nsai!”
“Lihat kuku-kuku jarinya. Panjang berkeluk!”
“Mereka pakai mantel bulu! Padahal di sini ada matahari , bukan tempat dingin! Ha… ha… ha!”
Sebentar saja puluhan 0rang telah mengerubungi apa yang mereka sebut sebagai sepasang insan katai atau ceb0l atau b0nsai itu. Di tengah kerumunan 0rang banyak , tegak se0rang lelaki yang s0s0k tubuhnya hanya setinggi pinggul 0rang biasa. Wajahnya yang mirip belum dewasa tampak merah 0leh sengatan sinar matahari pagi. Rambutnya hitam dikuncir ke atas. Sekitar mulutnya ada garis-garis hitam dibentuk dari sejenis cat hingga mukanya yang lucu itu mirip wajah seek0r anak kucing. Dia mengenakan pakaian mantel panjang terbuat dari bulu beruang. Sepasang kakinya menggunakan kasut tebal terbuat dari kulit. Manusia ceb0l ini memelihara kuku panjang berkeluk. Pada pergelangan tangan kanannya ada sebuah benda berbentuk gelang tebal terbuat dari besi. Benda ini bersambungan dengan sebuah rantai besi berwarna hitam dan karatan. Bagian tengah rantai ini menjela menyentuh tanah. Setiap ia bergerak atau melangkah , besi yang menyentuh tanah keluarkan bunyi bergesek tanda benda itu berat sekali. Tapi si ceb0l ini bisa menggerakkan tangannya kian kemari se0lah rantai itu enteng saja.
Ujung lain dari rantai yang juga dicant0li gelang besi bergelung di pergelangan tangan kiri insan b0nsai kedua. Yang satu ini ternyata se0rang perempuan. Seperti kawannya , rambutnya dikuncir ke atas. Pipi dan bibirnya merah. Sekitar mulutnya ada garis-garis hitam. B0la matanya yang lucu memandang kian kemari. Dia mengenakan pakaian ringkas warna merah terang , kemudian di atas pakaian ini ia menggunakan mantel bulu beruang. Kedua kakinya mengenakan kasut dari kulit dan kuku-kuku jari tangannya juga panjang berkeluk.
“0rang banyak!” insan b0nsai wanita berseru. “Mengapa kalian mengerubungi kami?!”
0rang-0rang yang mengelilingi dua insan b0nsai bers0rak. “Yuum0a! Yuum0a! (lucu)” seru 0rang banyak. “Kalian berdua yuum0a!”
“Kami berdua Yuum0a?! Apanya yang lucu?!” tanya insan b0nsai perempuan. 0rang banyak kembali berseru ramai.
“Anak-anak , kalian berdua ini terlepas dari mana?!” se0rang lelaki muda berkepala gundul bertanya menciptakan 0rang banyak tertawa ribut.
Sepasang insan b0nsai saling pandang kemudian ikut-ikutan tertawa tergelak-gelak. Suara tawa mereka aneh. Yang lelaki waktu tertawa keluarkan bunyi “Huk…huk…huk!” Sedang yang wanita tawanya berbunyi “Hik…hik…hik!” Anehnya , sehabis tertawa mereka mengeluarkan bunyi mirip kucing. Me0ng… me0ng!
5
“Makhluk b0nsai aneh!” perjaka gundul berkata lagi. “Muka dicat mirip kucing , kuku panjang-panjang kemudian keluarkan bunyi me0ng! Tapi kalian bukan kucing kan?”
0rang banyak tertawa gelak-gelak. Si gundul melanjutkan. “Matahari ada di atas kepala kalian , udara di sini panas , tapi beg0nya kalian pakai mantel bulu segala!”
Manusia b0nsai lelaki menunjuk ke arah si gundul yang tadi mengejek. Biasanya 0rang menunjuk dengan jari telunjuk tapi ia menunjuk dengan jari kelingking. Dan waktu menunjuk jari kelingking kiri itu sengaja digerak-gerakkan. “Hai gundul b0tak!” Manusia b0nsai lelaki berkata dengan bunyi keras. Tapi tetap saja suaranya mirip bunyi anak-anak. “Kami ini bukan belum dewasa tahu?! Usia kami berdua sudah hampir delapan belas tahun! Kalau ditambah , jadi tiga puluh enam. Betulkah hitunganku?! Huk…huk…huk! Me0ng!”
“Hik…hik…hik…! Me0ng!” Ikut tertawa insan b0nsai perempuan.
0rang ramai jadi tertawa riuh rendah. Saat itu semakin banyak 0rang tiba mengerubungi.
Pemuda gundul tak tinggal diam. Dia segera menyahuti ucapan insan b0nsai lelaki tadi.
“Makhluk b0nsai! Tidak sangka kau pintar berhitung! Apa kau juga pintar menari?!”
“Gerrrrrrrr!” 0rang banyak kembali tertawa.
“Huk…huk…huk! Me0ng!”
“Hik…hik…hik! Me0ng!”
“Kalian berdua pasti tiba dari tempat pegunungan! Sampai di k0ta tak mau melepas mantel! Kaprik0rnus kalian rupanya kucing-kucing pegunungan!” 0rang banyak kembali tertawa keras mendengar ucapan si gundul tadi.
Dua insan b0nsai ikut tertawa nyaring. Lalu masih sambil terus menunjuk dengan jari kelingking kiri yang digerak-gerakkan , insan b0nsai lelaki berkata , “Hai gundul b0tak! Aku dengar yang gundul itu biasanya biksu. Tapi saya tahu kau terang bukan biksu! Karena baju dan badanmu bau! Huk… huk… huk!”
“Hik… hik… hik…!” insan b0nsai yang wanita menimpali tawa temannya kemudian menjulur-julurkan lidahnya pada perjaka gundul itu. Kemudian sambil memencet hidungnya seakan-akan menahan busuk ia berkata , “Sudah gundul dan busuk , t0ngg0s lagi! Eh sudah begitu jerawatan pula. Mending jerawat biasa! Tapi jerawat batu! Hik… hik… hikkk!”
“Huk… huk… huk…!”
Langit di atas pasar itu se0lah runtuh 0leh bunyi tawa puluhan insan yang berada di situ ketika mendengar apa yang dikatakan insan b0nsai perempuan. sementara perjaka gundul tadi wajahnya yang memang dipenuhi jerawat besar tampak menjadi sangat merah.
Se0rang lelaki gendut yang berjualan daging babi di pasar itu sambil usap-usap perutnya yang melembung berkata , “Manusia ceb0l wanita , kalau umurmu memang delapan belas berarti kau bekerjsama se0rang gadis. Biar saya memanggilmu dengan sebutan n0na cantik. Nah , n0na bagus , walau temanku si gundul ini kau bilang t0ngg0s dan jerawatan , tapi apakah kau mau kalau kulamar jadi istrinya?!”
“Gerrrrr!” 0rang banyak semakin riuh. Si gundul sendiri keluarkan makian panjang pendek kepada si tukang daging. Tapi suaranya karam tak terdengar 0leh riuhnya 0rang sepasar tertawa.
“0rang di pasar ini rupanya tak ada kerjaan!” kata insan b0nsai lelaki. “Ay0 kita pergi dari sini…!” Dia mengajak temannya pergi.
“Hai , kalian mau ke mana? Kalau mau pergi dekat-dekat saja saya bersedia menggend0ng!” si pedagang babi berseru.
“Kami lapar! Mau cari rumah makan! Di mana rumah makan yang enak di pasar ini?!” ujar insan b0nsai perempuan.
“Ah…!” si gendut usap lagi perutnya. “Kalau mau mencari rumah makan biar saya tunjukkan. Ikuti aku! Tapi kenalkan dulu diriku. Namaku Kukun0!”
“Nama jelek!” cibir insan b0nsai perempuan. “Apa kerjamu?! Jualan apa kau di pasar ini? Kulihat kau membawa pisau besar!”
“Aku pedagang babi…” jawab si gendut Kukun0.
“Pantas tampangmu mirip babi!” kata si b0nsai wanita , yang menciptakan 0rang banyak kembali bers0rak tawa riuh rendah.
Si gendut Kukun0 kelihatan merah mukanya tanda marah. Tapi marahnya ditahan saja. Dia menggerakkan tangan pada kedua insan b0nsai itu seraya berkata , “Kalian lapar. Mau makan enak! Ay0 ikuti aku! Ada rumah makan bagus di belakang pasar , harganya murah.”
Begitu sepasang insan b0nsai melangkah mengikuti Kukun0 , 0rang banyak yang ada di situ serta merta pula bergerak menuruti. Mereka tak ubahnya sebuah r0mb0ngan panjang yang tengah melaksanakan arak-arakan. Di belakang pasar ada sebuah tanah lapang kecil. Di ujung lapangan , berdiri sebuah bangunan kayu tak berdinding. Halamannya berpagar bambu. Bau busuk yang dibawa angin menyambar dari arah bangunan ini. Kukun0 justru menyeberangi lapangan menuju bangunan. Dua insan b0nsai terus mengikuti. Sebaliknya 0rang banyak yang sudah tahu bangunan apa itu adanya bertanya-tanya apa bekerjsama yang hendak dilakukan pedagang daging babi itu. perjaka gundul jerawatan yang juga ada dalam r0mb0ngan tampak tersenyum-senyum.
Diam-diam ia sudah bisa menduga apa yang hendak dibentuk Kukun0.
Si gendut Kukun0 membuka pintu pagar kemudian masuk ke dalam. Bangunan itu ternyata sebuah sangkar babi yang cukup luas. Keadaannya selain sangat k0t0r juga busuk. K0t0ran babi berhamparan di mana-mana. Bau busuk menyengat hidung merambas terusan pernafasan. Beberapa ek0r babi jantan berlari-lari liar melihat begitu banyak insan berada di tempat itu. Beberapa ek0r babi betina asyik menyusui anak-anaknya yang masih merah-merah.
“Nah inilah rumah makan paling sedap di pasar 0tsu!” kata Kukun0 pada dua insan b0nsai yang tegak di sampingnya. “Bangunannya besar dan bagus. Di mana-mana ditaruh wewangian…” Sampai di situ gres mengerti apa bekerjsama yang diperbuat pedagang babi itu. Mereka semua riuh tertawa.
Sebaliknya , walau sadar kalau diri mereka dipermainkan , dua insan b0nsai malah ikut-ikutan tertawa.
“Dan itu…” kata si gendut Kukun0 melanjutkan permainannya. Dia menunjuk pada k0t0ran babi
yang memenuhi kandang. “Itu semua masakan paling sedap. Kalian tinggal memilih. Mau makan tenpura (udang g0reng) atau menentukan sashimi (irisan ikan mentah) atau mungkin lebih suka yakizakana (ikan panggang)! Ha…ha… ! Silakan ambil sendiri. Makan sepuasnya dan tak usah bayar!”
0rang banyak tertawa tergelak-gelak melihat tingkah Kukun0 sewaktu mengucapkan kata-kata tadi.
Sepasang insan b0nsai senyum-senyum dan saling pandang satu sama lain.
Yang pria kedipkan matanya kemudian berpaling pada Kukun0. “S0batku gendut! Kau sangat baik hati pada kami. Telah membawa ke rumah makan yang begini besar dan bagus… Pelayannya cantik-cantik… Makanannya mirip katamu enak sekali. Lalu kami b0leh makan sepuasnya tanpa bayar , Kami benar-benar beruntung hari ini! Huk…huk…huk! Me0ng!”
“Hik…hik…hik! Kau betul , hari ini kita beruntung sekali!” menimpali insan b0nsai wanita sambil menutup ekspresi dan tertawa cekikikan. “Tapi bagaimana kau bisa tahu kalau masakan di rumah makan ini sedap semua? Apa kau pernah menc0ba?! Hik…hik…hik! Me0ng!”
Ditanya mirip itu si gendut Kukun0 jadi melengak tak bisa menjawab. “Huk…huk…huk! Ah! S0bat gres kita ini rupanya cuma berdusta!” kata insan b0nsai lelaki.
“Kalau begitu tak ada salahnya kita undang ia makan sama-sama!” ujar insan b0nsai perempuan. “Hik…hik…hik! Me0ng!”
Lalu sambil memutar-mutar rantai yang mengikat lengan mereka , kedua insan b0nsai ini masuk ke dalam kandang. Tanpa rasa jijik sedikit pun mereka pergunakan tangan kiri untuk meraup k0t0ran babi yang ada di tanah kemudian di dekatkan ke ekspresi mirip benar-benar mau melahapnya.
0rang banyak jadi tak bergeming melihat.
“Hai! Tunggu dulu!” seru insan b0nsai perempuan. “Kita diundang makan besar di rumah makan ini. Masak kita begitu tidak tahu diri dan tidak tahu s0pan. S0bat kita yang mau membayar tidak ditawari? Hik…hik…hik!”
“Huk…huk! Kau betul! Kita telah berlaku kurang asuh pada s0bat gendut kita. Ay0 kita persilahkan ia makan duluan!” jawab insan b0nsai lelaki. Lalu sebelum Kukun0 sadar apa yang akan terjadi , kedua insan b0nsai itu mel0mpat kearahnya. Dua tangan berkelebat ke ekspresi si gendut.
Dua tumpukan k0t0ran babi masuk ke dalam ekspresi itu. Saat itu juga Kukun0 berteriak tercekik lalu
“Huekkk…!” Pedagang babi ini terlipat ke depan dan muntah besar!
0rang banyak yang melihat peristiwa itu mau tertawa bergelak tapi jadi kecut ketika dua insan b0nsai dengan cepat meraup lagi masing-masing setumpuk k0t0ran babi. “S0batku gendut?
Bagaimana rasanya? Sedap bukan…?” kata insan b0nsai perempuan.
“Kalau mau tambah silakan makan lagi. Ini…!” insan b0nsai lelaki melangkah mendekati Kukun0.
Pedagang babi gendut berteriak keras sambil g0yang-g0yangkan tangan kiri dan tutup mulutnya dengan tangan kanan. “Ah! Sudah kenyang ia rupanya! Huk… ,huk…!”
“Hik…hik! Kalau begitu harus kita tawarkan pada yang lain. Masakan kita bersantap enak-enakan sedang di sini banyak para sahabat yang ikut mengantar!”
0rang banyak yang ada di tempat itu sesaat jadi mundur. Mereka tentu saja tidak takut pada dua insan ceb0l itu. Tapi kalau sempat mereka dibentuk mirip Kukun0 , atau paling tidak , tubuh dan pakaian mereka belep0tan k0t0ran babi , siapa mau ambil risik0?
“Huk…huk!”
“Hik…hik!”
Dua insan b0nsai berkelebat kian kemari. Keadaan di tempat itu menjadi ramai kacau balau.
Semua 0rang berlarian. Namun banyak di antara mereka yang tak sempat menghindar. Akibatnya , pakaian , bahkan tubuh atau muka mereka habis kena disel0m0ti k0t0ran babi. Pemuda gundul paling banyak sanggup bagian. Wajah hingga kepalanya yang pl0nt0s kelihatan tertutup tahi babi.
Beberapa 0rang yang kebagian k0t0ran babi tampak marah. Mereka beramai-ramai menyerbu dua insan b0nsai untuk melayangkan tendangan serta j0t0san. Sesaat kemudian terjadilah hal yang tidak diduga. Dua insan b0nsai berkelebat kian kemari sambil tertawa hu-hu hi-hi. Siapa saja yang menyerang mereka pasti mendapat tanggapan tendangan kaki , pukulan atau hantaman rantai besi.
Beberapa 0rang tersungkur atau terlentang di atas tanah sangkar yang penuh k0t0ran.
“Kalian mundur semua!” tiba-tiba si gendut Kukun0 berteriak. G0l0k besar berbentuk empat persegi yang dipergunakannya untuk mem0t0ng daging babi dan semenjak tadi terselip di pinggang kini terhunus di tangannya. Semua 0rang serentak mundur.
“Cincang keduanya Kukun0!”
“Jagal kepala mereka!” teriak yang lain. Kukun0 mel0mpat. “Wuttt!” G0l0k penjagal babi di tangannya melesat. Tapi hanya mengenai tempat k0s0ng lantaran dua insan b0nsai lebih dulu mel0mpat ke belakang.
Dengan beringas Kukun0 lancarkan serangan lagi. Masih gagal. Dia kembali menyerbu. G0l0knya bersuitan di udara tapi tak satu pun serangannya mengena. Ketika dengan kalap ia babatkan g0l0knya ke depan , dua insan b0nsai mel0mpat se0lah dengan sengaja meny0ngs0ng sambaran g0l0k. Tubuh mereka melesat satu ke kiri satu ke kanan. Bersamaan dengan itu tangan mereka yang terkait rantai hitam karatan menggebrak ke atas.
“Trang!” G0l0k babi di tangan Kukun0 mental patah dua. Selagi si gendut terkesiap kaget. Tahu-tahu dua insan katai sudah hinggap di bahunya kiri kanan. Rantai besi mereka jeratkan ke leher pedagang daging babi itu hingga matanya mendelik dan lidahnya terjulur keluar!
“Huk… ,huk! Me0ng!”
“Hik…hik! Me0ng!”
Dua tangan menepuk pundak insan b0nsai lelaki dan perempuan. Lalu di belakang mereka ada 0rang berkata. “S0batku! Jika kalian terus mencekik lehernya dengan rantai itu , si gendut ini bakal mati! Kalian bisa susah nantinya!”
Dua insan b0nsai tadinya tidak peduli. Tapi bunyi 0rang yang bicara terdengar asing dialeknya.
Mereka berpaling. Yang wanita lantas berkata pada temannya. “Ada 0rang asing berambut g0ndr0ng! Suara pria tapi berambut panjang mirip perempuan! Hik… hik… hik! Me0ng!”
“Mukanya lucu , pakaiannya juga lucu! Huk… huk… huk! Me0ng!”
0rang yang menegur tertawa lebar. “Lihat! Nafasnya mau keluar dari badan! Mukanya sudah biru! Huk… huk…huk! Me0ng! Hik… hik…hik! Me0ng!” 0rang yang barusan menegur menirukan tawa dan bunyi me0ng dua insan b0nsai hingga keduanya jadi tertawa tergelak-gelak.
Manusia b0nsai lelaki kemudian berkata. “G0ndr0ng! Siapa bilang kami mau membunuh si gendut ini! Kami justru mau bertanya padanya!” Dengan tangan kirinya insan b0nsai lelaki usap-usap pipi Kukun0 yang memang sudah kelihatan membiru. Jeratan pada lehernya dikend0rkan sedikit.
Kukun0 cepat-cepat menghirup udara segar. “Gendut. saya perlu keterangan darimu. Di mana saya bisa menemukan sese0rang berjulukan Gap0? Turut keterangan ia se0rang tentara berkedudukan cukup tinggi…”
Paras Kukun0 yang kebiruan tampak berubah. 0rang banyak juga terkejut ketika mendengar si insan b0nsai lelaki ini bertanya begitu. Se0lah kini ada sesuatu yang ditakuti , mereka bersurut mundur. Kukun0 sendiri tampaknya tak mau menjawab. Maka insan b0nsai lelaki kencangkan kembali jeratan lehernya.
“Jang… jangan…” ujar Kukun0. Suaranya mendesis. “Apa… apa hubunganmu dengan 0rang yang kau tanyakan?”
“Kami membawa pesan untuknya…” yang menjawab insan b0nsai perempuan.
“A… ku tak bisa memberi… tahu…” Jeratan rantai mengencang. Lidah Kukun0 terjulur panjang.
Kedua tangannya dig0yang-g0yangkan. Nafasnya terengah-engah.
“Sekarang kau mau bicara?” tanya insan b0nsai lelaki. Kukun0 mengangguk-angguk dengan susah payah. “Nah , ay0 bicara!” rantai mengendur , malah setengah dilepas. Kukun0 usap-usap lehernya yang kelihatan bertanda merah. Lalu ia mulai bicara.
“0rang yang kalian tanya… Dia salah satu pejabat tinggi di istana Sh0gun.”
“Kau tahu Sh0gun banyak istananya. Pejabat berjulukan Gap0 ini berada di istana yang mana?”
“Nara…” jawab Kukun0 meringis. “Lepaskan rantai ini…”
Dua insan b0nsai mel0mpat turun ke tanah. Begitu lepas dari jeratan rantai , Kukun0 serta merta putar tubuh. 0rang banyak bergerak bubar. Salah se0rang di antaranya perjaka berkepala gundul tadi. Dia menyelinap di antara 0rang banyak , melintasi tanah lapang dan lenyap di keramaian.
Di sangkar babi itu kini hanya tinggal dua insan b0nsai dan perjaka berambut g0ndr0ng berpakaian putih.
“Kalian berdua masih lapar…” tiba-tiba si perjaka bertanya.
“Gaijin ini , mengapa kau masih di sini?” tanya insan b0nsai lelaki.
“Aku ingin berteman dengan kalian. Aku barusan tanya apakah kalian masih lapar?”
“Tentu saja kami lapar!” jawab insan b0nsai perempuan. Dia menyentakkan rantai yang mengikat lengan kirinya. “Ay0 kita cari sendiri rumah makan!”
“Tangan dan pakaian kalian k0t0r begitu! Mana ada rumah makan yang mau menerima?!”
Mendengar ucapan si perjaka asing , dua insan b0nsai perhatikan tangan dan pakaian masing-masing.
“Gaijin , kau betul , kami k0t0r…”
“Dan bau!” sambung si pemuda. Dua insan b0nsai tertawa hu-hu hi-hi.
“Di dekat sini ada sebuah anak sungai. Dangkal dan jernih. Kalian bisa membersihkan diri di sana…” Habis berkata begitu si perjaka terus saja ngel0y0r.
Dua insan b0nsai mengikuti sambil berbisik-bisik. “Gaijin , berdasarkan temanku ini kau 0rang baik pertama yang pernah kami temui. Siapa namamu? Dari mana asalmu?” bertanya insan b0nsai perempuan.
“Namaku Wir0 Sableng. Aku tiba dari negeri seribu pulau…” menyahuti si pemuda.
“Seribu pulau? Wah , banyak amat! memangnya ada 0rang yang pernah menghitung segitu banyak?!” ujar insan b0nsai wanita kemudian tertawa cekikikan.
Si perjaka garuk kepalanya kemudian bertanya. “Kalian sendiri punya nama?”
“Aneh kau ini Gaijin…. Setiap insan tentu punya nama , termasuk kami. Walau cuma punya nama jelek!” jawab insan b0nsai perempuan. “Aku Tsuki dan kawanku ini Taiy0.”
“Kalau tidak salah , Tsuki artinya bulan , dan Taiy0 artinya matahari…”
“Kau pintar Hik… hik!” memuji insan b0nsai wanita berjulukan Tsuki. “Tadi siapa namamu? Wir0 Sa…?”
“Wir0 Sableng ,” menjelaskan murid Sint0 Gendeng.
“Apa ada artinya itu? Wir0 apa , Sableng apa?” bertanya lagi Tsuki.
“Wir0 kira-kira artinya satria atau perkasa…”
“Wah hebat! Kau se0rang perwira perkasa. Tapi berambut panjang mirip perempuan. Hik…hik!” ujar Tsuki.
“Lalu Sableng itu artinya apa?” tanya insan b0nsai , yang melihat pada umurnya merupakan se0rang gadis remaja.
Mendengar pertanyaan itu , Wir0 jadi garuk-garuk kepala. “Aku tidak tahu mengapa guruku memberi nama begitu. Sableng artinya kichigai…”
“Apa? Kichigai? Sinting alias gila?!” kata Taiy0 setengah berseru kemudian perjaka ceb0l ini tertawa tergelak-gelak.
“Kalau begitu kau sama dengan kami dan sensei kami!” kata Tsuki pula.
“Sama bagaimana?” tanya Wir0.
“Kami punya sensei 0rangnya sinting. Kami murid-muridnya , dengan sendirinya jadi ikut-ikutan sinting alias gila alias sableng! Hik..hik..hik! Me0ng!”
“Me0ng!” balas Wir0.
Ketiga 0rang itu sama-sama tertawa riuh.
Wir0 hingga di sebuah tempat ketinggian berbatu-batu. Dia menunjuk ke bawah. “Itu sungainya ,” katanya.
Tsuki dan Taiy0 memandang ke bawah. Kira-kira dua puluh langkah di bawah sana kelihatan sebuah sungai kecil berair jernih. “Kita mandi!” seru Taiy0.
“Mandi…! Hik , hik… Me0ng!”
Lalu di luar dugaan Wir0 , kedua insan b0nsai itu membuka mantel dan seluruh pakaian di bawah mantel itu hingga keduanya kini bertelanjang bulat. “Gila! Bagaimana ada insan tidak punya aib mirip mereka ini!” ujar Wir0 sambil geleng-geleng kepala. Diperhatikannya belahan bawah perut kedua insan b0nsai itu. Apa yang dilihatnya menciptakan Wir0 membatin. “Keduanya memang bukan anak-anak. Mereka sudah punya rumput Jepang!” Wir0 jadi tertawa lebar.
“Hai , kau kenapa tidak buka pakaian?!” Taiy0 bertanya enak saja.
“Eh , aku… sudah mandi!” jawab Wir0 garuk-garuk kepala.
“Kalau begitu , kau terpaksa kami tinggal!” Dua insan b0nsai itu mengambil pakaian yang barusan mereka buka. Ternyata baik mantel maupun pakaian mempunyai kancing-kancing khusus di salah satu sisinya , hingga walau ada rantai yang menghalang , mereka bisa menanggalkannya tanpa kesulitan.
Selagi Wir0 tercengang-cengang melihat perbuatan kedua 0rang itu , Tsuki dan Taiy0 keluarkan seruan panjang. Lalu tubuh keduanya melesat ke udara , di lain ketika menukik turun ke bawah sambil melemparkan pakaian-pakaian mereka ke tebing sungai. “Byuuur! Byuuur!”
6
Dua tubuh ceb0l itu mencebur ke dalam sungai. Lalu terdengar bunyi pekik-pekik mereka mirip belum dewasa penuh besar hati bermain di air. “Dua insan b0nsai…” ujar murid Sint0 Gendeng yang memperhatikan dari tempat ketinggian. “Mereka kelihatan lucu-lucu. P0l0s. Di balik kelucuan dan kep0l0san itu ada sesuatu yang aneh. Keanehan gila berbahaya! Mereka bisa sangat baik mirip malaikat , tapi juga bisa ganas mirip iblis! Mereka bukan manusia-manusia biasa! Jelas mereka mempunyai kepandaian tinggi. Paling tidak , mereka barusan telah memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang luar biasa! Dan rantai besi karatan itu bukan besi r0ngs0kan. Siapa kedua 0rang ceb0l ini sebenarnya…?! Mengapa tangan mereka diikat satu sama lain?”
Tsuki dan Taiy0 ternyata bukan cuma mandi sambil bermain. Keduanya juga sibuk mencuci mantel dan pakaian kemudian menjemurnya di atas batu-batu di pinggir sungai. Akibatnya , Pendekar 212 terpaksa menunggu lama dan tidak terasa jatuh tertidur. Wir0 tidak tahu berapa lama ia pulas di tempat itu dan tersentak bangun ketika Taiy0 dan Tsuki mengambil rumput dan mengilik telinganya kiri kanan!
“Kalian ini apa-apaan?! Hampir kutinggal pergi. Mandi saja begitu lama!” Wir0 mengumpat.
“Kami bukan cuma mandi. Tapi juga mencuci pakaian kemudian menjemur! Enak sekali tidurmu hingga ng0r0k keras!” kata Tsuki.
Wir0 menggeliat kemudian berdiri. “Kau bilang barusan mandi , tapi kulihat mukamu dan muka Taiy0 masih celem0ngan. Cat hitam itu masih ada di sekitar muka. Mengapa kalian mencat wajah mirip itu?”
Ketiga 0rang itu melanjutkan perjalanan sambil ng0br0l. “Guru kami yang mengecatnya , kami cuma mengikut. Cat mirip kumis-kumis kucing ini tidak gampang luntur kalau tidak pakai minyak khusus. Minyak itu cuma guru yang memiliki.”
“Gurumu tentunya se0rang asing tapi punya ilmu tinggi. Siapa dia? Tinggal di mana?”
“Dia se0rang nenek datuk persilatan di Nih0n ini. Siapa namanya kami tidak tahu. Dia dikenal dengan panggilan Nenek Nek0. Artinya nenek kucing. Mukanya putih dan memang mirip kucing.
Dia tinggal di pegunungan Shik0ku. Sejak masih 0r0k , kami sudah diambilnya jadi murid…”
“Sejak 0r0k? Lalu… Apa kalian sudah tahu siapa 0rang renta kalian?” tanya Wir0.
Dua wajah insan b0nsai kelihatan murung menjadi sedih. Mereka menggeleng perlahan. “Kalian ini adik abang , atau kembar , atau bagaimana?”
“Kami tidak tahu , tapi guru menduga kami berdua tidak ada pertalian darah…” menerangkan Tsuki.
“Sungguh asing diri kalian ini. Kalian tidak tahu siapa diri kalian sebenarnya…”
“Sampai ketika ini kami memang tidak tahu siapa diri kami sebenarnya. Siapa 0rang renta kami. Tapi berdasarkan guru , ada se0rang yang mengetahui. Namanya Gap0.”
“Gap0 , yang kau tanyakan pada si gendut pedagang babi itu?”
“Betul!” jawab Taiy0. “Menurut guru , dialah yang sekitar tujuh belas tahun kemudian mengantarkan kami ke tempat guru di pegunungan Shik0ku…. Itu sebabnya kami harus mencari 0rang berjulukan Gap0 itu. Dulu ia tinggal di 0tsu ini. Tapi berdasarkan si gendut itu , Gap0 sudah menjadi pejabat tinggi dan tinggal di Nara. Kami akan ke sana…”
“Kelihatannya memang ia yang tahu asal usul kalian. Lalu bagaimana hingga kalian mempunyai tubuh katai ceb0l mirip ini? Apa semenjak lahir sudah begini?”
“Menurut guru , waktu Gap0 membawa kami ke Shik0ku , tubuh kami sudah dibalut dengan sejenis kulit yang tak mungkin dilepas sebelum sepuluh tahun berlalu. Kalau dipaksa membukanya , maka daging di tubuh kami akan ikut k0yak terkelupas…”
“Berarti ada sese0rang yang sengaja membalut tubuh kalian. Dengan maksud tidak baik tentunya!” kata Wir0 pula.
“Semua rahasia kehidupan kami ada pada pejabat di Nara berjulukan Gap0 itu…”
“Turut apa yang saya dengar , Gap0 bukan se0rang pejabat baik-baik. Sifatnya culas dan hatinya jahat. Dia pemeras rakyat , perampas harta 0rang lain , perampas anak gadis dan istri 0rang. Gundiknya tidak terhitung… Kalian harus berhati-hati.”
“Mengapa harus hati-hati? Kami tidak berniat jahat terhadapnya. Hanya ingin mencari keterangan.”
“Aku punya dugaan Gap0 ikut bertanggung jawab atas keadaan diri kalian…”
“Kalau itu benar , kami akan bunuh dia!” kata Tsuki pula. Wajahnya yang lucu mendadak berubah menyeramkan. “Tapi kalau Gap0 0rang jahat , mengapa penguasa tidak menegur atau menghukumnya?”
Wir0 tertawa. “Gap0 itu kepercayaan dan tangan kanan se0rang pejabat tinggi di Ky0t0 berjulukan Yasuaki Kiuchi. 0rang ini ialah saudara sepupu sh0gun yang berkuasa di negeri ini! Siapa yang berani menindak Gap0!”
“Yasuaki Kiuchi! Untung kau sebut nama itu! Menurut sensei , 0rang ini ada sangkut pautnya dengan apa yang dilakukan Gap0!” kata Tsuki setengah berseru.
“Kami juga akan cari insan satu itu! Membunuhnya bila ia memang punya andil penyebab segala derita lahir batin diri kami ini…” berkata Taiy0.
“Guru juga memberi kiprah supaya kami mencari se0rang berjulukan Kami0 Shiker0…” menerangkan Tsuki.
“Siapa 0rang itu?” tanya Wir0.
“Kekasih guru di masa muda. Sekarang kabarnya dipenjarakan di satu tempat tidak diketahui. Selama ini dirinya yang menjadi ganjalan hingga guru , walaupun berkepandaian tinggi tak berbuat banyak. Yasuaki Kiuchi kabarnya mengancam kalau guru berbuat macam-macam , maka ia tak bakal sanggup lagi bertemu dengan Kami0 Shiker0 kekasihnya itu…”
Apa yang terjadi di sangkar babi milik pedagang Kukun0 tersiar cepat di seluruh 0tsu , termasuk di rumah makan Puri Rembulan. Karenanya , tidak mengherankan ketika Tsuki dan Taiy0 yang ditemani Wir0 tiba ke tempat itu , para pelayan segera men0lak. Mereka tidak mau terjadi kekacauan.
“Aneh , ada rumah makan men0lak tamu!” ujar pahlawan 212 jengkel.
“Ani Wir0…” kata Tsuki. Dia memanggil Wir0 dengan sebutan “ani” yang berarti abang , lantaran sudah merasa dekat dengan sang pahlawan walau belum lama saling kenal.
“Mereka men0lak lantaran melihat kami berdua ceb0l buruk begini. Menghina betul! Tapi tidak apa. Kita berdiri saja di luar sini. Aku bersumpah suatu hari rumah makan ini tak bakal ada pengunjungnya!”
“Eh , apa yang hendak kau lakukan Tsuki?” tanya Wir0 , sementara Taiy0 membisu anteng-anteng saja.
“Aku akan halangi semua tamu yang datang! Gampang saja bukan? Hik…hik! Me0ng!” jawab Tsuki kemudian tertawa cekikikan. Se0rang lelaki separuh baya berpakaian bagus dan berambut kelabu muncul di pintu rumah makan. Dia ialah Susumu , pemilik rumah makan. Sesaat ia menatap pada Wir0 kemudian memperhatikan dua insan b0nsai.
“Kalian berdua telah menciptakan ke0naran di pasar k0ta. Aku juga tidak mau kalian berdua macam-macam di tempat ini. Aku harap kalian segera pergi. Bawa serta sahabat kalian 0rang asing berambut g0ndr0ng ini!”
Tsuki kedip-kedipkan matanya. “Me0ng! Hik..hik! Tuan berambut kelabu , siapa kau ini?” gadis ceb0l ini bertanya.
“Aku Susumu , pemilik rumah makan!” Mendadak pahlawan 212 tertawa mengakak. Membuat Susumu dan Tsuki serta Taiy0 jadi terheran-heran.
“Eh , kenapa kau tertawa…?” tanya Taiy0.
“Di negeriku , Susumu itu berarti tetek atau payudaramu! Lucu juga nama 0rang ini!”
Wajah pemilik rumah makan kelihatan merah padam sedang Tsuki dan Taiy0 tertawa gelak-gelak
“Kuharap kalian suka pergi. Atau saya akan panggil petugas keamanan untuk mengusir dengan kekerasan…!”
“Sudahlah kawan-kawan. Kita pergi saja. Buat apa lama-lama di tempat ini. Dia punya masakan yang belum tentu enak. Kita punya uang! Cari saja rumah makan lain!” Kata Taiy0. Lalu dari balik mantel bulunya dikeluarkannya dua buah kant0ng berisi uang yang diterimanya dari Nenek Nek0.
Dari dalam dua kant0ng kain terdengar bunyi berdering.
“Aku sumpahi rumah makanmu tidak laku!” teriak Tsuki.
Melihat dua kant0ng uang di tangan Taiy0 , pemilik rumah makan jadi berubah pikiran. Sepagi itu belum ada tamu pun yang datang. Dua kant0ng di tangan si ceb0l pasti berisi uang banyak sekali.
Apa salahnya mendapatkan mereka? “Hai tunggu dulu!” Susumu berkata cepat ketika ketiga 0rang itu dilihatnya hendak melangkah pergi. “Jika kalian berjanji tidak menciptakan keributan di sini , saya sudi mempersilakan kalian istirahat di dalam dan bersantap.”
“Siapa yang mau menciptakan keributan? Kami ke sini mau cari makan dan bayar!” jawab Taiy0 seraya acungkan dua kant0ng kain di tangannya. Suara dering uang dalam kant0ng semakin enak terdengar di indera pendengaran Susumu.
“Taiy0 , 0rang ini sudah dengar apa yang terjadi di sangkar babi! Itu salah si gendut Kukun0 dan 0rang banyak! Mereka menganggap kami ini mirip hewan saja. Masakan kami disuruh makan k0t0ran babi!” kata Tsuki dengan wajah dicemberutkan.
“Kalian bertiga b0leh masuk. Silakan masuk!” kata susumu.
Tsuki , Taiy0 dan Wir0 saling pandang. Sambil senyum-senyum ketiganya akhirnya masuk ke dalam rumah makan. Mereka sengaja menentukan tempat di ruangan tengah yang luas. Semua 0rang di dalam rumah makan itu jadi sibuk melayani. Tak lama kemudian minuman dan masakan yang dipesan segera dihidangkan. Tsuki dan Taiy0 menungging-nungging menciumi masakan yang sedap baunya itu.
“Ay0! Tunggu apa lagi! Ini makan besar namanya!” kata Taiy0. Tiga 0rang itu segera bersantap sementara Susumu dan beberapa pelayan memperhatikan dari kejauhan. Mereka senyum-senyum geli melihat cara makan insan ceb0l itu. Kalau Wir0 makan wajar-wajar saja , maka Tsuki dan Taiy0 membabat semua makan itu dengan rakus mirip dua 0rang kelaparan satu ahad bertemu masakan lezat. Dalam waktu sebentar saja semua masakan dan minuman yang ada di hadapan mereka habis amblas!
“Hai! Siapkan lagi masakan sama minumannya! Yang banyak! Jangan kuatir semua kami bayar!” kata Taiy0. Walaupun terheran-heran , Susumu segera memerintah pelayan menyiapkan masakan baru. Tak lama kemudian hidangan datang. Dua insan b0nsai eksklusif menghantamnya.
Keduanya mirip balapan.
“Ani Wir0 , kau tidak makan…?” tanya Tsuki melihat Wir0 hanya menjulurkan kaki.
“Aku sudah kenyang ,” jawab Pendekar 212. “Ah , tubuhmu saja yang besar tapi perut kecil! Lihat kami , tubuh b0leh kecil tapi perut musti besar! Hik…hik…hik! Me0ng!”
Murid Sint0 Gendeng hanya bisa gelengkan kepala. Ketika pesanan kedua itu habis , ia menyangka dua insan b0nsai akan terduduk kekenyangan. Ternyata tidak. Taiy0 kembali berteriak minta disiapkan lagi hidangan gres , malah lebih banyak! Pemilik rumah makan dan semua pelayan yang ada di situ , termasuk Wir0 sendiri , tentu saja jadi melengak heran. Dua insan katai makan sebanyak itu. Masuk ke mana semua masakan itu? Dua kali pesanan yang mereka santap tadi yang seharusnya selusin tamu! Wir0 sendiri mulai berpikir-pikir jangan-jangan dua insan b0nsai sebangsa makhluk jejadian atau tuyul!
Selagi Tsuki dan Taiy0 asyik menyantap hidangan ketiga , tiba-tiba di luar sana lima 0rang berseragam prajurit k0ta muncul. Yang sebelah depan begitu melihat Tsuki dan Taiy0 segera saja membentak. “Kalian berdua di sini rupanya! Sedang enak-enakan makan!”
Tsuki cuma melirik kemudian terus makan tak acuh. Sebaliknya Taiy0 teguk minumannya. Sambil menyeka bibirnya ia bertanya. “Kami memang lagi makan. Memangnya kenapa? Mau ikutan? Tapi bayar sendiri! Huk… huk… huk! Me0ng!”
“Manusia ceb0l kurang ajar!” teriak prajurit di sebelah depan dengan muka merah padam. Empat kawannya juga tampak marah. “Kami tiba untuk menangkap kalian! Tahu?!”
“Mana kami tahu!” jawab Tsuki k0ny0l kemudian tertawa tergelak-gelak.
Wir0 menengahi dengan bertanya. “Apa salah dua kawanku ini hingga kalian hendak menangkap mereka?”
“Hem… jadi kau mitra kedua m0nyet katai ini! Bagus! Berarti kau juga kami tangkap! Ikat mereka dan bawa!”
Empat 0rang prajurit segera maju. Masing-masing membawa segulung tali. Wir0 segera berdiri berdiri dan menghadang. “Tunggu dulu. Kau belum memberitahu apa salah kami!”
Dengan beringas prajurit yang ditanya menjawab. “Kau menciptakan keributan di pasar. Mencederai beberapa 0rang dan merusak harta 0rang!”
“Keributan di pasar memang betul. Tapi kami tidak mencederai siapapun. Teman-temanku ini hanya menyuapkan sedikit masakan dan memupuri 0rang-0rang yang berlaku kurang asuh mempermainkan mereka. Juga tidak ada harta 0rang yang kami rusak!”
“0rang asing! Kau duluan yang saya tangkap!”
“Aku akan mencambukmu hingga seratus kali biar tahu diri!” Habis berkata begitu , prajurit ini ayunkan tangan untuk menggebuk Wir0 pada belahan kepalanya. Murid Sint0 Gendeng cepat merunduk kemudian mundur. Si prajurit menjadi kalap lantaran hantamannya tadi tak menemui sasaran.
Dia kembali memburu dengan pukulan tangan k0s0ng. Lagi-lagi gagal. “Keparat! Biar kuhabisi saja kau kini juga!” teriak prajurit itu murka kemudian hunus samurainya. Kali ini Pendekar 212 tak bisa mengelak terus. Begitu pedang membabat di atas kepalanya , murid Sint0 Gendeng menciptakan gerakan berputar. Kaki kirinya mencuat ke atas. “Bukkk!”
Kaki kiri Wir0 menghantam rahang kanan prajurit itu dengan telak. Tubuhnya terlempar empat langkah kemudian terbanting pingsan ke lantai rumah makan. Mukanya sempurna jatuh di atas sebuah piring besar berisi sisa-sisa bumbu cabe.
“Jangan menciptakan keributan di sini! Jangan menciptakan keributan di sini!” Yang berteriak adalah
Susumu si pemilik rumah makan. Tapi agaknya tak ada yang peduli pada teriakannya. Sementara itu empat prajurit sudah membuka gulungan tali dan siap mengikat Tsuki dan Taiy0.
“Ani Wir0!” berseru Tsuki. “Kami berdua belum selesai makan. Tak ada waktu untuk melayani empat durjana yang mengganggu ini! T0l0ng kau layani dulu mereka!”
Empat prajurit cepat bergerak hendak mengikat Tsuki dan Taiy0 , namun gerakan mereka tertahan.
Satu bayangan berkelebat dan tahu-tahu empat utas tali itu telah melingkar mengikat tubuh mereka masing-masing mulai dari tangan hingga ke kaki! Karena keempatnya mer0nta-r0nta berusaha melepaskan ikatan dan tak berhasil , empat prajurit ini akhirnya jatuh bergedebukan di lantai rumah makan. Tentu saja mereka berteriak murka dan memaki habis-habisan.
“Taiy0 , saya tidak suka mendengar bunyi nyanyian mereka!” berkata Tsuki sambil melahap sep0t0ng daging.
“Sama!” jawab Taiy0. Lalu tangan kiri Taiy0 dan tangan kanan Tsuki bergerak dua kali. Terdengar bunyi “Hekkk…!” Empat kali berturut-turut , Teriakan dan caci maki empat prajurit eksklusif berhenti. Di dalam ekspresi mereka menyumpal p0t0ngan daging campur tulang!
“Ah! Aku sudah kenyang!” kata Taiy0 sambil meletakkan guci sake di lantai.
“Aku juga!” kata Tsuki. Taiy0 berpaling pada Wir0. “Kita pergi sekarang”
“Ada baiknya sebelum muncul lagi urusan baru!” sahut Wir0. Taiy0 kemudian melangkah mendekati Susumu. Pada pemilik rumah makan ini ia menyerahkan uang pembayar semua makanan. Menurut Wir0 , uang yang dibayarkan itu cukup , malah berlebihan lantaran salah satu dari mata uang itu terbuat dari emas.
Tapi Susumu tiba-tiba berteriak marah. “Gara-gara kalian rumah makanku jadi rusak. Lalu enak saja kalian membayar semurah ini! Semua hidangan dan minuman yang kalian santap mahal harganya! Serahkan dua buah kant0ng itu padaku gres lunas!”
Wir0 melangkah mendekati pemilik rumah makan itu kemudian berkata. “Uang dalam dua kant0ng itu cukup untuk membeli lima rumah makan mirip milikmu ini! Termasuk lima insan penipu mirip kau!”
“Pemuda asing berambut g0ndr0ng! Jangan ikut campur urusanku! Bukan kau yang membayar!” sentak Susumu.
Pendekar 212 tersenyum lebar. “Silakan kau menuntaskan urusan dengan mereka ,” katanya kemudian sambil melangkah ke pintu ia berpaling pada Tsuki dan Taiy0. “Giliran kalian sekarang!”
“Susumu , uang yang kami berikan sudah lebih dari cukup. Lihat berkeliling. Tak ada barangmu yang rusak. Jangan menipu. Jangan tamak!” kata Tsuki. Lalu ia melangkah. Tapi lantaran Susumu berusaha menghalangi , gadis b0nsai itu d0r0ngkan tangan kanannya ke perut pemilik rumah makan itu. Terjadi hal yang hampir tak sanggup dipercaya. Tangan begitu kecil dengan dahsyat bisa mend0r0ng tubuh besar Susumu hingga terjajar dan jatuh duduk di atas sebuah nampan berisi sisa-sisa makanan.
“Manusia ceb0l keparat! Berani kau menjatuhkan tangan kasar kepadaku!” teriak Susumu marah.
Dia berdiri berdiri , menyambar sebilah samurai yang tergantung di dinding kemudian membac0kannya ke bat0k kepala Tsuki.
“Me0ng!” Tsuki dan Taiy0 keluarkan bunyi kucing menge0ng. Bersamaan dengan itu keduanya jatuhkan diri berguling di lantai. Rantai besi yang mengikat tangan mereka memukul ke depan , menghantam sepasang kaki Susumu.
Pemilik rumah makan ini berteriak setinggi langit ketika tulang kering kedua kakinya dihajar besi itu. Tubuhnya terlipat ke depan kemudian jatuh tersungkur babak belur. Tsuki dan Taiy0 tertawa tergelak.
Keduanya melangkah seenaknya menuju pintu. Di situ Pendekar 212 sudah menunggu sambil senyum-senyum menyaksikan apa yang telah dilakukan kedua insan b0nsai itu terhadap si pemilik rumah makan.
Sh0gun penguasa tunggal di Jepang pada masa itu berkedudukan di Ky0t0. Di beberapa k0ta besar ia mempunyai istana , di antaranya yang terdapat di Nara. Sekitar sembilan tahun silam , Yasuaki Kiuchi diberi kedudukan tinggi 0leh sh0gun. Sejak itu ia meninggalkan 0tsu , pindah ke Nara.
Gap0 , kepala prajuritnya yang setia dan telah mengabdi sekian lama , ikut pindah dan diangkat menjadi salah se0rang pejabat tinggi di Nara.
Malam itu Gap0 tiba ke tempat kediaman Yasuaki Kiuchi. “Tuan Kiuchi , turut perhitunganku bulan ini sempurna sekitar tujuh belas tahun silam saya membawa dua 0r0k Yamada dan Yukawa itu ke pegunungan Shik0ku. Sesuai pesan kita pada Nenek Nek0 , dua anak itu akan dilepas guna menjalankan tugas…”
“Perhitunganmu tidak berbeda denganku Gap0 ,” kata Yasuaki Kiuchi sambil mengusap mata kirinya yang picak.
“Setelah kau mendapat kedudukan sangat tinggi bahkan berkuasa penuh di Nara ini , apakah planning temp0 hari akan tetap dijalankan tuan Kiuchi?”
“Tentu saja! Ada apa dalam 0takmu Gap0? Sesudah kau kini jadi pejabat tinggi di sini , kau melupakan planning itu begitu saja? Sudah merasa puas rupanya?!”
“Maafkan saya tuan Yasuaki. Bukan begitu maksud saya.”
“Aku tidak suka mendengar kau mendua hati Gap0! Ingat itu baik-baik! Dulu di 0tsu saya jadi 0rang penting. Sekarang di Nara ini saya jadi 0rang besar dan berkuasa penuh , kau tetap jadi tangan kananku! Tapi tujuan dan keinginan hidupku bukan cuma hingga di sini. Apa yang kudapat kini hanya sebagai kerikil l0ncatan ke kedudukan yang lebih tinggi. Jauh lebih tinggi! Aku ingin menjadi penguasa tunggal di Nih0n ini! Beberapa pejabat tinggi di Ky0t0 sudah kurembuki. Mereka hanya menunggu kapan saya menjalankan rencana. Dan kalau dua anak itu muncul berarti apa yang saya inginkan sudah di depan mata!”
“Saya tetap mengabdi padamu hingga kapan pun juga tuan Kiuchi!” kata Gap0 pula.
Di luar ada 0rang mengetuk pintu. Gap0 cepat berdiri. Begitu pintu dibuka , kelihatan se0rang perjaka berkepala gundul , bermuka jerawatan. Dia bukan lain ialah perjaka yang pagi tadi kena dikerjai 0leh Tsuki dan Taiy0 di 0tsu. Si gundul ini membungkuk tiga kali di depan Gap0. Gap0 bicara sebentar dengan perjaka gundul itu kemudian memberitahu pada Yasuaki Kiuchi. “Si b0tak Takuchi , salah se0rang distribut0r rahasia kita di 0tsu tiba untuk melap0rkan sesuatu yang penting.”
“Suruh ia menghadapku!” kata Yasuaki Kiuchi.
Takuchi segera diperintahkan masuk. Setelah menjura berulang kali , Takuchi kemudian bersimpuh di hadapan Yasuaki Kiuchi. “Saya membawa kabar penting ,” kata si gundul ini. Lalu ia menceritakan kemunculan dua insan b0nsai di 0tsu. Satu lelaki satunya perempuan. Juga diceritakannya apa yang terjadi di sangkar babi milik Kukun0.
7
Yasuaki Kiuchi berpaling pada Gap0. “Mereka akhirnya muncul Gap0. Rencana kita bakal menjadi kenyataan…” Lalu ia bertanya pada distribut0r rahasia berkepala gundul itu. “Ada lagi yang hendak kau terangkan?”
Takuchi mengangguk. “Dua insan b0nsai itu punya se0rang kawan. Se0rang perjaka asing berambut g0ndr0ng. Agaknya ia bukan 0rang sembarangan. Ada dugaan keras ia mempunyai kepandaian tinggi dan aneh-aneh…”
Yasuaki Kiuchi berdiri dari duduknya. “Gap0 , kau pernah tahu atau dengar perihal 0rang asing itu?”
“Memang saya pernah mendengar tuan Kiuchi. Beberapa waktu kemudian ia menciptakan beberapa kali kegegeran di Ky0t0. Dia dekat dengan murid-murid se0rang t0k0h silat di Gunung Fuji. Juga mempunyai kekerabatan baik dengan 0rang-0rang akademi Emerarud0 pimpinan Shiger0 M0m0chi.
Bersahabat dengan nenek sakti berjulukan Teruk0…”
“Tunggu!” Mem0t0ng Yasuaki Kiuchi. “Apa bukan ia perjaka asing yang mendapat julukan Pendekar Gunung Fuji itu?”
“Saya yakin memang ia tuan Kiuchi ,” jawab Gap0.
Yasuaki Kiuchi menggigit bibirnya. “Selama ia tidak tahu planning kita , kita akan aman. Tetapi sekali ia tahu…”
“Tak mungkin ia tahu. Si Nenek Nek0 mana berani berbuat macam-macam. Kecuali kalau ia tidak mau lagi melihat kekasihnya yang kita sekap di pertambangan tempat kerja paksa di utara kita keluarkan dari sana hidup-hidup…”
Yasuaki Kiuchi tertawa. “Aku memang tidak punya planning untuk mengeluarkan Shiker0 dari sana.
Semua yang kukatakan pada nenek itu b0h0ng belaka. Sekadar untuk menjinakkan dirinya….”
Yasuaki Kiuchi hentikan ucapannya. Dia sadar telah terlalu banyak bicara di depan Takuchi. “Kau bekerja bagus. Kau b0leh pergi. Beberapa hari di muka sese0rang akan mengantarkan hadiah padamu.”
“Terima kasih tuan Kiuchi. Saya m0h0n diri. Tapi bekerjsama ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan. Mungkin tidak ada gunanya. Saya pergi saja sekarang…”
“Tunggu dulu! Apa yang hendak kau katakan Takuchi?” tanya Yasuaki Kiuchi. “Sewaktu menghajar pedagang babi di 0tsu itu , saya dengar dua insan b0nsai menanyakan tuan Gap0. Mereka ingin tahu di mana tuan Gap0 bisa ditemui…”
Paras Yasuaki Kiuchi dan Gap0 k0ntan berubah. “Tukang babi itu memberitahu…?”
Takuchi mengangguk. “Nyawanya terancam. Kukun0 akhirnya memberitahu kalau tuan Gap0 kini berada di Nara , jadi pejabat penting Sh0gun…”
“Kurang asuh si Kukun0 itu! Akan kujagal batang lehernya!” kata Gap0 murka sambil mengepalkan kedua tinjunya. Dia memberi k0de pada Takuchi supaya segera meninggalkan tempat itu.
Begitu Takuchi berlalu , Yasuaki Kiuchi berkata. “Dari siapa manusia-manusia b0nsai itu tahu namamu?”
“Hanya satu 0rang yang saya curigai tuan Kiuchi. Si nenek muka kucing Nek0!”
“Berarti dua insan b0nsai itu juga sudah tahu planning kita. Kalau tidak , mengapa mereka mencarimu? Padahal kiprah yang saya perintahkan pada si nenek muka kucing itu lain…”
Gap0 terdiam. Akhirnya terdengar ia berkata dengan bunyi bergetar. “Saya khawatir jangan-jangan mereka memang sudah tahu. Kalau begitu izinkan saya pulang dulu. Saya harus mempersiapkan sesuatu untuk mencegah hal-hal yang tidak diingini.”
Yasuaki Kiuchi mengangguk. “Sebelum kau pergi , atur penjagaan di tempat ini. Lipat gandakan kekuatan para pengawal.”
“Akan saya lakukan tuan Kiuchi ,” jawab Gap0 kemudian membungkuk dalam-dalam.
Hutan kecil di tepi jalan yang menghubungkan Nara di Selatan dan 0tsu di Utara berada dalam keadaan gelap gulita. Namun di suatu tempat tersembunyi terlihat ada nyala api. Ternyata itu ialah api unggun kecil. Di sekeliling api duduk tiga s0s0k tubuh. Mereka bukan lain dua s0s0k b0nsai Tsuki dan Taiy0 bersama pahlawan 212 Wir0 Sableng.
Di tangan kiri Taiy0 ketika itu ada secarik kertas yang sudah sangat lusuh. Di atas tertera panjang g0resan pena kanji. “Ani , kau bisa membaca g0resan pena kanji?” tanya Waiy0 pada Wir0. Pendekar 212 geleng kepala.
“Kertas ini seumur umur kami…” kata Tsuki. “Di sini tertulis pesan-pesan yang harus dilakukan 0leh guru kami Nenek Nek0. Siapa pemberi kiprah tidak tertera. Tapi berdasarkan guru ialah Yasuaki Kiuchi , saudara Sh0gun di Ky0t0…”
Wir0 mulai tertarik penuturan sahabat ceb0lnya itu. Dia menggeser duduk dekat Taiy0. “Surat ini dibawa 0leh 0rang berjulukan Gap0…”
“Apa saja kiprah guru kalian dalam kertas itu?” tanya Wir0 kepada Taiy0.
“Pertama , sensei harus mengikat tangan kami dengan rantai karatan ini. Lalu guru kami harus merawat hingga tujuh belas tahun. Lalu guru wajib mendidik kami dalam kepandaian silat dan ilmu kesaktian. Pada hari kami dibebaskan , kami harus pergi ke Ky0t0 untuk membunuh Sh0gun.
Sh0gun hanya bisa dibunuh dengan rantai hitam yang mengikat tanganku dan tangan Tsuki. Setelah itu kami harus pergi ke danau di tepi desa Biwa. Desa itu berjulukan Hik0ne. Di sana kami harus membunuh satu keluarga berjulukan Yukawa.”
“Selesai? Hanya itu…?” tanya Wir0 ketika Taiy0 berhenti membaca g0resan pena di atas kertas lusuh itu.
Taiy0 mengangguk. “Itu kiprah yang harus dikerjakan guru dan diturunkan kepada kami. Tapi guru meminta kami melupakan segala kentut busuk yang tertera dalam kertas ini. Sebagai gantinya , ia meminta kami mencari 0rang yang berjulukan Gap0. Sebab ia satu-satunya pembuka jalan siapa bekerjsama kami ini. Waktu itu kedudukannya ialah sebagai kepala prajurit Sh0gun , yang bertugas di bawah pemerintah Yasuaki Kiuchi. Guru juga menugaskan kami mencari se0rang berjulukan Shiker0 , yang kabarnya disekap Yasuaki di suatu tempat dan gres dilepas tujuh belas tahun kemudian , ketika kami meninggalkan pegunungan Shikuk0…”
“Tugas dari Yasuaki Kiuchi berlainan dengan kiprah dari guru kalian. Kalau Gap0 0rangnya Yasuaki Kiuchi berarti ia juga tahu asal usul kalian. Tapi saya tidak mengerti mengapa kalian harus membunuh sekeluarga Yukawa di Hik0ne…” ujar Wir0. Dia menatap langit hitam di atasnya. Tidak juga berhasil memecah teka-teki. “Jika saja kakek Segala Tahu ada di tempat ini , pasti ia bisa men0l0ng kita ,” kata Wir0.
“Siapa pula 0rang itu ,” tanya Tsuki. “Se0rang renta berumur lebih dari delapan puluh tahun. Matanya buta tapi lebih tajam penglihatannya dari kita ini. Dia pintar meramal dan melihat yang bakal terjadi. Sayang ia tidak di sini…” kata Wir0.
Tiba-tiba terdengar bunyi gemeletak r0da kereta ditimpali deru kaki kuda. Kedua ceb0l itu cepat menginjak-injak perapian. Begitu api padam , tempat menjadi gelap. Ketiganya meninggalkan hutan berlari menuju jalan kecil. “Aku harap yang lewat ini ia ,” bisik Taiy0. “Ingat Tsuki , 0rang ini harus kita sanggup hidup-hidup. Jika hingga mati , kita akan kehilangan jejak diri kita. Atau kita akan berhadapan dengan Yasuaki Kiuchi.”
Suara kereta kuda semakin cepat. Dua insan b0nsai berpaling kepada Wir0. “Ani Wir0. Kau sudah siap?” tanya Tsuki. Pendekar 212 menganggukkan kepala sambil acungkan seutas tali. Ujung tali itu dikaitkan dengan ujung p0h0n yang sudah dip0t0ng kemudian ditegakkan dan ditancapkan di ujung sungai.
Batang p0h0n besar jatuh. Kuda paling depan meringkik. Kedua hewan itu eksklusif tersungkur begitu lelaki penunggangnya jatuh. Tidak ampun lagi keretanya terbalik. Tiga dari empat pengawal yang berada di belakang tak sempat lagi menghindar dan menabrak belahan belakang kereta.
“Tuan Gap0 keluar dari kereta! Ada persekutuan ramp0k menyerang kita ,” salah se0rang pengawal berteriak sambil mel0mpat dari kuda dan membuka pintu kereta. Se0rang bertubuh besar dan gempal keluar dari kereta dengan susah payah. Begitu menginjakkan tanah mulutnya eksklusif mengumpatkan kata kutukan serapah.
“Bangsat rendah dari mana yang berani meramp0k kita?!” Tangan kanan Gap0 bergerak dan “Wutt” g0l0k besarnya berkelebat. Saat itu dua s0s0k berkelebat ke udara. Lalu menukik ke arah Gap0. Sese0rang berteriak memberi peringatan. Pengawal yang tadi terpental kini melindungi majikannya sambil menyibatkan pedangnya ke atas.
“Me0ng!Me0ng!”
“Trang! Trang!” Dua pedang di tangan pengawal itu patah dan mental. Lalu terdengar jeritan kedua.
Ternyata Tsuki dan Taiy0 telah mempergunakan jari tangannya yang panjang untuk meremas kedua muka pengawal itu.
Gap0 berteriak marah. Bersama dua pengawal , ia hendak menyerang Tsuki dan Taiy0. Tapi justru ketika itu keluar bunyi suitan keras. Tiba-tiba ada puluhan 0b0r mendekat. Lalu jaring raksasa tidak kelihatan se0lah jatuh dari langit.
“Tsuki! Taiy0! Awas!” teriak pahlawan 212. Tangan kanannya dilibaskan untuk melepas pukulan sakti Benteng T0pan Melanda Samudera. Tapi terlambat. Ketika pukulan hingga , jaring sudah menjerat insan b0nsai. Akibatnya , dalam keadaan terjerat , ia juga harus mendapatkan pukulan sakti Wir0.
“Celaka saya menyerang mereka ,” seru Wir0 dalam hati.
Dua insan b0nsai terguling dalam jeratan jaring tapi keduanya sanggup berdiri mirip tidak terjadi apa-apa. “Bret! Bret!” mereka pergunakan kuku untuk melepas jaring yang melilit tubuhnya.
Pukulan pahlawan 212 tidak berbekas , murid Sint0 Gendeng itu heran.
Saat itu sambil tertawa bergelak , Gap0 mel0mpat ke depan jaring. Tangannya melempar b0la kecil.
“Dess!” Terdengar letupan halus disusul dengan menggebubunya asap hijau. Tsuki dan Taiy0 hilang dibungkus asap. Yang terdengar hanya bunyi mereka batuk-batuk.
“Kurang asuh ,” teriak Wir0. Dia berkelebat ke arah Gap0 tapi parasnya jadi berubah. Di sekelilingnya ketika itu ada sekitar selusin insan berseragam perwira balatentara sh0gun mengurungnya. Enam dari mereka membidikkan panah beracun. Enam lagi men0d0ng dengan ujung samurai berkilat. Tak ada kemungkinan untuk mel0l0skan diri atau melawan.
“Sial dangkalan!” maki Wir0. Dia angkat tangan kanannya hendak menggaruk kepala , tapi dua buah ujung samurai segera menekan bahunya. Murid Sint0 Gendeng meringis kesakitan. Dua liang luka mengucurkan darah membasahi baju putihnya. Lalu sebuah rantai besi dililitkan ke tubuhnya.
Membuat pahlawan 212 benar-benar tidak bisa berkutik lagi!
Ketika Tsuki dan Taiy0 sadar dari imbas asap hijau b0la beracun yang dilemparkan Gap0 , mereka dapatkan diri tergeletak di sebuah ruangan yang lantai serta dinding dan atapnya terbuat dari batu. Bersama mereka ada enam 0rang perwira berseragam pasukan Sh0gun. Di situ juga ada Gap0 , insan yang kini mereka anggap sebagai musuh besar pemegang kunci rahasia kehidupan mereka.
“Ssstt…” berbisik Tsuki. “Kalau mereka mengurung kita di sini apa mereka sangka kita tidak bisa berjibaku membunuh mereka semua…?”
“Aku juga sudah berpikir begitu ,” sahut Taiy0. “Tapi lihat di depan sana. Sahabat kita terancam keselamatannya!”
Dua insan b0nsai itu berdiri berdiri. Tsuki usap-usap matanya yang masih terasa perih. Paras gadis b0nsai ini jadi berubah dan sekujur tubuhnya terasa tegang. Di hadapan mereka ada sebaris jeruji besi sebesar betis manusia. Di belakang jeruji besi itu ada sebuah ruangan di mana Pendekar 212 Wir0 Sableng berada dalam keadaan terikat kedua tangannya dan dikerek hingga sepasang kakinya terjingkat ke atas.
Di atas kepalanya ada dua buah busur lengkap dengan anak panah beracun siap lepas. Tali-tali busur dua buah panah itu tertahan 0leh sebuah cantelan besi. Jika Wir0 bergerak sedikit saja atau merubah kedudukan kakinya maka cantelan yang menahan tali busur akan lepas. Anak panah pertama akan melesat menghantam bat0k kepalanya sendiri. Anak panah kedua yang akan lepas dalam waktu bersamaan , akan melesat menghantam dada se0rang wanita sempurna pada jantungnya yang terikat pada sebuah tiang besi sejarak enam langkah dari hadapan Wir0.
Wir0 tidak sanggup melihat paras wanita itu lantaran rambutnya yang panjang hitam terjurai ke depan menutupi wajahnya. Perempuan ini mengenakan pakaian warna biru. Bagian atas bajunya r0bek besar hingga dadanya tersingkap lebar.
“Manusia berjulukan Gap0!” tiba-tiba Tsuki berteriak. “Aku bersumpah membunuhmu dan semua 0rang yang ada di sini bila sahabatku itu menemui kematian lantaran perbuatanmu ini!”
Gap0 tertawa bergelak. “Kau mengawatirkan keselamatan kawanmu. Bagaimana dengan cal0n k0rban yang perempuan?!”
“Kami tidak mengenal siapa dia! Tapi bila kau melibatkan 0rang lain untuk tujuan busukmu , saya akan mencincang mayatmu hingga lumat!” Yang menjawab ialah Taiy0.
Gap0 terus mengumbar tawa. “Perempuan itu se0rang yang sangat berarti bagi sahabatmu si perjaka asing. Jika kalian ingin mereka selamat , hanya ada satu jalan. Kalian harus melaksanakan sesuatu mirip yang sudah dipesankan dan ditugaskan pada guru kalian si nenek muka kucing!
Kalian punya waktu terbatas. Sampai berapa lama perjaka asing itu sanggup bertahan berjingkat terus. Sekali ia menjejakkan tumitnya rata dengan lantai , cantelan besi akan lepas dan dua anak panah akan merenggut nyawa mereka!”
Tsuki dan Taiy0 berteriak-teriak mencaci maki Gap0 habis-habisan. Gap0 yang kini menjadi pejabat penting di Nara itu kelihatannya mirip tidak acuh. Tapi tiba-tiba kedua tangannya bergerak menghantam. Tsuki dan Taiy0 terpekik. Tubuh keduanya terbanting ke dinding kerikil akhir j0t0san kiri kanan Gap0 yang mendarat telak di wajah mereka. Tapi mirip tidak mencicipi sakit Tsuki dan Taiy0 mel0mpat kemudian menyerang ke arah Gap0 sambil keluarkan bunyi menge0ng keras!
Lima 0rang perwira Sh0gun berkelabat menghadang dengan samurai di tangan. Salah se0rang dari mereka mengancam. “Berani kalian bergerak sedikit saja , sebuah alat rahasia akan membet0t lepas cantelan penahan tali busur! Dua 0rang di ruangan sana akan menemui kematian dalam sekejapan mata!
Ay0 silahkan berbuat k0ny0l!”
“Bangsat!” maki Tsuki.
“Keparat busuk!” teriak Taiy0. Dua insan b0nsai itu tak bisa berbuat apa-apa selain memandang ke arah Wir0 dengan penuh tegang.
“Ani Wir0!” seru Tsuki. “Maafkan kami tak sanggup men0l0ngmu! Tapi kami bersumpah untuk membunuh habis semua insan setan di ruangan ini!”
Pendekar 212 Wir0 Sableng hanya bisa berdiam diri dan tarik nafas dalam. Kalau saja ada yang bisa men0t0k kedua kakinya , hingga final zaman pun ia sanggup berjingkat. “Paling lama saya bisa bertahan satu setengah hari” membatin Wir0. “Sialan! Selangkangan dan punggungku terasa gatal. Bagaimana saya bisa menggaruk! Kalau hingga tubuh dan kakiku bergerak , tamat riwayatku…”
Wir0 memandang ke depan ke arah wanita yang juga terancam keselamatannya. “Aku merasa mirip mengenali walau tidak melihatnya. Jangan-jangan… Ya Tuhan! Kuharap jangan ia yang ada di tiang itu!”
Dengan sebuah alat , Gap0 menaikkan dua buah jeruji besi kemudian masuk ke ruangan di mana Wir0 berada. “Pemuda asing bergelar Pendekar Gunung Fuji! Nama besarmu tak lama lagi akan terkubur di bumi Nih0n! Sayang jauh-jauh tiba kau cuma mengantar nyawa. Itu akhir ulahmu yang terlalu suka ikut campur urusan 0rang lain!”
“Kau insan paling sialan di dunia ini Gap0! Jenis kadal penjilat yang mau melaksanakan apa saja demi jabatan!”
Gap0 ganda tertawa. Dia melangkah ke hadapan tiang di mana wanita berpakaian biru tegak terikat. “Srett!” Dia cabut g0l0k besar yang tersisip di pinggangnya. “Aku mau tahu apa kau masih bisa bicara besar dan keras sesudah melihat siapa adanya wanita ini!” kata Gap0 pula. Lalu dengan ujung pedangnya disentakkannya rambut panjang menjurai yang menutupi wajah wanita itu. Begitu parasnya tersingkap terkejutlah murid Sint0 Gendeng.
“Akik0 Bessh0!” teriak Wir0. “Ya Tuhan , memang ia rupanya!”
“Wir0…” ujar gadis berpakaian biru tersendat. Mukanya pucat walau ia berusaha berlaku setenang mungkin. Gap0 tertawa bergelak. “Bagus! Kaprik0rnus kalian sudah saling kenal satu sama lain! Ha… ha… ha!”
“Kenapa kau libatkan gadis yang tidak punya salah apa-apa itu?!” tanya Wir0. Dia berusaha menekan hawa amarah yang menggelegak dalam tubuhnya. Gap0 menyeringai. G0l0knya disarungkan kembali. (Mengenai gadis berjulukan Akik0 Bessh0 ini sanggup diikuti kisahnya dalam dua serial Wir0 Sableng berjudul “Pendekar Gunung Fuji” dan Ninja Merah”).
Saat itu pintu ruangan terbuka. Se0rang lelaki berpakaian sangat glam0r masuk sambil berkipaskipas.
Di belakangnya ada beberapa 0rang pengawal berseragam kim0n0 merah. 0rang ini hanya mempunyai satu mata. Mata kirinya yang agaknya cacat , disembunyikan di balik sehelai kulit tipis warna hitam.
Gap0 dan semua perwira sh0gun yang ada di ruangan itu segera membungkuk dalam-dalam. Wir0 maupun dua insan b0nsai sama bertanya-tanya dalam hati siapa gerangan 0rang yang gres tiba ini. Mereka tidak menunggu lama. Jawaban segera didapat dari ucapan Gap0.
“Tuan Yasuaki Kiuchi , saya telah mengatur semua sesuai dengan petunjuk yang mulia…”
“Yasuaki Kiuchi…” desis Tsuki sambil menyentakkan tangan kirinya sedikit memberi tanda pada Taiy0. “Jadi ini manusianya yang jadi pangkal bahala kesengsaraan kita!”
Yasuaki Kiuchi angguk-anggukkan kepala. Sikapnya p0ngah. Dia menyeruak di antara jeruji besi yang tadinya dinaikkan ke atas 0leh Gap0 kemudian masuk ke ruangan di mana Wir0 dan Akik0 Bessh0 berada. “Jadi ini insan yang bergelar Pendekar Gunung Fuji itu! Kepalamu berharga ratusan tail emas bila sanggup kuserahkan pada kel0mp0k t0k0h-t0k0h silat g0l0ngan hitam di Jepang ini.
Keuntunganku berlipat ganda! Kau bisa kumanfaatkan lebih dulu , kemudian mendapatkan imbalan besar itu. Ha… ha… ha!”
“Pejabat busuk! Di mataku kau tak lebih dari se0rang pelacur laki-laki! Manusia kadal c0mberan!”
Tubuh Yasuaki Kiuchi tersentak. Mata kanannya mendelik besar mendengar kata-kata Wir0 itu. Dia mengulurkan tangannya meminta g0l0k pada Gap0. Begitu g0l0k dipegang , ujungnya ditempelkan ke pipi Pendekar 212.
“Aku kagum akan keberanianmu , Aku mau lihat apakah kau cukup berpengaruh untuk tidak menjerit!” Lalu dengan ujung g0l0k itu Yasuaki Kiuchi mengg0res pipi kanan Wir0. Pendekar 212 mengernyit kesakitan. Darah mengucur ke pipi dan berhenti di sudut bibirnya.
Yasuaki hendak mengg0res sekali lagi. Tapi Gap0 buru-buru mendekati dan berbisik. “Jangan terlalu keras , kalau tubuhnya bergerak lantaran kesakitan , ia dan gadis itu akan menemui ajal. Berarti kita akan kehilangan sandera sebelum planning berhasil…”
Perlahan-lahan Yasuaki Kiuchi turunkan tangannya yang memegang g0l0k. “Kau betul…” katanya.
“Kita tak perlu cepat-cepat membunuhnya….” G0l0k diserahkannya pada Gap0 kembali kemudian ia berpaling ke arah Akik0 Bessh0 yang terikat di tiang. “Hemmm , Dalam keadaan mirip ini pun ia tetap cantik. Aku benar-benar dibentuk gila…” Yasuaki Kiuchi kemudian melangkah ke hadapan gadis itu dan berkata. “N0na Bessh0 , permintaanku temp0 hari masih berlaku. Aku bersedia memberi pengampunan bagimu bila kau mau kujadikan salah satu gundikku…”
“Manusia iblis budak nafsu!” sempr0t Akik0 Bessh0. “Di Nara ini ada seribu pelacur! Kau b0leh mengambil semuanya menjadi gundikmu!” Yasuaki Kiuchi tertawa lebar. Tangan kirinya tiba-tiba meluncur ke dada gadis itu , meremas liar kian kemari. “Jahanam rendah!” maki Akik0 kemudian diludahinya muka lelaki itu. Yasuaki Kiuchi mundur dua langkah. Matanya yang cuma satu memandang membelalak pada si gadis. Semua 0rang mengira penguasa k0ta Nara itu akan menjadi murka dan menghajar si gadis habis-habisan. Ternyata tidak. Ia usap ludah yang menempel di mukanya dengan tangan kiri , kemudian dijilatnya tangannya.
“Hah , ludahmu pun terasa nikmat…” katanya. Tiba-tiba ia mel0mpat , merangkul tubuh Akik0 Bessh0 , mengecup muka , bibir dan leher gadis itu penuh nafsu. “Manusia jahanam! Keparat busuk…!”
Setelah puas menciumi gadis itu , Yasuaki Kiuchi kembali ke ruangan di balik jeruji besi. Dengan alat rahasianya , Gap0 menurunkan dua buah jeruji besi kembali. Yasuaki Kiuchi keluarkan kipasnya. Setelah berkipas-kipas sebentar , ia berkata pada Tsuki dan Taiy0.
“Dua insan ceb0l! Dengar baik-baik setiap ucapanku! Melalui gurumu si nenek muka kucing saya memberi kiprah supaya kalian berdua membunuh sh0gun di Ky0t0 dengan Besi hitam yang mengikat lengan kalian satu sama lain , itu satu-satunya senjata yang sanggup membunuh sh0gun. Kalian tidak punya waktu banyak. Kawan kalian perjaka asing itu kurasa hanya sanggup bertahan satu setengah hari. Mungkin dua hari. Jika dalam dua hari kalian tidak kembali ke sini membawa kepala sh0gun , berarti perjaka itu dan juga gadis itu akan menemui ajalnya. Kalian berdua bertanggung jawab atas nyawa mereka. Mereka akan saya lepaskan bila kepala sh0gun kalian serahkan padaku!”
“Enak saja kau ng0m0ng!” teriak Tsuki. “Kenapa kau ingin membunuh sh0gun?”
“Betul , padahal kau masih saudara sepupunya. Dia juga yang memberi kedudukan tinggi padamu di Nara ini!” menimpali Taiy0.
“Mengapa heran kawan-kawan!” tiba-tiba Wir0 berseru. “Manusia buruk itu ingin jadi sh0gun , tega membunuh saudaranya sendiri! Manusia tidak tahu diri! Mana ada sh0gun matanya picak! Ha… ha… ha…!”
“Huk… huk… huk…! Me0ng!” Taiy0 tertawa bergelak.
“Hik… hik… hik..! Me0ng!” ikut tertawa Tsuki.
8
“Setan alas!” rutuk Yasuaki Kiuchi. “Gap0 , lepaskan dua insan katai sialan itu! Kalian berdua harus kembali ke sini membawa kepala sh0gun. Paling tidak lusa pagi. Dan ingat , saya benar-benar melepaskan dua sahabatmu itu kalau kau juga sudah membunuh suami istri Yukawa di desa Hik0ne!”
“Mengapa? Mengapa kami harus membunuh mereka? Kenalpun tidak!” ujar Tsuki.
“Nanti kalian tahu sendiri apa jawabnya!” ujar Yasuaki Kiuchi kemudian tinggalkan tempat itu diikuti para pengawalnya.
Ketika Gap0 melangkah untuk mengantar , Pendekar 212 berkata. “Gap0 , kau telah merampas senjata mustikaku. Kalau kau tidak mengembalikannya atau mengembalikannya dalam keadaan rusak , kau tahu sendiri akibatnya!”
Gap0 menyahut dengan dengusan keras dari hidungnya. Sewaktu hingga di pintu luar , Yasuaki Kiuchi berbalik dan bertanya pada Gap0. “Senjata mustika apa yang disebut-sebut perjaka asing itu tadi?”
Dalam hatinya Gap0 merutuk. “Kalau perjaka sialan tadi tidak berkata apa-apa , pasti Yasuaki Kiuchi tidak mengetahui perihal senjata mustika itu! Sialan! Mungkin belum j0d0hku mendapatkannya!”
Dari balik pakaiannya Gap0 keluarkan sebuah benda. Mata semua 0rang yang ada di situ menjadi kesilauan 0leh sinar yang keluar dari benda yang dipegang 0rang kepercayaan Yasuaki Kiuchi itu.
“Kapak bermata dua!” seru Yasuaki dengan mata mendelik hampir tak percaya. “Ini senjata mustika luar biasa! Senjata ini dulu yang pernah dicuri 0leh satu kel0mp0k ninja hingga menjadikan kegegeran di seanter0 negeri! Gila! Kini senjata itu ada di hadapanku! Senjata ini jauh lebih hebat dari rantai hitam yang bisa membunuh sh0gun itu!”
Lalu Yasuaki Kiuchi bertanya pada Gap0. “Kalau sekiranya perjaka itu tadi tidak menyebut-nyebut benda ini di hadapanku , apakah kau akan menyerahkannya dengan sukarela?”
Paras Gap0 berubah merah. Tapi ia bisa berkilah. “Saya sengaja tidak memberitahu Yang Mulia waktu di ruangan itu. Karena kalau terjadi apa-apa , pemiliknya hanya tahu saya dan tidak akan mengganggu Yang Mulia.”
Yasuaki Kiuchi tersenyum. “Kau memang cerdik Gap0! Aku menghargai kecerdikanmu itu!”
“Terima kasih Yang Mulia ,” ujar Gap0 seraya membungkuk dalam-dalam.
“Hebat! Rezeki besar tak terduga!” seru Yasuaki Kiuchi besar hati sekali. Cepat-cepat senjata yang bukan lain ialah Kapak Maut Naga Geni 212 milik Wir0 Sableng itu diambilnya.
Tsuki dan Taiy0 memperhitungkan , dengan lari cepat mereka menghabiskan sehari semalam untuk bisa hingga ke Ky0t0. Tapi keduanya ragu , apakah mungkin waktu yang tersisa bisa untuk membunuh Sh0gun.
“Tsuki , saya merasa was-was. Memasuki kediaman Sh0gun saja bukan pekerjaan mudah.
Bagaimana kita bisa membunuh walau kita punya senjata yang katanya bisa membunuhnya. Apalagi tubuh kita ceb0l , pasti menarik perhatian 0rang. Agaknya kita tidak bisa men0l0ng sahabat kita dan gadis itu , kasihan…!”
“Diamlah Taiy0! jangan nyer0c0s terus. Aku berlari sambil berpikir. Harus ada satu cara untuk menuntaskan masalah ini. Sh0gun katanya berkuasa dengan cara sewenang-wenang. Tapi siapa pun 0rangnya , kita tidak punya hak untuk membunuhnya. Para pahlawan samurai di Ky0t0 paling tidak ada seratus 0rang! Kita jangan terpengaruh 0leh keadaan yang diciptakan 0leh insan jahat Yasuaki dan cecunguknya si Gap0 itu.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan ,”tanya Taiy0.
“Tunggulah , saya pasti sanggup nalar , Taiy0! Aku dapat!” teriak Tsuki.
“Katakan padaku!”
“Ingat pelajaran dari sensei? Jika kita lemah dan lawan jauh lebih berpengaruh , jangan hadapi dengan kekerasan. Pergunakan nalar , rangkul mereka dan jadikan sahabat hingga ada kesempatan untuk memukul!”
“Itu ilmu filsafat Tsuki , dalam kenyataan pasti lain lagi ,” ujar Taiy0.
Gadis ceb0l itu menggeleng. “Kita lihat saja nanti. Kau masih menyimpan kertas butut yang diberikan Gap0 itu?”
Taiy0 mengangguk. “Kalau begitu percepat larimu Taiy0!” kata Tsuki.
Sh0gun penguasa negeri benar-benar meledak amarahnya ketika se0rang perwira penghubung memberitahu ada sepasang ceb0l ingin menemuinya. “Sepasang ceb0l ingin menemuiku , mereka gila. Dan kau sebagai perwira lebih gila lagi!”
“Plaak!” Satu tamparan keras menciptakan perwira itu terpelanting dan mulutnya mengeluarkan darah segar.
“Saya minta maaf Yang Mulia ,” kata perwira itu sambil meraba pipinya yang berdarah , mengembung bengkak. “Saya mana berani bila tidak menyangkut keselamatan dan nyawa yang mulia. Sepasang ceb0l itu menyampaikan ada yang hendak membunuh Yang Mulia. Semula saya juga menganggap sepasang insan b0nsai itu juga tidak waras. Saya melarang , empat hulubalang mengepruknya! Eh , keempat pengawal tingkat tinggi itu r0b0h dalam sekali gebrak saja! Untung keempatnya tidak dibunuh!”
Mendengar klarifikasi perwiranya , Sh0gun yang berparas tinggi , berkumis dan berjanggut putih itu berubah t0tal. Maka diapun berkata. “Perwira bawa masuk kedua b0nsai itu dan siapkan selusin pengawal untuk mengikutinya. Aku akan menerimanya di ruang beling ,” ujar Sh0gun. Sehabis itu sh0gun segera masuk ke ruangan yang dibelah dua 0leh dinding kaca. Keanehan diding ini , meski ada pembatas , kedua 0rang yang terpisah masih bisa saling melihat dan mendengar , dan lagi , tidak mempan senjata tajam.
Seusai mengantar kedua b0nsai , selusin pengawal itu eksklusif membungkuk dan meninggalkan Sh0gun yang sudah berada di ruang kaca. Dalam ruang beling , Sh0gun menatap tajam ke arah Taiy0 dan Tsuki yang tangan kanan dan kiri mereka terikat 0leh seuntai rantai karatan. “Rantai itu…” kata Sh0gun dalam hati dengan nada berdebar.
“Bagaimana bisa berada dan mengikat mereka! Agaknya mereka tidak membual ada yang berusaha membunuhku. Hanya rantai itu yang sanggup mencabut nyawaku!”
“Dua insan rantai , kalian berani-beraninya menemuiku hingga mer0b0hkan empat perwiraku. Kau memberi tahu pengawal penghubung ada yang hendak membunuhku?”
Taiy0 membungkuk “Benar yang Mulia Sh0gun”
“Bagaimana saya mempercayai kalian? Kalian tidak saja cacat 0tak , tapi juga cacat jasmani , kalian kurasa tidak waras!”
“Kami tidak berani membantah keadaan kami ,” ujar Taiy0. “Kami tiba memberi tahu pemimpin negeri kami bahwa nyawanya terancam. Dia hendak dibunuh 0rang!”
“Kalian tahu siapa pembunuhku?”
Kedua insan ceb0l mengangguk. “Kami berdua Yang Mulia!” Mendengar jawaban itu , dua belas pengawal Sh0gun eksklusif bergerak berusaha menyergap Taiy0 dan Tsuki.
Tapi gerakan mereka berhenti ketika melihat Sh0gun memberi isyarat.
“Manusia ceb0l , apa permusuhanmu denganku hingga kalian ingin membunuh?”
“Tidak ada Yang Mulia. Kami melaksanakan perintah sese0rang yang tertulis dalam pesan guru kami tujuh belas tahun lalu.”
“Siapa yang menyuruh kalian membunuhku?” tanya Sh0gun bergegas.
“Yang Mulia pasti tahu. Dia ada kekerabatan darah dengan Yang Mulia. Namanya Yasuaki Kiuchi , 0rang Yang Mulia beri jabatan tinggi di Nara!”
“Kurang ajar! saya tidak percaya dengan keterangan kalian. Ingat , saya bisa memerintahkan kepala kalian dicincang kini juga!”
Taiy0 mengeluarkan secarik kertas lusuh berisi pesan-pesan yang ditulis Yasuaki Kiuchi dalam karakter kanji , dan dibawa 0leh Gap0 kemudian dibawa kepada guru mereka si Nenek Muka Kucing Nek0. Lalu Tsuki menceritakan asal-usul mereka sesuai dengan yang mereka dengar dari guru mereka. Tidak lupa menceritakan yang terjadi di Nara ketika ini.
“Kalau kami tidak membawa kepala Yang Mulia dan memperlihatkan kepada Yasuaki dan Gap0 , paling lambat bes0k pagi , sahabat saya 0rang asing itu dan gadis Akiki0 Bessh0 akan menemui ajal!”
Sh0gun terdiam lama. “Sulit mempercayai kedua insan kate ini. Tapi rantai besi ini bukti keras bahwa mereka tidak berdusta. Selama tujuh belas tahun mereka tidak bisa melepaskan diri dari ikatan rantai.”
Karena lama Sh0gun berdiam diri tidak bicara , maka se0rang pengawal kemudian angkat bicara.
“Yang Mulia , apakah kami diizinkan meringkus dan menjagal kedua insan ceb0l ini kini juga?”
Jawaban yang keluar dari ekspresi Sh0gun mengherankan semua 0rang yang hadir. “Salah se0rang dari kalian lekas cari 0rang yang andal menciptakan t0peng kulit!”
Akik0 Bessh0 semakin tegang dan cemas luar biasa ketika melihat tubuh Wir0 mulai bergetar.
“Wir0! Kuatkan dirimu! Bertahanlah! Kau dan saya tak mau mati k0ny0l di tempat celaka ini!” teriak si gadis.
Murid Sint0 Gendeng memandang mirip sudah putus harapan. Suaranya terdengar perlahan.
“Rasanya saya tak sanggup lagi Akik0. Mungkin sudah takdir kita berdua menemui kematian di tempat ini…” Tubuh sang pahlawan kembali bergetar. Kedua kakinya sudah tidak terasa kaki lagi. Hilang rasa dan beberapa kali tumitnya hampir bergerak jatuh ke bawah. Sekujur badannya berair 0leh keringat.
“Tidak! Jangan putus asa! Bertahanlah Wir0! Kau pasti bisa! Teman-temanmu itu pasti datang!”
“Mereka tidak ingin membunuh sh0gun! Kau tahu barisan pengawal sh0gun berlapis-lapis. Di istananya banyak peralatan rahasia. Tsuki dan Taiy0 ketika ini pasti sudah menemui ajal…”
“Aku tidak mau berpikir mirip itu! Tidak!” teriak Akik0 kembali.
Lalu Wir0 melihat ada air mata menetes jatuh membasahi pipi gadis itu.
“Kau menangis Akik0…”
“Aku menangis bukan lantaran takut menghadapi kematian.” jawab Akik0 Bessh0. “Aku… mungkin bisa puas menghadapi kematian mati bersamamu. Walau saya akan merasa lebih senang kalau bisa hidup lebih lama di dekatmu… Mungkin ini cuma sebuah mimpi yang tidak akan terealisasi hingga ketika kematian datang. Lagipula saya tak pantas berkata begitu , lantaran saya ingat Y0ri. Gadis itu mencintaimu…” (Mengenai siapa adanya gadis berjulukan Y0ri , harap baca serial Wir0 Sableng berjudul Ninja Merah).
Wir0 hanya bisa menelan ludah mendengar semua ucapan Akik0 Bessh0 itu. Tiba-tiba pintu di belakang jeruji besi terbuka. S0s0k berpakaian glam0r sambil berkipas-kipas masuk. Dia bukan lain ialah Yasuaki Kiuchi penguasa tertinggi di Nara. Dengan matanya yang cuma satu , ia memandang ke arah Wir0 kemudian pada Akik0 Bessh0. Sesaat kemudian Gap0 muncul di sampingnya.
Lalu menyusul beberapa 0rang perwira sh0gun.
“Pemuda asing!” Yasuaki tiba-tiba berkata. “Apa kau masih sanggup bertahan?!” Wir0 memutar kepalanya sedikit. Memandang ke arah Yasuaki kemudian meludah.
“Keparat! Berani kau menghina Yang Mulia!” teriak Gap0.
Yasuaki Kiuchi sendiri cuma menyeringai buruk. Dipegangnya pundak Gap0 kemudian berbisik. “Aku tetap mau meniduri gadis itu dulu sebelum ia menemui ajal…”
“Tapi tuan Kiuchi…”
“Aku sudah menyuruh 0rang untuk memanggil dua pelayan perempuan. Gadis itu harus dimandikan dulu , diberi wewangian dan pakaian bagus , didandani…”
Di luar tiba-tiba ada bunyi 0rang berlari. Lalu muncul se0rang prajurit. “Yang Mulia , dua 0rang ceb0l itu datang. Mereka membawa sebuah kant0ng kain berlumuran darah!”
Yasuaki Kiuchi dan semua 0rang yang ada di situ menjadi kaget. Dari luar berkelebat masuk dua s0s0k tubuh katai. Ternyata memang Tsuki dan Taiy0! Di tangan kirinya Taiy0 memegang sebuah kant0ng kain berair 0leh darah dan menebar busuk amis.
“Kami tiba membawa kepala sh0gun!” kata Taiy0.
“Tsuki! Taiy0! Kalian berhasil!” seru Wir0.
“Kau dan kawanmu akan selamat Ani Wir0!” ujar Tsuki.
Suasana jadi gempar! Serta merta saja Yasuaki Kiuchi diselubungi banyak sekali rasa. Gembira , tidak percaya dan juga ngeri. “Aku mau lihat!” katanya.
“Tumpahkan isi kant0ng itu ke lantai!” perintah Gap0. Beberapa prajurit yang ada di situ bersurut mundur.
Taiy0 letakkan kant0ng berdarah di lantai. Lalu dipegangnya belahan bawahnya dan ditunggingkan.
Sebuah benda yang menyimpratakan darah menggelinding di lantai , berhenti di depan kaki Yasuaki Kiuchi. Benda itu ialah p0t0ngan kepala insan berambut , berkumis dan berjanggut putih. Dari lehernya yang putus masih keluar darah. Bau busuk menghampar di ruangan itu. Yasuaki Kiuchi keluarkan seruan tertahan.
“Tuan Kiuchi…” bisik Gap0. “Ini memang kepala sh0gun…!”
Mata kanan Yasuaki Kiuchi berputar ke arah rantai besi yang mengikat tangan Tsuki dan Taiy0. Dia melihat ada n0da-n0da darah pada rantai. “Mereka benar-benar menjagal sh0gun dengan rantai itu…”
“Kami telah melaksanakan apa yang diminta. Sekarang kalian harus melepaskan dua 0rang itu!” kata Taiy0.
Yasuaki Kiuchi dan Gap0 saling pandang. Lalu terdengar tawa bergelak keluar dari ekspresi Yasuaki Kiuchi. “Aku dan para pengawal akan segera berangkat ke Ky0t0 kini juga! 0rang-0rang kita di sana pasti sudah mengatur segala sesuatunya…”
“Bagaimana dengan manusia-manusia b0nsai ini Yang Mulia?” tanya Gap0.
“Mereka masih punya satu tugas. Membunuh suami istri Yukawa di Hik0ne…” jawab Yasuaki Kiuchi kemudian berpaling pada Tsuki dan Taiy0.
“Hik0ne cukup jauh di utara! Pemuda asing itu tak mungkin bisa bertahan lebih lama!” ujar Taiy0.
“Itu urusan kalian!” jawab Kiuchi seenaknya.
Dari ruangan sebelah tiba-tiba terdengar teriakan Pendekar 212. “Tsuki! Taiy0! manusia-manusia dajal itu tak akan membiarkan kalian hidup! Lekas larikan diri cari selamat. Kami berdua di sini agaknya harus mendapatkan takdir menemui kematian!” Akik0 Bessh0 tercekat dan membeliak besar mendengar teriakan Wir0 itu. Sedang Tsuki dan Taiy0 tampak bergerak-gerak tengg0r0kan mereka.
Lalu keluar bunyi menggemb0r.
“Kami tidak akan lari Ani Wir0!” seru Taiy0. “Kami menentukan mati sama-sama di tempat ini!”
“Hik…hik! Me0ng! Enaknya mati sama-sama!” kata Tsuki kemudian berjingkrak-jingkrak beberapa kali.
Dua insan b0nsai ini melangkah ke hadapan Yasuaki Kiuchi sambil putar-putar rantai besi yang mengikat tangan mereka. Semua 0rang yang ada di situ sesaat jadi terkesiap ketika melihat bagaimana rantai karatan itu mengeluarkan sinar hitam angker menggidikkan. Gap0 hunus g0l0k besarnya. Semua perwira yang ada di situ juga cabut samurai masing-masing. Yasuaki Kiuchi buang kipas di tangan kanannya. Tangannya bergerak ke balik pakaian mewahnya , Di lain kejap satu sinar putih menyilaukan menerangi ruangan itu , menciptakan redup cahaya angker hitam dari rantai besi itu.
Kapak Maut Naga Geni 212 berada dalam genggaman Yasuaki Kiuchi. Sepasang insan b0nsai jadi tertegun. Walau mereka merasa ngeri melihat senjata itu namun keduanya sudah bertekad sama-sama mati. Tsuki dan Taiy0 siap mel0mpat sambil menghantamkan besi hitam berkarat. Tapi pada ketika itu pula dari luar melayang tiga s0s0k tubuh yang kemudian jatuh saling tindih di lantai.
Semua 0rang keluarkan seruan tertahan. Yang bertumpukan di lantai ialah tiga perwira berpakaian seragam pasukan sh0gun. Mereka hancur terk0yak-k0yak , tak bisa dikenali lagi.
Di ketika yang sama terdengar bunyi kucing menge0ng dua kali berturut-turut. Lalu satu s0s0k berkelebat masuk. “Me0ng!Me0ng!”
“Biru!” seru Tsuki.
“Merah!” teriak Taiy0.
“Sensei!” pekik dua insan b0ncel bersamaan.
Se0rang nenek mengenakan mantel bulu beruang tegak di ruangan itu. Dia bukan lain ialah si nenek muka kucing Nenek Nek0 , 0rang yang telah memelihara Tsuki dan Taiy0 selama tujuh belas tahun. Di pundaknya kiri kanan ada dua ek0r kucing es berbulu putih. Yang satu berkalung pita merah pada lehernya , satunya lagi berpita biru.
“Nenek muka kucing!” hardik Yasuaki Kiuchi keras walau belakang layar hatinya tergetar. “Tadinya saya akan mengirim 0rang untuk menangkapmu. Kau telah menyalahi kiprah yang saya berikan lewat Gap0. Kau layak mendapatkan hukuman!”
Nenek muka kucing menyeringai. “Aku bukan kacungmu , bukan juga budakmu! Mana mungkin saya terus menerus harus patuh pada kekuasaanmu?!”
“Nenek keparat!” hardik Gap0. “Beraninya kau bicara kurang asuh pada Yang Mulia?!”
“Yang Mulia?!” ujar si nenek kemudian tertawa cekikikan. Dua muridnya ikut tertawa.
“Yasuaki Kiuchi , tadinya saya mengira kau ialah insan paling bejat di dunia ini. Ternyata lebih dari itu. Kau iblis paling durjana di muka bumi!”
“Nenek keparat! Apa kau lupa bahwa nyawa kekasihmu Shiker0 ada di tanganku?!”
Si nenek ganda tertawa. “Tadinya saya memang begitu mendambakan untuk sanggup bersama lelaki itu sebelum kematian menjemput. Tapi lama-lama saya merasa jengah sendiri. Sudah renta bangka begini masih saja bercita-cita mirip se0rang jaka dan se0rang gadis. Kau b0leh membunuh Shiker0 hingga seribu kali! Hik… hik… hik!”
“Jahanam!” teriak Yasuaki Kiuchi.
“Eh kulihat kau memegang senjata luar biasa. Itu pasti bukan milikmu! Biru! Merah! Lekas kalian rampas senjata mustika itu!”
“Me0ng!”
“Me0ng!”
Dua ek0r kucing di pundak si nenek menge0ng keras kemudian melesat ke arah Yasuaki Kiuchi. Penguasa tunggal di Nara ini berusaha membabatkan Kapak Maut Naga Geni 212 ke arah kedua hewan itu.
Namun si merah dan si biru lebih dulu mencengekeram tangan kanan 0rang itu. Yasuaki Kiuchi menjerit keras sewaktu tangannya habis k0yak-k0yak digigit dan dicakar dua ek0r kucing. Kapak Maut Naga Geni 212 terlepas dari genggamannya. Sebelum senjata itu menyentuh lantai , dua ek0r kucing es bergerak cepat sekali , menyambuti gagang senjata mustika dengan ekspresi mereka.
Di ketika yang sama , Gap0 ayunkan g0l0k besarnya untuk membac0k dua ek0r kucing itu. Namun dari samping , Tsuki dan Taiy0 tidak dilihatnya mel0mpat ke atas , tahu-tahu rantai besi berkarat itu sudah menggelung lehernya.
Dua ek0r kucing membawa Kapak Naga Geni 212 ke arah si nenek muka kucing. Perempuan renta ini membungkuk , cepat mengambil senjata itu. “Senjata luar biasa! Kurasa tak ada duanya di dunia ini!” kata si nenek sambil sipitkan mata tak tahan sinar menyilaukan. Dia memandang ke depan ketika mendengar bunyi “Kraak!” Gap0 dilihatnya tertegak mel0t0t. Lidahnya terjulur keluar. Dari mulutnya keluar darah kental.
“Huk…huk! Me0ng!”
“Hik… hik! Me0ng!”
Tsuki dan Taiy0 lepaskan jeratan rantai besi. Tubuh tanpa nyawa Gap0 eksklusif r0b0h tergeletak di lantai. Lima perwira tinggi sh0gun yang menjadi kaki tangan Yasuaki Kiuchi , yang sudah sama-sama menggenggam samurai , tanpa tunggu lebih lama segera menyerbu dua insan b0nsai. Di depan pintu , si nenek muka kucing masih memandangi Kapak Maut Naga Geni 212 terkagum-kagum.
“Senjata hebat! Luar biasa! Kapan lagi menc0banya kalau tidak sekarang!”
Dari ekspresi si nenek keluar lengkingan keras mirip kucing menge0ng. Tubuhnya berkelebat ke depan. Kapak maut berkiblat mengeluarkan bunyi menderu dahsyat serta menebar hawa panas luar biasa. Terdengar bunyi berdentrangan riuh sekali , disusul dengan pekik jerit kematian. Ketika si nenek kembali ke tempat tegaknya semula , di lantai ruangan berkaparan tumpang tindih s0s0k tubuh lima perwira tinggi tadi. Semua menemui kematian dengan kening terbelah hangus!
9
“Senjata hebat! Benar-benar luar biasa!” kata si nenek lagi. Lalu ia memandang ke depan.
Sepasang mata kucingnya membentur s0s0k Yasuaki Kiuchi yang tegak tersandar di sudut ruangan sambil tangan kirinya pegangi tangan kanan yang hancur akhir k0yakan gigi dan cakar dua ek0r kucing peliharaan si nenek.
“Yang Mulia!” seru si nenek. “Kau bisa menentukan kematian yang kau sukai! Kubelah keningmu dengan kapak sakti ini? Atau mampus dik0yak dua ek0r kucing peliharaanku? Atau dicekik dengan rantai besi hingga hancur lehermu 0leh dua anak insan yang jadi k0rban kebuasanmu itu!? Atau mungkin kau lebih suka saya sendiri yang menguliti sekujur tubuhmu!?”
Sesaat Yasuaki Kiuchi terdiam tak menjawab. Tiba-tiba ia mel0mpat menyambar g0l0k milik Gap0 yang tercampak di lantai dengan tangan kirinya. 0rang ini memang mempunyai ilmu memainkan senjata yang hebat dan ia bisa memainkan senjata dengan tangan kanan atau tangan kiri.
Serangan pertama Yasuaki Kuchi hanya mengenai tempat k0s0ng lantaran si nenek cepat menghindar. Ketika lawan menyerang kedua kalinya , Nenek Nek0 hantamkan Kapak Naga Geni 212. “Trang!” G0l0k besar di tangan kiri Yasuaki mental patah dua. Si nenek menyeringai. “Kau rupanya menentukan mati dengan kepala terbelah Yang Mulia! Hik… hik…hik!” tangan si Nenek Nek0 bergerak. Tetapi tiba-tiba di luar sana terdengar bunyi ter0mpet , menyusul bunyi 0rang berteriak.
“Atas nama sh0gun di Ky0t0 , hentikan semua pertempuran di dalam sana!”
Lalu tiga 0rang mener0b0s masuk. Yasuaki Kiuchi menjadi pucat ketika melihat siapa yang berada di sebelah depan. Se0rang renta bertubuh tinggi besar bermata biru dan berkumis kelabu melintang.
Dia ialah kepala balatentara sh0gun wilayah selatan yang paling ditakuti. Begitu melihat Yasuaki Kiuchi , 0rang ini keluarkan satu gulungan kertas berwarna merah. Kertas itu dibukanya kemudian diperlihatkan kepada Yasuaki. “Aku diperintahkan untuk menangkap dan membawamu ke Ky0t0.
Para petinggi di istana sh0gun telah menyiapkan eksekusi pancung untukmu!”
Yasuaki Kiuchi jatuh terhenyak di lantai , Kepala tentara bermata biru itu memberi k0de pada dua anak buahnya. Yasuaki segera diringkus. Ketika hendak dibawa pergi , Tsuki dan Taiy0 cepat menghadang. “Kami minta kau mau menerangkan siapa itu suami istri Yukawa di Hik0ne…” kata Taiy0.
Yasuaki tidak menjawab. “Kau ingin menjawab pertanyaan 0rang atau tidak?!” hardik kepala balatentara sh0gun.
Mata kanan Yasuaki menatap wajah Taiy0 sejenak. Lalu dari mulutnya meluncur kata-kata yang menciptakan Taiy0 jadi merinding. “Mereka ialah 0rang tuamu. Kalau saya tidak salah ingat , kau diberi nama T0shir0…”
“Kau menyuruh kami membunuh 0rang tuaku sendiri! Sungguh biadab!” Taiy0 menggemb0r keras kemudian menyerang.
Kepala balatentara sh0gun cepat menghalang. “Hukuman untuknya sudah diatur sh0gun. Jangan berani mengubah!”
Taiy0 alias T0shir0 tegak tersandar ke dinding. Matanya berkaca-kaca.
Di sebelahnya , Tsuki tegak meneteskan air mata. “Asal usul Taiy0 sudah diketahui. Bagaimana nasib diriku…” gadis b0nsai ini se0lah meratap dalam hati.
Yasuaki melangkah di hadapannya. Tsuki hanya bisa memandang , tak kuasa menciptakan ekspresi untuk bertanya. Tiba-tiba Yasuaki Kiuchi hentikan langkah. Dia memandangi paras Tsuki sesaat kemudian berkata.
“Nak , namamu bekerjsama ialah Hatsuk0 , Kedua 0rang tuamu tadinya juga tinggal di Hik0ne. Ibumu…” Yasuaki Kiuchi terdiam sejenak. “Ibumu sudah meninggal. Ayahmu berjulukan Kan0 Yamada. Dia masih hidup. Ada di tempat kerja paksa di utara… Kalian berdua bekerjsama sudah dij0d0hkan satu sama lain semenjak masih bayi.” Tsuki alias Hatsuk0 menjerit lirih kemudian menangis.
Sebelum melanjutkan langkahnya , Yasuaki berpaling pada p0t0ngan kepala insan yang tergeletak di lantai. Lalu ia men0leh kepada kepala balatentara sh0gun. “Kau meneriakkan kedatanganmu atas nama sh0gun. Lalu kepala siapa itu!?”
“Kepala se0rang ramp0k besar yang dipancung kemudian diberi bert0peng wajah Yang Mulia Sh0gun…” jawab kepala balatentara. “Ada lagi yang hendak kau tanyakan?”
“Aku tertipu…” desis Yasuaki kemudian bergerak tinggalkan tempat itu.
“Hai! Bagaimana dengan kami?!” teriak Wir0 dari ruangan di belakang jeruji besi.
Tsuki dan Taiy0 mel0mpat. Keduanya c0ba mengg0yang jeruji-jeruji besi itu. Tapi tidak bergeming sedikit pun. “Hanya Gap0 dan Yasuaki yang tahu alat rahasia untuk menaikkan dan menurunkan besi-besi ini!” kata Tsuki alias Hatsuk0.
“Celaka! Rupanya kami benar-benar akan menemui kematian di sini!” ujar Wir0.
“Kalian tidak usah khawatir. Kurasa senjatamu ini bisa menjeb0l tiang-tiang besi itu!” tiba-tiba si nenek Nek0 berkata sambil melangkah ke arah barisan jalur-jalur besi. Tangan kanannya diangkat. Kapak Maut Naga Geni 212 kelihatan bersinar terang benderang tanda si nenek mengerahkan tenaga dalamnya. Lalu senjata sakti itu dibabatkannya menghantam dua tiang besi sekaligus.
“Trang! Trang!”
“Gila! Benar-benar luar biasa!” seru si nenek. Dua jeruji besi patah berantakan.
“Sekarang bagaimana kalian melepaskan ancaman dua panah beracun itu!” ujar Akik0 Bessh0 begitu Nenek Nek0 dan dua insan b0nsai masuk ke dalam ruangan. “Sedikit saja cantelan besi itu bergerak , habislah kami berdua!”
Dua insan b0nsai memandang ke arah si nenek se0lah minta t0l0ng. “Anak-anak lekas ke mari!” si nenek tiba-tiba berseru. Dua ek0r kucing es berbulu putih menge0ng dan mendatangi. Si nenek berj0ngk0k dan usap-usap punggung si biru dan si merah. “Kalian lihat dua buah busur dan dua buah anak panah di atas sana…?”
“Me0ng…!”
“Me0ng…!”
“Lekas naik ke atas , gigit dan tahan dua anak panah itu. Jangan dilepas sebelum saya beritahu. Ay0 lekas lakukan!”
Dua ek0r kucing kemudian mel0mpat ke atas tiang tempat Wir0 diikat. Seperti yang diperintahkan si nenek , binatang-binatang ini menggigit ek0r dua anak panah. “Kalian lekas lepaskan ikatan gadis itu. Aku akan melepaskan ikatan anak muda ini!” kata nenek muka kucing kemudian.
Setelah Wir0 dan Akik0 Bessh0 diselamatkan dan semua 0rang keluar dari ruangan itu , si nenek berteriak pada dua ek0r kucingnya. “Lepaskan gigitan! Wuttt! Wuttt!” Dua anak panah melesat deras begitu dua ek0r kucing lepaskan gigitan mereka. Panah pertama menancap di lantai batu. Panah kedua menembus tiang yang terbuat dari besi! Wir0 dan Akik0 sama-sama berpandangan dan sama-sama menarik nafas lega.
“Sensei…!” tiba-tiba Tsuki alias Hatsuk0 berseru. “Senjata di tanganmu itu , mungkinkah bisa menghancur lepas ikatan rantai besi ini?”
Si nenek berpaling pada Pendekar 212 Wir0 Sableng. “Mungkinkah…?” si nenek ikut bertanya.
“Harus kita c0ba. Mudah-mudahan bisa. ,” jawab Wir0 yang ketika itu masih keliangan dan terduduk di lantai.
“Kalau begitu biar kau yang melaksanakan ,” kata si nenek pula seraya melemparkan Kapak Maut Naga Geni 212 pada Wir0. Murid Sint0 Gendeng cepat sambut senjata miliknya itu. Perlahan-lahan ia berdiri berdiri. Dia meminta dua insan b0nsai tidur sama rata di lantai. Setelah memperhatikan sejenak , Wir0 ayunkan senjata sakti itu.
Suara berdentrangan terdengar keras sekali ketika mata kapak menghantam pinggiran japitan besi di tangan kiri Tsuki alias Hatsuk0. Bunga api memercik tinggi.
“Aku bebas!” teriak Tsuki kemudian mel0mpat berjingkrak-jingkrak kegirangan.
“Hai! Bagaimana aku?!” teriak Taiy0 alias T0shir0.
Sekali lagi kapak sakti itu dibac0kkan.
“Trangg!”
“Ani Wir0 , terima kasih!” seru Taiy0. Tubuhnya melesat ke udara dan berjungkir balik beberapa kali.
Seperti biasanya , udara di puncak pegunungan Shik0ku masb0d0h bukan kepalang. Namun semua yang ada di dalam gua itu merasa kehangatan di lubuk hati masing-masing. Nenek muka kucing Nek0 menghela nafas panjang. “Aku dengar Yasuaki Kiuchi sudah dijatuhi eksekusi pancung 0leh sh0gun…”
“Dan kami dengar kekasihmu Shiker0 atas perintah sh0gun juga telah dibebaskan dari pertambangan kerja paksa di utara , bersama dengan Kan0 Yamada , ayah Hatsuk0…”
“Kami akan kembali ke Hik0ne , berkumpul lagi dengan 0rang renta kami…” kata T0shir0.
“Kau untung , ayah ibumu masih lengkap. Aku cuma punya ayah…” kata Hatsuk0.
“Jangan sedih Hatsuk0. 0rang renta T0shir0 akan jadi 0rang tuamu juga. Malah kau akan punya dua ayah nantinya!” kata Wir0. Hatsuk0 memandang pada Wir0 kemudian perlahan-lahan wajahnya memerah.
“Jangan lupa mengundang kami!” menarik hati Akik0 Bessh0. Nenek muka kucing tertawa tergelak gelak.
Wir0 memandang ke luar gua. “Matahari sudah tinggi. 0rang yang dinantikan bisa saja tiba lebih cepat. Sebaiknya kita jangan jadi pengganggu.”
“Kau betul Wir0 ,” kata Akik0 pula. Lalu ia berpaling pada si nenek kemudian berkata. “Nek , kami minta diri. Jika umur panjang kita bisa berkumpul lagi sama-sama di tempat ini.”
“Ah , kalian seharusnya tak usah buru-buru pergi. Kalaupun Shiker0 tiba , kalian kurasa tidak akan mengganggu.”
Wir0 dan Akik0 tersenyum sementara T0shir0 dan Hatsuk0 juga mulai tertawa-tawa. Keempat 0rang ini berdiri saling berpegangan tangan. Keempatnya ketika itu mengenakan kasut kayu untuk meluncur di atas pegunungan salju.
“Kami minta diri Nek ,” kata keempat 0rang itu berbarengan.
Lalu Wir0 menyeletuk. “Kuharap kau jangan buru-buru punya anak Nek , biar bisa berpuas-puas berlama-lama!”
“Eh , tidak kusangka mulutmu begitu k0ny0l anak muda! Siapa yang mau punya anak?!” teriak si nenek.
Gua di puncak gunung Shik0ku itu laksana mau runtuh 0leh tawa empat 0rang yang ada di hadapan si nenek. Nenek Nek0 akhirnya mau tak mau ikut-ikutan tertawa , malah paling keras. “Anak muda , kalau kau suka , lain waktu kau b0leh tiba ke mari. Aku akan mengajarkan satu ilmu yang saya yakin tak ada di negerimu… Kurasa kau berj0d0h mempunyai ilmu itu.”
“Nenek Nek0 , kau baik sekali. Ilmu apakah itu?” tanya Wir0.
“K0pp0 , ilmu mematahkan tulang ,” jawab si nenek. “Kau mau lihat?”
“Saya pernah lihat Hatsuk0 dan T0shir0 memperagakannya di 0tsu temp0 hari…”
“Kau mau lihat lagi?”
“Tentu saja!” jawab Wir0 , lantaran tidak mengira apa yang akan dilakukan si nenek.
“Ulurkan tangan kananmu!” Murid Sint0 Gendeng berdasarkan saja. Secepat kilat tangan kanan si nenek bergerak. “Krakk…! Krakk!” Wir0 menjerit setinggi langit. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya patah. Patahan tulang mencuat keluar!
“Nek… Apa yang kau lakukan ini?!” teriak Wir0. Sekujur tubuhnya bergetar menahan sakit. Akik0 kelihatan pucat. Tapi T0shir0 dan Hatsuk0 tampak tertawa hu-hu hi-hi!
“Kemarikan tanganmu!” kata si nenek.
“Hendak kau patahkan lagi!?” ujar Wir0 sambil mengulurkan tangan tapi ragu-ragu.
Begitu tangan sang pahlawan terulur , si nenek meremasnya dengan keras. Kembali Wir0 menjerit.
Tetapi ketika diperhatikannya , ternyata tangannya sudah utuh mirip semula. Sakitnya pun serta merta lenyap.
“Ilmu sihir!” kata Pendekar 212 pula.
Si nenek menggeleng. “Bukan , yang saya perlihatkan tadi ialah ilmu sungguhan. Yang pertama mematahkan tangan 0rang. Yang kedua menyembuhkannya. Nah , kau mau mempunyai ilmu itu?”
Wir0 mengangguk. “Tentu Nek. Tentu saja saya mau , tapi…tapi saya permisi dulu nek…”
“Eh , kau mau ke mana?!” tanya nenek muka kucing.
“Aku , aduh. Sudah tidak tahan! Aku mau kencing!” teriak Wir0 kemudian menghambur keluar gua.
T0shir0 , Hatsuk0 , Akik0 , dan si Nenek Nek0 tertawa terpingkal-pingkal.
“Aku belakang layar sudah menghitung. Seharian di sini , sudah duapuluh tiga kali ia kencing. Rupanya tidak tahan dingin!” kata si nenek. Lalu semuanya kembali tertawa riuh.
TAMAT
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tit0
EP : PETUALANGAN WIR0 DINEGERI SAKURA/JEPANG
(SEPASANG MANUSIA B0NSAI)
1
ANGIN dari danau Biwa bertiup dingin. Permukaan air danau tampak bergel0mbang lembut. Desa Hik0ne yang terletak di tepi danau di selimuti kesunyian walau malam belum sepenuhnya tiba lantaran di timur masih kelihatan sembulan sang surya memancarkan sinar kuning kemerah-merahan.
Sejak beberapa waktu belakangan ini suasana di desa itu memang kurang tenang. Penduduk merasa takut 0leh kemunculan sekel0mp0k penjahat pimpinan Numazu yang kabarnya kini berada di sekitar desa.
Karena itu , ketika terdengar derap kaki kuda menebus kesunyian dari arah selatan , penduduk desa yang sedang dilanda ketakutan itu serta mereka mengunci pintu dan mengusut jendela rumah.
0rang-0rang lelaki bersiap-siap dengan senjata masing-masing. Menunggu penuh waspada. Para istri dan belum dewasa disembunyikan di tempat yang aman. Lalu beberapa 0rang lelaki c0ba mengintai lewat l0bang-l0bang kecil yang mereka buat di dinding.
Di bawah paduan sinar kuning kemerahan matahari yang hampir karam dan kegelapan malam yang segera tiba membawa suasana serba hitam , beberapa penduduk melihat ada tiga 0rang penunggang kuda bergerak cepat ke arah danau sebelah utara. Di sini terletak sebuah gedung besar milik saudagar muda p0puler dengan nama Yamada. Ketiga 0rang tadi ternyata bukan r0mb0ngan penjahat yang ditakuti itu. Dari pakaian serta t0pi yang mereka kenakan ketiganya gampang dikenali sebagai prajurit-prajurit sh0gun.
Begitu ketiga penunggang hingga di pintu gerbang. Empat 0rang pengawal cepat bergerak dan menunggu waspada. Karena pintu gerbang tertutup , mereka belum tahu siapa yang datang. Sesaat kemudian terdengar pintu kayu setinggi dua t0mbak itu diketuk 0rang dengan gagang senjata.
“Buka pintu! kami utusan keluarga sh0gun tiba untuk menemui saudagar kan0 Yamada!”.
Setelah tahu siapa yang tiba dua 0rang pengawal segera membuka palang pintu gerbang. Dua lainnya cepat membukakan pintu. Karena pihak yang tiba lebih tinggi kedudukannya dari pada pengawal yang ada di gedung itu maka ke empat pengawal menjura dalam-dalam memberi h0rmat.
“Para tamu silahkan turun dari kuda. Kami akan memberitahukan majikan kami.” Berkata salah se0rang pengawal kemudian cepat-cepat ia masuk ke dalam gedung sementara tiga kawannya sibuk mencari tambatan bagi ketiga ek0r kuda para prajurit sh0gun itu.
Tak lama kemudian kelihatan lampu terang dinyalakan di salah satu belahan gedung. Setelah itu tampak pengawal yang tadi masuk bergegas keluar kemudian memberitahu bahwa saudagar Kan0 Yamada segera siap mendapatkan mereka.
“Ikuti kami ke ruang tamu ,” kata si pengawal. Tiga Prajurit sh0gun melangkah mengikuti pengawal tadi tanpa bicara barang sepatah pun. Lagak gaya mereka berjalan se0lah gedung besar itu milik mereka bertiga.
Mereka harus menunggu cukup lama di ruangan tamu itu. Ini menimbulkan ketiganya menjadi jengkel. Wajah jengkel itu terang terbaca 0leh tuan rumah. Karenanya , begitu berada di ruangan tamu , hartawan Kan0 Yamada segera meminta maaf.
“Aku kurang enak badan. Mungkin masuk angin , barusan saja selesai di pijat. Harap maklum kalau kalian menunggu agak lama…..”.
“Yamada-san tentu sudah tahu maksud kedatangan kami. Kaprik0rnus kami merasa tidak perlu banyak bicara.” Yang membuka ekspresi ialah prajurit berbadan gemuk dan gempal , bermata tak bisa membisu , selalu bergerak liar kian ke mari. Dia meneruskan ucapannya.
“Perlu kami beritahu Kiuchi-san ketika ini benar-benar habis kesabarannya. Kalau tidak memandang persahabatan antara 0rang-0rang renta kedua belah pihak di masa kemudian , bisa-bisa ia berbuat sesuatu yang tidak enak bagi keluarga di sini.”
“Aku tahu , saya tahu ….” jawab Kan0 Yamada , saudagar muda gres berusia tiga puluhan tahun itu.
Se0rang wanita masuk ke dalam ruangan. Kan0 Yamada segera berkata , “Chiek0 , masuklah! 0rang wanita tidak pantas ikut mendengarkan pembicaraan 0rang laki-laki. Lagi pula ini….”
“Yamada-san , tidak usah menyuruh istrimu pergi. Biarkan ia di ruangan ini supaya bisa mendengar semua pembicaraan….”
Saudagar Kan0 Yamada walaupun tidak senang terpaksa anggukkan kepala.
“Yamada-san , katakan kabar apa yang bisa kami sampaikan pada 0rang yang mengutus kami?”.
“Kau dan kawan-kawanmu menjalankan kiprah dengan baik ,” memuji Kan0 Yamada , sekadar untuk melunakkan hati para prajurit yang ada di hadapannya.
“Sayang sekali saya belum mendapat jalan keluar bagaimana bisa dengan segera membayar semua uang tuan Kiuchi….. 0rang-0rang dari perusahaan pelayaran tidak bersedia membayar ganti kerugian. Puluhan bal kain sutera serta ratusan barang-barang p0rselen yang kubeli di Cina karam dalam pelayaran sebelum mencapai pelabuhan 0saka hanya akan jadi barang-barang tak berguna… Padahal dengan hasil penjualan barang-barang itu saya berniat melunasi semua pinjamanku pada Kiuchi-san…..”
“Cerita mirip itu sudah kami dengar dua ahad lalu. Kami tiba ke sini bukan untuk mendengar kisah yang sama. Tapi untuk meminta uang majikan kami yang kau pinjam untuk m0dal dagangan bulan lalu. Sesuai perjanjian kau akan mengembalikan pada awal bulan keempat. Sekarang sudah dua bulan lewat…”
“Apakah sudah kalian sampaikan pada majikan kalian bahwa saya bersedia membayar bunga tinggi untuk keterlambatan pembayaran hutang itu?”
“Tentu saja sudah!”.
“Apa jawab Kiuchi-san?” tanya Kan0 Yamada. “Dia tidak perlu segala macam bunga. Tapi minta uangnya! Seluruhnya! Kalau tidak , ia akan menyeretmu ke penjara!”
Mendengar ancaman itu , Chiek0 istri Kan0 Yamada segera membuka mulut. “Jangan lakukan itu , Saya m0h0n disampaikan pada majikan kalian supaya berbelas hati pada suami Saya. Kami akan meminjam uang dan membayar semua hutang itu…….”
Kan0 Yamada membalikkan tubuhnya , memandang dengan mata membelalak pada istrinya.
“Chiek0! Kau tahu kita sudah menc0ba dan tak ada 0rang mau memberi pinjaman…..” Pada perajurit yang ada di hadapannya Kan0 Yamada segera berkata. “Maafkan kata-kata istriku tadi…..”
“Jadi kau sudah siap untuk masuk penjara?” tanya si prajurit pula. “Aku sudah meminta waktu untuk menghadap tuan Yasuaki Kiuchi……”
“Dia tidak sudi menerimamu. Kecuali….. ini satu-satunya jalan keluar bagimu. Kau menyerahkan anak perempuanmu yang masih bayi itu untuk di j0d0hkan dengan puteranya yang juga ketika ini masih bayi.”
“Aku tidak bisa melaksanakan hal itu. Aku sudah katakan alasanku padamu.”
Prajurit di hadapan Kan0 Yamada menyeringai kemudian berkata , “Kau sudah diberi bukan saja kesempatan tapi juga keh0rmatan! Kurasa tidak ada insan set0l0lmu di atas dunia ini……”
Mendengar kata-kata itu Kan0 Yamada menjadi merah mukanya. Dengan bunyi bergetar menahan murka ia berkata. “Kau kemari untuk menjalankan kiprah , bukan untuk menghinaku! Keluar dari gedung ini! Sampaikan pada Kiuchi-san. Aku akan membayar hutangku , kalau perlu dengan darah dan nyawaku! Katakan padanya saya tidak takut dijebl0skan dalam penjara atau dikirim ke utara sebagai pekerja paksa tambang di pegunungan Kitami. Apapun yang terjadi saya mustahil menyerahkan puteriku untuk jadi j0d0h puteranya!”
“Aku tetap menganggap kau 0rang paling t0l0l Yamada-san!” kata si prajurit tadi dengan beraninya kemudian memutar tubuh sambil memberi k0de pada dua kawannya untuk meninggalkan tempat itu.
Namun sebelum ia sempat melangkah Kan0 Yamada telah menghadang jalannya dan “plak!” satu tamparan mendarat di pipi prajurit itu. Membuatnya terjajar nanar dan ada darah keluar dari sudut bibirnya yang pecah!.
Si prajurit berteriak keras dalam sakit dan marahnya. Dua kawannya ikut membentak. Prajurit yang kena tampar menghunus pedang yang tersisip di pinggangnya. Namun gres saja senjata itu keluar dari sarungnya , Kan0 Yamada mendahului menyerang. Tangan kanannya melesat ke depan. Pada ketika j0t0sannya mendarat di dada si prajurit dengan telak , tangan kirinya cepat menyambar ke arah pergelangan tangan lawan.
Dalam satu gerakan kilat Kan0 Yamada yang kidal itu berhasil merampas pedang kemudian ujung senjata ini ditekankannya ke bawah dagu 0rang. Melihat mitra mereka dipreteli begitu rupa , dua perajurit lainnya berteriak murka dan berusaha menyergap.
“Berani kalian mendekat kutembus tengg0r0kan insan satu ini!” ancam Kan0 Yamada.
“Kan0! Jangan lakukan itu!” seru Chiek0. Tapi sang suami tidak peduli. Dengan tangan kanannya dicampakannya t0pi yang ada di kepala si prajurit , kemudian dijambaknya rambutnya. Ujung pedang di tekankan sedikit hingga prajurit ini meringis kesakitan.
“Jatuhkan senjata kalian!” perintah Kan0 Yamada pada dua prajurit di hadapannya. Dua prajurit ini tampaknya ragu-ragu. Malah mereka melirik ke arah Chiek0. Kan0 Yamada segera sanggup membaca apa yang ada di dalam benak kedua prajurit sh0gun itu. Maka ia berkata dengan bunyi keras.
“Berani kalian mendekati istriku , kubunuh mitra kalian ini , saya tidak main-main!”
Kan0 Yamada kembali tekankan ujung pedang. Kini sedikit lebih keras. Prajurit yang dijambaknya mengeluh tinggi. Kulit dagunya terluka , darah mengalir turun membasahi pedang.
“Turut apa yang dikatakannya! Buang senjata kalian!” teriak si prajurit. Dua kawannya yang sadar tidak bisa berbuat apa-apa akhirnya campakkan pedang masing-masing ke lantai.
“Putar tubuh kalian. Keluar dari ruangan ini!” perintah Kan0 Yamada selanjutnya. Ketika dua prajurit itu melaksanakan apa yang dikatakannya , Kan0 Yamada kemudian menyuruh prajurit di bawah ancamannya untuk melangkah ke arah pintu.
Keluar dari ruangan tamu Kan0 Yamada terus membawa prajurit itu hingga ke halaman depan gedung. “Naik ke atas kuda masing-masing! Jangan berani berbuat yang saya tidak senang!” Lalu dengan sekuat tenaga Kan0 Yamada mend0r0ng prajurit itu hingga tersungkur ke tanah.
Malangnya , muka jatuh lebih dulu hingga lecet berkelukur. Beberapa 0rang pengawal gedung yang ada di situ hanya terkesima menyaksikan apa yang terjadi.
“Kan0 Yamada! Kau berani menjatuhkan tangan pada prajurit Sh0gun! Kau akan rasakan pembalasan dari kami!” gertak prajurit yang mukanya babak belur.
Kan0 Yamada masih tetap di tempatnya hingga tiga perajurit itu lenyap di kejauhan. Setelah mencampakkan pedang di tangan kirinya ke tanah , saudagar ini segera masuk ke dalam gedung.
Chiek0 Yamada mendatangi. Kedua suami istri ini segera masuk ke dalam kamar.
“Saya mau bicara dengan Kan0….” Kata sang istri begitu masuk ke dalam kamar.
“Aku juga! Aku tak suka kau mencampuri urusan ini! Biar saya sendiri yang menuntaskan urusan hutang piutang dengan Yasuaki Kiuchi.”
“Mana bisa begitu. Kau suamiku. Apa yang menjadi pers0alanmu menjadi urusan saya juga.
Kenyataannya kini bukan cuma menyangkut urusan hutang piutang. Tapi kini malah merembet pada diri anak kita Hatsuk0. Kita harus menemui 0rang itu.”
“Aku sudah berusaha tapi ia men0lak!”
“Kalau begitu biar saya yang menemuinya….” kata Chiek0 Yamada pula.
Lama Kan0 Yamada memandangi istrinya itu. Lalu terdengar suaranya bertanya. “Apa yang ada dalam benakmu , Chiek0? Aku tak bisa melupakan bagaimana hubunganmu dulu dengan Yasuaki Kiuchi!”
“Kau jangan terlalu bercemburu Kan0. Dulu kami memang pernah menjalin kekerabatan cinta….”
“Dan pernah merencanakan untuk kawin….” sambung Kan0 Yamada.
“Betul , tapi itu dulu. Kenyataanya lain. Saya tidak kawin dengan dia. Kau kini menjadi suamiku…” p0t0ng Chiek0.
“Kau menyesal menjadi istriku? Hemmmm…. Yasuaki Kiuchi. Manusia terpandang di negeri ini lantaran keluarga sangat dekat dengan Sh0gun yang berkuasa…..”
“Saya tidak suka kau berkata begitu Kan0. Sejak saya menjadi istrimu hanya kau satu-satunya pria di hati saya.”
“Mulutmu berucap begitu. Namun hatimu tak pernah bisa melupakan pria itu………”
Chiek0 Yamada gelengkan kepalanya berulang-ulang. Perempuan ini mirip mau sesenggukan ketika berkata , “Dengar Kan0. Saya berharap ada maksud higienis dan baik dari Yasuaki mau menj0d0hkan anak kita dengan putranya…..”
“Mungkin saja. Karena ia tidak mendapatkan dirimu , kemudian kekerabatan yang terputus disambung kembali dengan menj0d0hkan Hatsuk0 dengan putranya….”
“Saya tidak melihat ada yang salahnya hal itu. Hanya saja Hatsuk0 sudah kita j0d0hkan dengan putra keluarga Hide0 Yukawa……..”
“Seandainya tali perj0d0han itu tidak ada , Kau tentu bersedia menj0d0hkan Hatsuk0 dengan anak lelaki Kiuchi.”
“Saya tidak menyampaikan begitu” Sahut Chiek0.
“Lalu apa maksudmu menemui pria itu?”
“Untuk menjernihkan suasana. Siapa tahu ia bisa mengerti keadaan kita yang belum bisa melunasi pinjaman dalam waktu dekat ini. Lalu sekaligus menerangkan bahwa Hatsuk0 telah kita j0d0hkan dengan T0shir0 , anak keluarga Yukawa.”
Kan0 Yamada menggeleng. “Tidak ,” Katanya. “Aku tidak mengizinkan kau menemui pria itu.
Aku menentukan penjara untuk masalah hutang itu. Dan saya menentukan mati bila ada 0rang lain menyentuh anakku , apabila mengambilnya!”
“Kan0 , kau tahu ketika malapetaka telah terjadi atas diri Yasuaki. Pikirannya terganggu , tingkah lakunya tampak asing semenjak ia menderita sakit panas selama dua ahad akhir patukan ular berbisa di hutan Kis0 beberapa bulan lalu…..”
“Dia memang tampak aneh. Katakanlah tidak waras. Tapi apakah ia tidak memandang h0rmat padamu hingga mengancam hendak memenjarakanku dan memaksa mengambil Hatsuk0 sebagai j0d0h puteranya?”
“Itulah alasannya ialah saya harus menemuinya. Saya yakin bila saya bisa bicara dengan ia , semua dilema bisa diselesaikan dengan baik. Saya tidak ingin kehilangan kalian berdua. kau dan Hatsuk0…..”
Chiek0 kemudian memeluk suaminya dengan erat-erat. Kan0 Yamada balas merangkul. Di kamar sebelah terdengar bunyi bayi menangis. Dua suami istri ini lepaskan pelukannya masing-masing kemudian bergegas menuju ke kamar itu. Se0rang pelayan tampak mendukung bayi kecil berpipi merah sambil menepuk-nepuk halus punggungnya hingga bayi terdiam dan tidur kembali.
“Biar saya mendukungnya sebentar….” Kata Chiek0 sambil mengulurkan tangan untuk mengend0ng puteri kecil anak pertamanya itu. Si bayi segera saja tertidur lelap dalam dukungan sang ibu. Setelah yakin bayinya tidak akan bangun dan menangis lagi , Chiek0 Yamada membaringkan anak itu di dalam sebuah tempat tidur kecil yang hangat.
Kan0 Yamada tertegun di ujung tebing. Puluhan kaki di bawahnya membentang bahari Jepang yang ganas. Ujung-ujung runcing kerikil karang menyembul di permukaan laut. Mengerikan. Dia tak bisa lari lagi. Tak mungkin terjun ke bahari lantaran sama saja bunuh diri. Tapi ia juga tidak bisa mencari jalan lain.
Di hadapannya ketika itu sepasang harimau kumbang hitam mengerang keras. Gigi-gigi bintang ini menggidikkan. Harimau kumbang yang betina kelihatan berselem0tan darah mulutnya. Itu ialah darahnya sendiri. Binatang ini sempat mencakar dadanya dan menerkam bahunya. Si betina ini lebih bergairah dari si jantan. Pakaian Kan0 Yamada berair 0leh keringat dan darah!
Dada Kan0 Yamada naik turun. Dia tahu ia tak bakal l0l0s dari kematian. Tangan kanannya yang berair 0leh darah dan keringat terasa licin digagang samurai yang digenggamnya. Pedang itu! Ini satu-satunya tuan penyelamatnya. Kalau ia bisa membunuh dua ek0r harimau kumbang itu , sangggupkah dia?
Harimau kumbang betina mengaum keras. Dia sudah mencium darah cal0n mangsanya. Ini agaknya yang membuatnya jadi lebih beringas. Tiba-tiba hewan ini mel0mpat menerkam. Kan0 Yamada berteriak keras. Samurai di tangannya menderu ke atas , meny0ngs0ng terkaman harimau betina.
Tapi celakanya harimau jantan telah menyergap pula. Walau Kan0 Yamada berhasil membabatkan senjatanya di pertengahan dada harimau kumbang betina sehingga bintang ini meraung keras dan darah memancur dari dadanya yang terk0yak , serangan harimau kumbang jantan tak sanggup dihindari.
Dua cakar kaki depan meng0yak perut dan dadanya. Kan0 Yamada menjerit setinggi langit. Dalam keadaan mandi darah tubuhnya terpental dari ujung tebing kerikil , melayang jatuh ke bawah. 0mbak bahari Jepang berdebur dengan dahsyat. Batu-batu runcing siap menyambut tubuh Kan0 Yamada.
Lelaki ini berteriak sekali lagi. Lebih keras dan lebih menggidikkan dari teriakan pertamanya tadi.
Kan0 Yamada terduduk di atas ranjang. Pakaian tidurnya berair 0leh keringat. Dadanya terasa sesak dan nafasnya memburu.
“Mengerikan sekali mimpiku….” kata lelaki ini hingga menyeka wajahnya yang berair dengan ujung baju. Dia memandang ke samping. Sesaat ia merasa heran. Chiek0 tak ada di sampingnya.
Mungkin ia keluar kamar , membuang hajat kecil atau mengambil air minum. Atau ke kamar putri mereka di sebelah. Kan0 Yamada menunggu sebentar.
“Chiek0….” Lelaki ini memanggil , satu kali. Dua kali , Kali yang ketiga ia mel0mpat turun dari atas ranjang rendah itu. Seluruh ruangan diperiksanya. Chiek0 tidak diketemukan , Kan0 Yamada masuk ke kamar tidur puterinya. Anak itu dilihatnya tertidur nyenyak dalam ranjang kecilnya sementara pelayan tidur di atas tatami (alas lantai berbentuk k0tak-k0tak).
“Aneh , ke mana perginya wanita itu….?” Pikir Kan0 Yamada sambil melangkah masuk ke dalam kamar tidur kembali. Dia memandang seputar kamar. Baju tebal milik istrinya yang sebelumnya tergantung di sudut kamar ini tidak ada lagi. Hati Kan0 Yamada berdetak.
“Jangan-jangan….” Setengah berlari lelaki ini keluar dari kamar , terus ke belahan belakang gedung.
Di sini ada sebuah sangkar kuda. Ketika sangkar diperiksanya , debaran di hati Kan0 Yamada menjadi semakin keras. Detak jantungnya se0lah menggemuruh.
“Chiek0….” desisnya. “Dia pasti ke 0tsu! pasti! Nekad sekali wanita itu!” Di sangkar itu seharusnya ada dua ek0r kuda. Miliknya dan milik istrinya. Kuda milik istrinya ternyata tidak ada.
Kan0 Yamada berteriak memanggil pengawal. Setengah lusin pengawal gedung segera menghambur datang.
“Istriku tak ada dalam gedung! Kudanya juga tidak ada di kandang! Siapa di antara kalian tahu di mana istriku berada?! Atau pergi ke mana dia?! Jangan ada yang berani dusta!”
Pegawal paling depan kelihatan takut-takut mau bicara. Tapi salah se0rang kawannya mend0r0ng-d0r0ng punggungnya sambil berbisik. “Lekas katakan saja sebelum Tuan Yamada marah….”
“Hmm… benar rupanya ada yang tidak beres ,” kata Kan0 Yamada dalam hati. Lalu diapun berteriak marah. “Kalau tidak ada yang berani bicara satu persatu saya r0bek ekspresi kalian!”
“Tuan ,” pengawal paling depan akhirnya berkata juga. “Beberapa waktu kemudian ny0nya meninggalkan gedung. Dia memerintahkan kami membuka pintu gerbang. Sebelum ia pergi kami sempat bertanya mau ke mana malam-malam begini. Sendirian pula. Istri tuan tidak menjawab , malah memerintahkan supaya kami cepat menutup pintu. Dia juga men0lak untuk kami kawal. Ketika kami katakan hendak memberitahukan tuan , ia murka besar , Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami melihat perilaku ny0nya asing sekali malam ini.”
“Kalian pengawal tidak becus! T0l0l! Walau ia melarang tapi kalian punya kewajiban memberitahu!” teriak Kan0 Yamada. Kaki kanannya dihentakkan hingga tanah yang dipijaknya melesat ke bawah.
Habis membanting kaki begitu , Kan0 Yamada berkata. “Salah se0rang dari kalian lekas siapkan kudaku! Aku harus mencari dan mengejarnya kini juga!”
“Kalau begitu biar kami ikut!”
“Aku tidak perlu manusia-manusia t0l0l mirip kalian!” damprat Kan0 Yamada , kemudian masuk ke dalam untuk berganti pakaian.
Ketika keluar ia telah mengenakan pakaian ringkas. Sebilah Katana (pedang panjang khas Jepang) tergantung di belakang punggungnya. Sesaat kedua kakinya menuruni tangga gedung tiba-tiba udara yang tadinya sunyi hening berubah. Suara tiupan angin mula-mula terdengar mirip bunyi seruling kemudian bermetam0rf0sis gemuruh yang menakutkan. P0h0n-p0h0n besar yang tumbuh di sekeliling gedung berderik-derik mirip mau tumbang. Daun-daunnya gugur berhamburan.
“Badai!” teriak se0rang pengawal sambil berpegangan pada sebuah pilar batu.
2
“Tuan Yamada sebaiknya jangan pergi dulu!” menasihatkan se0rang pengawal.
Kan0 Yamada mana mau perduli. Terse0k-se0k lantaran tubuhnya diterpa angin , lelaki ini melangkah mendekati kudanya yang dipegang dua 0rang pengawal. Binatang ini meringkik keras beberapa kali. Belum sempat Kan0 Yamada naik ke punggungnya , tiba-tiba kuda ini menghambur lari.
“Binatang jahanam!” teriak Kan0 Yamada marah. Dia c0ba mengejar tapi tubuhnya limbung. Satu putaran angin menghantamnya dengan keras hingga ia tak kuasa bertahan dan terhampar ke tanah.
Dua 0rang pengawal segera men0l0ngnya dan membawanya masuk ke dalam rumah.
“Tangkap kuda itu. Atau carikan kuda lain!” perintah Kan0 Yamada pada para pengawal yang ada di sekelilingnya.
Se0rang pengawal berusia agak lanjut berkata. “Tuan Yamada lebih baik suka bersabar sedikit. Kuda itu telah menjadi liar Tak mungkin ditangkap. Kalaupun bisa sangat berbahaya bagi tuan menungganginya. Mencari kuda lain sama sulitnya dengan menangkap kuda itu…”
Kan0 Yamada hendak membentak. Namun akhirnya ia hanya bisa menghenyakkan tubuhnya di atas sebuah kursi kayu. Di luar tiupan angin semakin dahsyat. Badai tambah menggila.
“Chiek0! Kamu insan nekad! Mengapa kau melaksanakan semua ini!” kata Kan0 Yamada sambil menutup kedua telapak tangannya ke wajahnya. Terbayang wajah istrinya. Terbayang pula wajah merah Hatsuk0 putrinya. Lalu muncul tampang Yasuaki Kiuchi. Dengan tangan kanannya entah sadar entah tidak , Kan0 Yamada tiba-tiba menghantam lengan kursi. “Krakkk!” Lengan kursi itu hancur berantakan. Wajahnya tampak beringas. “Aku harus pergi! Persetan dengan badai! Persetan dengan kuda itu! Aku bisa jalan kaki!”
Kan0 Yamada mel0mpat ke pintu. “Tuan!” seru dua 0rang pengawal. Kawannya yang tegak dekat pintu berusaha menghalangi tapi serta merta kena sikut Kan0 Yamada hingga 0rang ini mengeluh tinggi dan terbanting ke dinding ruangan.
Dalam gelapnya malam , di bawah angin ribut besar itu Kan0 Yamada melangkah terhuyung-huyung menahan kencangnya angin yang menyambar dari depan , menghantam dari samping atau dari belakang. Para pengawal yang melihat peristiwa itu sesaat hanya bisa berdiri mel0ng0. Namun tiga 0rang diantara mereka akhirnya memutuskan untuk mengikuti tuan mereka. Salah se0rang dari ketiganya berteriak tiada henti , berusaha membujuk sambil mengingatkan.
“Tuan Yamada! Kembali! Terlalu berbahaya menempuh angin ribut mirip ini! Kembali tuan Yamada!”
Kan0 Yamada tidak perduli. Dia melangkah terus. Badai bertambah dahsyat ketika hujan mulai turun.
“Tuan Yamada! Ingat putrimu Hatsuk0 ,” teriak pengawal satunya. Sesaat langkah Kan0 Yamada tertahan. Tetapi di lain ketika lelaki ini lanjutkan perjalanannya. Kedua tangannya dikepalkan kencang-kencang.
Di dalam gedung kediamannya yang besar dan glam0r di k0ta 0tsu , Yasuaki Kiuchi duduk di atas kasur tebal empuk didampingi 0leh dua selirnya yang masih muda-muda dan cantik. Kepalanya diletakkan di pangkuan salah satu selir , sementara selir satunya memegang sebuah piala perak berisi sake. Di dekat pembaringan terhidang banyak sekali macam masakan dan buah-buahan. Lalu sepuluh langkah di hadapannya duduk se0rang gadis memetik k0t0 (harpa) , sebuah peralatan musik mempunyai 13 jalur senar dan diletakkan di lantai.
Antara gadis pemetik k0t0 dengan Yasuaki Kiuchi ada se0rang gadis penari yang menari mengikuti irama k0t0 dengan gerakan lemah gemulai. Kim0n0 yang melilit ditubuhnya terbuat dari jenis kain yang demikian tipisnya hingga lekuk tubuh gadis ini membayang dengan jelas. Keadaan Yasuaki Kiuchi yang k0n0n masih saudara sepupu Sh0gun yang berkuasa pada masa itu tidak beda mirip kaisar kecil saja.
Saat itu ia sudah setengah mabuk lantaran terlalu banyak meneguk sake. Mukanya yang lingkaran dan selalu berkeringat kelihatan merah. Sekali-sekali ia menyeringai sambil salah satu tangannya mengusap paha selir yang duduk di sebelahnya. Di luar gedung hujan turun dengan lebat. Badai masih bersabung di wilayah utara. Deru angin terdengar menggidikan.
Ketika sedang asyiknya Yasuaki Kiuchi menikmati tarian masuklah se0rang pembantu. Merasa terganggu Yasuaki Kiuchi berteriak marah. Selagi pembantu itu menjura , ia mengambil piala perak berisi sake dari tangan selirnya kemudian melemparkannya ke arah si pembantu.
Si pembantu yang tahu gelagat , walau bisa mengelak tapi tak berani melakukan. Kalau ia mengelakkan lemparan piala perak itu sang majikan akan meradang mirip beruang terluka! Maka ia membisu saja menunggu hingga terdengar bunyi “buk!” Piala menghantam dadanya. Dia mengernyit menahan sakit , tak berani berteriak. Diam-diam ia merasa beruntung lantaran mengetahui bahwa Yasuaki Kiuchi melemparkan tempat minum perak itu tanpa menggunakan tenaga dalam. Kalau hingga ia mengisi piala dengan menggunakan tenaga dalam , pasti ketika itu ia sudah muntah darah dan sekarat!
“Maafkan saya Tuan Kiuchi! Kesalahan dan d0sa yang besar mengganggumu. Tapi ada se0rang tamu tiba dari jauh…”
“Heh…..?” amarah Yasuaki Kiuchi agak mereda 0leh rasa heran. Dia mend0ngak pada selir yang memangku kepalanya kemudian membelai pipi wanita ini.
“Di luar hujan turun lebat. Di utara saya yakin ada angin ribut mengamuk. Lalu tiba-tiba saja di malam buta buruk cuaca begini ada tamu mencariku! Kuharap saja bukan bangsa setan atau r0h halus dari gunung hantu!” habis berkata begitu Yasuaki Kiuchi tertawa gelak-gelak kemudian meneguk sake eksklusif dari sebuah guci kecil. Sambil menyeka mulutnya dengan belakang tangan , mata merahnya memandang pada si pembantu. “Kau sudah tahu siapa adanya tamu itu?!”
“Dia se0rang perempuan….”
“Apa?!” Yasuaki Kiuchi berdiri dari berbaringannya , duduk di atas kasur , memandang tak berkedip pada si pembantu.
“Tamunya se0rang perempuan. Katanya dari desa Hik0ne. Namanya Ny0nya Muda Chiek0 Yamada…….”
Mendengar keterangan si pembantu eksklusif saja Yasuaki Kiuchi mel0mpat dari duduknya. “Di mana ia sekarang?”
“Menunggu di ruangan tamu tuan Kiuchi. Sekujur tubuh dan pakaiannya berair kuyup…..”
Yasuaki Kiuchi tidak menunggu hingga si pembantu selesai berucap. Dia bergegas menuju ruangan tamu. Dua selir dan si pembantu mengikuti dari belakang. Gadis pemain k0t0 hentikan petikan dan gadis penari juga ikut berhenti menari.
Begitu membuka pintu d0r0ngan ruangan tamu , Yasuaki Kiuchi tertegun melihat s0s0k yang ada didalam sana. “Jadi benar kau rupanya Chiek0 …..” desis Yasuaki Kiuchi. Dia berpaling ke belakang. Pada dua selirnya ia segera berkata “Kalian lekas pergi masuk ke kamar masing-masing!”
Setelah memperhatikan sejenak wanita muda yang berair kuyup di ruangan itu , salah satu dari dua selir menjadi iri dan cemburu kemudian bertanya “Siapakah wanita itu yang rupanya sangat penting hingga kami berdua disuruh masuk dilupakan begitu saja?”
“Perempuan lancang tidak tahu diri!” bercarut Yasuaki Kiuchi dengan mata membelalak. “Berani kau berkata mirip itu?!” Melihat perilaku Yasuaki Kiuchi , dua selir jadi takut dan cepat-cepat mengundurkan diri. Yasuaki berpaling pada si pembantu. “Lekas kau temui pelayan perempuan. Suruh Dia membawa kain pengering dan pakaian penyalin….”
Setelah si pembantu berlalu , Yasuaki Kiuchi masuk ke dalam ruangan. Untuk beberapa lamanya ia melangkah perputar mengelilingi Chiek0 Yamada yang tegak ditengah ruangan dalam keadaan berair kuyup.
“Chiek0 , ini bukan mimpi! Kau tiba di malam buta ketika cuaca sangat buruk. Berbasah-basah tiba dari jauh. Kau perlu mengeringkan tubuh , berganti pakaian dan berhangat-hangat dengan masakan panas dan minuman keras…”
“Saya berterima kasih atas kebaikanmu itu Kiuchi-San…”
“Panggil saya Yasuaki!”
“Waktu saya hanya sebentar. Saya akan segera pulang bila selesai bicara denganmu….”
“Ini rumahku! Siapa yang berada di dalamnya harus ikut apa yang saya punya mau!” kata Yasuaki Kiuchi pula dengan muka sesaat jadi galak.
Tak lama kemudian se0rang pelayan wanita tiba membawa sehelai kain pengering dan pakaian untuk bersalin. “Bantu ny0nya Yamada mengeringkan tubuh dan berganti pakaian ,” kata Yasuaki Kiuchi pada si pelayan kemudian keluar kamar sambil menutup pintu.
Tapi begitu berada di luar kamar , dengan ujung jari kelingkingnya , lelaki ini menusuk dinding yang terbuat dari kertas hingga berl0bang. Lewat l0bang itu , ia mengintip saat-saat Chiek0 Yamada membuka pakaiannya yang berair , mengeringkan tubuhnya kemudian mengenakan pakaian yang diberikan. Tengg0r0kan lelaki ini turun naik. Nafasnya memburu. Lidahnya berulang kali dijulurkan untuk membasahi bibirnya.
“Sudah selesai tuan Kiuchi ,” kata pelayan begitu keluar dari dalam kamar membawa pakaian basah.
“Kau b0leh pergi. Beritahu semua 0rang supaya tidak berada di sekitar sini…” kata Yasuaki Kiuchi pula pada pelayan wanita itu , kemudian masuk ke dalam ruangan di mana Chiek0 Yamada berada.
Sambil rangkapkan kedua tangannya di depan dada , Yasuaki Kiuchi menatap wajah dan tubuh Chiek0 tanpa berkedip hingga beberapa lamanya. “Kau tiba di malam buta. Dalam cuaca buruk. Se0rang diri. Jarang ada wanita Jepang punya keberanian sepertimu. Apa kau tiba mewakili suamimu untuk minta maaf dikarenakan telah berani menciderai perajurit Sh0gun yang saya kirimkan ke tempat kediamanmu? Mengapa ia berlaku pengecut tidak tiba sendiri…?”
“Saya tiba tidak setahu ia ,” menjelaskan Chiek0.
“0h , jadi maumu sendiri? Ini sungguh satu hal luar biasa! Mungkin kau tiba-tiba saja teringat masa mudamu dulu? Ketika kau menjalin cinta denganku. Lalu kau lenyap dan tahu-tahu kawin dengan Kan0 Yamada. Kau tiba untuk minta maaf…?”
“Ada yang lebih penting dari masa kemudian Yasuaki ,” kata Chiek0 pula. “Menyangkut hutang suami saya dan maksud hendak menj0d0hkan puteriku Hatsuk0 dengan puteramu.”
“S0al hutang suamimu sudah jelas. Dia tidak sanggup membayar. Aku sudah mengatur 0rang untuk memperkarakannya dan menjebl0skannya ke dalam penjara…”
“Jangan lakukan itu Yasuaki. Saya m0h0n kau suka memberi waktu…”
“Aku tak punya waktu lagi Chiek0. Aku merasa suamimu sengaja menipu…”
“Usahanya benar-benar sedang ambruk. M0h0n kau mau mengerti…”
“Bagaimana dengan urusan j0d0h?” Yasuaki Kiuchi mengalihkan pembicaraan.
Dari dalam saku kim0n0nya ia mengeluarkan sebuah b0t0l pipih berisi minuman keras. Beberapa kali teguk saja minumannya itu ludas masuk ke dalam tengg0r0kan.
“Terus terang saja saya suka menjadi besan denganmu Yasuaki. Tapi Hatsuk0 sudah terlanjur diikat j0d0h dengan T0shir0 , putera keluarga Yukawa…”
Sepasang mata Yasuaki Kiuchi membeliak. B0t0l pipih yang dipegangnya dibantingkan ke lantai hingga pecah berkeping-keping. “Aku tahu keluarga Yukawa. Keluarga nelayan miskin yang hanya bisa mencari nafkah di danau Biwa! Dengan anak mereka puterimu kau j0d0hkan! Sungguh memalukan! Men0lak ikatan j0d0h dengan puteraku sama saja menghina diriku!”
“Yasuaki , harap kau mau mengerti. Kami telah terlanjur menj0d0hkan Hatsuk0 dan T0shir0. Kalau saja ikatan itu belum ada tentu saya dan suami merasa senang untuk menj0d0hkan Hatsuk0 dengan puteramu…”
“Chiek0! Dua kali dengan ini kau menghinaku! Pertama waktu kau meninggalkan saya dan kawin dengan Kan0! Kedua kini ini. Men0lak ikatan j0d0h! Padahal kau tiba untuk mengemis untuk minta supaya saya memberi kel0nggaran atas hutang suamimu…”
“Saya tidak mengemis Yasuaki. Kalau kau tidak mau mempertimbangkan , Kan0 bersedia masuk penjara. Kalau perlu saya sekalian kau jebl0skan!”
Yasuaki pandangi wajah Chiek0 beberapa ketika kemudian ia tertawa gelak-gelak hingga keluar air mata.
Namun sesaat kemudian ia berubah. Kalau tidak tertawa kini ia mulai sesenggukkan. Mula-mula perlahan kemudian meraung keras.
“Yasuaki…” Panggil Chiek0. Perempuan ini mulai merasa takut “Penyakit gilanya kumat… Aku harus segera meninggalkan tempat ini. Yang penting saya sudah bicara padanya…”
Pintu ruangan terbuka. Se0rang pembantu dan dua 0rang perajurit Sh0gun masuk. “Kami mendengar tuan Kiuchi berteriak. Ada apakah? Apakah tuan baik-baik saja?” tanya salah se0rang perajurit.
“Keluar!” teriak Yasuaki Kiuchi murka sekali sehingga ketiga 0rang itu putar tubuh dan tinggalkan ruangan ketakutan. Yasuaki bantingkan pintu d0r0ng dengan keras.
“Aku minta diri…” ujar Chiek0.
“Kau mau ke mana?” tanya Yasuaki sambil bersandar ke pintu. “Hik0ne jauh dari sini anakku menunggu.” Yasuaki Kiuchi menyeringai aneh. Tiba-tiba kim0n0 yang menempel di tubuhnya ditanggalkan. Chiek0 membuang muka kejurusan lain. “Tanggalkan pakaianmu Chiek0…”
Chiek0 Yamada tampaknya mendengar petir menyambar di telinganya. “Yasuaki , kau sadar apa yang barusan kau katakan?”
“Aku bilang tanggalkan pakaianmu! Layani diriku malam ini! Hanya itu satu-satunya jalan menebus pengkhianatanmu dulu dan pengkhianatanmu kali ini!”
“Kau sakit Yasuaki…! Yasuaki yang saya kenal dulu tidak akan berlaku sekeji ini!”
Yasuaki Kiuchi tertawa mengekeh. “Aku memang sakit! 0takku! Hatiku! Jiwaku! Semua ini kau penyebabnya! Ditambah racun ular yang tidak bisa dikuras higienis dari 0takku! Lengkap sudah derita sakitku! Malam ini derita sengsara itu akan kita bagi dua Chiek0!”
Seperti seek0r singa kelaparan Yasuaki Kiuchi menyergap wanita itu. Chiek0 berusaha melawan tapi sia-sia belaka. Menjerit minta t0l0ng pun tak ada gunanya lantaran tak ada yang berani tiba ke tempat itu. “Aku lebih suka kau membunuhku dari pada mendapatkan n0da!” kata Chiek0 dalam keadaan terlentang tak berdaya di lantai , ditindih tubuh berat Yasuaki Kiuchi.
Yasuaki Kiuchi menyeringai. Dua tangannya bergerak merenggut tali kim0n0 Chiek0 Yamada.
Perempuan itu kembali menjerit tapi bunyi jeritan semakin lemah kemudian ia tak tahu lagi apa yang terjadi dengan dirinya. Di luar hujan menderu tambah lebat. Badai masih terus berkecamuk.
Hujan yang lebat dan angin ribut yang masih menggila , ditambah malam begitu gelap menciptakan pemandangan mata hanya bisa menembus belasan langkah saja. Se0rang pengawal yang berjalan di samping Kan0 Yamada tiba-tiba berteriak dengan mata mel0t0t memandang ke depan.
“Tuan Yamada! Ada sesuatu mendatangi dari sebelah depan!”
“Aku sudah tahu ,” jawab Yamada datar. Dia memang sudah melihat ada sebuah benda mendatangi.
Karena hujan dan angin ribut , ia masih belum sanggup memastikan benda apa itu adanya. Namun dua telinganya mulai menangkap bunyi benda bergerak itu. Air hujan yang membasahi alisnya disekanya dan kedua matanya dibuka lebih lebar.
“Seek0r kuda…” desis Kan0. Dia mempercepat langkahnya. Mendadak saja hatinya yang semenjak meninggalkan Hik0ne memang sudah gelisah kini menjadi tidak enak berlipat ganda. S0s0k yang tiba dari depan semakin dekat. Ternyata memang seek0r kuda. Kelihatannya tidak berpenunggang.
Kuda hingga di hadapan Kan0 Yamada. Saudagar muda ini mengangkat tangannya memegang kepala kuda. Binatang ini hentikan langkahnya dan menjilati tangan lelaki itu se0lah kenal. “Heh , ini kuda Chiek0…” kata Kan0 dalam hati , ketika ia mengenali hewan itu. Justru pada ketika itu pulalah ia melihat ses0s0k tubuh terbujur melintang diatas pelana. Kim0n0 yang menempel di tubuh itu r0bek-r0bek tidak karuan rupa. Agaknya hanya ditutupkan begitu saja. Lalu Kan0 Yamada melihat rambut tergerai panjang berair kuyup mengucurkan air hujan di belahan bawahnya yang terjuntai. Kan0 Yamada membungkuk untuk memastikan supaya ia bisa melihat wajah wanita yang terbujur di pelana kuda itu. Lalu terdengar raungannya. “Chiek0!!!”
Tiga 0rang yang menyertai Kan0 Yamada ikut berseru kaget. “Ny0nya muda , apa yang terjadi denganmu?” salah se0rang di antara mereka berucap dengan bunyi gemetar.
Di bawah hujan lebat dan angin ribut yang masih mendera , Kan0 Yamada dibantu 0leh tiga 0rang tadi turunkan s0s0k Chiek0 dari atas kuda. Mereka mencari tempat yang agak terlindung kemudian membaringkan wanita itu di sana.
“Chiek0…! Chiek0!” teriak Kan0 Yamada berulang kali. Ditepuknya wajah istrinya itu. Lalu diletakkannya indera pendengaran kirinya di atas dada. Deru hujan dan angin ribut keras sekali. Dia tak sanggup mendengar apakah jantung istrinya masih berdetak atau tidak.
Kan0 Yamada masih meletakkan telinganya di dada istrinya. Tiba-tiba matanya membesar. Dia melihat ada cairan merah di belahan perut Chiek0 yang mengalir ke tanah bersama air hujan. Darah!
Darah itu mengucur keluar dari belahan perut yang ditancapi sebilah tant0!
Raungan Kan0 Yamada mirip mengalahkan deru hujan dan badai. “Chiek0! Apa yang terjadi denganmu?! Chiek0!” Kan0 Yamada peluk tubuh istrinya erat-erat hingga pakaiannya ikut bersimbah darah. Tiga 0rang pengawal hanya bisa tertegun tak tahu mau berbuat apa.
“Chiek0 kau barusan dari mana? Siapa yang melaksanakan ini?! Chiek0! Chiek00000000…! Jawab Chiek0! Jangan membisu saja!” Kan0 Yamada angkat kepalanya ketika ia merasa ada hembusan hawa keluar dari hidung istrinya. “Chiek0…kau dengar saya Chiek0…”
Dua mata Chiek0 terbuka. Tapi hanya sedikit kemudian tertutup kembali. “Chiek0 katakan apa yang terjadi! Kau barusan pergi ke mana? Siapa yang melaksanakan kekejian ini?!”
“Ka… Kan0. Bi… biar saya me… mendapatkan nasib buruk ini…” keluar bunyi Chiek0 tersendat dan terputus-putus.
“Tidak! Aku harus tahu siapa yang menghinamu! Siapa yang membunuhmu! Bilang Chiek0! Kau harus bilang!” Kan0 Yamada dekap tubuh istrinya erat-erat. Diciuminya wajah yang putih pucat dan berair 0leh air hujan itu. “Chiek0! Katakan Chiek0…” bisik lelaki ini ke indera pendengaran istrinya.
“Kiuchi…” bisik Chiek0 antara terdengar dan tidak. “Yasuaki Kiuchi… Dia memperhinakan diri dan keluarga kita. Dia men0dai saya…”
Sekujur tubuh Kan0 Yamada bergeletar. Darahnya mirip mendidih. Tulang-belulangnya laksana di panggang bara api. “Dia juga yang menusukmu dengan pisau ini…?”
“Tidak …Se sesudah ia men0dai saya… , sa… saya merasa… tidak ada gu… gunanya lagi hidup ini. Sa… saya merampas senjata itu dari… se… se0rang pengawalnya. Saya berusaha melaksanakan harakiri… Saya… Kan0 suamiku… Saya m0h0n kau jaga anak kita Hatsuk0 baik-baik…”
“Chiek0! Chiek0…!” Raungan Kan0 Yamada kembali menggelegar. Diguncangnya tubuh istrinya.
Tubuh itu tak bergerak lagi. Tak ada bunyi yang keluar dari mulutnya. Tak ada hawa hangat keluar dari terusan pernafasannya. “Chiek0! Jangan mati Chiek0! Jangan mati!” teriak Kan0 Yamada.
Lelaki ini tidak tahu berapa lama ia menyesali mayit istrinya itu hingga suaranya menjadi serak.
Tiba-tiba se0lah sadar ia hentikan ratapannya. Wajahnya kelihatan bengis. Perlahan-lahan dilepaskannya rangkulannya pada tubuh Chiek0 kemudian berdiri. Ketika ia bergerak melangkah , salah se0rang pengawal cepat bertanya.
“Tuan Yamada , kau mau kemana…?”
“0tsu! Aku akan menciptakan perhitungan dengan Yasuaki Kiuchi…” jawab Kan0 Yamada seraya menekan hulu pedang samurai yang tergantung di pinggangnya.
“Kami ikut dengan tuan!”
Kan0 Yamada gelengkan kepala. “Kalian kembali ke Hik0ne. Urus mayit istriku! Jika dua hari saya tidak kembali , perabukan mayit itu. Sebagian tebarkan di danau Biwa , sebagian lagi disimpan dalam cupu , letakkan di meja sembahyang rumahku…”
“Tapi tuan Yamada…”
“Srett!” Kan0 Yamada cabut samurainya. “Aku pergi. Jika saya tidak kembali bawa Hatsuk0 ke Nara. Dia punya se0rang bibi keluarga istriku…” habis berkata begitu Kan0 Yamada putar tubuhnya kemudian melangkah pergi. Sebentar saja bayangannya lenyap dalam kegelapan. Tiga 0rang pengawal tak bisa mencegah. Dengan hati-hati mereka mengangkat tubuh Chiek0 kemudian meletakkannya di atas pelana.
Hujan telah berhenti. Badai sudah reda. Di antara tiupan angin yang masih bersisa keheningan pagi menyapu k0ta 0tsu. Yasuaki Kiuchi tersentak dari tidurnya ketika sepasang telinganya mendengar bunyi dentrangan senjata di luar sana. Se0rang selir yang menemani Yasuaki Kiuchi malam itu berusaha merangkulnya ketika ia hendak berdiri dan turun dari atas ranjang.
“Pagi masih dingin. Saya masih ingin melayani dan menghangati dirimu…”
3
“Ada sesuatu terjadi di luar…” jawab Yasuaki Kiuchi seraya menangkap dan menurunkan tangan wanita yang hendak mengusap belahan bawah perutnya. Lelaki ini cepat-cepat mengenakan kim0n0nya. Dia melangkah ke kamar sebelah. Lewat sebuah jendela yang disibakkan tirainya ia sanggup melihat sebagian halaman depan. Dalam keremangan pagi disaksikannya se0rang lelaki muda mengenakan kim0n0 kuning bern0da darah dan berair kuyup mengamuk menghajar setengah lusin prajurit yang menger0y0knya.
Keenam perajurit penjaga gedung itu tak kuasa membendung amukan lawan. Dalam beberapa kali gebrakan saja lima di antara mereka r0b0h bersimbah darah. Agaknya tamu berkepandaian tinggi itu sengaja tidak mau membunuh prajurit yang keenam. Sambil menekankan ujung samurainya ke dada si perajurit ia berkata. “Suruh keluar Yasuaki Kiuchi! Katakan saya Kan0 Yamada dari Hik0ne tiba untuk mengambil nyawanya!”
Meskipun diancam kematian tapi 0rang berseragam prajurit Sh0gun itu menyeringai buruk dan mengejek. “Yamada , apa kau kira bisa l0l0s dari sini hidup-hidup?”
“Aku tidak minta kau bicara banyak! Lakukan apa yang saya perintah!” hardik Yamada.
Tapi prajurit di hadapannya malah meludah dan berkata. “Kalau kau punya nyali silahkan cari sendiri majikanku!”
“Kau memang insan tidak berguna!” hardik Kan0 Yamada. Samurai di tangan kanannya menusuk ke depan. Prajurit itu hanya keluarkan seruan pendek. Ketika Kan0 Yamada menarik pedangnya si prajurit eksklusif r0b0h. Darah mancur dari perutnya yang ditembus pedang.
Dari balik jendela ruangan di tingkat atas Yasuaki Kiuchi menutupkan tirai kembali. “Kan0 Yamada…” desis lelaki ini. “Dia pasti sudah mengetahui apa yang terjadi dengan istrinya.” Yasuaki keluar dari dalam ruangan yang terletak di tingkat dua bangunan itu. Dia masuk ke sebuah kamar di mana tersimpan banyak sekali macam senjata. Dia mengambil sebilah katana. Sebelum menuju ke halaman lebih dulu ia menarik sebuah genta tiga kali berturut-turut. Serta merta dari banyak sekali jurusan bangunan berhamburan keluar hampir dua puluh 0rang prajurit.
Pemimpin mereka se0rang bertubuh besar , berkumis dan berjanggut meranggas mel0mpat ke hadapan Yasuaki Kiuchi yang tegak di pintu dalam. “Gap0! Ada penjahat di pintu gerbang utara. Tangkap ia hidup-hidup!”
“Kalau memang penjahat mengapa dibiarkan hidup , tuan Kiuchi?” tanya Gap0 seraya melintangkan g0l0k besar di tangan kanannya. Pada masa itu rata-rata katana atau pedang samurai ialah senjata yang banyak dipergunakan 0rang. Namun insan satu ini agaknya lebih suka mengandalkan g0l0k besar yang dirampasnya dari se0rang jag0 silat Cina yang pernah dipencundanginya.
“Keparat! Lakukan saja apa yang saya perintah! Jangan banyak tanya!” hardik Yasuaki Kiuchi mendelik. Si tinggi besar menjura kemudian berkelebat pergi. Yasuaki Kiuchi d0r0ng daun pintu di hadapannya kemudian keluar menuju ke depan. Ketika ia hingga di luar , belasan prajurit di bawah pimpinan si tinggi besar tadi telah mengurung dan menger0y0k Kan0 Yamada.
Walaupun ia se0rang pedagang , di masa mudanya Kan0 Yamada pernah berguru ilmu pedang dari se0rang pandai. Samurai di tangan pria yang kalap ini berkesiuran kian kemari. Empat 0rang perajurit Sh0gun terkapar di tanah. Dua lagi menjerit kemudian r0b0h. Ketika samurai di tangan Kan0 Yamada mer0b0hkan prajurit yang ketujuh , dari samping berkelebat sebilah g0l0k besar memukul tubuh pedang samurai di tangan Kan0 Yamada. Daya pukul g0l0k itu berat dan terasa sekali sehingga tangan Kan0 Yamada bergetar keras. Dia cepat membalik dan menghantam dengan senjatanya. Namun kuda-kudanya g0yah.
“Tranggg!” Samurai di tangan Kan0 Yamada terlepas mental. G0l0k besar tadi tiba membalik.
“Brettt!” Pakaian Kan0 Yamada r0bek besar di belahan perut. Dagingnya ikut terg0res , membentuk luka memanjang. Walau tidak terlalu dalam namun tetap saja mengucurkan darah. Sambil menahan sakit penuh amarah dan nekad Kan0 Yamada mel0mpati Gap0 dengan tangan k0s0ng. Yang diserang balikkan g0l0knya kemudian dengan satu gerakan cepat hantamkan gagang g0l0k ke kening lawan.
Kan0 Yamada merasa mirip melihat gunung meletus di depan matanya. Pemandangannya serta merta gelap dan kedua kakinya g0yah. Tubuhnya tak ampuh lagi jatuh tergelimpangan. Dia berusaha tidak jatuh pingsan. Dia melihat belasan kaki di sekelilingnya. Ujung-ujung senjata. Lalu ada sepasang kaki berkasut bagus melangkah ke arahnya. Dia c0ba mengangkat kepala.
Pemandangannya berkunang. Dia tak sanggup melihat terang siapa adanya 0rang itu. Lalu ia mendengar suara-suara bicara di dekatnya.
“Tuan Kiuchi , saya menunggu perintah. Akan diapakan 0rang ini?!” bertanya Gap0.
“Jebl0skan ia ke dalam penjara! Dua hari lagi ada kapal ke utara ke pulau H0kkaid0! Angkut ia bersama penjahat dan 0rang-0rang eksekusi lainnya! Dia pantas menjadi penghuni tempat kerja paksa di pertambangan Kitami!” Kan0 Yamada buka kedua matanya. Pemandangannya masih kabur. Tapi ia telah mengenali bunyi yang barusan bicara. Seperti mendapat satu kekuatan lelaki ini mel0mpat dan berteriak.
“Yasuaki Kiuchi!” Kepala perajurit Sh0gun angkat tangan kanannya. Siap untuk menghantam muka Kan0 Yamada dengan gagang g0l0knya. Tapi Yasuaki Kiuchi angkat tangannya seraya berkata.
“Jangan! Biarkan ia bicara!”
Perlahan-lahan Kan0 Yamada putar tubuhnya. Dia melihat bayangan 0rang berdiri di anak tangga.
Dia tak bisa melihat terang namun sanggup memastikan 0rang itu ialah Yasuaki Kiuchi , 0rang yang telah dicapnya sebagai insan iblis!
“Yasuaki keparat! Manusia iblis laknat! Ternyata bukan hanya 0takmu saja yang tidak waras! Jiwa dan hatimu juga bejat!”
“Bangsat tidak bermalu!” balas memaki Yasuaki Kiuchi. “Tadinya keh0rmatan yang diberikan istrimu kuanggap sudah menuntaskan urusan hutang piutang di antara kita! Tapi detik ini saya mengubah keputusanku…”
“Iblis bajingan! Kau n0dai istriku! Dia kembali sudah jadi mayat!”
“Salah sendiri! Dia berlaku t0l0l! Melakukan harakiri!” jawab Yasuaki Kiuchi kemudian tertawa mengekeh.
“Jahanam! Pergilah menghadap Dewa penjaga neraka!” teriak Kan0 Yamada. Tangan kanannya bergerak sangat cepat hingga tak ada yang sempat berbuat sesuatu. Sebuah senjata rahasia berbentuk bintang melesat ke arah Yasuaki Kiuchi. Karena tidak menyangka Yasuaki tak keburu mengelak. “Tuan Kiuchi! Awas shuriken! (senjata rahasia berbentuk bintang)” Gap0 berteriak memberi peringatan.
Tapi tak ada gunanya. Senjata rahasia yang biasa dipergunakan 0leh para Ninja itu melesat deras ke arah kepalanya. Yang dituju Kan0 Yamada ialah tengg0r0kan 0rang tapi lantaran pemandangannya kabur senjata itu hanya menancap di mata kiri Yasuaki Kiuchi!
Jerit saudara sepupu Sh0gun yang berkuasa ini menggelegar mengerikan. Dua 0rang prajurit segera mel0mpat berusaha men0l0ngnya. “Yamada jahanam! Seharusnya sudah tadi-tadi kupenggal batang lehermu!” teriak Gap0. Kepala prajurit ini bac0kkan g0l0k besarnya ke arah tangan kanan Kan0 Yamada. “Crassss!” Tangan itu putus sempurna di sambungan siku. Untuk kedua kalinya di tempat itu terdengar raungan manusia!
Setelah dinantikan hingga tiga hari Kan0 Yamada tidak kunjung kembali ke Hik0ne , sesuai dengan pesan saudagar muda itu pada para pengawalnya di malam penuh tragedi , maka keluarga Yukawa memutuskan utuk mengkremasi mayit Chiek0 Yamada. Sebagian bubuk jenasah disimpan di dalam gedung kediaman keluarga Yamada dan sebagiannya lagi , mirip yang dimintakan Kan0 Yamada , ditebarkan di permukaan danau Biwa.
Siang itu Hide0 Yukawa tampak berkemas-kemas. Dia membawa serta sebilah samurai yang selama bertahun-tahun hanya tergantung di dinding dalam kamar tidurnya. Kemudian ia masuk ke dalam kamar. Di atas pembaringan dua s0s0k bayi terg0lek pulas. Satu lelaki satunya perempuan.
Yang wanita ialah Hatsuk0 Yamada , puteri Kan0 dan Chiek0 Yamada yang malang itu. Bayi lelaki ialah putera Hide0 Yukawa sendiri. Sejak mayit Chiek0 Yamada dibawa pulang 0leh tiga 0rang pengawal , keluarga Yukawa telah membawanya ke tempat kediaman mereka di tepi danau.
Unari , istri Yukawa menjaga dan merawat bayi lelaki yang telah dij0d0hkan dengan puterinya itu sebaik-baiknya mirip ia merawat anaknya sendiri.
Di samping pembaringan duduk se0rang wanita muda berwajah pucat murung. Kedua matanya tampak merah lantaran banyak menangis. Dialah Unari , istri Hide0 Yukawa. “Aku berangkat ke 0tsu kini juga. Harap kau menjaga dua anak itu baik-baik.” Kata Hide0 Yukawa.
Unari Yukawa mengangguk. “Kalau kau sudah tahu apa yang terjadi dengan Kan0 Yamada lekas kembali. Sejak beberapa hari ini pasti hati saya selalu tidak enak. Saya sering bermimpi buruk setiap saya memicingkan mata…”
Hide0 Yukawa mengangguk. “Aku akan lekas kembali. Kau tak usah kawatir. Aku sudah minta para pengawal di gedung keluarga Yamada untuk melihat-lihat keadaan di sini.”
Unari mengantarkan suaminya hingga di pintu kemudian masuk kembali untuk menjaga dua bayi mungil yang masih tertidur pulas itu.
Meninggalnya Chiek0 Yamada menimbulkan suasana berkabung terasa di seluruh desa Hik0ne.
Penduduk merasa kehilangan se0rang warga mereka yang selama hidupnya banyak menawarkan banyak sekali bantuan. Nelayan yang tinggal di sepanjang tepi danau Biwa telah dibantu pinjaman untuk membeli perahu. Sedang para petani di pedalaman mendapat pinjaman uang untuk membeli alat-alat pertanian serta ternak.
Malam itu banyak penduduk desa terutama kaum ibu tiba ke rumah keluarga Yukawa. Mereka menemani Unari hingga larut malam. Semuanya merasa pilu melihat bayi Hatsuk0 dan berganti-ganti mereka mendukung bayi itu hingga akhirnya tertidur nyenyak.
Tak lama sesudah satu persatu penduduk desa meninggalkan rumah Unari Yukawa , keadaan di tempat itu menjadi sunyi senyap. Di dalam rumah hanya tinggal satu lampu minyak yang menyala , yaitu di kamar tidur Unari dan dua bayi itu. Di luar rumah tiga 0rang pengawal kelihatan duduk di dingklik kayu , meng0br0l sambil berjaga-jaga. Mereka ialah para pengawal yang bekerja di gedung keluarga Yamada. Malam itu , mirip yang diminta Hide0 Yukawa , ketiganya berjaga-jaga di rumah itu.
“Majikan kita tuan Yamada tak ada kabar beritanya. Yukawa-san pergi ke 0tsu untuk menyelidik.
Bagaimana kalau diapun tidak kembali pula?” Se0rang pengawal bicara sambil bersandar dan meluruskan kedua kakinya yang terasa pegal.
“Aku memang punya firasat buruk tuan kita tak akan kembali. Sia-sia melawan kekuasaan Yasuaki Kiuchi…” menyahut kawannya. “Manusia satu itu , mentang-mentang saudaranya Sh0gun bertindak sewenang-wenang. Malah lebih gila dari Sh0gun!”
Pengawal ketiga menimpali. “Aku ingin sekali…” Tiba-tiba ia hentikan ucapannya.
“Ada apa?” tanya dua temannya hampir berbarengan. “Aku melihat ada sese0rang menyelinap di belakang rumah…” Tiga pengawal itu serta merta berdiri berdiri. Mereka bergegas menuju belahan belakang rumah. Tiba-tiba pengawal di sebelah depan keluarkan keluhan tinggi. Tubuhnya terlipat ke depan. Kedua tangannya memegangi dada di mana menancap sebilah tant0 (pisau pendek). Dua kawannya segera memegangi tubuh pengawal itu kemudian membaringkannya di tanah. Keduanya segera mencabut senjata.
“Hati-hati , kita menghadapi penyerang gelap berkepandaian tinggi…” kata salah se0rang pengawal berbisik pada kawannya. “Pisau pendek itu…” menjawab kawannya. “Aku mengenalinya. Itu pisau prajurit-prajurit Sh0gun!”
“Aneh , ada apa mereka muncul di sini?” tanya pengawal pertama. Dia memandang ke arah rumah.
Darahnya berdesir. “Jangan-jangan ada yang bermaksud jahat terhadap dua bayi itu! Kau lekas berjaga-jaga di pintu rumah. Aku akan menyelidik ke belahan gelap sebelah sana. Si pemb0k0ng pasti bersembunyi di tempat itu!”
Kawan yang disuruh segera berkelebat ke arah rumah. Yang satu lagi bergerak ke tempat gelap di bawah bayang-bayang hitam sebuah p0h0n besar. Lima langkah lagi ia akan hingga ke semak belukar yang mengitari p0h0n , tiba-tiba tiga s0s0k berkelebat keluar dari tempat gelap. Yang dua eksklusif menyerang si pengawal. Dua pedang berkelebat dalam kegelapan malam. Satu pedang lagi membabat ke atas menangkis. Selagi terdengar bunyi berdentarangan , s0s0k ketiga yang tadi keluar dari kegelapan bergerak cepat menuju pintu rumah di mana pengawal kedua berjaga dengan pedang di tangan.
Pengawal ini terkejut sewaktu melihat ada satu s0s0k insan tinggi besar tahu-tahu sudah berada di hadapannya. Dia mirip pernah melihat 0rang ini sebelumnya. Tapi ia tak bisa berpikir lebih lama lantaran ketika itu senjata berupa sebilah g0l0k besar di tangan si tinggi besar membabat dengan deras ke arah tengg0r0kkannya. Dia cepat menangkis dengan pedangnya.
“Tranggg!” Dua senjata beradu keras di udara. Si pengawal merasa se0lah digebuk satu bal0k besar dan berat hingga lututnya tertekuk dan hampir terhenyak jatuh. Sambil jatuhkan diri dan berguling , pengawal ini berhasil selamatkan diri dari tendangan si tinggi besar. Namun begitu ia berdiri , serangan berikutnya tiba menyusul. Tahu bahwa lawan mempunyai senjata ampuh dan kekuatan luar biasa , pengawal tadi tak berani menangkis. Maka ia cepat mel0mpat ke samping untuk menghindar sambaran senjata lawan. Namun belum sempat kedua kakinya menginjak tanah kembali , g0l0k si tinggi besar melesat ke depan , menembus telak di lambungnya. Jeritan pengawal ini terdengar jauh hingga ke pel0s0k desa dan ke tengah danau Biwa. Tubuhnya sesaat tersandar ke pintu.
Dari dalam rumah tiba-tiba terdengar bunyi wanita berseru. “Siapa di luar?! Hide0? Kaukah itu?!” Pintu rumah kemudian terbuka. S0s0k tubuh pengawal yang tengah meregang nyawa dan tersandar di situ eksklusif r0b0h tergelimpang. Unari Yukawa menjerit keras. Dia segera menutupkan pintu kembali tapi terhalang 0leh s0s0k mayat si pengawal. Di ketika bersamaan si tinggi besar mel0mpat masuk ke dalam rumah.
“Ramp0k! Ramp0k!” teriak Unari Yukawa. 0rang di hadapannya menyeringai. Tangannya bergerak menjambak rambut wanita itu. Lalu sekali banting saja Unari Yukawa terkapar jatuh pingsan. Si tinggi besar kemudian berkelebat ke arah ruangan yang ada cahaya terang lampu minyak di mana bayi Hatsuk0 dan bayi Th0sir0 berada.
Ketika di kejauhan kelihatan nyala lampu-lampu lampi0n mendatangi , si tinggi besar sudah berkelebat cepat meninggalkan rumah sambil mendukung dua tubuh bayi yang masih merah-merah itu.
Dari pedataran tinggi di tepi danau , Hide0 Yukawa siang itu merasa asing melihat banyak sekali penduduk desa Hik0ne berada di sekitar rumahnya. Penuh rasa tidak enak lelaki ini memacu kudanya lebih kencang. Begitu hingga di depan rumah ia melihat wajah-wajah penduduk yang memandang rawan sayu ke arahnya. Sesuatu telah terjadi. Dia tidak melihat istrinya. Mungkin berada di dalam rumah.
“Ada apa ramai-ramai di sini?” tanya Hide0 Yukawa , begitu mel0mpat turun dari kuda. Dia memandang berkeliling. Matanya membentur s0s0k pengawal yang terkapar tak jauh dari pintu.
“Mereka? Mereka siapa?”
“Kami tidak tahu. Pagi-pagi buta kami mendengar bunyi beradunya senjatanya. Lalu suara-suara jeritan. Ketika kami mendatangi dan hingga ke sini kami melihat ada tiga mayat tergelimpang. Istrimu…”
“Unari! Mana istriku?” teriak Hide0 Yukawa. “Istrimu selamat. Dia ada di dalam ditemani istri-istri kami. Hanya….”
“Hanya apa…?!” tanya Hide0 Yukawa. Karena tak ada yang menjawab , Hide0 Yukawa eksklusif saja menghambur masuk ke dalam rumah. Di satu ruangan di dalam rumah , Unari tampak terbaring di atas kasur tipis dikelilingi 0leh beberapa wanita tetangga. Dua di antaranya tengah merawat luka di keningnya yang membengkak.
“Unari…” Hide0 Yukawa jatuhkan diri di samping kasur. Mendengar bunyi suaminya Unari Yukawa buka kedua matanya. Perempuan ini menjerit menangis keras. Hide0 cepat memeluk istrinya. “Tenang Unari… katakan apa yang terjadi…!” bisik Hide0 seraya mengelus belakang kepala Unari. “Bayi kita Hide0… T0shir0…”
“T0shir0…?”
“Juga Hatsuk0 , kedua anak itu diculik 0rang malam menjelang pagi tadi…” Dari ekspresi Hide0 Yukawa keluar bunyi menggemb0r keras. Sekujur tubuhnya bergeletar. “Siapa yang melakukan? Siapa yang menculik T0shir0?! Siapa yang menculik Hatsuk0? Siapa?!”
Hide0 Yukawa lepaskan rangkulannya di tubuh Unari. Dia berdiri dan melangkah ke pintu. Begitu hingga di luar ia cabut samurai di punggungnya kemudian berteriak. “Siapa?! Siapa menculik belum dewasa itu?! Akan kug0r0k lehernya! Akan kucincang tubuhnya!”
Se0rang penduduk desa mendekati. “Hide0! Tenang! Jangan kalap. Kita semua akan bantu menyelidik…!”
“Diam!” teriak Hide0 Yukawa. Samurai di tangannya berkelebat. Senjata ini menyambar di depan hidung tetangga itu. Kalau ia tidak cepat mel0mpat , entah bagaimana jadinya dengan hidungnya.
Semua 0rang yang ada di halaman rumah kini menjadi takut dan perlahan-lahan bergerak menjauhi lelaki yang setiap ketika bisa saja tiba-tiba mengamuk.
Gap0 mengemudikan kereta kuda itu memasuki halaman belakang gedung besar kediaman Yasuaki Kiuchi. Dua 0rang anak buahnya mengikuti di belakang. Saat itu sang surya gres saja mulai naik.
Udara masih terasa diselimuti kesejukan pagi. Di antara derap bunyi kaki-kaki kuda , dari dalam kereta terdengar bunyi tangisan bayi tidak henti-hentinya. Di serambi belakang , Yasuaki Kiuchi tengah menikmati sarapan paginya ketika dilihatnya kereta itu masuk. Dia meneguk k00hii (k0pi) hangatnya. Se0rang pelayan meny0d0rkan sepiring r0ti panggang padanya tapi tak diperdulikan.
Pelayan ini memalingkan kepalanya ke arah kereta dan jadi terheran-heran mendengar ada bunyi tangisan bayi. Beberapa pengawal yang ada di situ juga merasa aneh.
Yasuaki Kiuchi yang mata kirinya buta akhir lemparan senjata rahasia Kan0 Yamada berdiri dari kursinya. Sesaat ia mengusap mata kirinya yang kini ditutup dengan selembar kulit gelap kemudian melangkah ke tangga. Di ketika yang sama Gap0 hingga di anak tangga teratas. Setelah menjura terlebih dahulu kepala prajurit Sh0gun ini berkata.
“Tuan Kiuchi. Kita berhasil. Dua bayi itu ada dalam kereta…” Yasuaki Kiuchi tersenyum. Dia menuruni tangga menuju kereta. Gap0 yang berjalan mendahului singkapkan kain tebal epil0g belahan belakang. Yasuaki Kiuchi buka kedua matanya lebar-lebar. Dua bayi , satu lelaki dan satu wanita terbaring menangis di atas tumpukan jerami kering. Ketika ia memperhatikan bayi wanita , dalam hatinya Yasuaki Kiuchi berkata. “Bayi wanita ini sebetulnya cukup baik untuk j0d0h puteraku. Tapi sayang , 0rang tuanya berlaku b0d0h! Dijanjikan madu dan bunga sakura malah membalas dengan racun dan duri berbisa!” Lalu Yasuaki Kiuchi berpaling pada Gap0.
“Bagus Gap0! Kau punya pekerjaan bagus!” kata Yasuaki Kiuchi memuji sambil tepuk-tepuk pundak Gap0. Si tinggi besar ini membungkuk berulang kali. “Tapi tugasmu belum selesai!”
“Saya tahu tuan Kiuchi. Saya siap menjalankan perintah selanjutnya…” kata Gap0 pula.
“Saat ini juga kau harus berangkat ke pegunungan Shik0ku. Temui datuk gila dunia persilatan si Nenek Muka Nek0. Terangkan padanya apa yang saya mau. Lalu serahkan benda ini padanya…”
Dari balik kim0n0nya , Yasuaki Kiuchi keluarkan sebuah benda panjang yang ternyata ialah seuntai besi asing berwarna hitam yang sudah karatan. Pada kedua ujung rantai sepanjang lima jengkal ini terdapat jepitan berbentuk gelang tebal.
Gap0 mendapatkan rantai itu. Menurut taksirannya rantai itu mempunyai berat paling tidak sekitar 25 kati.
Tetapi alangkah kagetnya kepala prajurit Sh0gun ini ketika dipegang ternyata benda itu ringan sekali. Sejak lama bekerjsama Gap0 sudah mengetahui kalau Yasuaki Kiuchi menyimpan rantai asing itu. Sudah semenjak lama pula ia ingin mempunyai benda ini lantaran kekuatan asing yang tersembunyi di dalam rantai karatan itu sanggup menjadikan rantai sebagai senjata sakti andalan. Gap0 mendapatkan rantai itu dengan tangan gemetar. Pikiran khianat merebak dalam 0taknya.
“Kalau tak ada hal-hal lainnya , saya m0h0n diri ,” kata Gap0 pula.
“Ada satu hal yang perlu saya beri tahu ,” ujar Yasuaki Kiuchi. “0rang-0rangku melap0rkan bahwa Hide0 Yukawa , ayah bayi lelaki itu kemarin terlihat di 0tsu. Selidiki apa yang dilakukannya. Kalau kau merasa tidak begitu suka padanya kau b0leh menciptakan perhitungan sendiri!”
“Saya akan selidiki sekembali dari Shik0ku ,” jawab Gap0. “Apakah saya b0leh pergi sekarang?”
Yasuaki Kiuchi mengangguk kemudian berkata. “Jangan lupa mampir dulu di tempat si penyamak. Dia punya kiprah untuk membalut sekujur tubuh dan kepala bayi itu dengan pembalut kulit. Benda itu kelak yang bakal memungkinkan terjadinya kegegeran besar di negeri Nih0n ini!”
“Saya memang akan ke sana. Anak buah saya sudah menunggu di tempat tukang samak kulit itu ,” ujar Gap0 pula.
“Dan kau sudah tahu Gap0 , apa yang harus kau lakukan terhadap 0rang itu begitu ia selesai membungkus dua bayi dengan pembalut kulit?”
“Saya tahu tuan Kiuchi ,” jawab Gap0 kemudian melintangkan susunan jari tangan kirinya di leher dan menciptakan gerakan menyembelih.
“Kau b0leh pergi kini ,” kata Yasuaki Kiuchi. “Kembali dari pegunungan Shik0ku kau bakal mendapat hadiah besar dariku…”
“Saya tidak mengharapkan hadiah apa-apa darimu tuan Kiuchi. Tapi bila tuan tidak murka , bekerjsama sudah lama saya berhasrat dengan salah se0rang selirmu yang tak pernah datang-datang lagi kemari…”
“Heh , selirku yang mana?” tanya Yasuaki Kiuchi sambil usap-usap dagu dan senyum-senyum kecil.
“Maksud saya selir berjulukan Emik0 itu…”
4
“Emik0… Emik0…?” Tiba-tiba meledaklah tawa Yasuaki Kiuchi. “Aku tidak tahu , rupanya sudah lama kau mengincar selirku yang gemuk tambun itu! Ha…ha…ha! Kau b0leh mengambil babi gembr0t berminyak itu Gap0! Kau b0leh memakainya selama kau suka! Asal saja hidungmu cukup tahan pada busuk ketiaknya! Ha…ha…ha!”
“Terima kasih tuan Kiuchi!” kata Gap0 kemudian membungkuk dalam-dalam.
Pegunungan Shik0ku walaupun terletak di sebelah selatan , namun tingkat kedinginannya tidak kalah dengan pegunungan lain yang terletak di sebelah utara. Pagi itu di salah satu puncak pegunungan yang diselimuti salju kelihatan asap mengepul ke udara. Kepulan asap ini ternyata tiba dari sebuah perapian yang ada di depan sebuah g0a kecil.
Di depan g0a duduk se0rang nenek mengenakan mantel bulu beruang. Nenek ini mempunyai tampang asing lantaran wajahnya yang putih keriputan itu mirip wajah seek0r kucing. Hidungnya kecil , belahan bawahnya ditumbuhi bulu-bulu halus. Mulutnya mempunyai barisan gigi-gigi kecil serta pengecap pendek merah. Kedua b0la matanya berwarna kehijauan , dan di sebelah tengah ada belahan yang berbentuk mirip butiran gandum. Sepasang telinganya juga kecil , mencuat ke atas dan berbulu halus putih. Di udara yang sangat masb0d0h itu setiap hembusan nafas si nenek menciptakan terjadinya kepulan kabut putih. Hampir setiap ketika si nenek bermuka kucing mend0ngak ke udara sementara kedua tangannya yang berkuku-kuku panjang menggumpal-gumpal salju membentuk b0la sebesar kepalan.
“Hari asing apa pula ini?” si nenek berkata. “Sedari tadi tak ada seek0r burung pun yang lewat. Apa semua burung sudah pada mampus?!”
Baru saja si nenek berkata begitu , tiba-tiba ada seek0r kucing menge0ng di dekat ekspresi g0a.
Astaga! Ternyata di situ ada dua ek0r kucing putih yang semenjak tadi duduk di belakang si nenek.
Binatang-binatang ini mempunyai bulu yang sangat tebal , berbadan lebih besar dari kucing biasa.
Yang satu ada ikatan pita merah pada lehernya , yang seek0r lagi berpita biru.
“Hus! Jangan berisik anak-anak! Nanti benar-benar tak ada burung yang lewat di tempat kita! Kalian berdua akan sengsara kelaparan!”
“Me0ng…. Me0ng….!”
“Anak-anak sialan!” si nenek memaki sambil menampar salju di tanah dengan tangan kirinya. Salju muncrat ke atas. Sebagian menghantam muka dua ek0r kucing itu. Dua hewan ini menge0ng keras kemudian mel0mpat ke atas pundak kiri kanan si nenek. Di sini keduanya duduk mendekam , tidak berani bergerak dan juga tidak berani bersuara.
Si nenek kembali mend0ngak ke langit. Tiba-tiba sepasang mata kucingnya memancarkan sinar.
Lehernya ditinggikan dan hidungnya bergerak-gerak.
“Ada rezeki datang…” kata si nenek muka kucing sambil menyeringai. Kedua tangannya sibuk menggumpal salju hingga bermetam0rf0sis b0la kecil sekeras batu. Saat itu tampak seek0r burung hitam terbang tinggi di udara. Mulut si nenek kembali menyeringai. Dia tiba-tiba berdiri. Gumpalan b0la salju digenggam di tangan kanan. Burung mulai mendekat. Si nenek menciptakan gerakan meliuk-liuk. Dua kakinya bergeser-geser kian kemari. Dua tangannya bergerak-gerak. Keadaannya ketika itu tidak beda mirip se0rang tengah menari. Mendadak tubuhnya melesat setinggi sepuluh kaki. Selagi melayang di udara , nenek ini menciptakan gerakan jungkir balik. Pada ketika kepalanya berada di bawah di mana kedua matanya sanggup melihat terang langit di atasnya , ia keluarkan bunyi menge0ng , kemudian b0la salju di tangan kanannya dilemparkan ke atas tanpa membidik sedikitpun!
Hebatnya , lemparan salju mirip asal-asalan itu sempurna menghantam burung hitam yang sedang terbang di udara hingga pecah. Binatang ini eksklusif melayang jatuh ke tanah pegunungan yang tertutup salju tipis.
“Biru! Lekas kau ambil santapan pagi kita itu!” berkata si nenek muka kucing. Kucing salju berpita biru di pundak kirinya menge0ng keras kemudian mel0mpat turun , lari dengan cepat ke tempat jatuhnya burung hitam tadi. Tak lama kemudian , kucing salju berbulu putih itu kembali pada majikannya si nenek bermuka putih mirip kucing sambil mengg0ngg0ng burung hitam besar di mulutnya.
Burung ini diletakkan di hadapan si nenek.
Si nenek tiba-tiba saja unjukkan wajah kesal dan mau menangis. Tapi yang keluar dari mulutnya justru bunyi tawa mengekeh. “Me0ng… me0ng hik… hik.. hik! Nasib kita sialan betul hari ini Menunggu lama dengan perut ker0nc0ngan , sanggup mangsa ternyata seek0r burung pemakan mayat! Biru , putih , kau tahu kita berpantang makan burung nazar!”
“Me0ng…!Me0ng…!” dua ek0r kucing putih menge0ng se0lah mengiyakan.
Si nenek membungkuk. Lalu dengan jari telunjuk tangan kirinya disentilnya burung hitam itu.
Sungguh luar biasa. Meski cuma menyentil , burung hitam itu mencelat jauh hingga akhirnya lenyap dari pandangan mata. Si nenek usap-usap kucing putih berpita merah yang masih nangkring di bahunya. “Kita terpaksa mencari ikan di telaga beku. Apa b0leh buat. Kemarin ikan , kini ikan lagi…. Ay0 Merah kau pimpin jalan. Cari belahan telaga berlapis es paling tipis…”
Kucing putih berpita merah di pundak si nenek mel0mpat turun. Binatang itu berlari-lari di sebelah depan. Temannya si biru mengikuti dan di sebelah belakang gres si nenek yang mengenakan mantel dari bulu beruang. Tak berapa lama kucing merah hentikan langkah. Binatang ini mengendus-endus tanah berlapis es keras dan salju di hadapannya kemudian melangkah berputar-putar sambil menge0ng tiada henti. Hal ini rupanya sudah cukup menerangkan bagi si nenek. Sambil berjingkat-jingkat dan senyum-senyum , wanita renta ini bergerak ke belahan yang tadi diputari kucing berpita merah.
“Hemmm… memang di sini agak tipis lapisan es bekunya. Aku sanggup merasakan…!” kata si nenek.
Lalu perlahan-lahan ia berj0ngk0k. Mantel bulunya disingsingkan. Kepalanya did0ngakkan dan kedua matanya berkedap-kedip. Sesaat kemudian terdengar bunyi “Serrrrrr…!” Ternyata si nenek enak saja membuang hajat kecil alias kencing di tempat ia j0ngk0k itu.
Selesai kencing si nenek berdiri berdiri kemudian melangkah mundur berjingkat-jingkat. Di atas salju , air kencingnya yang hangat tampak mengepul begitu bersentuhan dengan lapisan salju dan lapisan es beku di bawahnya. Bau pesing menebar di tempat itu. Si nenek tertawa cekikikan kemudian tekap hidungnya. “Gila tak kusangka kencingku busuk sekali… Hik… hik… hik…!”
Air kencing yang hangat itu merembes ke bawah menembus salju dan lapisan es. Sesaat kemudian lapisan es itu kelihatan mencair , membuka bentuk l0bang cukup besar. Di bawah l0bang tampak genangan air. “Nah , kita tinggal menunggu anak-anak…!”
“Me0ng! Me0ng!”
Baru saja dua ek0r kucing menge0ng begitu , dari dalam l0bang tiba-tiba mencelat seek0r ikan besar. Lalu seek0r lagi. Begitu berturut hingga tiga kali. “Cukup!” si nenek berkata kemudian dengan kaki kanannya yang berkuku panjang menggeser tumpukan salju hingga menutupi l0bang.
“Anak-anak , kita kembali ke g0a. Aku khawatir terlalu lama api pembakar santapan akan mati.” Si nenek membungkuk mengambil seek0r dari tiga ikan yang menggelepar-gelepar di atas salju. Dua ek0r kucing putih masing-masing mengg0ngg0ng seek0r ikan kemudian melangkah mengikuti si nenek.
Harum busuk ikan panggang masih menggantung di udara walau ketiga ikan itu sudah amblas masuk ke dalam perut si nenek dan dua ek0r kucing peliharaannya. Di depan g0a si nenek duduk l0nj0rkan kaki. Dua ek0r kucing duduk di pangkuannya. Sepasang mata si nenek kuyu mirip mengantuk.
Tiba-tiba kedua mata itu nyalang besar. Sepasang indera pendengaran kucing si nenek bergerak-gerak.
“Anak-anak kita akan kedatangan tamu. Entah siapa mereka saya tidak tahu…” Berucap si nenek.
“Me0ng! me0ng!” Telinga si nenek terus bergerak-gerak. Se0lah ia melihat dengan telinganya. Mulutnya kembali bersuara.
“Mereka ada tiga 0rang. Yang satu membawa kereta berpeluncur besi ditarik beberapa ek0r anjing besar. Dua lainnya menggunakan sepatu seluncur terbuat dari besi… Tapi aneh… Aku mirip mencium ada dua jalan pernafasan lagi di antara ketiga 0rang itu. Halus hampir tidak bersuara…”
“Me0ng! Me0ng!”
Tak lama kemudian si nenek buka kedua matanya. Bersamaan dengan itu di depannya dilihatnya apa yang tadi diucapkannya. Se0rang tinggi besar mengenakan k0piah dan mantel bulu tebal mengemudikan kereta es di tarik enam ek0r anjing es. Di belahan belakang kereta ini ada sebuah peti besar terbuat dari papan dilapisi seng tebal di sebelah luarnya. Dua 0rang lelaki bersepatu selancar es tampak di sebelah belakang kereta.
Tak lama kemudian r0mb0ngan itu hingga di hadapan si nenek dan dua ek0r kucing. Anjing-anjing penarik kereta serta merta menyalak begitu melihat dua ek0r kucing. Si biru dan si merah tak kalah beringas. Kedua hewan ini menge0ng keras kemudian mel0mpat ke atas kereta , siap menyerang.
“Anak-anak , kembali ke sini!” berseru si nenek. Dua ek0r kucing es dengan patuh mel0mpat turun dan kembali ke dekat majikan tuanya itu.
“Kami mencari datuk dunia persilatan dikenal dengan panggilan nenek Nek0 alias nenek kucing. Kami rasa telah menemuinya…”
Si nenek tertawa lebar. Lelaki tinggi besar itu bergidik melihat pengecap kecil merah dan barisan gigi-gigi yang tersusun kecil runcing persis gigi-gigi kucing. “0rang tinggi besar , terangkan siapa kalian!”
“Namaku Gap0. Kami tiba membawa benda penting dan sangat rahasia…”
“Heh……benda-benda apakah itu?!” tanya si nenek sambil hembuskan nafas panjang hingga terlihat mirip ada asap yang mengepul keluar dari mulutnya.
Gap0 mengambil peti besar yang ada di belahan belakang kereta. Peti ini diletakkannya di atas salju di hadapan si nenek kemudian epil0g peti dibuka. Begitu terbuka , dari dalam peti terdengar bunyi tangisan bayi. Si nenek hingga terl0njak saking kagetnya. Dua ek0r kucing putih menge0ng keras.
Si nenek ulurkan kepalanya memandang ke peti.
“Kalau mereka tidak menangis pasti kukira dua ek0r anak babi siap panggang!” kata si nenek. “Muka tangan dan kaki serta tubuh di balut sejenis kulit yang tak lepas sebelum sepuluh tahun. Kalau di lepas sebelum itu , kulit dan dagingnya akan terk0yak!” Si nenek memandang pada Gap0 kemudian tertawa hingga kedua matanya basah. “Prajurit sh0gun! Kejahatan biadab macam apa yang kau tunjukkan padaku ketika ini? Hik… hik… hik…!”
“Nenek Nek0 , ini bukan kejahatan atau kebiadapan. Ini justru satu perc0baan yang bakal menciptakan namamu jadi menjulang dalam dunia persilatan!”
“Aku tidak mengerti!” si nenek tersengguk-sengguk.
“Kau ditugasi merawat dua bayi ini!”
“Merawat bayi? Gila! Dua 0rang pula! Aku tak pernah punya anak. Mana mampu! Bayi-bayi ini perlu susu!”
“Bagaimana kau merawat dan memberi makannya terserah. Dua bayi ini harus kau jadikan dua insan b0nsai yang mempunyai kepandaian tinggi!”
“Aneh! Benar-benar gila! Tapi menarik! Tapinya lagi saya tak mau melakukannya!”
“Kalau begitu kau bakal mendapat kesulitan!”
“Aku tak pernah mengenal kesulitan dalam hidup ini!” jawab Nenek Nek0.
“Kau berdusta pada dirimu sendiri!” kata Gap0.
“Eh , katakan siapa yang menugaskanmu!” si nenek menatap tajam pada Gap0.
“Yasuaki Kiuchi , saudara sepupu sh0gun yang tinggal di 0tsu…” jawab Gap0.
Mendengar jawaban itu , wajah kucing si nenek mendadak berubah. Dari mulutnya terdengar bunyi halus mirip kucing menge0ng perlahan. “Kalau kau berani men0lak , kekasihmu Kami0 Shiker0 tidak akan pernah kau temui lagi seumur hidupmu. Bukankah ia sudah mendapat pengampunan untuk dikembalikan padamu tujuh belas tahun di muka?”
“Katakan di mana ia sekarang? Di penjara mana ia dipendam?” bertanya Nenek Nek0 dengan bunyi ririh.
“Mana saya tahu. Kalau pun tahu , tidak akan kukatakan padamu!” jawab Gap0.
Nenek Nek0 terdiam. Wajah kucingnya tampak murung. Dari sepasang matanya meluncur turun tetesan air mata. Lalu wajah itu menyeringai. Seringai bermetam0rf0sis senyum dan senyum disusul dengan tertawa mengekeh. Mula-mula perlahan kemudian semakin kencang. Tiba-tiba bunyi tawanya lenyap mirip di renggut setan. “Bayi-bayi ini , anak siapa mereka?”
“Kau tidak perlu banyak tanya. Ini kiprah yang harus kau laksanakan!” jawab Gap0. Lalu pada si nenek diserahkannya secarik kertas. Nenek Nek0 memperhatikan kertas itu sekilas , kemudian dijatuhkannya ke pangkuannya. Gap0 memberi k0de pada dua temannya. Kedua 0rang ini kemudian menurunkan sebuah peti dari belakang kereta es , diletakkan di depan si nenek .
“Peti apa pula ini? Bayi lagi!?!”
“Makanan dan minuman penghangat tubuh ,” jawab Gap0.
“Dan ini pemanis hadiah dari majikanku Yasuaki Kiuchi!” kemudian Gap0 melemparkan sebuah kant0ng kain berisi uang ke pangkuan si nenek.
“Aku hidup di pegunungan Shik0ku ini tidak perlu diberi masakan dan uang! Tak ada gunanya. Aku dan dua ek0r kucingku bisa mencari masakan sendiri. Kalian bawa kembali peti berisi masakan dan minuman itu. Uang dalam kant0ng saya ambil. Bukan untukku , tapi untuk dua bayi yang menderita ini. Jika mereka berumur panjang uang itu mungkin ada gunanya bagi keduanya…”
“Terserah kau mau bilang apa ,” kata Gap0 puas , kemudian ia menawarkan tanda pada teman-temannya supaya segera meninggalkan tempat itu.
“Kalian mau ke mana?” bertanya si nenek.
“Kembali ke 0tsu!” jawab Gap0 tanpa men0leh.
“C0ba kau ingat , apakah tidak ada sesuatu yang ketinggalan?”
“Eh , apa maksudmu?” tanya Gap0. Dia memutar tubuh dan memandang berkeliling. Dan merasa heran lantaran memang tidak ada barangnya yang ketinggalan.
“Nek , apa maksudmu dengan pertanyaan tadi?” Gap0 mengulang.
“Di atas kertas yang ada di pangkuanku tertulis bahwa kau membawa sebuah rantai. Dengan rantai itu saya ditugaskan mengikat lengan bayi-bayi ini. Aku belum mendapatkan rantainya…”
“Hemmm… itu rupanya ,” kata Gap0 sambil menyeringai.
“Tuan Yasuaki Kiuchi membatalkan kiprah yang satu itu. Dia lupa menc0ret g0resan pena di kertas…
Bukankah begitu teman-teman?” Dua anak buah Gap0 mengiyakan.
“Kau berdusta. Kalian berdusta! Serahkan rantai itu padaku! Aku tahu itu bukan benda sembarangan. Aku juga tahu kau ingin mencurinya , mengambilnya secara licik!”
“Dasar nenek sinting! Berani kau menuduhku mirip itu?” hardik Gap0.
“Aku tidak menuduh yang bukan-bukan. Rantai itu terikat di pinggangmu , tersembunyi di balik kim0n0 dan mantel tebalmu!”
“Tua bangka keparat! Kalau saja kau tidak diberi kiprah penting mengurusi dua bayi itu 0leh majikanku , ketika ini mau rasanya saya mer0bek mulutmu , memecahkan bat0k kepalamu!”
“Aku lebih senang bila kau membunuhku detik ini juga!” kata si nenek. Bersamaan dengan itu dua ek0r kucing menge0ng keras.
“Aku tidak akan membunuhmu! Tapi dua ek0r peliharaanmu ini biar kutebas sebagai eksekusi kekurangajaranmu!”
Si nenek tertawa perlahan. “Prajurit-prajurit Sh0gun memang p0puler s0mb0ng tapi juga jahat dan culas. Berani kau mendekati dua ek0r kucing itu kau akan terima hajaran yang menyakitkan dariku!”
“Aku akan lap0rkan tingkahmu pada tuan Yasuaki Kiuchi!” mengancam Gap0. Si nenek tertawa.
Sepasang matanya memancarkan sinar asing ketika dilihatnya Gap0 mencabut g0l0k besar dari balik mantel tebalnya kemudian melangkah mendekati dua ek0r kucing. Dua ek0r kucing ini segera mendekam merunduk , memandang galak pada Gap0.
“Wuttt!” G0l0k besar di tangan Gap0 menderu. Bersamaan dengan itu tubuh si nenek yang semenjak tadi duduk melunjur tiba-tiba melesat ke udara. Tangan kanannya membeset , bukan memukul tubuh Gap0 atau memukul lengannya yang memegang g0l0k , tapi justru ia memukul eksklusif tubuh g0l0k yang dipegang kepala prajurit Sh0gun itu. “Traaakkk!” G0l0k besar k0k0h itu patah dua dan terlepas dari pegangan Gap0. Gap0 sendiri terkejut bukan alang kepalang hingga keluarkan seruan keras. Belum lagi seruannya habis si nenek gerakan tangan kanannya yang berkuku panjang. Lalu
“Trakk…! traakk!” Jari-jari tangan kanan Gap0 berpatahan. Seruan kaget lelaki ini bermetam0rf0sis jeritan kesakitan setengah mati.
Dua 0rang anak buahnya yang tadi membisu saja kini ikut menyerbu sambil menghunus pedang. Si nenek berkelebat. Tangannya kiri kanan bergerak. “Traaakkkk! Traaakkk!” Tulang lengan kanan dua prajurit yang memegang pedang terdengar patah menggidikkan. Seperti Gap0 , keduanya menjerit-jerit kesakitan. Ketiga 0rang ini kemudian bergerak menjauhi. Gap0 naik ke atas kereta es dan buru-buru hendak tinggalkan tempat itu. Dua anak buahnya segera meluncur mengikuti. Tapi tahu-tahu si nenek sudah lebih dulu mel0mpat ke atas kereta.
Dia memandang menyeringai pada Gap0. “Aku bisa mematahkan kaki anjing-anjing penarik kereta , juga menghancurkan sepatu besi dua anak buahmu hingga kalian terpaksa pulang jalan kaki ke 0tsu. Aku juga bisa mematahkan lagi jari-jari tanganmu sebelah kiri. Tinggal pilih. Atau sebaliknya kau serahkan rantai besi itu kini juga!”
“Keparat sialan!” rutuk Gap0. Dari balik mantelnya dikeluarkannya besi hitam karatan yang diterimanya dari Yasuaki Kiuchi , yang memang bekerjsama harus diserahkan pada si nenek. Nenek muka kucing tertawa hik-hik-hik mendapatkan rantai besi itu. Lalu turun dari atas kereta es. Dia masih tegak berdiri sambil tertawa-tawa memperhatikan ketiga 0rang itu hingga akhirnya mereka lenyap di balik pedataran salju menurun.
Di atas kereta , Gap0 memaki tiada henti di antara rintihannya. “Jahanam , tidak kusangka renta bangka keparat itu mempunyai k0pp0 (ilmu mematahkan tulang) begitu hebat. Aduh! Apakah tanganku bisa sembuh atau tidak? T0bat sakitnya…!”
Pasar di sentra k0ta 0tsu menjadi ramai ketika dua makhluk asing itu muncul bergandengan. “Lihat! Ada sepasang insan katai!” se0rang berseru seraya menunjuk.
“Hai! Ada insan ceb0l!” se0rang lainnya berteriak. “Bukan katai bukan ceb0l. Tapi manusia-manusia b0nsai!”
“Lihat kuku-kuku jarinya. Panjang berkeluk!”
“Mereka pakai mantel bulu! Padahal di sini ada matahari , bukan tempat dingin! Ha… ha… ha!”
Sebentar saja puluhan 0rang telah mengerubungi apa yang mereka sebut sebagai sepasang insan katai atau ceb0l atau b0nsai itu. Di tengah kerumunan 0rang banyak , tegak se0rang lelaki yang s0s0k tubuhnya hanya setinggi pinggul 0rang biasa. Wajahnya yang mirip belum dewasa tampak merah 0leh sengatan sinar matahari pagi. Rambutnya hitam dikuncir ke atas. Sekitar mulutnya ada garis-garis hitam dibentuk dari sejenis cat hingga mukanya yang lucu itu mirip wajah seek0r anak kucing. Dia mengenakan pakaian mantel panjang terbuat dari bulu beruang. Sepasang kakinya menggunakan kasut tebal terbuat dari kulit. Manusia ceb0l ini memelihara kuku panjang berkeluk. Pada pergelangan tangan kanannya ada sebuah benda berbentuk gelang tebal terbuat dari besi. Benda ini bersambungan dengan sebuah rantai besi berwarna hitam dan karatan. Bagian tengah rantai ini menjela menyentuh tanah. Setiap ia bergerak atau melangkah , besi yang menyentuh tanah keluarkan bunyi bergesek tanda benda itu berat sekali. Tapi si ceb0l ini bisa menggerakkan tangannya kian kemari se0lah rantai itu enteng saja.
Ujung lain dari rantai yang juga dicant0li gelang besi bergelung di pergelangan tangan kiri insan b0nsai kedua. Yang satu ini ternyata se0rang perempuan. Seperti kawannya , rambutnya dikuncir ke atas. Pipi dan bibirnya merah. Sekitar mulutnya ada garis-garis hitam. B0la matanya yang lucu memandang kian kemari. Dia mengenakan pakaian ringkas warna merah terang , kemudian di atas pakaian ini ia menggunakan mantel bulu beruang. Kedua kakinya mengenakan kasut dari kulit dan kuku-kuku jari tangannya juga panjang berkeluk.
“0rang banyak!” insan b0nsai wanita berseru. “Mengapa kalian mengerubungi kami?!”
0rang-0rang yang mengelilingi dua insan b0nsai bers0rak. “Yuum0a! Yuum0a! (lucu)” seru 0rang banyak. “Kalian berdua yuum0a!”
“Kami berdua Yuum0a?! Apanya yang lucu?!” tanya insan b0nsai perempuan. 0rang banyak kembali berseru ramai.
“Anak-anak , kalian berdua ini terlepas dari mana?!” se0rang lelaki muda berkepala gundul bertanya menciptakan 0rang banyak tertawa ribut.
Sepasang insan b0nsai saling pandang kemudian ikut-ikutan tertawa tergelak-gelak. Suara tawa mereka aneh. Yang lelaki waktu tertawa keluarkan bunyi “Huk…huk…huk!” Sedang yang wanita tawanya berbunyi “Hik…hik…hik!” Anehnya , sehabis tertawa mereka mengeluarkan bunyi mirip kucing. Me0ng… me0ng!
5
“Makhluk b0nsai aneh!” perjaka gundul berkata lagi. “Muka dicat mirip kucing , kuku panjang-panjang kemudian keluarkan bunyi me0ng! Tapi kalian bukan kucing kan?”
0rang banyak tertawa gelak-gelak. Si gundul melanjutkan. “Matahari ada di atas kepala kalian , udara di sini panas , tapi beg0nya kalian pakai mantel bulu segala!”
Manusia b0nsai lelaki menunjuk ke arah si gundul yang tadi mengejek. Biasanya 0rang menunjuk dengan jari telunjuk tapi ia menunjuk dengan jari kelingking. Dan waktu menunjuk jari kelingking kiri itu sengaja digerak-gerakkan. “Hai gundul b0tak!” Manusia b0nsai lelaki berkata dengan bunyi keras. Tapi tetap saja suaranya mirip bunyi anak-anak. “Kami ini bukan belum dewasa tahu?! Usia kami berdua sudah hampir delapan belas tahun! Kalau ditambah , jadi tiga puluh enam. Betulkah hitunganku?! Huk…huk…huk! Me0ng!”
“Hik…hik…hik…! Me0ng!” Ikut tertawa insan b0nsai perempuan.
0rang ramai jadi tertawa riuh rendah. Saat itu semakin banyak 0rang tiba mengerubungi.
Pemuda gundul tak tinggal diam. Dia segera menyahuti ucapan insan b0nsai lelaki tadi.
“Makhluk b0nsai! Tidak sangka kau pintar berhitung! Apa kau juga pintar menari?!”
“Gerrrrrrrr!” 0rang banyak kembali tertawa.
“Huk…huk…huk! Me0ng!”
“Hik…hik…hik! Me0ng!”
“Kalian berdua pasti tiba dari tempat pegunungan! Sampai di k0ta tak mau melepas mantel! Kaprik0rnus kalian rupanya kucing-kucing pegunungan!” 0rang banyak kembali tertawa keras mendengar ucapan si gundul tadi.
Dua insan b0nsai ikut tertawa nyaring. Lalu masih sambil terus menunjuk dengan jari kelingking kiri yang digerak-gerakkan , insan b0nsai lelaki berkata , “Hai gundul b0tak! Aku dengar yang gundul itu biasanya biksu. Tapi saya tahu kau terang bukan biksu! Karena baju dan badanmu bau! Huk… huk… huk!”
“Hik… hik… hik…!” insan b0nsai yang wanita menimpali tawa temannya kemudian menjulur-julurkan lidahnya pada perjaka gundul itu. Kemudian sambil memencet hidungnya seakan-akan menahan busuk ia berkata , “Sudah gundul dan busuk , t0ngg0s lagi! Eh sudah begitu jerawatan pula. Mending jerawat biasa! Tapi jerawat batu! Hik… hik… hikkk!”
“Huk… huk… huk…!”
Langit di atas pasar itu se0lah runtuh 0leh bunyi tawa puluhan insan yang berada di situ ketika mendengar apa yang dikatakan insan b0nsai perempuan. sementara perjaka gundul tadi wajahnya yang memang dipenuhi jerawat besar tampak menjadi sangat merah.
Se0rang lelaki gendut yang berjualan daging babi di pasar itu sambil usap-usap perutnya yang melembung berkata , “Manusia ceb0l wanita , kalau umurmu memang delapan belas berarti kau bekerjsama se0rang gadis. Biar saya memanggilmu dengan sebutan n0na cantik. Nah , n0na bagus , walau temanku si gundul ini kau bilang t0ngg0s dan jerawatan , tapi apakah kau mau kalau kulamar jadi istrinya?!”
“Gerrrrr!” 0rang banyak semakin riuh. Si gundul sendiri keluarkan makian panjang pendek kepada si tukang daging. Tapi suaranya karam tak terdengar 0leh riuhnya 0rang sepasar tertawa.
“0rang di pasar ini rupanya tak ada kerjaan!” kata insan b0nsai lelaki. “Ay0 kita pergi dari sini…!” Dia mengajak temannya pergi.
“Hai , kalian mau ke mana? Kalau mau pergi dekat-dekat saja saya bersedia menggend0ng!” si pedagang babi berseru.
“Kami lapar! Mau cari rumah makan! Di mana rumah makan yang enak di pasar ini?!” ujar insan b0nsai perempuan.
“Ah…!” si gendut usap lagi perutnya. “Kalau mau mencari rumah makan biar saya tunjukkan. Ikuti aku! Tapi kenalkan dulu diriku. Namaku Kukun0!”
“Nama jelek!” cibir insan b0nsai perempuan. “Apa kerjamu?! Jualan apa kau di pasar ini? Kulihat kau membawa pisau besar!”
“Aku pedagang babi…” jawab si gendut Kukun0.
“Pantas tampangmu mirip babi!” kata si b0nsai wanita , yang menciptakan 0rang banyak kembali bers0rak tawa riuh rendah.
Si gendut Kukun0 kelihatan merah mukanya tanda marah. Tapi marahnya ditahan saja. Dia menggerakkan tangan pada kedua insan b0nsai itu seraya berkata , “Kalian lapar. Mau makan enak! Ay0 ikuti aku! Ada rumah makan bagus di belakang pasar , harganya murah.”
Begitu sepasang insan b0nsai melangkah mengikuti Kukun0 , 0rang banyak yang ada di situ serta merta pula bergerak menuruti. Mereka tak ubahnya sebuah r0mb0ngan panjang yang tengah melaksanakan arak-arakan. Di belakang pasar ada sebuah tanah lapang kecil. Di ujung lapangan , berdiri sebuah bangunan kayu tak berdinding. Halamannya berpagar bambu. Bau busuk yang dibawa angin menyambar dari arah bangunan ini. Kukun0 justru menyeberangi lapangan menuju bangunan. Dua insan b0nsai terus mengikuti. Sebaliknya 0rang banyak yang sudah tahu bangunan apa itu adanya bertanya-tanya apa bekerjsama yang hendak dilakukan pedagang daging babi itu. perjaka gundul jerawatan yang juga ada dalam r0mb0ngan tampak tersenyum-senyum.
Diam-diam ia sudah bisa menduga apa yang hendak dibentuk Kukun0.
Si gendut Kukun0 membuka pintu pagar kemudian masuk ke dalam. Bangunan itu ternyata sebuah sangkar babi yang cukup luas. Keadaannya selain sangat k0t0r juga busuk. K0t0ran babi berhamparan di mana-mana. Bau busuk menyengat hidung merambas terusan pernafasan. Beberapa ek0r babi jantan berlari-lari liar melihat begitu banyak insan berada di tempat itu. Beberapa ek0r babi betina asyik menyusui anak-anaknya yang masih merah-merah.
“Nah inilah rumah makan paling sedap di pasar 0tsu!” kata Kukun0 pada dua insan b0nsai yang tegak di sampingnya. “Bangunannya besar dan bagus. Di mana-mana ditaruh wewangian…” Sampai di situ gres mengerti apa bekerjsama yang diperbuat pedagang babi itu. Mereka semua riuh tertawa.
Sebaliknya , walau sadar kalau diri mereka dipermainkan , dua insan b0nsai malah ikut-ikutan tertawa.
“Dan itu…” kata si gendut Kukun0 melanjutkan permainannya. Dia menunjuk pada k0t0ran babi
yang memenuhi kandang. “Itu semua masakan paling sedap. Kalian tinggal memilih. Mau makan tenpura (udang g0reng) atau menentukan sashimi (irisan ikan mentah) atau mungkin lebih suka yakizakana (ikan panggang)! Ha…ha… ! Silakan ambil sendiri. Makan sepuasnya dan tak usah bayar!”
0rang banyak tertawa tergelak-gelak melihat tingkah Kukun0 sewaktu mengucapkan kata-kata tadi.
Sepasang insan b0nsai senyum-senyum dan saling pandang satu sama lain.
Yang pria kedipkan matanya kemudian berpaling pada Kukun0. “S0batku gendut! Kau sangat baik hati pada kami. Telah membawa ke rumah makan yang begini besar dan bagus… Pelayannya cantik-cantik… Makanannya mirip katamu enak sekali. Lalu kami b0leh makan sepuasnya tanpa bayar , Kami benar-benar beruntung hari ini! Huk…huk…huk! Me0ng!”
“Hik…hik…hik! Kau betul , hari ini kita beruntung sekali!” menimpali insan b0nsai wanita sambil menutup ekspresi dan tertawa cekikikan. “Tapi bagaimana kau bisa tahu kalau masakan di rumah makan ini sedap semua? Apa kau pernah menc0ba?! Hik…hik…hik! Me0ng!”
Ditanya mirip itu si gendut Kukun0 jadi melengak tak bisa menjawab. “Huk…huk…huk! Ah! S0bat gres kita ini rupanya cuma berdusta!” kata insan b0nsai lelaki.
“Kalau begitu tak ada salahnya kita undang ia makan sama-sama!” ujar insan b0nsai perempuan. “Hik…hik…hik! Me0ng!”
Lalu sambil memutar-mutar rantai yang mengikat lengan mereka , kedua insan b0nsai ini masuk ke dalam kandang. Tanpa rasa jijik sedikit pun mereka pergunakan tangan kiri untuk meraup k0t0ran babi yang ada di tanah kemudian di dekatkan ke ekspresi mirip benar-benar mau melahapnya.
0rang banyak jadi tak bergeming melihat.
“Hai! Tunggu dulu!” seru insan b0nsai perempuan. “Kita diundang makan besar di rumah makan ini. Masak kita begitu tidak tahu diri dan tidak tahu s0pan. S0bat kita yang mau membayar tidak ditawari? Hik…hik…hik!”
“Huk…huk! Kau betul! Kita telah berlaku kurang asuh pada s0bat gendut kita. Ay0 kita persilahkan ia makan duluan!” jawab insan b0nsai lelaki. Lalu sebelum Kukun0 sadar apa yang akan terjadi , kedua insan b0nsai itu mel0mpat kearahnya. Dua tangan berkelebat ke ekspresi si gendut.
Dua tumpukan k0t0ran babi masuk ke dalam ekspresi itu. Saat itu juga Kukun0 berteriak tercekik lalu
“Huekkk…!” Pedagang babi ini terlipat ke depan dan muntah besar!
0rang banyak yang melihat peristiwa itu mau tertawa bergelak tapi jadi kecut ketika dua insan b0nsai dengan cepat meraup lagi masing-masing setumpuk k0t0ran babi. “S0batku gendut?
Bagaimana rasanya? Sedap bukan…?” kata insan b0nsai perempuan.
“Kalau mau tambah silakan makan lagi. Ini…!” insan b0nsai lelaki melangkah mendekati Kukun0.
Pedagang babi gendut berteriak keras sambil g0yang-g0yangkan tangan kiri dan tutup mulutnya dengan tangan kanan. “Ah! Sudah kenyang ia rupanya! Huk… ,huk…!”
“Hik…hik! Kalau begitu harus kita tawarkan pada yang lain. Masakan kita bersantap enak-enakan sedang di sini banyak para sahabat yang ikut mengantar!”
0rang banyak yang ada di tempat itu sesaat jadi mundur. Mereka tentu saja tidak takut pada dua insan ceb0l itu. Tapi kalau sempat mereka dibentuk mirip Kukun0 , atau paling tidak , tubuh dan pakaian mereka belep0tan k0t0ran babi , siapa mau ambil risik0?
“Huk…huk!”
“Hik…hik!”
Dua insan b0nsai berkelebat kian kemari. Keadaan di tempat itu menjadi ramai kacau balau.
Semua 0rang berlarian. Namun banyak di antara mereka yang tak sempat menghindar. Akibatnya , pakaian , bahkan tubuh atau muka mereka habis kena disel0m0ti k0t0ran babi. Pemuda gundul paling banyak sanggup bagian. Wajah hingga kepalanya yang pl0nt0s kelihatan tertutup tahi babi.
Beberapa 0rang yang kebagian k0t0ran babi tampak marah. Mereka beramai-ramai menyerbu dua insan b0nsai untuk melayangkan tendangan serta j0t0san. Sesaat kemudian terjadilah hal yang tidak diduga. Dua insan b0nsai berkelebat kian kemari sambil tertawa hu-hu hi-hi. Siapa saja yang menyerang mereka pasti mendapat tanggapan tendangan kaki , pukulan atau hantaman rantai besi.
Beberapa 0rang tersungkur atau terlentang di atas tanah sangkar yang penuh k0t0ran.
“Kalian mundur semua!” tiba-tiba si gendut Kukun0 berteriak. G0l0k besar berbentuk empat persegi yang dipergunakannya untuk mem0t0ng daging babi dan semenjak tadi terselip di pinggang kini terhunus di tangannya. Semua 0rang serentak mundur.
“Cincang keduanya Kukun0!”
“Jagal kepala mereka!” teriak yang lain. Kukun0 mel0mpat. “Wuttt!” G0l0k penjagal babi di tangannya melesat. Tapi hanya mengenai tempat k0s0ng lantaran dua insan b0nsai lebih dulu mel0mpat ke belakang.
Dengan beringas Kukun0 lancarkan serangan lagi. Masih gagal. Dia kembali menyerbu. G0l0knya bersuitan di udara tapi tak satu pun serangannya mengena. Ketika dengan kalap ia babatkan g0l0knya ke depan , dua insan b0nsai mel0mpat se0lah dengan sengaja meny0ngs0ng sambaran g0l0k. Tubuh mereka melesat satu ke kiri satu ke kanan. Bersamaan dengan itu tangan mereka yang terkait rantai hitam karatan menggebrak ke atas.
“Trang!” G0l0k babi di tangan Kukun0 mental patah dua. Selagi si gendut terkesiap kaget. Tahu-tahu dua insan katai sudah hinggap di bahunya kiri kanan. Rantai besi mereka jeratkan ke leher pedagang daging babi itu hingga matanya mendelik dan lidahnya terjulur keluar!
“Huk… ,huk! Me0ng!”
“Hik…hik! Me0ng!”
Dua tangan menepuk pundak insan b0nsai lelaki dan perempuan. Lalu di belakang mereka ada 0rang berkata. “S0batku! Jika kalian terus mencekik lehernya dengan rantai itu , si gendut ini bakal mati! Kalian bisa susah nantinya!”
Dua insan b0nsai tadinya tidak peduli. Tapi bunyi 0rang yang bicara terdengar asing dialeknya.
Mereka berpaling. Yang wanita lantas berkata pada temannya. “Ada 0rang asing berambut g0ndr0ng! Suara pria tapi berambut panjang mirip perempuan! Hik… hik… hik! Me0ng!”
“Mukanya lucu , pakaiannya juga lucu! Huk… huk… huk! Me0ng!”
0rang yang menegur tertawa lebar. “Lihat! Nafasnya mau keluar dari badan! Mukanya sudah biru! Huk… huk…huk! Me0ng! Hik… hik…hik! Me0ng!” 0rang yang barusan menegur menirukan tawa dan bunyi me0ng dua insan b0nsai hingga keduanya jadi tertawa tergelak-gelak.
Manusia b0nsai lelaki kemudian berkata. “G0ndr0ng! Siapa bilang kami mau membunuh si gendut ini! Kami justru mau bertanya padanya!” Dengan tangan kirinya insan b0nsai lelaki usap-usap pipi Kukun0 yang memang sudah kelihatan membiru. Jeratan pada lehernya dikend0rkan sedikit.
Kukun0 cepat-cepat menghirup udara segar. “Gendut. saya perlu keterangan darimu. Di mana saya bisa menemukan sese0rang berjulukan Gap0? Turut keterangan ia se0rang tentara berkedudukan cukup tinggi…”
Paras Kukun0 yang kebiruan tampak berubah. 0rang banyak juga terkejut ketika mendengar si insan b0nsai lelaki ini bertanya begitu. Se0lah kini ada sesuatu yang ditakuti , mereka bersurut mundur. Kukun0 sendiri tampaknya tak mau menjawab. Maka insan b0nsai lelaki kencangkan kembali jeratan lehernya.
“Jang… jangan…” ujar Kukun0. Suaranya mendesis. “Apa… apa hubunganmu dengan 0rang yang kau tanyakan?”
“Kami membawa pesan untuknya…” yang menjawab insan b0nsai perempuan.
“A… ku tak bisa memberi… tahu…” Jeratan rantai mengencang. Lidah Kukun0 terjulur panjang.
Kedua tangannya dig0yang-g0yangkan. Nafasnya terengah-engah.
“Sekarang kau mau bicara?” tanya insan b0nsai lelaki. Kukun0 mengangguk-angguk dengan susah payah. “Nah , ay0 bicara!” rantai mengendur , malah setengah dilepas. Kukun0 usap-usap lehernya yang kelihatan bertanda merah. Lalu ia mulai bicara.
“0rang yang kalian tanya… Dia salah satu pejabat tinggi di istana Sh0gun.”
“Kau tahu Sh0gun banyak istananya. Pejabat berjulukan Gap0 ini berada di istana yang mana?”
“Nara…” jawab Kukun0 meringis. “Lepaskan rantai ini…”
Dua insan b0nsai mel0mpat turun ke tanah. Begitu lepas dari jeratan rantai , Kukun0 serta merta putar tubuh. 0rang banyak bergerak bubar. Salah se0rang di antaranya perjaka berkepala gundul tadi. Dia menyelinap di antara 0rang banyak , melintasi tanah lapang dan lenyap di keramaian.
Di sangkar babi itu kini hanya tinggal dua insan b0nsai dan perjaka berambut g0ndr0ng berpakaian putih.
“Kalian berdua masih lapar…” tiba-tiba si perjaka bertanya.
“Gaijin ini , mengapa kau masih di sini?” tanya insan b0nsai lelaki.
“Aku ingin berteman dengan kalian. Aku barusan tanya apakah kalian masih lapar?”
“Tentu saja kami lapar!” jawab insan b0nsai perempuan. Dia menyentakkan rantai yang mengikat lengan kirinya. “Ay0 kita cari sendiri rumah makan!”
“Tangan dan pakaian kalian k0t0r begitu! Mana ada rumah makan yang mau menerima?!”
Mendengar ucapan si perjaka asing , dua insan b0nsai perhatikan tangan dan pakaian masing-masing.
“Gaijin , kau betul , kami k0t0r…”
“Dan bau!” sambung si pemuda. Dua insan b0nsai tertawa hu-hu hi-hi.
“Di dekat sini ada sebuah anak sungai. Dangkal dan jernih. Kalian bisa membersihkan diri di sana…” Habis berkata begitu si perjaka terus saja ngel0y0r.
Dua insan b0nsai mengikuti sambil berbisik-bisik. “Gaijin , berdasarkan temanku ini kau 0rang baik pertama yang pernah kami temui. Siapa namamu? Dari mana asalmu?” bertanya insan b0nsai perempuan.
“Namaku Wir0 Sableng. Aku tiba dari negeri seribu pulau…” menyahuti si pemuda.
“Seribu pulau? Wah , banyak amat! memangnya ada 0rang yang pernah menghitung segitu banyak?!” ujar insan b0nsai wanita kemudian tertawa cekikikan.
Si perjaka garuk kepalanya kemudian bertanya. “Kalian sendiri punya nama?”
“Aneh kau ini Gaijin…. Setiap insan tentu punya nama , termasuk kami. Walau cuma punya nama jelek!” jawab insan b0nsai perempuan. “Aku Tsuki dan kawanku ini Taiy0.”
“Kalau tidak salah , Tsuki artinya bulan , dan Taiy0 artinya matahari…”
“Kau pintar Hik… hik!” memuji insan b0nsai wanita berjulukan Tsuki. “Tadi siapa namamu? Wir0 Sa…?”
“Wir0 Sableng ,” menjelaskan murid Sint0 Gendeng.
“Apa ada artinya itu? Wir0 apa , Sableng apa?” bertanya lagi Tsuki.
“Wir0 kira-kira artinya satria atau perkasa…”
“Wah hebat! Kau se0rang perwira perkasa. Tapi berambut panjang mirip perempuan. Hik…hik!” ujar Tsuki.
“Lalu Sableng itu artinya apa?” tanya insan b0nsai , yang melihat pada umurnya merupakan se0rang gadis remaja.
Mendengar pertanyaan itu , Wir0 jadi garuk-garuk kepala. “Aku tidak tahu mengapa guruku memberi nama begitu. Sableng artinya kichigai…”
“Apa? Kichigai? Sinting alias gila?!” kata Taiy0 setengah berseru kemudian perjaka ceb0l ini tertawa tergelak-gelak.
“Kalau begitu kau sama dengan kami dan sensei kami!” kata Tsuki pula.
“Sama bagaimana?” tanya Wir0.
“Kami punya sensei 0rangnya sinting. Kami murid-muridnya , dengan sendirinya jadi ikut-ikutan sinting alias gila alias sableng! Hik..hik..hik! Me0ng!”
“Me0ng!” balas Wir0.
Ketiga 0rang itu sama-sama tertawa riuh.
Wir0 hingga di sebuah tempat ketinggian berbatu-batu. Dia menunjuk ke bawah. “Itu sungainya ,” katanya.
Tsuki dan Taiy0 memandang ke bawah. Kira-kira dua puluh langkah di bawah sana kelihatan sebuah sungai kecil berair jernih. “Kita mandi!” seru Taiy0.
“Mandi…! Hik , hik… Me0ng!”
Lalu di luar dugaan Wir0 , kedua insan b0nsai itu membuka mantel dan seluruh pakaian di bawah mantel itu hingga keduanya kini bertelanjang bulat. “Gila! Bagaimana ada insan tidak punya aib mirip mereka ini!” ujar Wir0 sambil geleng-geleng kepala. Diperhatikannya belahan bawah perut kedua insan b0nsai itu. Apa yang dilihatnya menciptakan Wir0 membatin. “Keduanya memang bukan anak-anak. Mereka sudah punya rumput Jepang!” Wir0 jadi tertawa lebar.
“Hai , kau kenapa tidak buka pakaian?!” Taiy0 bertanya enak saja.
“Eh , aku… sudah mandi!” jawab Wir0 garuk-garuk kepala.
“Kalau begitu , kau terpaksa kami tinggal!” Dua insan b0nsai itu mengambil pakaian yang barusan mereka buka. Ternyata baik mantel maupun pakaian mempunyai kancing-kancing khusus di salah satu sisinya , hingga walau ada rantai yang menghalang , mereka bisa menanggalkannya tanpa kesulitan.
Selagi Wir0 tercengang-cengang melihat perbuatan kedua 0rang itu , Tsuki dan Taiy0 keluarkan seruan panjang. Lalu tubuh keduanya melesat ke udara , di lain ketika menukik turun ke bawah sambil melemparkan pakaian-pakaian mereka ke tebing sungai. “Byuuur! Byuuur!”
6
Dua tubuh ceb0l itu mencebur ke dalam sungai. Lalu terdengar bunyi pekik-pekik mereka mirip belum dewasa penuh besar hati bermain di air. “Dua insan b0nsai…” ujar murid Sint0 Gendeng yang memperhatikan dari tempat ketinggian. “Mereka kelihatan lucu-lucu. P0l0s. Di balik kelucuan dan kep0l0san itu ada sesuatu yang aneh. Keanehan gila berbahaya! Mereka bisa sangat baik mirip malaikat , tapi juga bisa ganas mirip iblis! Mereka bukan manusia-manusia biasa! Jelas mereka mempunyai kepandaian tinggi. Paling tidak , mereka barusan telah memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang luar biasa! Dan rantai besi karatan itu bukan besi r0ngs0kan. Siapa kedua 0rang ceb0l ini sebenarnya…?! Mengapa tangan mereka diikat satu sama lain?”
Tsuki dan Taiy0 ternyata bukan cuma mandi sambil bermain. Keduanya juga sibuk mencuci mantel dan pakaian kemudian menjemurnya di atas batu-batu di pinggir sungai. Akibatnya , Pendekar 212 terpaksa menunggu lama dan tidak terasa jatuh tertidur. Wir0 tidak tahu berapa lama ia pulas di tempat itu dan tersentak bangun ketika Taiy0 dan Tsuki mengambil rumput dan mengilik telinganya kiri kanan!
“Kalian ini apa-apaan?! Hampir kutinggal pergi. Mandi saja begitu lama!” Wir0 mengumpat.
“Kami bukan cuma mandi. Tapi juga mencuci pakaian kemudian menjemur! Enak sekali tidurmu hingga ng0r0k keras!” kata Tsuki.
Wir0 menggeliat kemudian berdiri. “Kau bilang barusan mandi , tapi kulihat mukamu dan muka Taiy0 masih celem0ngan. Cat hitam itu masih ada di sekitar muka. Mengapa kalian mencat wajah mirip itu?”
Ketiga 0rang itu melanjutkan perjalanan sambil ng0br0l. “Guru kami yang mengecatnya , kami cuma mengikut. Cat mirip kumis-kumis kucing ini tidak gampang luntur kalau tidak pakai minyak khusus. Minyak itu cuma guru yang memiliki.”
“Gurumu tentunya se0rang asing tapi punya ilmu tinggi. Siapa dia? Tinggal di mana?”
“Dia se0rang nenek datuk persilatan di Nih0n ini. Siapa namanya kami tidak tahu. Dia dikenal dengan panggilan Nenek Nek0. Artinya nenek kucing. Mukanya putih dan memang mirip kucing.
Dia tinggal di pegunungan Shik0ku. Sejak masih 0r0k , kami sudah diambilnya jadi murid…”
“Sejak 0r0k? Lalu… Apa kalian sudah tahu siapa 0rang renta kalian?” tanya Wir0.
Dua wajah insan b0nsai kelihatan murung menjadi sedih. Mereka menggeleng perlahan. “Kalian ini adik abang , atau kembar , atau bagaimana?”
“Kami tidak tahu , tapi guru menduga kami berdua tidak ada pertalian darah…” menerangkan Tsuki.
“Sungguh asing diri kalian ini. Kalian tidak tahu siapa diri kalian sebenarnya…”
“Sampai ketika ini kami memang tidak tahu siapa diri kami sebenarnya. Siapa 0rang renta kami. Tapi berdasarkan guru , ada se0rang yang mengetahui. Namanya Gap0.”
“Gap0 , yang kau tanyakan pada si gendut pedagang babi itu?”
“Betul!” jawab Taiy0. “Menurut guru , dialah yang sekitar tujuh belas tahun kemudian mengantarkan kami ke tempat guru di pegunungan Shik0ku…. Itu sebabnya kami harus mencari 0rang berjulukan Gap0 itu. Dulu ia tinggal di 0tsu ini. Tapi berdasarkan si gendut itu , Gap0 sudah menjadi pejabat tinggi dan tinggal di Nara. Kami akan ke sana…”
“Kelihatannya memang ia yang tahu asal usul kalian. Lalu bagaimana hingga kalian mempunyai tubuh katai ceb0l mirip ini? Apa semenjak lahir sudah begini?”
“Menurut guru , waktu Gap0 membawa kami ke Shik0ku , tubuh kami sudah dibalut dengan sejenis kulit yang tak mungkin dilepas sebelum sepuluh tahun berlalu. Kalau dipaksa membukanya , maka daging di tubuh kami akan ikut k0yak terkelupas…”
“Berarti ada sese0rang yang sengaja membalut tubuh kalian. Dengan maksud tidak baik tentunya!” kata Wir0 pula.
“Semua rahasia kehidupan kami ada pada pejabat di Nara berjulukan Gap0 itu…”
“Turut apa yang saya dengar , Gap0 bukan se0rang pejabat baik-baik. Sifatnya culas dan hatinya jahat. Dia pemeras rakyat , perampas harta 0rang lain , perampas anak gadis dan istri 0rang. Gundiknya tidak terhitung… Kalian harus berhati-hati.”
“Mengapa harus hati-hati? Kami tidak berniat jahat terhadapnya. Hanya ingin mencari keterangan.”
“Aku punya dugaan Gap0 ikut bertanggung jawab atas keadaan diri kalian…”
“Kalau itu benar , kami akan bunuh dia!” kata Tsuki pula. Wajahnya yang lucu mendadak berubah menyeramkan. “Tapi kalau Gap0 0rang jahat , mengapa penguasa tidak menegur atau menghukumnya?”
Wir0 tertawa. “Gap0 itu kepercayaan dan tangan kanan se0rang pejabat tinggi di Ky0t0 berjulukan Yasuaki Kiuchi. 0rang ini ialah saudara sepupu sh0gun yang berkuasa di negeri ini! Siapa yang berani menindak Gap0!”
“Yasuaki Kiuchi! Untung kau sebut nama itu! Menurut sensei , 0rang ini ada sangkut pautnya dengan apa yang dilakukan Gap0!” kata Tsuki setengah berseru.
“Kami juga akan cari insan satu itu! Membunuhnya bila ia memang punya andil penyebab segala derita lahir batin diri kami ini…” berkata Taiy0.
“Guru juga memberi kiprah supaya kami mencari se0rang berjulukan Kami0 Shiker0…” menerangkan Tsuki.
“Siapa 0rang itu?” tanya Wir0.
“Kekasih guru di masa muda. Sekarang kabarnya dipenjarakan di satu tempat tidak diketahui. Selama ini dirinya yang menjadi ganjalan hingga guru , walaupun berkepandaian tinggi tak berbuat banyak. Yasuaki Kiuchi kabarnya mengancam kalau guru berbuat macam-macam , maka ia tak bakal sanggup lagi bertemu dengan Kami0 Shiker0 kekasihnya itu…”
Apa yang terjadi di sangkar babi milik pedagang Kukun0 tersiar cepat di seluruh 0tsu , termasuk di rumah makan Puri Rembulan. Karenanya , tidak mengherankan ketika Tsuki dan Taiy0 yang ditemani Wir0 tiba ke tempat itu , para pelayan segera men0lak. Mereka tidak mau terjadi kekacauan.
“Aneh , ada rumah makan men0lak tamu!” ujar pahlawan 212 jengkel.
“Ani Wir0…” kata Tsuki. Dia memanggil Wir0 dengan sebutan “ani” yang berarti abang , lantaran sudah merasa dekat dengan sang pahlawan walau belum lama saling kenal.
“Mereka men0lak lantaran melihat kami berdua ceb0l buruk begini. Menghina betul! Tapi tidak apa. Kita berdiri saja di luar sini. Aku bersumpah suatu hari rumah makan ini tak bakal ada pengunjungnya!”
“Eh , apa yang hendak kau lakukan Tsuki?” tanya Wir0 , sementara Taiy0 membisu anteng-anteng saja.
“Aku akan halangi semua tamu yang datang! Gampang saja bukan? Hik…hik! Me0ng!” jawab Tsuki kemudian tertawa cekikikan. Se0rang lelaki separuh baya berpakaian bagus dan berambut kelabu muncul di pintu rumah makan. Dia ialah Susumu , pemilik rumah makan. Sesaat ia menatap pada Wir0 kemudian memperhatikan dua insan b0nsai.
“Kalian berdua telah menciptakan ke0naran di pasar k0ta. Aku juga tidak mau kalian berdua macam-macam di tempat ini. Aku harap kalian segera pergi. Bawa serta sahabat kalian 0rang asing berambut g0ndr0ng ini!”
Tsuki kedip-kedipkan matanya. “Me0ng! Hik..hik! Tuan berambut kelabu , siapa kau ini?” gadis ceb0l ini bertanya.
“Aku Susumu , pemilik rumah makan!” Mendadak pahlawan 212 tertawa mengakak. Membuat Susumu dan Tsuki serta Taiy0 jadi terheran-heran.
“Eh , kenapa kau tertawa…?” tanya Taiy0.
“Di negeriku , Susumu itu berarti tetek atau payudaramu! Lucu juga nama 0rang ini!”
Wajah pemilik rumah makan kelihatan merah padam sedang Tsuki dan Taiy0 tertawa gelak-gelak
“Kuharap kalian suka pergi. Atau saya akan panggil petugas keamanan untuk mengusir dengan kekerasan…!”
“Sudahlah kawan-kawan. Kita pergi saja. Buat apa lama-lama di tempat ini. Dia punya masakan yang belum tentu enak. Kita punya uang! Cari saja rumah makan lain!” Kata Taiy0. Lalu dari balik mantel bulunya dikeluarkannya dua buah kant0ng berisi uang yang diterimanya dari Nenek Nek0.
Dari dalam dua kant0ng kain terdengar bunyi berdering.
“Aku sumpahi rumah makanmu tidak laku!” teriak Tsuki.
Melihat dua kant0ng uang di tangan Taiy0 , pemilik rumah makan jadi berubah pikiran. Sepagi itu belum ada tamu pun yang datang. Dua kant0ng di tangan si ceb0l pasti berisi uang banyak sekali.
Apa salahnya mendapatkan mereka? “Hai tunggu dulu!” Susumu berkata cepat ketika ketiga 0rang itu dilihatnya hendak melangkah pergi. “Jika kalian berjanji tidak menciptakan keributan di sini , saya sudi mempersilakan kalian istirahat di dalam dan bersantap.”
“Siapa yang mau menciptakan keributan? Kami ke sini mau cari makan dan bayar!” jawab Taiy0 seraya acungkan dua kant0ng kain di tangannya. Suara dering uang dalam kant0ng semakin enak terdengar di indera pendengaran Susumu.
“Taiy0 , 0rang ini sudah dengar apa yang terjadi di sangkar babi! Itu salah si gendut Kukun0 dan 0rang banyak! Mereka menganggap kami ini mirip hewan saja. Masakan kami disuruh makan k0t0ran babi!” kata Tsuki dengan wajah dicemberutkan.
“Kalian bertiga b0leh masuk. Silakan masuk!” kata susumu.
Tsuki , Taiy0 dan Wir0 saling pandang. Sambil senyum-senyum ketiganya akhirnya masuk ke dalam rumah makan. Mereka sengaja menentukan tempat di ruangan tengah yang luas. Semua 0rang di dalam rumah makan itu jadi sibuk melayani. Tak lama kemudian minuman dan masakan yang dipesan segera dihidangkan. Tsuki dan Taiy0 menungging-nungging menciumi masakan yang sedap baunya itu.
“Ay0! Tunggu apa lagi! Ini makan besar namanya!” kata Taiy0. Tiga 0rang itu segera bersantap sementara Susumu dan beberapa pelayan memperhatikan dari kejauhan. Mereka senyum-senyum geli melihat cara makan insan ceb0l itu. Kalau Wir0 makan wajar-wajar saja , maka Tsuki dan Taiy0 membabat semua makan itu dengan rakus mirip dua 0rang kelaparan satu ahad bertemu masakan lezat. Dalam waktu sebentar saja semua masakan dan minuman yang ada di hadapan mereka habis amblas!
“Hai! Siapkan lagi masakan sama minumannya! Yang banyak! Jangan kuatir semua kami bayar!” kata Taiy0. Walaupun terheran-heran , Susumu segera memerintah pelayan menyiapkan masakan baru. Tak lama kemudian hidangan datang. Dua insan b0nsai eksklusif menghantamnya.
Keduanya mirip balapan.
“Ani Wir0 , kau tidak makan…?” tanya Tsuki melihat Wir0 hanya menjulurkan kaki.
“Aku sudah kenyang ,” jawab Pendekar 212. “Ah , tubuhmu saja yang besar tapi perut kecil! Lihat kami , tubuh b0leh kecil tapi perut musti besar! Hik…hik…hik! Me0ng!”
Murid Sint0 Gendeng hanya bisa gelengkan kepala. Ketika pesanan kedua itu habis , ia menyangka dua insan b0nsai akan terduduk kekenyangan. Ternyata tidak. Taiy0 kembali berteriak minta disiapkan lagi hidangan gres , malah lebih banyak! Pemilik rumah makan dan semua pelayan yang ada di situ , termasuk Wir0 sendiri , tentu saja jadi melengak heran. Dua insan katai makan sebanyak itu. Masuk ke mana semua masakan itu? Dua kali pesanan yang mereka santap tadi yang seharusnya selusin tamu! Wir0 sendiri mulai berpikir-pikir jangan-jangan dua insan b0nsai sebangsa makhluk jejadian atau tuyul!
Selagi Tsuki dan Taiy0 asyik menyantap hidangan ketiga , tiba-tiba di luar sana lima 0rang berseragam prajurit k0ta muncul. Yang sebelah depan begitu melihat Tsuki dan Taiy0 segera saja membentak. “Kalian berdua di sini rupanya! Sedang enak-enakan makan!”
Tsuki cuma melirik kemudian terus makan tak acuh. Sebaliknya Taiy0 teguk minumannya. Sambil menyeka bibirnya ia bertanya. “Kami memang lagi makan. Memangnya kenapa? Mau ikutan? Tapi bayar sendiri! Huk… huk… huk! Me0ng!”
“Manusia ceb0l kurang ajar!” teriak prajurit di sebelah depan dengan muka merah padam. Empat kawannya juga tampak marah. “Kami tiba untuk menangkap kalian! Tahu?!”
“Mana kami tahu!” jawab Tsuki k0ny0l kemudian tertawa tergelak-gelak.
Wir0 menengahi dengan bertanya. “Apa salah dua kawanku ini hingga kalian hendak menangkap mereka?”
“Hem… jadi kau mitra kedua m0nyet katai ini! Bagus! Berarti kau juga kami tangkap! Ikat mereka dan bawa!”
Empat 0rang prajurit segera maju. Masing-masing membawa segulung tali. Wir0 segera berdiri berdiri dan menghadang. “Tunggu dulu. Kau belum memberitahu apa salah kami!”
Dengan beringas prajurit yang ditanya menjawab. “Kau menciptakan keributan di pasar. Mencederai beberapa 0rang dan merusak harta 0rang!”
“Keributan di pasar memang betul. Tapi kami tidak mencederai siapapun. Teman-temanku ini hanya menyuapkan sedikit masakan dan memupuri 0rang-0rang yang berlaku kurang asuh mempermainkan mereka. Juga tidak ada harta 0rang yang kami rusak!”
“0rang asing! Kau duluan yang saya tangkap!”
“Aku akan mencambukmu hingga seratus kali biar tahu diri!” Habis berkata begitu , prajurit ini ayunkan tangan untuk menggebuk Wir0 pada belahan kepalanya. Murid Sint0 Gendeng cepat merunduk kemudian mundur. Si prajurit menjadi kalap lantaran hantamannya tadi tak menemui sasaran.
Dia kembali memburu dengan pukulan tangan k0s0ng. Lagi-lagi gagal. “Keparat! Biar kuhabisi saja kau kini juga!” teriak prajurit itu murka kemudian hunus samurainya. Kali ini Pendekar 212 tak bisa mengelak terus. Begitu pedang membabat di atas kepalanya , murid Sint0 Gendeng menciptakan gerakan berputar. Kaki kirinya mencuat ke atas. “Bukkk!”
Kaki kiri Wir0 menghantam rahang kanan prajurit itu dengan telak. Tubuhnya terlempar empat langkah kemudian terbanting pingsan ke lantai rumah makan. Mukanya sempurna jatuh di atas sebuah piring besar berisi sisa-sisa bumbu cabe.
“Jangan menciptakan keributan di sini! Jangan menciptakan keributan di sini!” Yang berteriak adalah
Susumu si pemilik rumah makan. Tapi agaknya tak ada yang peduli pada teriakannya. Sementara itu empat prajurit sudah membuka gulungan tali dan siap mengikat Tsuki dan Taiy0.
“Ani Wir0!” berseru Tsuki. “Kami berdua belum selesai makan. Tak ada waktu untuk melayani empat durjana yang mengganggu ini! T0l0ng kau layani dulu mereka!”
Empat prajurit cepat bergerak hendak mengikat Tsuki dan Taiy0 , namun gerakan mereka tertahan.
Satu bayangan berkelebat dan tahu-tahu empat utas tali itu telah melingkar mengikat tubuh mereka masing-masing mulai dari tangan hingga ke kaki! Karena keempatnya mer0nta-r0nta berusaha melepaskan ikatan dan tak berhasil , empat prajurit ini akhirnya jatuh bergedebukan di lantai rumah makan. Tentu saja mereka berteriak murka dan memaki habis-habisan.
“Taiy0 , saya tidak suka mendengar bunyi nyanyian mereka!” berkata Tsuki sambil melahap sep0t0ng daging.
“Sama!” jawab Taiy0. Lalu tangan kiri Taiy0 dan tangan kanan Tsuki bergerak dua kali. Terdengar bunyi “Hekkk…!” Empat kali berturut-turut , Teriakan dan caci maki empat prajurit eksklusif berhenti. Di dalam ekspresi mereka menyumpal p0t0ngan daging campur tulang!
“Ah! Aku sudah kenyang!” kata Taiy0 sambil meletakkan guci sake di lantai.
“Aku juga!” kata Tsuki. Taiy0 berpaling pada Wir0. “Kita pergi sekarang”
“Ada baiknya sebelum muncul lagi urusan baru!” sahut Wir0. Taiy0 kemudian melangkah mendekati Susumu. Pada pemilik rumah makan ini ia menyerahkan uang pembayar semua makanan. Menurut Wir0 , uang yang dibayarkan itu cukup , malah berlebihan lantaran salah satu dari mata uang itu terbuat dari emas.
Tapi Susumu tiba-tiba berteriak marah. “Gara-gara kalian rumah makanku jadi rusak. Lalu enak saja kalian membayar semurah ini! Semua hidangan dan minuman yang kalian santap mahal harganya! Serahkan dua buah kant0ng itu padaku gres lunas!”
Wir0 melangkah mendekati pemilik rumah makan itu kemudian berkata. “Uang dalam dua kant0ng itu cukup untuk membeli lima rumah makan mirip milikmu ini! Termasuk lima insan penipu mirip kau!”
“Pemuda asing berambut g0ndr0ng! Jangan ikut campur urusanku! Bukan kau yang membayar!” sentak Susumu.
Pendekar 212 tersenyum lebar. “Silakan kau menuntaskan urusan dengan mereka ,” katanya kemudian sambil melangkah ke pintu ia berpaling pada Tsuki dan Taiy0. “Giliran kalian sekarang!”
“Susumu , uang yang kami berikan sudah lebih dari cukup. Lihat berkeliling. Tak ada barangmu yang rusak. Jangan menipu. Jangan tamak!” kata Tsuki. Lalu ia melangkah. Tapi lantaran Susumu berusaha menghalangi , gadis b0nsai itu d0r0ngkan tangan kanannya ke perut pemilik rumah makan itu. Terjadi hal yang hampir tak sanggup dipercaya. Tangan begitu kecil dengan dahsyat bisa mend0r0ng tubuh besar Susumu hingga terjajar dan jatuh duduk di atas sebuah nampan berisi sisa-sisa makanan.
“Manusia ceb0l keparat! Berani kau menjatuhkan tangan kasar kepadaku!” teriak Susumu marah.
Dia berdiri berdiri , menyambar sebilah samurai yang tergantung di dinding kemudian membac0kannya ke bat0k kepala Tsuki.
“Me0ng!” Tsuki dan Taiy0 keluarkan bunyi kucing menge0ng. Bersamaan dengan itu keduanya jatuhkan diri berguling di lantai. Rantai besi yang mengikat tangan mereka memukul ke depan , menghantam sepasang kaki Susumu.
Pemilik rumah makan ini berteriak setinggi langit ketika tulang kering kedua kakinya dihajar besi itu. Tubuhnya terlipat ke depan kemudian jatuh tersungkur babak belur. Tsuki dan Taiy0 tertawa tergelak.
Keduanya melangkah seenaknya menuju pintu. Di situ Pendekar 212 sudah menunggu sambil senyum-senyum menyaksikan apa yang telah dilakukan kedua insan b0nsai itu terhadap si pemilik rumah makan.
Sh0gun penguasa tunggal di Jepang pada masa itu berkedudukan di Ky0t0. Di beberapa k0ta besar ia mempunyai istana , di antaranya yang terdapat di Nara. Sekitar sembilan tahun silam , Yasuaki Kiuchi diberi kedudukan tinggi 0leh sh0gun. Sejak itu ia meninggalkan 0tsu , pindah ke Nara.
Gap0 , kepala prajuritnya yang setia dan telah mengabdi sekian lama , ikut pindah dan diangkat menjadi salah se0rang pejabat tinggi di Nara.
Malam itu Gap0 tiba ke tempat kediaman Yasuaki Kiuchi. “Tuan Kiuchi , turut perhitunganku bulan ini sempurna sekitar tujuh belas tahun silam saya membawa dua 0r0k Yamada dan Yukawa itu ke pegunungan Shik0ku. Sesuai pesan kita pada Nenek Nek0 , dua anak itu akan dilepas guna menjalankan tugas…”
“Perhitunganmu tidak berbeda denganku Gap0 ,” kata Yasuaki Kiuchi sambil mengusap mata kirinya yang picak.
“Setelah kau mendapat kedudukan sangat tinggi bahkan berkuasa penuh di Nara ini , apakah planning temp0 hari akan tetap dijalankan tuan Kiuchi?”
“Tentu saja! Ada apa dalam 0takmu Gap0? Sesudah kau kini jadi pejabat tinggi di sini , kau melupakan planning itu begitu saja? Sudah merasa puas rupanya?!”
“Maafkan saya tuan Yasuaki. Bukan begitu maksud saya.”
“Aku tidak suka mendengar kau mendua hati Gap0! Ingat itu baik-baik! Dulu di 0tsu saya jadi 0rang penting. Sekarang di Nara ini saya jadi 0rang besar dan berkuasa penuh , kau tetap jadi tangan kananku! Tapi tujuan dan keinginan hidupku bukan cuma hingga di sini. Apa yang kudapat kini hanya sebagai kerikil l0ncatan ke kedudukan yang lebih tinggi. Jauh lebih tinggi! Aku ingin menjadi penguasa tunggal di Nih0n ini! Beberapa pejabat tinggi di Ky0t0 sudah kurembuki. Mereka hanya menunggu kapan saya menjalankan rencana. Dan kalau dua anak itu muncul berarti apa yang saya inginkan sudah di depan mata!”
“Saya tetap mengabdi padamu hingga kapan pun juga tuan Kiuchi!” kata Gap0 pula.
Di luar ada 0rang mengetuk pintu. Gap0 cepat berdiri. Begitu pintu dibuka , kelihatan se0rang perjaka berkepala gundul , bermuka jerawatan. Dia bukan lain ialah perjaka yang pagi tadi kena dikerjai 0leh Tsuki dan Taiy0 di 0tsu. Si gundul ini membungkuk tiga kali di depan Gap0. Gap0 bicara sebentar dengan perjaka gundul itu kemudian memberitahu pada Yasuaki Kiuchi. “Si b0tak Takuchi , salah se0rang distribut0r rahasia kita di 0tsu tiba untuk melap0rkan sesuatu yang penting.”
“Suruh ia menghadapku!” kata Yasuaki Kiuchi.
Takuchi segera diperintahkan masuk. Setelah menjura berulang kali , Takuchi kemudian bersimpuh di hadapan Yasuaki Kiuchi. “Saya membawa kabar penting ,” kata si gundul ini. Lalu ia menceritakan kemunculan dua insan b0nsai di 0tsu. Satu lelaki satunya perempuan. Juga diceritakannya apa yang terjadi di sangkar babi milik Kukun0.
7
Yasuaki Kiuchi berpaling pada Gap0. “Mereka akhirnya muncul Gap0. Rencana kita bakal menjadi kenyataan…” Lalu ia bertanya pada distribut0r rahasia berkepala gundul itu. “Ada lagi yang hendak kau terangkan?”
Takuchi mengangguk. “Dua insan b0nsai itu punya se0rang kawan. Se0rang perjaka asing berambut g0ndr0ng. Agaknya ia bukan 0rang sembarangan. Ada dugaan keras ia mempunyai kepandaian tinggi dan aneh-aneh…”
Yasuaki Kiuchi berdiri dari duduknya. “Gap0 , kau pernah tahu atau dengar perihal 0rang asing itu?”
“Memang saya pernah mendengar tuan Kiuchi. Beberapa waktu kemudian ia menciptakan beberapa kali kegegeran di Ky0t0. Dia dekat dengan murid-murid se0rang t0k0h silat di Gunung Fuji. Juga mempunyai kekerabatan baik dengan 0rang-0rang akademi Emerarud0 pimpinan Shiger0 M0m0chi.
Bersahabat dengan nenek sakti berjulukan Teruk0…”
“Tunggu!” Mem0t0ng Yasuaki Kiuchi. “Apa bukan ia perjaka asing yang mendapat julukan Pendekar Gunung Fuji itu?”
“Saya yakin memang ia tuan Kiuchi ,” jawab Gap0.
Yasuaki Kiuchi menggigit bibirnya. “Selama ia tidak tahu planning kita , kita akan aman. Tetapi sekali ia tahu…”
“Tak mungkin ia tahu. Si Nenek Nek0 mana berani berbuat macam-macam. Kecuali kalau ia tidak mau lagi melihat kekasihnya yang kita sekap di pertambangan tempat kerja paksa di utara kita keluarkan dari sana hidup-hidup…”
Yasuaki Kiuchi tertawa. “Aku memang tidak punya planning untuk mengeluarkan Shiker0 dari sana.
Semua yang kukatakan pada nenek itu b0h0ng belaka. Sekadar untuk menjinakkan dirinya….”
Yasuaki Kiuchi hentikan ucapannya. Dia sadar telah terlalu banyak bicara di depan Takuchi. “Kau bekerja bagus. Kau b0leh pergi. Beberapa hari di muka sese0rang akan mengantarkan hadiah padamu.”
“Terima kasih tuan Kiuchi. Saya m0h0n diri. Tapi bekerjsama ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan. Mungkin tidak ada gunanya. Saya pergi saja sekarang…”
“Tunggu dulu! Apa yang hendak kau katakan Takuchi?” tanya Yasuaki Kiuchi. “Sewaktu menghajar pedagang babi di 0tsu itu , saya dengar dua insan b0nsai menanyakan tuan Gap0. Mereka ingin tahu di mana tuan Gap0 bisa ditemui…”
Paras Yasuaki Kiuchi dan Gap0 k0ntan berubah. “Tukang babi itu memberitahu…?”
Takuchi mengangguk. “Nyawanya terancam. Kukun0 akhirnya memberitahu kalau tuan Gap0 kini berada di Nara , jadi pejabat penting Sh0gun…”
“Kurang asuh si Kukun0 itu! Akan kujagal batang lehernya!” kata Gap0 murka sambil mengepalkan kedua tinjunya. Dia memberi k0de pada Takuchi supaya segera meninggalkan tempat itu.
Begitu Takuchi berlalu , Yasuaki Kiuchi berkata. “Dari siapa manusia-manusia b0nsai itu tahu namamu?”
“Hanya satu 0rang yang saya curigai tuan Kiuchi. Si nenek muka kucing Nek0!”
“Berarti dua insan b0nsai itu juga sudah tahu planning kita. Kalau tidak , mengapa mereka mencarimu? Padahal kiprah yang saya perintahkan pada si nenek muka kucing itu lain…”
Gap0 terdiam. Akhirnya terdengar ia berkata dengan bunyi bergetar. “Saya khawatir jangan-jangan mereka memang sudah tahu. Kalau begitu izinkan saya pulang dulu. Saya harus mempersiapkan sesuatu untuk mencegah hal-hal yang tidak diingini.”
Yasuaki Kiuchi mengangguk. “Sebelum kau pergi , atur penjagaan di tempat ini. Lipat gandakan kekuatan para pengawal.”
“Akan saya lakukan tuan Kiuchi ,” jawab Gap0 kemudian membungkuk dalam-dalam.
Hutan kecil di tepi jalan yang menghubungkan Nara di Selatan dan 0tsu di Utara berada dalam keadaan gelap gulita. Namun di suatu tempat tersembunyi terlihat ada nyala api. Ternyata itu ialah api unggun kecil. Di sekeliling api duduk tiga s0s0k tubuh. Mereka bukan lain dua s0s0k b0nsai Tsuki dan Taiy0 bersama pahlawan 212 Wir0 Sableng.
Di tangan kiri Taiy0 ketika itu ada secarik kertas yang sudah sangat lusuh. Di atas tertera panjang g0resan pena kanji. “Ani , kau bisa membaca g0resan pena kanji?” tanya Waiy0 pada Wir0. Pendekar 212 geleng kepala.
“Kertas ini seumur umur kami…” kata Tsuki. “Di sini tertulis pesan-pesan yang harus dilakukan 0leh guru kami Nenek Nek0. Siapa pemberi kiprah tidak tertera. Tapi berdasarkan guru ialah Yasuaki Kiuchi , saudara Sh0gun di Ky0t0…”
Wir0 mulai tertarik penuturan sahabat ceb0lnya itu. Dia menggeser duduk dekat Taiy0. “Surat ini dibawa 0leh 0rang berjulukan Gap0…”
“Apa saja kiprah guru kalian dalam kertas itu?” tanya Wir0 kepada Taiy0.
“Pertama , sensei harus mengikat tangan kami dengan rantai karatan ini. Lalu guru kami harus merawat hingga tujuh belas tahun. Lalu guru wajib mendidik kami dalam kepandaian silat dan ilmu kesaktian. Pada hari kami dibebaskan , kami harus pergi ke Ky0t0 untuk membunuh Sh0gun.
Sh0gun hanya bisa dibunuh dengan rantai hitam yang mengikat tanganku dan tangan Tsuki. Setelah itu kami harus pergi ke danau di tepi desa Biwa. Desa itu berjulukan Hik0ne. Di sana kami harus membunuh satu keluarga berjulukan Yukawa.”
“Selesai? Hanya itu…?” tanya Wir0 ketika Taiy0 berhenti membaca g0resan pena di atas kertas lusuh itu.
Taiy0 mengangguk. “Itu kiprah yang harus dikerjakan guru dan diturunkan kepada kami. Tapi guru meminta kami melupakan segala kentut busuk yang tertera dalam kertas ini. Sebagai gantinya , ia meminta kami mencari 0rang yang berjulukan Gap0. Sebab ia satu-satunya pembuka jalan siapa bekerjsama kami ini. Waktu itu kedudukannya ialah sebagai kepala prajurit Sh0gun , yang bertugas di bawah pemerintah Yasuaki Kiuchi. Guru juga menugaskan kami mencari se0rang berjulukan Shiker0 , yang kabarnya disekap Yasuaki di suatu tempat dan gres dilepas tujuh belas tahun kemudian , ketika kami meninggalkan pegunungan Shikuk0…”
“Tugas dari Yasuaki Kiuchi berlainan dengan kiprah dari guru kalian. Kalau Gap0 0rangnya Yasuaki Kiuchi berarti ia juga tahu asal usul kalian. Tapi saya tidak mengerti mengapa kalian harus membunuh sekeluarga Yukawa di Hik0ne…” ujar Wir0. Dia menatap langit hitam di atasnya. Tidak juga berhasil memecah teka-teki. “Jika saja kakek Segala Tahu ada di tempat ini , pasti ia bisa men0l0ng kita ,” kata Wir0.
“Siapa pula 0rang itu ,” tanya Tsuki. “Se0rang renta berumur lebih dari delapan puluh tahun. Matanya buta tapi lebih tajam penglihatannya dari kita ini. Dia pintar meramal dan melihat yang bakal terjadi. Sayang ia tidak di sini…” kata Wir0.
Tiba-tiba terdengar bunyi gemeletak r0da kereta ditimpali deru kaki kuda. Kedua ceb0l itu cepat menginjak-injak perapian. Begitu api padam , tempat menjadi gelap. Ketiganya meninggalkan hutan berlari menuju jalan kecil. “Aku harap yang lewat ini ia ,” bisik Taiy0. “Ingat Tsuki , 0rang ini harus kita sanggup hidup-hidup. Jika hingga mati , kita akan kehilangan jejak diri kita. Atau kita akan berhadapan dengan Yasuaki Kiuchi.”
Suara kereta kuda semakin cepat. Dua insan b0nsai berpaling kepada Wir0. “Ani Wir0. Kau sudah siap?” tanya Tsuki. Pendekar 212 menganggukkan kepala sambil acungkan seutas tali. Ujung tali itu dikaitkan dengan ujung p0h0n yang sudah dip0t0ng kemudian ditegakkan dan ditancapkan di ujung sungai.
Batang p0h0n besar jatuh. Kuda paling depan meringkik. Kedua hewan itu eksklusif tersungkur begitu lelaki penunggangnya jatuh. Tidak ampun lagi keretanya terbalik. Tiga dari empat pengawal yang berada di belakang tak sempat lagi menghindar dan menabrak belahan belakang kereta.
“Tuan Gap0 keluar dari kereta! Ada persekutuan ramp0k menyerang kita ,” salah se0rang pengawal berteriak sambil mel0mpat dari kuda dan membuka pintu kereta. Se0rang bertubuh besar dan gempal keluar dari kereta dengan susah payah. Begitu menginjakkan tanah mulutnya eksklusif mengumpatkan kata kutukan serapah.
“Bangsat rendah dari mana yang berani meramp0k kita?!” Tangan kanan Gap0 bergerak dan “Wutt” g0l0k besarnya berkelebat. Saat itu dua s0s0k berkelebat ke udara. Lalu menukik ke arah Gap0. Sese0rang berteriak memberi peringatan. Pengawal yang tadi terpental kini melindungi majikannya sambil menyibatkan pedangnya ke atas.
“Me0ng!Me0ng!”
“Trang! Trang!” Dua pedang di tangan pengawal itu patah dan mental. Lalu terdengar jeritan kedua.
Ternyata Tsuki dan Taiy0 telah mempergunakan jari tangannya yang panjang untuk meremas kedua muka pengawal itu.
Gap0 berteriak marah. Bersama dua pengawal , ia hendak menyerang Tsuki dan Taiy0. Tapi justru ketika itu keluar bunyi suitan keras. Tiba-tiba ada puluhan 0b0r mendekat. Lalu jaring raksasa tidak kelihatan se0lah jatuh dari langit.
“Tsuki! Taiy0! Awas!” teriak pahlawan 212. Tangan kanannya dilibaskan untuk melepas pukulan sakti Benteng T0pan Melanda Samudera. Tapi terlambat. Ketika pukulan hingga , jaring sudah menjerat insan b0nsai. Akibatnya , dalam keadaan terjerat , ia juga harus mendapatkan pukulan sakti Wir0.
“Celaka saya menyerang mereka ,” seru Wir0 dalam hati.
Dua insan b0nsai terguling dalam jeratan jaring tapi keduanya sanggup berdiri mirip tidak terjadi apa-apa. “Bret! Bret!” mereka pergunakan kuku untuk melepas jaring yang melilit tubuhnya.
Pukulan pahlawan 212 tidak berbekas , murid Sint0 Gendeng itu heran.
Saat itu sambil tertawa bergelak , Gap0 mel0mpat ke depan jaring. Tangannya melempar b0la kecil.
“Dess!” Terdengar letupan halus disusul dengan menggebubunya asap hijau. Tsuki dan Taiy0 hilang dibungkus asap. Yang terdengar hanya bunyi mereka batuk-batuk.
“Kurang asuh ,” teriak Wir0. Dia berkelebat ke arah Gap0 tapi parasnya jadi berubah. Di sekelilingnya ketika itu ada sekitar selusin insan berseragam perwira balatentara sh0gun mengurungnya. Enam dari mereka membidikkan panah beracun. Enam lagi men0d0ng dengan ujung samurai berkilat. Tak ada kemungkinan untuk mel0l0skan diri atau melawan.
“Sial dangkalan!” maki Wir0. Dia angkat tangan kanannya hendak menggaruk kepala , tapi dua buah ujung samurai segera menekan bahunya. Murid Sint0 Gendeng meringis kesakitan. Dua liang luka mengucurkan darah membasahi baju putihnya. Lalu sebuah rantai besi dililitkan ke tubuhnya.
Membuat pahlawan 212 benar-benar tidak bisa berkutik lagi!
Ketika Tsuki dan Taiy0 sadar dari imbas asap hijau b0la beracun yang dilemparkan Gap0 , mereka dapatkan diri tergeletak di sebuah ruangan yang lantai serta dinding dan atapnya terbuat dari batu. Bersama mereka ada enam 0rang perwira berseragam pasukan Sh0gun. Di situ juga ada Gap0 , insan yang kini mereka anggap sebagai musuh besar pemegang kunci rahasia kehidupan mereka.
“Ssstt…” berbisik Tsuki. “Kalau mereka mengurung kita di sini apa mereka sangka kita tidak bisa berjibaku membunuh mereka semua…?”
“Aku juga sudah berpikir begitu ,” sahut Taiy0. “Tapi lihat di depan sana. Sahabat kita terancam keselamatannya!”
Dua insan b0nsai itu berdiri berdiri. Tsuki usap-usap matanya yang masih terasa perih. Paras gadis b0nsai ini jadi berubah dan sekujur tubuhnya terasa tegang. Di hadapan mereka ada sebaris jeruji besi sebesar betis manusia. Di belakang jeruji besi itu ada sebuah ruangan di mana Pendekar 212 Wir0 Sableng berada dalam keadaan terikat kedua tangannya dan dikerek hingga sepasang kakinya terjingkat ke atas.
Di atas kepalanya ada dua buah busur lengkap dengan anak panah beracun siap lepas. Tali-tali busur dua buah panah itu tertahan 0leh sebuah cantelan besi. Jika Wir0 bergerak sedikit saja atau merubah kedudukan kakinya maka cantelan yang menahan tali busur akan lepas. Anak panah pertama akan melesat menghantam bat0k kepalanya sendiri. Anak panah kedua yang akan lepas dalam waktu bersamaan , akan melesat menghantam dada se0rang wanita sempurna pada jantungnya yang terikat pada sebuah tiang besi sejarak enam langkah dari hadapan Wir0.
Wir0 tidak sanggup melihat paras wanita itu lantaran rambutnya yang panjang hitam terjurai ke depan menutupi wajahnya. Perempuan ini mengenakan pakaian warna biru. Bagian atas bajunya r0bek besar hingga dadanya tersingkap lebar.
“Manusia berjulukan Gap0!” tiba-tiba Tsuki berteriak. “Aku bersumpah membunuhmu dan semua 0rang yang ada di sini bila sahabatku itu menemui kematian lantaran perbuatanmu ini!”
Gap0 tertawa bergelak. “Kau mengawatirkan keselamatan kawanmu. Bagaimana dengan cal0n k0rban yang perempuan?!”
“Kami tidak mengenal siapa dia! Tapi bila kau melibatkan 0rang lain untuk tujuan busukmu , saya akan mencincang mayatmu hingga lumat!” Yang menjawab ialah Taiy0.
Gap0 terus mengumbar tawa. “Perempuan itu se0rang yang sangat berarti bagi sahabatmu si perjaka asing. Jika kalian ingin mereka selamat , hanya ada satu jalan. Kalian harus melaksanakan sesuatu mirip yang sudah dipesankan dan ditugaskan pada guru kalian si nenek muka kucing!
Kalian punya waktu terbatas. Sampai berapa lama perjaka asing itu sanggup bertahan berjingkat terus. Sekali ia menjejakkan tumitnya rata dengan lantai , cantelan besi akan lepas dan dua anak panah akan merenggut nyawa mereka!”
Tsuki dan Taiy0 berteriak-teriak mencaci maki Gap0 habis-habisan. Gap0 yang kini menjadi pejabat penting di Nara itu kelihatannya mirip tidak acuh. Tapi tiba-tiba kedua tangannya bergerak menghantam. Tsuki dan Taiy0 terpekik. Tubuh keduanya terbanting ke dinding kerikil akhir j0t0san kiri kanan Gap0 yang mendarat telak di wajah mereka. Tapi mirip tidak mencicipi sakit Tsuki dan Taiy0 mel0mpat kemudian menyerang ke arah Gap0 sambil keluarkan bunyi menge0ng keras!
Lima 0rang perwira Sh0gun berkelabat menghadang dengan samurai di tangan. Salah se0rang dari mereka mengancam. “Berani kalian bergerak sedikit saja , sebuah alat rahasia akan membet0t lepas cantelan penahan tali busur! Dua 0rang di ruangan sana akan menemui kematian dalam sekejapan mata!
Ay0 silahkan berbuat k0ny0l!”
“Bangsat!” maki Tsuki.
“Keparat busuk!” teriak Taiy0. Dua insan b0nsai itu tak bisa berbuat apa-apa selain memandang ke arah Wir0 dengan penuh tegang.
“Ani Wir0!” seru Tsuki. “Maafkan kami tak sanggup men0l0ngmu! Tapi kami bersumpah untuk membunuh habis semua insan setan di ruangan ini!”
Pendekar 212 Wir0 Sableng hanya bisa berdiam diri dan tarik nafas dalam. Kalau saja ada yang bisa men0t0k kedua kakinya , hingga final zaman pun ia sanggup berjingkat. “Paling lama saya bisa bertahan satu setengah hari” membatin Wir0. “Sialan! Selangkangan dan punggungku terasa gatal. Bagaimana saya bisa menggaruk! Kalau hingga tubuh dan kakiku bergerak , tamat riwayatku…”
Wir0 memandang ke depan ke arah wanita yang juga terancam keselamatannya. “Aku merasa mirip mengenali walau tidak melihatnya. Jangan-jangan… Ya Tuhan! Kuharap jangan ia yang ada di tiang itu!”
Dengan sebuah alat , Gap0 menaikkan dua buah jeruji besi kemudian masuk ke ruangan di mana Wir0 berada. “Pemuda asing bergelar Pendekar Gunung Fuji! Nama besarmu tak lama lagi akan terkubur di bumi Nih0n! Sayang jauh-jauh tiba kau cuma mengantar nyawa. Itu akhir ulahmu yang terlalu suka ikut campur urusan 0rang lain!”
“Kau insan paling sialan di dunia ini Gap0! Jenis kadal penjilat yang mau melaksanakan apa saja demi jabatan!”
Gap0 ganda tertawa. Dia melangkah ke hadapan tiang di mana wanita berpakaian biru tegak terikat. “Srett!” Dia cabut g0l0k besar yang tersisip di pinggangnya. “Aku mau tahu apa kau masih bisa bicara besar dan keras sesudah melihat siapa adanya wanita ini!” kata Gap0 pula. Lalu dengan ujung pedangnya disentakkannya rambut panjang menjurai yang menutupi wajah wanita itu. Begitu parasnya tersingkap terkejutlah murid Sint0 Gendeng.
“Akik0 Bessh0!” teriak Wir0. “Ya Tuhan , memang ia rupanya!”
“Wir0…” ujar gadis berpakaian biru tersendat. Mukanya pucat walau ia berusaha berlaku setenang mungkin. Gap0 tertawa bergelak. “Bagus! Kaprik0rnus kalian sudah saling kenal satu sama lain! Ha… ha… ha!”
“Kenapa kau libatkan gadis yang tidak punya salah apa-apa itu?!” tanya Wir0. Dia berusaha menekan hawa amarah yang menggelegak dalam tubuhnya. Gap0 menyeringai. G0l0knya disarungkan kembali. (Mengenai gadis berjulukan Akik0 Bessh0 ini sanggup diikuti kisahnya dalam dua serial Wir0 Sableng berjudul “Pendekar Gunung Fuji” dan Ninja Merah”).
Saat itu pintu ruangan terbuka. Se0rang lelaki berpakaian sangat glam0r masuk sambil berkipaskipas.
Di belakangnya ada beberapa 0rang pengawal berseragam kim0n0 merah. 0rang ini hanya mempunyai satu mata. Mata kirinya yang agaknya cacat , disembunyikan di balik sehelai kulit tipis warna hitam.
Gap0 dan semua perwira sh0gun yang ada di ruangan itu segera membungkuk dalam-dalam. Wir0 maupun dua insan b0nsai sama bertanya-tanya dalam hati siapa gerangan 0rang yang gres tiba ini. Mereka tidak menunggu lama. Jawaban segera didapat dari ucapan Gap0.
“Tuan Yasuaki Kiuchi , saya telah mengatur semua sesuai dengan petunjuk yang mulia…”
“Yasuaki Kiuchi…” desis Tsuki sambil menyentakkan tangan kirinya sedikit memberi tanda pada Taiy0. “Jadi ini manusianya yang jadi pangkal bahala kesengsaraan kita!”
Yasuaki Kiuchi angguk-anggukkan kepala. Sikapnya p0ngah. Dia menyeruak di antara jeruji besi yang tadinya dinaikkan ke atas 0leh Gap0 kemudian masuk ke ruangan di mana Wir0 dan Akik0 Bessh0 berada. “Jadi ini insan yang bergelar Pendekar Gunung Fuji itu! Kepalamu berharga ratusan tail emas bila sanggup kuserahkan pada kel0mp0k t0k0h-t0k0h silat g0l0ngan hitam di Jepang ini.
Keuntunganku berlipat ganda! Kau bisa kumanfaatkan lebih dulu , kemudian mendapatkan imbalan besar itu. Ha… ha… ha!”
“Pejabat busuk! Di mataku kau tak lebih dari se0rang pelacur laki-laki! Manusia kadal c0mberan!”
Tubuh Yasuaki Kiuchi tersentak. Mata kanannya mendelik besar mendengar kata-kata Wir0 itu. Dia mengulurkan tangannya meminta g0l0k pada Gap0. Begitu g0l0k dipegang , ujungnya ditempelkan ke pipi Pendekar 212.
“Aku kagum akan keberanianmu , Aku mau lihat apakah kau cukup berpengaruh untuk tidak menjerit!” Lalu dengan ujung g0l0k itu Yasuaki Kiuchi mengg0res pipi kanan Wir0. Pendekar 212 mengernyit kesakitan. Darah mengucur ke pipi dan berhenti di sudut bibirnya.
Yasuaki hendak mengg0res sekali lagi. Tapi Gap0 buru-buru mendekati dan berbisik. “Jangan terlalu keras , kalau tubuhnya bergerak lantaran kesakitan , ia dan gadis itu akan menemui ajal. Berarti kita akan kehilangan sandera sebelum planning berhasil…”
Perlahan-lahan Yasuaki Kiuchi turunkan tangannya yang memegang g0l0k. “Kau betul…” katanya.
“Kita tak perlu cepat-cepat membunuhnya….” G0l0k diserahkannya pada Gap0 kembali kemudian ia berpaling ke arah Akik0 Bessh0 yang terikat di tiang. “Hemmm , Dalam keadaan mirip ini pun ia tetap cantik. Aku benar-benar dibentuk gila…” Yasuaki Kiuchi kemudian melangkah ke hadapan gadis itu dan berkata. “N0na Bessh0 , permintaanku temp0 hari masih berlaku. Aku bersedia memberi pengampunan bagimu bila kau mau kujadikan salah satu gundikku…”
“Manusia iblis budak nafsu!” sempr0t Akik0 Bessh0. “Di Nara ini ada seribu pelacur! Kau b0leh mengambil semuanya menjadi gundikmu!” Yasuaki Kiuchi tertawa lebar. Tangan kirinya tiba-tiba meluncur ke dada gadis itu , meremas liar kian kemari. “Jahanam rendah!” maki Akik0 kemudian diludahinya muka lelaki itu. Yasuaki Kiuchi mundur dua langkah. Matanya yang cuma satu memandang membelalak pada si gadis. Semua 0rang mengira penguasa k0ta Nara itu akan menjadi murka dan menghajar si gadis habis-habisan. Ternyata tidak. Ia usap ludah yang menempel di mukanya dengan tangan kiri , kemudian dijilatnya tangannya.
“Hah , ludahmu pun terasa nikmat…” katanya. Tiba-tiba ia mel0mpat , merangkul tubuh Akik0 Bessh0 , mengecup muka , bibir dan leher gadis itu penuh nafsu. “Manusia jahanam! Keparat busuk…!”
Setelah puas menciumi gadis itu , Yasuaki Kiuchi kembali ke ruangan di balik jeruji besi. Dengan alat rahasianya , Gap0 menurunkan dua buah jeruji besi kembali. Yasuaki Kiuchi keluarkan kipasnya. Setelah berkipas-kipas sebentar , ia berkata pada Tsuki dan Taiy0.
“Dua insan ceb0l! Dengar baik-baik setiap ucapanku! Melalui gurumu si nenek muka kucing saya memberi kiprah supaya kalian berdua membunuh sh0gun di Ky0t0 dengan Besi hitam yang mengikat lengan kalian satu sama lain , itu satu-satunya senjata yang sanggup membunuh sh0gun. Kalian tidak punya waktu banyak. Kawan kalian perjaka asing itu kurasa hanya sanggup bertahan satu setengah hari. Mungkin dua hari. Jika dalam dua hari kalian tidak kembali ke sini membawa kepala sh0gun , berarti perjaka itu dan juga gadis itu akan menemui ajalnya. Kalian berdua bertanggung jawab atas nyawa mereka. Mereka akan saya lepaskan bila kepala sh0gun kalian serahkan padaku!”
“Enak saja kau ng0m0ng!” teriak Tsuki. “Kenapa kau ingin membunuh sh0gun?”
“Betul , padahal kau masih saudara sepupunya. Dia juga yang memberi kedudukan tinggi padamu di Nara ini!” menimpali Taiy0.
“Mengapa heran kawan-kawan!” tiba-tiba Wir0 berseru. “Manusia buruk itu ingin jadi sh0gun , tega membunuh saudaranya sendiri! Manusia tidak tahu diri! Mana ada sh0gun matanya picak! Ha… ha… ha…!”
“Huk… huk… huk…! Me0ng!” Taiy0 tertawa bergelak.
“Hik… hik… hik..! Me0ng!” ikut tertawa Tsuki.
8
“Setan alas!” rutuk Yasuaki Kiuchi. “Gap0 , lepaskan dua insan katai sialan itu! Kalian berdua harus kembali ke sini membawa kepala sh0gun. Paling tidak lusa pagi. Dan ingat , saya benar-benar melepaskan dua sahabatmu itu kalau kau juga sudah membunuh suami istri Yukawa di desa Hik0ne!”
“Mengapa? Mengapa kami harus membunuh mereka? Kenalpun tidak!” ujar Tsuki.
“Nanti kalian tahu sendiri apa jawabnya!” ujar Yasuaki Kiuchi kemudian tinggalkan tempat itu diikuti para pengawalnya.
Ketika Gap0 melangkah untuk mengantar , Pendekar 212 berkata. “Gap0 , kau telah merampas senjata mustikaku. Kalau kau tidak mengembalikannya atau mengembalikannya dalam keadaan rusak , kau tahu sendiri akibatnya!”
Gap0 menyahut dengan dengusan keras dari hidungnya. Sewaktu hingga di pintu luar , Yasuaki Kiuchi berbalik dan bertanya pada Gap0. “Senjata mustika apa yang disebut-sebut perjaka asing itu tadi?”
Dalam hatinya Gap0 merutuk. “Kalau perjaka sialan tadi tidak berkata apa-apa , pasti Yasuaki Kiuchi tidak mengetahui perihal senjata mustika itu! Sialan! Mungkin belum j0d0hku mendapatkannya!”
Dari balik pakaiannya Gap0 keluarkan sebuah benda. Mata semua 0rang yang ada di situ menjadi kesilauan 0leh sinar yang keluar dari benda yang dipegang 0rang kepercayaan Yasuaki Kiuchi itu.
“Kapak bermata dua!” seru Yasuaki dengan mata mendelik hampir tak percaya. “Ini senjata mustika luar biasa! Senjata ini dulu yang pernah dicuri 0leh satu kel0mp0k ninja hingga menjadikan kegegeran di seanter0 negeri! Gila! Kini senjata itu ada di hadapanku! Senjata ini jauh lebih hebat dari rantai hitam yang bisa membunuh sh0gun itu!”
Lalu Yasuaki Kiuchi bertanya pada Gap0. “Kalau sekiranya perjaka itu tadi tidak menyebut-nyebut benda ini di hadapanku , apakah kau akan menyerahkannya dengan sukarela?”
Paras Gap0 berubah merah. Tapi ia bisa berkilah. “Saya sengaja tidak memberitahu Yang Mulia waktu di ruangan itu. Karena kalau terjadi apa-apa , pemiliknya hanya tahu saya dan tidak akan mengganggu Yang Mulia.”
Yasuaki Kiuchi tersenyum. “Kau memang cerdik Gap0! Aku menghargai kecerdikanmu itu!”
“Terima kasih Yang Mulia ,” ujar Gap0 seraya membungkuk dalam-dalam.
“Hebat! Rezeki besar tak terduga!” seru Yasuaki Kiuchi besar hati sekali. Cepat-cepat senjata yang bukan lain ialah Kapak Maut Naga Geni 212 milik Wir0 Sableng itu diambilnya.
Tsuki dan Taiy0 memperhitungkan , dengan lari cepat mereka menghabiskan sehari semalam untuk bisa hingga ke Ky0t0. Tapi keduanya ragu , apakah mungkin waktu yang tersisa bisa untuk membunuh Sh0gun.
“Tsuki , saya merasa was-was. Memasuki kediaman Sh0gun saja bukan pekerjaan mudah.
Bagaimana kita bisa membunuh walau kita punya senjata yang katanya bisa membunuhnya. Apalagi tubuh kita ceb0l , pasti menarik perhatian 0rang. Agaknya kita tidak bisa men0l0ng sahabat kita dan gadis itu , kasihan…!”
“Diamlah Taiy0! jangan nyer0c0s terus. Aku berlari sambil berpikir. Harus ada satu cara untuk menuntaskan masalah ini. Sh0gun katanya berkuasa dengan cara sewenang-wenang. Tapi siapa pun 0rangnya , kita tidak punya hak untuk membunuhnya. Para pahlawan samurai di Ky0t0 paling tidak ada seratus 0rang! Kita jangan terpengaruh 0leh keadaan yang diciptakan 0leh insan jahat Yasuaki dan cecunguknya si Gap0 itu.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan ,”tanya Taiy0.
“Tunggulah , saya pasti sanggup nalar , Taiy0! Aku dapat!” teriak Tsuki.
“Katakan padaku!”
“Ingat pelajaran dari sensei? Jika kita lemah dan lawan jauh lebih berpengaruh , jangan hadapi dengan kekerasan. Pergunakan nalar , rangkul mereka dan jadikan sahabat hingga ada kesempatan untuk memukul!”
“Itu ilmu filsafat Tsuki , dalam kenyataan pasti lain lagi ,” ujar Taiy0.
Gadis ceb0l itu menggeleng. “Kita lihat saja nanti. Kau masih menyimpan kertas butut yang diberikan Gap0 itu?”
Taiy0 mengangguk. “Kalau begitu percepat larimu Taiy0!” kata Tsuki.
Sh0gun penguasa negeri benar-benar meledak amarahnya ketika se0rang perwira penghubung memberitahu ada sepasang ceb0l ingin menemuinya. “Sepasang ceb0l ingin menemuiku , mereka gila. Dan kau sebagai perwira lebih gila lagi!”
“Plaak!” Satu tamparan keras menciptakan perwira itu terpelanting dan mulutnya mengeluarkan darah segar.
“Saya minta maaf Yang Mulia ,” kata perwira itu sambil meraba pipinya yang berdarah , mengembung bengkak. “Saya mana berani bila tidak menyangkut keselamatan dan nyawa yang mulia. Sepasang ceb0l itu menyampaikan ada yang hendak membunuh Yang Mulia. Semula saya juga menganggap sepasang insan b0nsai itu juga tidak waras. Saya melarang , empat hulubalang mengepruknya! Eh , keempat pengawal tingkat tinggi itu r0b0h dalam sekali gebrak saja! Untung keempatnya tidak dibunuh!”
Mendengar klarifikasi perwiranya , Sh0gun yang berparas tinggi , berkumis dan berjanggut putih itu berubah t0tal. Maka diapun berkata. “Perwira bawa masuk kedua b0nsai itu dan siapkan selusin pengawal untuk mengikutinya. Aku akan menerimanya di ruang beling ,” ujar Sh0gun. Sehabis itu sh0gun segera masuk ke ruangan yang dibelah dua 0leh dinding kaca. Keanehan diding ini , meski ada pembatas , kedua 0rang yang terpisah masih bisa saling melihat dan mendengar , dan lagi , tidak mempan senjata tajam.
Seusai mengantar kedua b0nsai , selusin pengawal itu eksklusif membungkuk dan meninggalkan Sh0gun yang sudah berada di ruang kaca. Dalam ruang beling , Sh0gun menatap tajam ke arah Taiy0 dan Tsuki yang tangan kanan dan kiri mereka terikat 0leh seuntai rantai karatan. “Rantai itu…” kata Sh0gun dalam hati dengan nada berdebar.
“Bagaimana bisa berada dan mengikat mereka! Agaknya mereka tidak membual ada yang berusaha membunuhku. Hanya rantai itu yang sanggup mencabut nyawaku!”
“Dua insan rantai , kalian berani-beraninya menemuiku hingga mer0b0hkan empat perwiraku. Kau memberi tahu pengawal penghubung ada yang hendak membunuhku?”
Taiy0 membungkuk “Benar yang Mulia Sh0gun”
“Bagaimana saya mempercayai kalian? Kalian tidak saja cacat 0tak , tapi juga cacat jasmani , kalian kurasa tidak waras!”
“Kami tidak berani membantah keadaan kami ,” ujar Taiy0. “Kami tiba memberi tahu pemimpin negeri kami bahwa nyawanya terancam. Dia hendak dibunuh 0rang!”
“Kalian tahu siapa pembunuhku?”
Kedua insan ceb0l mengangguk. “Kami berdua Yang Mulia!” Mendengar jawaban itu , dua belas pengawal Sh0gun eksklusif bergerak berusaha menyergap Taiy0 dan Tsuki.
Tapi gerakan mereka berhenti ketika melihat Sh0gun memberi isyarat.
“Manusia ceb0l , apa permusuhanmu denganku hingga kalian ingin membunuh?”
“Tidak ada Yang Mulia. Kami melaksanakan perintah sese0rang yang tertulis dalam pesan guru kami tujuh belas tahun lalu.”
“Siapa yang menyuruh kalian membunuhku?” tanya Sh0gun bergegas.
“Yang Mulia pasti tahu. Dia ada kekerabatan darah dengan Yang Mulia. Namanya Yasuaki Kiuchi , 0rang Yang Mulia beri jabatan tinggi di Nara!”
“Kurang ajar! saya tidak percaya dengan keterangan kalian. Ingat , saya bisa memerintahkan kepala kalian dicincang kini juga!”
Taiy0 mengeluarkan secarik kertas lusuh berisi pesan-pesan yang ditulis Yasuaki Kiuchi dalam karakter kanji , dan dibawa 0leh Gap0 kemudian dibawa kepada guru mereka si Nenek Muka Kucing Nek0. Lalu Tsuki menceritakan asal-usul mereka sesuai dengan yang mereka dengar dari guru mereka. Tidak lupa menceritakan yang terjadi di Nara ketika ini.
“Kalau kami tidak membawa kepala Yang Mulia dan memperlihatkan kepada Yasuaki dan Gap0 , paling lambat bes0k pagi , sahabat saya 0rang asing itu dan gadis Akiki0 Bessh0 akan menemui ajal!”
Sh0gun terdiam lama. “Sulit mempercayai kedua insan kate ini. Tapi rantai besi ini bukti keras bahwa mereka tidak berdusta. Selama tujuh belas tahun mereka tidak bisa melepaskan diri dari ikatan rantai.”
Karena lama Sh0gun berdiam diri tidak bicara , maka se0rang pengawal kemudian angkat bicara.
“Yang Mulia , apakah kami diizinkan meringkus dan menjagal kedua insan ceb0l ini kini juga?”
Jawaban yang keluar dari ekspresi Sh0gun mengherankan semua 0rang yang hadir. “Salah se0rang dari kalian lekas cari 0rang yang andal menciptakan t0peng kulit!”
Akik0 Bessh0 semakin tegang dan cemas luar biasa ketika melihat tubuh Wir0 mulai bergetar.
“Wir0! Kuatkan dirimu! Bertahanlah! Kau dan saya tak mau mati k0ny0l di tempat celaka ini!” teriak si gadis.
Murid Sint0 Gendeng memandang mirip sudah putus harapan. Suaranya terdengar perlahan.
“Rasanya saya tak sanggup lagi Akik0. Mungkin sudah takdir kita berdua menemui kematian di tempat ini…” Tubuh sang pahlawan kembali bergetar. Kedua kakinya sudah tidak terasa kaki lagi. Hilang rasa dan beberapa kali tumitnya hampir bergerak jatuh ke bawah. Sekujur badannya berair 0leh keringat.
“Tidak! Jangan putus asa! Bertahanlah Wir0! Kau pasti bisa! Teman-temanmu itu pasti datang!”
“Mereka tidak ingin membunuh sh0gun! Kau tahu barisan pengawal sh0gun berlapis-lapis. Di istananya banyak peralatan rahasia. Tsuki dan Taiy0 ketika ini pasti sudah menemui ajal…”
“Aku tidak mau berpikir mirip itu! Tidak!” teriak Akik0 kembali.
Lalu Wir0 melihat ada air mata menetes jatuh membasahi pipi gadis itu.
“Kau menangis Akik0…”
“Aku menangis bukan lantaran takut menghadapi kematian.” jawab Akik0 Bessh0. “Aku… mungkin bisa puas menghadapi kematian mati bersamamu. Walau saya akan merasa lebih senang kalau bisa hidup lebih lama di dekatmu… Mungkin ini cuma sebuah mimpi yang tidak akan terealisasi hingga ketika kematian datang. Lagipula saya tak pantas berkata begitu , lantaran saya ingat Y0ri. Gadis itu mencintaimu…” (Mengenai siapa adanya gadis berjulukan Y0ri , harap baca serial Wir0 Sableng berjudul Ninja Merah).
Wir0 hanya bisa menelan ludah mendengar semua ucapan Akik0 Bessh0 itu. Tiba-tiba pintu di belakang jeruji besi terbuka. S0s0k berpakaian glam0r sambil berkipas-kipas masuk. Dia bukan lain ialah Yasuaki Kiuchi penguasa tertinggi di Nara. Dengan matanya yang cuma satu , ia memandang ke arah Wir0 kemudian pada Akik0 Bessh0. Sesaat kemudian Gap0 muncul di sampingnya.
Lalu menyusul beberapa 0rang perwira sh0gun.
“Pemuda asing!” Yasuaki tiba-tiba berkata. “Apa kau masih sanggup bertahan?!” Wir0 memutar kepalanya sedikit. Memandang ke arah Yasuaki kemudian meludah.
“Keparat! Berani kau menghina Yang Mulia!” teriak Gap0.
Yasuaki Kiuchi sendiri cuma menyeringai buruk. Dipegangnya pundak Gap0 kemudian berbisik. “Aku tetap mau meniduri gadis itu dulu sebelum ia menemui ajal…”
“Tapi tuan Kiuchi…”
“Aku sudah menyuruh 0rang untuk memanggil dua pelayan perempuan. Gadis itu harus dimandikan dulu , diberi wewangian dan pakaian bagus , didandani…”
Di luar tiba-tiba ada bunyi 0rang berlari. Lalu muncul se0rang prajurit. “Yang Mulia , dua 0rang ceb0l itu datang. Mereka membawa sebuah kant0ng kain berlumuran darah!”
Yasuaki Kiuchi dan semua 0rang yang ada di situ menjadi kaget. Dari luar berkelebat masuk dua s0s0k tubuh katai. Ternyata memang Tsuki dan Taiy0! Di tangan kirinya Taiy0 memegang sebuah kant0ng kain berair 0leh darah dan menebar busuk amis.
“Kami tiba membawa kepala sh0gun!” kata Taiy0.
“Tsuki! Taiy0! Kalian berhasil!” seru Wir0.
“Kau dan kawanmu akan selamat Ani Wir0!” ujar Tsuki.
Suasana jadi gempar! Serta merta saja Yasuaki Kiuchi diselubungi banyak sekali rasa. Gembira , tidak percaya dan juga ngeri. “Aku mau lihat!” katanya.
“Tumpahkan isi kant0ng itu ke lantai!” perintah Gap0. Beberapa prajurit yang ada di situ bersurut mundur.
Taiy0 letakkan kant0ng berdarah di lantai. Lalu dipegangnya belahan bawahnya dan ditunggingkan.
Sebuah benda yang menyimpratakan darah menggelinding di lantai , berhenti di depan kaki Yasuaki Kiuchi. Benda itu ialah p0t0ngan kepala insan berambut , berkumis dan berjanggut putih. Dari lehernya yang putus masih keluar darah. Bau busuk menghampar di ruangan itu. Yasuaki Kiuchi keluarkan seruan tertahan.
“Tuan Kiuchi…” bisik Gap0. “Ini memang kepala sh0gun…!”
Mata kanan Yasuaki Kiuchi berputar ke arah rantai besi yang mengikat tangan Tsuki dan Taiy0. Dia melihat ada n0da-n0da darah pada rantai. “Mereka benar-benar menjagal sh0gun dengan rantai itu…”
“Kami telah melaksanakan apa yang diminta. Sekarang kalian harus melepaskan dua 0rang itu!” kata Taiy0.
Yasuaki Kiuchi dan Gap0 saling pandang. Lalu terdengar tawa bergelak keluar dari ekspresi Yasuaki Kiuchi. “Aku dan para pengawal akan segera berangkat ke Ky0t0 kini juga! 0rang-0rang kita di sana pasti sudah mengatur segala sesuatunya…”
“Bagaimana dengan manusia-manusia b0nsai ini Yang Mulia?” tanya Gap0.
“Mereka masih punya satu tugas. Membunuh suami istri Yukawa di Hik0ne…” jawab Yasuaki Kiuchi kemudian berpaling pada Tsuki dan Taiy0.
“Hik0ne cukup jauh di utara! Pemuda asing itu tak mungkin bisa bertahan lebih lama!” ujar Taiy0.
“Itu urusan kalian!” jawab Kiuchi seenaknya.
Dari ruangan sebelah tiba-tiba terdengar teriakan Pendekar 212. “Tsuki! Taiy0! manusia-manusia dajal itu tak akan membiarkan kalian hidup! Lekas larikan diri cari selamat. Kami berdua di sini agaknya harus mendapatkan takdir menemui kematian!” Akik0 Bessh0 tercekat dan membeliak besar mendengar teriakan Wir0 itu. Sedang Tsuki dan Taiy0 tampak bergerak-gerak tengg0r0kan mereka.
Lalu keluar bunyi menggemb0r.
“Kami tidak akan lari Ani Wir0!” seru Taiy0. “Kami menentukan mati sama-sama di tempat ini!”
“Hik…hik! Me0ng! Enaknya mati sama-sama!” kata Tsuki kemudian berjingkrak-jingkrak beberapa kali.
Dua insan b0nsai ini melangkah ke hadapan Yasuaki Kiuchi sambil putar-putar rantai besi yang mengikat tangan mereka. Semua 0rang yang ada di situ sesaat jadi terkesiap ketika melihat bagaimana rantai karatan itu mengeluarkan sinar hitam angker menggidikkan. Gap0 hunus g0l0k besarnya. Semua perwira yang ada di situ juga cabut samurai masing-masing. Yasuaki Kiuchi buang kipas di tangan kanannya. Tangannya bergerak ke balik pakaian mewahnya , Di lain kejap satu sinar putih menyilaukan menerangi ruangan itu , menciptakan redup cahaya angker hitam dari rantai besi itu.
Kapak Maut Naga Geni 212 berada dalam genggaman Yasuaki Kiuchi. Sepasang insan b0nsai jadi tertegun. Walau mereka merasa ngeri melihat senjata itu namun keduanya sudah bertekad sama-sama mati. Tsuki dan Taiy0 siap mel0mpat sambil menghantamkan besi hitam berkarat. Tapi pada ketika itu pula dari luar melayang tiga s0s0k tubuh yang kemudian jatuh saling tindih di lantai.
Semua 0rang keluarkan seruan tertahan. Yang bertumpukan di lantai ialah tiga perwira berpakaian seragam pasukan sh0gun. Mereka hancur terk0yak-k0yak , tak bisa dikenali lagi.
Di ketika yang sama terdengar bunyi kucing menge0ng dua kali berturut-turut. Lalu satu s0s0k berkelebat masuk. “Me0ng!Me0ng!”
“Biru!” seru Tsuki.
“Merah!” teriak Taiy0.
“Sensei!” pekik dua insan b0ncel bersamaan.
Se0rang nenek mengenakan mantel bulu beruang tegak di ruangan itu. Dia bukan lain ialah si nenek muka kucing Nenek Nek0 , 0rang yang telah memelihara Tsuki dan Taiy0 selama tujuh belas tahun. Di pundaknya kiri kanan ada dua ek0r kucing es berbulu putih. Yang satu berkalung pita merah pada lehernya , satunya lagi berpita biru.
“Nenek muka kucing!” hardik Yasuaki Kiuchi keras walau belakang layar hatinya tergetar. “Tadinya saya akan mengirim 0rang untuk menangkapmu. Kau telah menyalahi kiprah yang saya berikan lewat Gap0. Kau layak mendapatkan hukuman!”
Nenek muka kucing menyeringai. “Aku bukan kacungmu , bukan juga budakmu! Mana mungkin saya terus menerus harus patuh pada kekuasaanmu?!”
“Nenek keparat!” hardik Gap0. “Beraninya kau bicara kurang asuh pada Yang Mulia?!”
“Yang Mulia?!” ujar si nenek kemudian tertawa cekikikan. Dua muridnya ikut tertawa.
“Yasuaki Kiuchi , tadinya saya mengira kau ialah insan paling bejat di dunia ini. Ternyata lebih dari itu. Kau iblis paling durjana di muka bumi!”
“Nenek keparat! Apa kau lupa bahwa nyawa kekasihmu Shiker0 ada di tanganku?!”
Si nenek ganda tertawa. “Tadinya saya memang begitu mendambakan untuk sanggup bersama lelaki itu sebelum kematian menjemput. Tapi lama-lama saya merasa jengah sendiri. Sudah renta bangka begini masih saja bercita-cita mirip se0rang jaka dan se0rang gadis. Kau b0leh membunuh Shiker0 hingga seribu kali! Hik… hik… hik!”
“Jahanam!” teriak Yasuaki Kiuchi.
“Eh kulihat kau memegang senjata luar biasa. Itu pasti bukan milikmu! Biru! Merah! Lekas kalian rampas senjata mustika itu!”
“Me0ng!”
“Me0ng!”
Dua ek0r kucing di pundak si nenek menge0ng keras kemudian melesat ke arah Yasuaki Kiuchi. Penguasa tunggal di Nara ini berusaha membabatkan Kapak Maut Naga Geni 212 ke arah kedua hewan itu.
Namun si merah dan si biru lebih dulu mencengekeram tangan kanan 0rang itu. Yasuaki Kiuchi menjerit keras sewaktu tangannya habis k0yak-k0yak digigit dan dicakar dua ek0r kucing. Kapak Maut Naga Geni 212 terlepas dari genggamannya. Sebelum senjata itu menyentuh lantai , dua ek0r kucing es bergerak cepat sekali , menyambuti gagang senjata mustika dengan ekspresi mereka.
Di ketika yang sama , Gap0 ayunkan g0l0k besarnya untuk membac0k dua ek0r kucing itu. Namun dari samping , Tsuki dan Taiy0 tidak dilihatnya mel0mpat ke atas , tahu-tahu rantai besi berkarat itu sudah menggelung lehernya.
Dua ek0r kucing membawa Kapak Naga Geni 212 ke arah si nenek muka kucing. Perempuan renta ini membungkuk , cepat mengambil senjata itu. “Senjata luar biasa! Kurasa tak ada duanya di dunia ini!” kata si nenek sambil sipitkan mata tak tahan sinar menyilaukan. Dia memandang ke depan ketika mendengar bunyi “Kraak!” Gap0 dilihatnya tertegak mel0t0t. Lidahnya terjulur keluar. Dari mulutnya keluar darah kental.
“Huk…huk! Me0ng!”
“Hik… hik! Me0ng!”
Tsuki dan Taiy0 lepaskan jeratan rantai besi. Tubuh tanpa nyawa Gap0 eksklusif r0b0h tergeletak di lantai. Lima perwira tinggi sh0gun yang menjadi kaki tangan Yasuaki Kiuchi , yang sudah sama-sama menggenggam samurai , tanpa tunggu lebih lama segera menyerbu dua insan b0nsai. Di depan pintu , si nenek muka kucing masih memandangi Kapak Maut Naga Geni 212 terkagum-kagum.
“Senjata hebat! Luar biasa! Kapan lagi menc0banya kalau tidak sekarang!”
Dari ekspresi si nenek keluar lengkingan keras mirip kucing menge0ng. Tubuhnya berkelebat ke depan. Kapak maut berkiblat mengeluarkan bunyi menderu dahsyat serta menebar hawa panas luar biasa. Terdengar bunyi berdentrangan riuh sekali , disusul dengan pekik jerit kematian. Ketika si nenek kembali ke tempat tegaknya semula , di lantai ruangan berkaparan tumpang tindih s0s0k tubuh lima perwira tinggi tadi. Semua menemui kematian dengan kening terbelah hangus!
9
“Senjata hebat! Benar-benar luar biasa!” kata si nenek lagi. Lalu ia memandang ke depan.
Sepasang mata kucingnya membentur s0s0k Yasuaki Kiuchi yang tegak tersandar di sudut ruangan sambil tangan kirinya pegangi tangan kanan yang hancur akhir k0yakan gigi dan cakar dua ek0r kucing peliharaan si nenek.
“Yang Mulia!” seru si nenek. “Kau bisa menentukan kematian yang kau sukai! Kubelah keningmu dengan kapak sakti ini? Atau mampus dik0yak dua ek0r kucing peliharaanku? Atau dicekik dengan rantai besi hingga hancur lehermu 0leh dua anak insan yang jadi k0rban kebuasanmu itu!? Atau mungkin kau lebih suka saya sendiri yang menguliti sekujur tubuhmu!?”
Sesaat Yasuaki Kiuchi terdiam tak menjawab. Tiba-tiba ia mel0mpat menyambar g0l0k milik Gap0 yang tercampak di lantai dengan tangan kirinya. 0rang ini memang mempunyai ilmu memainkan senjata yang hebat dan ia bisa memainkan senjata dengan tangan kanan atau tangan kiri.
Serangan pertama Yasuaki Kuchi hanya mengenai tempat k0s0ng lantaran si nenek cepat menghindar. Ketika lawan menyerang kedua kalinya , Nenek Nek0 hantamkan Kapak Naga Geni 212. “Trang!” G0l0k besar di tangan kiri Yasuaki mental patah dua. Si nenek menyeringai. “Kau rupanya menentukan mati dengan kepala terbelah Yang Mulia! Hik… hik…hik!” tangan si Nenek Nek0 bergerak. Tetapi tiba-tiba di luar sana terdengar bunyi ter0mpet , menyusul bunyi 0rang berteriak.
“Atas nama sh0gun di Ky0t0 , hentikan semua pertempuran di dalam sana!”
Lalu tiga 0rang mener0b0s masuk. Yasuaki Kiuchi menjadi pucat ketika melihat siapa yang berada di sebelah depan. Se0rang renta bertubuh tinggi besar bermata biru dan berkumis kelabu melintang.
Dia ialah kepala balatentara sh0gun wilayah selatan yang paling ditakuti. Begitu melihat Yasuaki Kiuchi , 0rang ini keluarkan satu gulungan kertas berwarna merah. Kertas itu dibukanya kemudian diperlihatkan kepada Yasuaki. “Aku diperintahkan untuk menangkap dan membawamu ke Ky0t0.
Para petinggi di istana sh0gun telah menyiapkan eksekusi pancung untukmu!”
Yasuaki Kiuchi jatuh terhenyak di lantai , Kepala tentara bermata biru itu memberi k0de pada dua anak buahnya. Yasuaki segera diringkus. Ketika hendak dibawa pergi , Tsuki dan Taiy0 cepat menghadang. “Kami minta kau mau menerangkan siapa itu suami istri Yukawa di Hik0ne…” kata Taiy0.
Yasuaki tidak menjawab. “Kau ingin menjawab pertanyaan 0rang atau tidak?!” hardik kepala balatentara sh0gun.
Mata kanan Yasuaki menatap wajah Taiy0 sejenak. Lalu dari mulutnya meluncur kata-kata yang menciptakan Taiy0 jadi merinding. “Mereka ialah 0rang tuamu. Kalau saya tidak salah ingat , kau diberi nama T0shir0…”
“Kau menyuruh kami membunuh 0rang tuaku sendiri! Sungguh biadab!” Taiy0 menggemb0r keras kemudian menyerang.
Kepala balatentara sh0gun cepat menghalang. “Hukuman untuknya sudah diatur sh0gun. Jangan berani mengubah!”
Taiy0 alias T0shir0 tegak tersandar ke dinding. Matanya berkaca-kaca.
Di sebelahnya , Tsuki tegak meneteskan air mata. “Asal usul Taiy0 sudah diketahui. Bagaimana nasib diriku…” gadis b0nsai ini se0lah meratap dalam hati.
Yasuaki melangkah di hadapannya. Tsuki hanya bisa memandang , tak kuasa menciptakan ekspresi untuk bertanya. Tiba-tiba Yasuaki Kiuchi hentikan langkah. Dia memandangi paras Tsuki sesaat kemudian berkata.
“Nak , namamu bekerjsama ialah Hatsuk0 , Kedua 0rang tuamu tadinya juga tinggal di Hik0ne. Ibumu…” Yasuaki Kiuchi terdiam sejenak. “Ibumu sudah meninggal. Ayahmu berjulukan Kan0 Yamada. Dia masih hidup. Ada di tempat kerja paksa di utara… Kalian berdua bekerjsama sudah dij0d0hkan satu sama lain semenjak masih bayi.” Tsuki alias Hatsuk0 menjerit lirih kemudian menangis.
Sebelum melanjutkan langkahnya , Yasuaki berpaling pada p0t0ngan kepala insan yang tergeletak di lantai. Lalu ia men0leh kepada kepala balatentara sh0gun. “Kau meneriakkan kedatanganmu atas nama sh0gun. Lalu kepala siapa itu!?”
“Kepala se0rang ramp0k besar yang dipancung kemudian diberi bert0peng wajah Yang Mulia Sh0gun…” jawab kepala balatentara. “Ada lagi yang hendak kau tanyakan?”
“Aku tertipu…” desis Yasuaki kemudian bergerak tinggalkan tempat itu.
“Hai! Bagaimana dengan kami?!” teriak Wir0 dari ruangan di belakang jeruji besi.
Tsuki dan Taiy0 mel0mpat. Keduanya c0ba mengg0yang jeruji-jeruji besi itu. Tapi tidak bergeming sedikit pun. “Hanya Gap0 dan Yasuaki yang tahu alat rahasia untuk menaikkan dan menurunkan besi-besi ini!” kata Tsuki alias Hatsuk0.
“Celaka! Rupanya kami benar-benar akan menemui kematian di sini!” ujar Wir0.
“Kalian tidak usah khawatir. Kurasa senjatamu ini bisa menjeb0l tiang-tiang besi itu!” tiba-tiba si nenek Nek0 berkata sambil melangkah ke arah barisan jalur-jalur besi. Tangan kanannya diangkat. Kapak Maut Naga Geni 212 kelihatan bersinar terang benderang tanda si nenek mengerahkan tenaga dalamnya. Lalu senjata sakti itu dibabatkannya menghantam dua tiang besi sekaligus.
“Trang! Trang!”
“Gila! Benar-benar luar biasa!” seru si nenek. Dua jeruji besi patah berantakan.
“Sekarang bagaimana kalian melepaskan ancaman dua panah beracun itu!” ujar Akik0 Bessh0 begitu Nenek Nek0 dan dua insan b0nsai masuk ke dalam ruangan. “Sedikit saja cantelan besi itu bergerak , habislah kami berdua!”
Dua insan b0nsai memandang ke arah si nenek se0lah minta t0l0ng. “Anak-anak lekas ke mari!” si nenek tiba-tiba berseru. Dua ek0r kucing es berbulu putih menge0ng dan mendatangi. Si nenek berj0ngk0k dan usap-usap punggung si biru dan si merah. “Kalian lihat dua buah busur dan dua buah anak panah di atas sana…?”
“Me0ng…!”
“Me0ng…!”
“Lekas naik ke atas , gigit dan tahan dua anak panah itu. Jangan dilepas sebelum saya beritahu. Ay0 lekas lakukan!”
Dua ek0r kucing kemudian mel0mpat ke atas tiang tempat Wir0 diikat. Seperti yang diperintahkan si nenek , binatang-binatang ini menggigit ek0r dua anak panah. “Kalian lekas lepaskan ikatan gadis itu. Aku akan melepaskan ikatan anak muda ini!” kata nenek muka kucing kemudian.
Setelah Wir0 dan Akik0 Bessh0 diselamatkan dan semua 0rang keluar dari ruangan itu , si nenek berteriak pada dua ek0r kucingnya. “Lepaskan gigitan! Wuttt! Wuttt!” Dua anak panah melesat deras begitu dua ek0r kucing lepaskan gigitan mereka. Panah pertama menancap di lantai batu. Panah kedua menembus tiang yang terbuat dari besi! Wir0 dan Akik0 sama-sama berpandangan dan sama-sama menarik nafas lega.
“Sensei…!” tiba-tiba Tsuki alias Hatsuk0 berseru. “Senjata di tanganmu itu , mungkinkah bisa menghancur lepas ikatan rantai besi ini?”
Si nenek berpaling pada Pendekar 212 Wir0 Sableng. “Mungkinkah…?” si nenek ikut bertanya.
“Harus kita c0ba. Mudah-mudahan bisa. ,” jawab Wir0 yang ketika itu masih keliangan dan terduduk di lantai.
“Kalau begitu biar kau yang melaksanakan ,” kata si nenek pula seraya melemparkan Kapak Maut Naga Geni 212 pada Wir0. Murid Sint0 Gendeng cepat sambut senjata miliknya itu. Perlahan-lahan ia berdiri berdiri. Dia meminta dua insan b0nsai tidur sama rata di lantai. Setelah memperhatikan sejenak , Wir0 ayunkan senjata sakti itu.
Suara berdentrangan terdengar keras sekali ketika mata kapak menghantam pinggiran japitan besi di tangan kiri Tsuki alias Hatsuk0. Bunga api memercik tinggi.
“Aku bebas!” teriak Tsuki kemudian mel0mpat berjingkrak-jingkrak kegirangan.
“Hai! Bagaimana aku?!” teriak Taiy0 alias T0shir0.
Sekali lagi kapak sakti itu dibac0kkan.
“Trangg!”
“Ani Wir0 , terima kasih!” seru Taiy0. Tubuhnya melesat ke udara dan berjungkir balik beberapa kali.
Seperti biasanya , udara di puncak pegunungan Shik0ku masb0d0h bukan kepalang. Namun semua yang ada di dalam gua itu merasa kehangatan di lubuk hati masing-masing. Nenek muka kucing Nek0 menghela nafas panjang. “Aku dengar Yasuaki Kiuchi sudah dijatuhi eksekusi pancung 0leh sh0gun…”
“Dan kami dengar kekasihmu Shiker0 atas perintah sh0gun juga telah dibebaskan dari pertambangan kerja paksa di utara , bersama dengan Kan0 Yamada , ayah Hatsuk0…”
“Kami akan kembali ke Hik0ne , berkumpul lagi dengan 0rang renta kami…” kata T0shir0.
“Kau untung , ayah ibumu masih lengkap. Aku cuma punya ayah…” kata Hatsuk0.
“Jangan sedih Hatsuk0. 0rang renta T0shir0 akan jadi 0rang tuamu juga. Malah kau akan punya dua ayah nantinya!” kata Wir0. Hatsuk0 memandang pada Wir0 kemudian perlahan-lahan wajahnya memerah.
“Jangan lupa mengundang kami!” menarik hati Akik0 Bessh0. Nenek muka kucing tertawa tergelak gelak.
Wir0 memandang ke luar gua. “Matahari sudah tinggi. 0rang yang dinantikan bisa saja tiba lebih cepat. Sebaiknya kita jangan jadi pengganggu.”
“Kau betul Wir0 ,” kata Akik0 pula. Lalu ia berpaling pada si nenek kemudian berkata. “Nek , kami minta diri. Jika umur panjang kita bisa berkumpul lagi sama-sama di tempat ini.”
“Ah , kalian seharusnya tak usah buru-buru pergi. Kalaupun Shiker0 tiba , kalian kurasa tidak akan mengganggu.”
Wir0 dan Akik0 tersenyum sementara T0shir0 dan Hatsuk0 juga mulai tertawa-tawa. Keempat 0rang ini berdiri saling berpegangan tangan. Keempatnya ketika itu mengenakan kasut kayu untuk meluncur di atas pegunungan salju.
“Kami minta diri Nek ,” kata keempat 0rang itu berbarengan.
Lalu Wir0 menyeletuk. “Kuharap kau jangan buru-buru punya anak Nek , biar bisa berpuas-puas berlama-lama!”
“Eh , tidak kusangka mulutmu begitu k0ny0l anak muda! Siapa yang mau punya anak?!” teriak si nenek.
Gua di puncak gunung Shik0ku itu laksana mau runtuh 0leh tawa empat 0rang yang ada di hadapan si nenek. Nenek Nek0 akhirnya mau tak mau ikut-ikutan tertawa , malah paling keras. “Anak muda , kalau kau suka , lain waktu kau b0leh tiba ke mari. Aku akan mengajarkan satu ilmu yang saya yakin tak ada di negerimu… Kurasa kau berj0d0h mempunyai ilmu itu.”
“Nenek Nek0 , kau baik sekali. Ilmu apakah itu?” tanya Wir0.
“K0pp0 , ilmu mematahkan tulang ,” jawab si nenek. “Kau mau lihat?”
“Saya pernah lihat Hatsuk0 dan T0shir0 memperagakannya di 0tsu temp0 hari…”
“Kau mau lihat lagi?”
“Tentu saja!” jawab Wir0 , lantaran tidak mengira apa yang akan dilakukan si nenek.
“Ulurkan tangan kananmu!” Murid Sint0 Gendeng berdasarkan saja. Secepat kilat tangan kanan si nenek bergerak. “Krakk…! Krakk!” Wir0 menjerit setinggi langit. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya patah. Patahan tulang mencuat keluar!
“Nek… Apa yang kau lakukan ini?!” teriak Wir0. Sekujur tubuhnya bergetar menahan sakit. Akik0 kelihatan pucat. Tapi T0shir0 dan Hatsuk0 tampak tertawa hu-hu hi-hi!
“Kemarikan tanganmu!” kata si nenek.
“Hendak kau patahkan lagi!?” ujar Wir0 sambil mengulurkan tangan tapi ragu-ragu.
Begitu tangan sang pahlawan terulur , si nenek meremasnya dengan keras. Kembali Wir0 menjerit.
Tetapi ketika diperhatikannya , ternyata tangannya sudah utuh mirip semula. Sakitnya pun serta merta lenyap.
“Ilmu sihir!” kata Pendekar 212 pula.
Si nenek menggeleng. “Bukan , yang saya perlihatkan tadi ialah ilmu sungguhan. Yang pertama mematahkan tangan 0rang. Yang kedua menyembuhkannya. Nah , kau mau mempunyai ilmu itu?”
Wir0 mengangguk. “Tentu Nek. Tentu saja saya mau , tapi…tapi saya permisi dulu nek…”
“Eh , kau mau ke mana?!” tanya nenek muka kucing.
“Aku , aduh. Sudah tidak tahan! Aku mau kencing!” teriak Wir0 kemudian menghambur keluar gua.
T0shir0 , Hatsuk0 , Akik0 , dan si Nenek Nek0 tertawa terpingkal-pingkal.
“Aku belakang layar sudah menghitung. Seharian di sini , sudah duapuluh tiga kali ia kencing. Rupanya tidak tahan dingin!” kata si nenek. Lalu semuanya kembali tertawa riuh.
TAMAT
No comments for "Sepasang Insan Bonsai WIRO SABLENG Cerita Silat Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito"
Post a Comment