Pahlawan Gunung Fuji WIRO SABLENG Cerita Silat Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito
WIR0 SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tit0
EP : PETUALANGAN WIR0 DINEGERI SAKURA/JEPANG
(PENDEKAR GUNUNG FUJI)
1
SUARA siulan Pendekar 212 berhenti , berganti dengan decak penuh kagum. Saat itu dia berada di kaki Gunung Fuji , memandang gunung berketinggian lebih dari 11.000 kaki yang sebagian besar dikelilingi salju abadi.
Wir0 rapatkan kerah baju tebalnya. Musim hirau taacuh segera berakhir namun di kaki gunung , udara menyerupai tidak mengalami perubahan walau matahari tampak terang benderang. Di sekelilingnya p0h0n-p0h0n Sakura bertebaran. Kebanyakan tertutup salju tipis.
Dari dalam saku baju Wir0 keluarkan sebuah b0t0l terbuat dari kaleng putih , kemudian membuka tutupnya dan meneguk isinya.
Wajahnya yang tadi pucat , kini tampak kemerahan. “Kalau saja saya bisa dapatkan tuak , rasanya niscaya lebih segar dari sake ini. Tapi masih untung masih ada sake dari pada tidak sama sekali , bisa mati kedinginan , Uhh…!”
Wir0 masukan b0t0l minuman ke sakunya. Ketika hendak meninggalkan tempat , langkahnya terhenti 0leh bunyi kaki kuda. Wir0 berpaling dan melihat seek0r kuda c0klat p0l0s tak berapa jauh dari dirinya. Seek0r hewan liar yang kesasar. Tapi ketika mendekat , ada pelana. Berarti dugaannya salah. Wir0 dekati kuda c0klat tadi. Langkahnya terhentak ketika melihat n0da merah di pelana dan tubuh kuda. Ketika memperhatikan tanah , juga terdapat bercak merah. Bercak darah!
Pendekar 212 melangkah menuju arah darah di tanah. N0da itu lenyap di dekat serumpunan belukar basah. Dia kembali ke arah semula dan melacak darah dari arah kiri. Darah itu ternyata menuju ke arah Gunung Fuji yang menjadi tujuannya. Kuda itu masih menggesek-gesekan lehernya tapi tidak meringkik lagi. Wir0 melangkah mendekati , usap-usap leher dan memperhatikan bercak darah di pelana. Wir0 mengusap bercak di pelana kemudian memperhatikan. Memang bercak darah.
Dengan dedaunan yang dipetik di sekitar situ , Wir0 bersihkan n0da darah , kemudian dengan menepuk leher kuda , ia berujar , “S0batku kau tentu sebelumnya membawa tuanmu yang terluka. Tapi entah di mana dia sekarang. Saat ini biar saya yang menjadi tuanmu. Antarkan saya ke Gunung Fuji ,” sesudah itu satria 212 pribadi mel0mpat ka atas pelana dan menuju ke arah timur.
Walaupun jalan mendaki dan licin , namun alasannya ialah mengikuti jalan kecil yang sudah dibentuk 0rang sebelumnya , kuda c0klat itu bisa berlari cepat. Ketika matahari sempurna berada di atas Wir0 , ia telah berada ratusan kaki ke arah timur. Di sebuah ujung terlihat rumah kayu. Di serambinya yang luas tampak empat s0s0k tengah mengelilingi tubuh yang terbaring di lantai , berbantalkan kain tebal. Ketika mendengar bunyi kuda mendekati , keempat 0rang itu segera berpaling. Dua 0rang mel0mpat , dan yang se0rang berseru. “Pembunuh itu berani tiba lagi!”
Dua 0rang menggerakkan tangannya ke punggung. Terdengar bunyi gemeresek hampir bersamaan.
Dua 0rang tadi sudah berada di halaman rumah yang tertutup salju tipis. Tangan keduanya sudah memegang sebilah katana (pedang panjang) yang berkemilau terkena sinar matahari.
Saat Wir0 hingga di hadapan mereka , kedua 0rang itu sudah siap menyerang. Dua bilah pedang berkelebat. Pendekar 212 berseru kemudian mel0ncat dari atas pelana kuda. Dua katana menderu , dan kuda c0klat itu meringkik ketika dua sabetan mengenai tubuh kuda. Darah mengucur dari leher dan tubuh kuda sambil terus menjauh menuju ka arah barat.
“Tunggu dulu!” seru Wir0 ketika melihat dua c0w0k sedang menghadang dan siap menyerangnya.
Kedua c0w0k itu sesaat tampak ragu , tapi kesannya mereka menghentikan langkah. Sesaat mereka saling berpandangan kemudian memperhatikan Wir0 penuh curiga. Sementara itu dari dalam rumah terdengar bunyi halus bergetar.
“Apa yang terjadi murid-muridku…?”
“Sensei! Kau tak b0leh bicara. Kau terluka berat!” yang menjawab ialah se0rang gadis berwajah lingkaran yang rambutnya dikuncir sebahu. Yang bertanya tadi ialah se0rang bau tanah dengan kim0n0 biru gelap dan terbaring di lantai serambi. Bagian tubuhnya dibalut dengan kain tebal. Kain ini tampak berair 0leh darah! Ternyata si 0rang bau tanah sedang menderita luka cukup parah. Kedua 0rang yang dari tadi berada di sana sudah sadar bila yang dipanggil sensei itu sulit disembuhkan. Namun nyatanya masih bisa mengeluarkan suara.
“Aku bertanya apa yang terjadi Akik0…?”
Gadis berjulukan Akik0 yang duduk sambil mengusapi kening gurunya yang terluka parah itu menahan nafas sesaat kemudian dekatkan kepala ke indera pendengaran 0rang bau tanah itu. “Salah se0rang dari pembunuh itu tiba lagi , sensei…”
“Pembunuh itu tiba lagi katanya…? Tidak mungkin… Tidak mungkin Akik0!” Dengan mata yang masih tertutup , 0rang bau tanah yang dipanggil dengan sebutan sensei ini berkata pada muridnya yang satu. “Ichir0 , apa betul yang dikatakan Akik0 tadi?”
Pemuda di samping kanan se0rang bau tanah memandang ke arah halaman di mana dua saudara seperguruannya dengan katana dalam genggaman dua tangan , tengah menghadapi se0rang c0w0k yang barusan mel0mpat dari kuda. “Memang ada yang tiba sensei. Pakaian dan kuda yang ditungganginya sama dengan salah se0rang pembunuhmu. Namun saya mewaspadai dugaan dua saudara. 0rang yang tiba ini ialah Gaijin… (sebutan untuk 0rang asing).”
“Gaijin… 0rang asing maksudmu?” 0rang bau tanah yang terbaring berbantalkan gulungan kain batuk-batuk beberapa kali. Dari sela bibirnya tampak ada darah yang keluar.
Akik0 cepat menyeka darah itu dengan sehelai sapu tangan seraya berbisik. “Sensei , jangan bicara lagi…”
Tapi si 0rang bau tanah tidak perdulikan. “Aku ingin melihat siapa yang datang. Aku memang tengah menunggu sese0rang semenjak tiga tahun lalu..”
Lalu , walaupun dengan susah payah , 0rang bau tanah itu berusaha mengangkat kepalanya. Namun lehernya terkulai dan kepalanya jatuh kembali ke atas gulungan kain. “Sensei…!” Akik0 terpekik.
“Anak-anak… , bawa saya ke d0j0 (ruangan tertutup tempat berlatih silat)… Kalau saya memang ditakdirkan harus mati , saya ingin mati di ruang latihan itu…”
“Baik sensei , kami akan lakukan apa yang kau minta…” jawab Ichir0.
Sementara itu di halaman rumah yang tertutup salju tipis , salah se0rang c0w0k yang memegang katana tukikkan ujung pedangnya hampir mencium panah. Dalam ilmu pedang di Jepang , ini merupakan salah satu kedudukan senjata yang sangat berbahaya. Karena ujung pedang yang kelihatannya jauh dari target itu tiba-tiba bisa melesat membabat kaki , pinggang atau perut , bisa juga menebas leher atau menghantam kepala!
“Pemuda asing! Katakan siapa dirimu?! Apa keperluanmu tiba ke mari?!”
“Namaku Wir0 Sableng! Aku tiba untuk menemui H0r0t0 Yamazaki , se0rang bau tanah yang bergelar Pendekar Pedang Matahari!” jawab Wir0. Lalu dia melirik ke arah serambi rumah di mana dia melihat ada se0rang bau tanah terbaring didampingi se0rang gadis dan se0rang pemuda. Wir0 menduga , 0rang bau tanah itu pastilah 0rang yang hendak ditemuinya. Apa yang tengah terjadi di serambi sana?
Kemudian c0w0k di samping si 0rang bau tanah tambak berdiri dan berteriak. “Kuni0! Kenichi! Bantu kami mengg0t0ng sensei ke ruang latihan!” Dua c0w0k yang tengah menghadang Pendekar 212 Wir0 Sableng menatap tajam ke arah Wir0 kemudian keduanya saling memberi isyarat. Yang satu segera berbalik dan lari ke arah serambi. Satunya lagi menyusul , namun sebelum pergi sempat berkata.
“Pemuda asing! Tetap di tempatmu! Jangan kau berani bergerak , walaupun hanya satu langkah!”
Wir0 tidak menjawab , tapi dalam hati dia berkata. “Setan! Jauh-jauh saya tiba ratusan ribu langkah , hingga di sini malah diperintah dilarang melangkah!” Ketika c0w0k itu berlari ke serambi , tanpa peduli Wir0 melangkah pula ke arah bangunan.
Empat 0rang murid mengg0t0ng sensei mereka ke dalam d0j0 Di sebelah dalam ternyata bangunan itu luas sekali dan mempunyai tempat latihan beralaskan tatami (alas lantai berbentuk k0tak-k0tak).
Berbagai macam senjata terdapat di sudut-sudut dan dinding ruangan.
Sang guru dibaringkan di tengah d0j0 , di atas sebuah kasur jerami. Ketika itulah keempat murid menyadari bahwa ada 0rang lain di ruangan itu. Mereka berpaling ke arah pintu d0j0 dan keempatnya menjadi marah. “Gaijin kurang ajar!” membentak Kuni0 0ta kemudian mel0mpat ke ambang pintu di arah mana Wir0 tengah melangkah masuk. Sambil menghunus pedangnya , c0w0k ini kembali menghardik. “Kami tidak mengundangmu masuk! Aku malah sudah memperingatkan biar kau dilarang bergerak satu langkah pun!”
Wir0 menyeringai dan bungkukkan tubuh kemudian berkata , “Shitsurei shimasu , ga… (maafkan saya , tapi) di luar sana hirau taacuh sekali. Lagi pula saya tiba untuk menemui tuan rumah di sini…”
Telinga 0rang bau tanah yang terbaring di atas kasur jerami mendengar bunyi Pendekar 212 Wir0 Sableng.
Sebelum murid-muridnya yang murka melaksanakan sesuatu , 0rang bau tanah ini cepat membuka mulut.
“Kuni0 , 0rang yang kau hardik itu… Apakah dia 0rang asing yang kau maksudkan…?”
“Betul sensei!” sahut Kuni0 0ta. “Dia telah berlaku lancang , masuk ke dalam ruangan ini!”
“Maafkan kalau ini tindakan yang kurang s0pan!” Wir0 menyahuti. “Namun saya tiba dari jauh.
Dari negeri ribuan pulau di selatan untuk menemui tuan rumah! Bagaimana saya bisa menemuinya kalau bergerak satu langkah pun tidak diizinkan?!”
Tiga c0w0k murid si 0rang bau tanah bergumam marah. Hanya Akik0 yang tampak hening dan memandang ke arah Wir0 tanpa em0si sama sekali. “0rang asing , mendekatlah ke mari…” 0rang bau tanah itu tiba-tiba berkata.
Ketika Wir0 melangkah , Kuni0 0ta masih berusaha menghalangi. Namun tubuh c0w0k ini merasa ada hawa asing keluar dari tubuh Wir0 yang membuat tubuhnya terd0r0ng dan kakinya terhuyung dua langkah. Begitu Wir0 lewat , dia cepat-cepat menyusul namun tidak berani menghalangi lagi.
Wir0 hingga di hadapan 0rang bau tanah yang terbaring di atas kasur jerami. Merasakan 0rang sudah ada di dekatnya , 0rang bau tanah itu membuka sepasang matanya yang sipit.
“Ah , kau memang c0w0k asing Gaijin , katakan namamu! Dari mana kau tiba , apa keperluanmu…?!”
“Saya Wir0 Sableng. Saya tiba dari Tanah Jawa , negeri seribu pulau jauh di selatan. Saya tiba membawa pesan dan surat dari guru saya. Apakah saya…” Wir0 untuk pertama kalinya melihat darah yang membasahi kain merah yang menutupi perut 0rang bau tanah itu. “Astaga! Kau terluka parah 0rang tua!” seru Pendekar 212.
“Jangan perdulikan apa yang terjadi atas diriku. Teruskan ucapanmu… 0rang muda!” kata si tua.
“Apakah saya berhadapan dengan Yamazaki san? Se0rang samurai besar dan jag0 pedang berjuluk Pendekar Pedang Matahari…?”
0rang bau tanah itu tersenyum. Sepasang matanya membesar sedikit. “Samurai…” desisnya. “Pendekar Pedang Matahari…” sambungnya. “Semua itu nama besar yang tidak ada harganya lagi…”
“Sensei!” seru sang murid berjulukan Ichir0 L0ki. “Jangan berkata menyerupai itu!”
Hir0t0 Yamazaki alias Pendekar Pedang Matahari tersenyum kecut. “Hari ini saya si bau tanah yang dulu begitu diagungkan kini sudah dikalahkan 0leh dua 0rang lawan. Apa saya masih pantas menyandang semua nama besar itu? Pemuda asing siapa nama gurumu..?”
“Saya diutus 0leh guru. Guru saya berjulukan Eyang Sint0 Gendeng dari puncak Gunung Gede di Tanah Jawa sebelah barat…”
Mendengar keterangan satria 212 itu , untuk pertama kalinya muka pucat si bau tanah berkim0n0 itu tampak cerah. Dia tersenyum lebar. “Sungguh satu keh0rmatan sebelum mati saya bertemu dengan murid mitra lamaku. Anak muda , kalau kau benar murid Sint0 Gendeng sahabatku itu , perlihatkan dulu tanda pengenalmu!”
Wir0 yang sebelumnya sudah dipesan 0leh guru Sint0 , mendengar ucapan Yamazaki segera menyingkapkan baju tebal dan baju putih yang dikenakannya. “Ah… , inezumi (rajah atau tatt0) itu 212…. saya percaya kau memang murid mitra lamaku ,” kata si 0rang bau tanah begitu melihat angka 212 di dada Wir0. Namun kemudian ia menyambung. “Tapi tatt0 menyerupai itu gampang dipalsukan dan ditiru 0rang. Perlihatkan senjatamu…” Murid Sint0 Gendeng meragu. Lalu ia selinapkan juga tangannya ke balik pakaian.
Begitu tangan kanan itu keluar dari balik pakaian maka berkelibatlah sinar putih perak menyilau di ruangan latihan itu. Empat murid Hir0t0 Yamazaki terkesiap melihat Kapak Maut Naga Geni 212 yang ada dalam genggaman Wir0. Belum pernah mereka melihat senjata mustika sedemikian mengesankan dengan sinar yang angker menyerupai itu.
“Kau memang murid sahabatku Sint0 Gendeng…” kata Yamazaki . “Waktuku tidak usang lagi. Serahkan surat Sint0 Gendeng yang kau bawa…!”
“Yamazaki-san .. surat akan saya berikan. Tapi bagaimana bila terlebih dahulu kau mengizinkan saya mengusut lukamu? Keselamatanmu lebih penting dari pada surat yang kubawa…”
Hir0t0 Yamazaki kembali sunggingkan senyum. Lalu membuka mulut. “Ada ujar-ujar yang mengatakan: Se0rang kesatria gres menguasai sepenuhnya kehidupan se0rang Samurai bila dia selalu siap menghadapi kematian. Karena itu kau tak usah memikirkan keselamatanku Wir0-san.
Aku justru beruntung diberi kesempatan tuhan untuk bertemu denganmu. Mana surat itu…?!”
“Sensei ,” tiba-tiba Kuni0 0ta membuka mulut. “Siapapun adanya c0w0k ini saya tetap menaruh curiga. Dia muncul dengan kuda milik pembunuhmu. Saya melihat n0da darah di punggung kuda. Mustahil tidak ada kaitannya dengan kedua pembunuh itu…!”
“Wir0-san… bisakah kau menjawab ucapan muridku itu?” 0rang ini sebetulnya percaya penuh dengan c0w0k itu , namun dia juga ingin semua muridnya mendengar klarifikasi pribadi dari Wir0 sendiri.
“Kuda c0klat itu saya temui di kaki Gunung Fuji. Binatang itu bersikap jinak dan saya tunggangi hingga kemari. Saya tidak tahu siapa pemiliknya…”
“Bukan tidak mungkin c0w0k ini kawanan pembunuh dan disuruh menyamar untuk memastikan kematian sensei atau bagaimana…” kata Ichir0 L0ki
“Mungkin juga ia diminta mengusut sesuatu di sini!” untuk pertama kalinya murid perempuan berjulukan Akik0 Bess0 mengeluarkan suara.
Wir0 garuk-garuk kepala. Dia menjawab. “Segala kecurigaan bisa terjadi. Saya pikir tidak perlu diperpanjang lagi. Guru kalian sedang sakit parah…” Dari balik bajunya Wir0 keluarkan sebuah lipatan kertas pada Hir0t0 Yamazaki. “Terimalah , ini surat dari guru saya…” Yamazaki mendapatkan dan membuka dengan tangan gemetar kemudian membacanya.
Sahabatku Hir0t0
Aku mengharapkan kau dalam keadaan baik-baik dan sehat. Dunia ini kadang terasa sempit , kadang terasa luas dan jauh. Seperti halnya kita. Ternyata saya hanya bisa mengutus muridku untuk menemuimu di kaki Gunung Fuji yang sejuk dan indah ini. Sesuai akad kita empat puluh tahun silam , muridku memberi petunjuk mengenai Pukulan Sinar Matahari. Itu bila kau bermaksud memilikinya. Untuk keperluan itu kau tidak perlu ganti imbal apa-apa. Ini sesuai dengan kepribadian se0rang samurai yang tidak kenal pamrih.
Sahabatmu
Sint0 Gendeng
Hir0t0 Yamazaki menurunkan tangannya dan meletakkan surat Sint0 di atas dadanya. “Aku bahagia… saya bisa pergi dengan hening ,” kemudian dia berpaling kepada Pendekar 212 dan berkata , “Wir0-san saya tidak mungkin lagi punya waktu mempelajari Pukulan Sinar matahari yang hebat itu… , bila kau tidak keberatan dan mereka mau , ajarkanlah pada murid-muridku. Mungkin dengan ilmu itu mereka bisa membuat perhitungan dengan pembunuhku…” kemudian satu demi satu Yamazaki memperkenalkan nama muridnya itu.
Wir0 membungkuk. “Akan saya lakukan apa yang kau minta Yamazaki -san.”
“Bagus… saya punya firasat hanya kau yang bisa membantu muridku menghadapi 0rang Lembah H0zu yang jahat dan kejam. Lebih dari itu , saya mendapatkan petunjuk se0rang satria akan muncul di Gunung Fuji ini. Se0rang yang pantas disebut dengan Pendekar Gunung Fuji. Kaulah 0rangnya Wir0-san…”
Wir0 tak berani menjawab. Diam-diam dia melirik kepada murid Yamazaki. Kelihatan sekali dari raut muka mereka tidak senang dengan ucapan gurunya itu. Ketika Wir0 menegakkan tubuh kembali , terdengar jeritan Akik0 Bess0. Tiga murid lainnya ikut berseru. Wir0 menatap s0s0k dan wajah Yamazaki. Kedua matanya tertutup. 0rang bau tanah itu tidak bergerak dan tidak bernafas lagi.
Salju turun lagi perlahan-lahan. Pendekar 212 Wir0 Sableng duduk di tangga depan rumah kediaman mendiang Hir0t0 Yamazaki. Di salah satu ruangan di dalam sana , empat 0rang murid Yamazaki tengah bersembahyang dihadapan debu sang guru yang diperabukan tiga hari lalu.
Wir0 teguk sake dalam b0t0l kaleng. Ketika gres saja dia menyimpan b0t0l minuman itu ke dalam saku baju tebalnya , dibelakangnya dia mendengar langkah langkah kaki mendatangi. Wir0 berpaling. Ichir0 L0ki , Kuni0 0ta dan Kenichi Asan0 melangkah dari ruangan dalam. Wir0 berdiri menyambut ketiga c0w0k itu. Dia belum melihat Akik0. Gadis itu mungkin masih bersembahyang di dalam.
“Gaijin!” menegur Kuni0 0ta , “Kami tidak suka melihat kau masih ada di tempat ini! Apakah itu belum terperinci bagimu?”
“Cukup terperinci 0ta-san. Saya hanya menunggu keputusan dari kalian mengenai ucapan mendiang Yamazaki-san. Yaitu menyangkut ilmu Pukulan Sinar Matahari yang dia minta untuk diajarkan pada kalian. Jika kalian suka…?”
“Kami cukup punya kepandaian. Kami sudah memutuskan bahwa kami tidak perlu segala macam pelajaran ilmu pukulan dirimu!” menukas Kuni0 0ta.
“Apakah Akik0 Bessh0 ber0pini begitu juga?” Tanya Wir0. “Cukup satu saja murid Pendekar Pedang Matahari berkata. Itu berarti berlaku dan mewakili semuanya!” jawab Kuni0 0ta pula.
“Jika memang begitu keputusan kalian , saya tidak memaksa. Saya hanya menjalankan pesan guru saya dan pesan sensei kalian. Sekarang saya minta diri…” Wir0 membungkuk. Ichir0 dan Kenichi balas membungkuk. Hanya Kuni0 0ta yang tidak mau balas mengh0rmat. Ketika Wir0 berbalik dan hendak melangkah pergi tiba-tiba c0w0k ini berkata , “Tunggu dulu!”
Wir0 berpaling dan menunggu. “Kau tiba dengan maksud hendak mengajarkan sesuatu pada sensei. Sebelum menghembuskan nafas , sensei meminta biar kau mengajarkan ilmu Pukulan Matahari pada kami. Tampaknya kau ini menyerupai se0rang yang luar biasa. Memiliki kepandaian tinggi , bahkan merasa lebih tinggi dari guru kami sendiri!”
“Saya tidak menyampaikan maupun merasa begitu!” jawab Wir0. “Seperti saya katakan , saya hanya menjalankan pesan. Jika kalian merasa tidak perlu atau tidak suka tidak menjadi apa.”
Kuni0 0ta berbisik-bisik dengan dua c0w0k lainnya. Yang dua mengangguk-angguk. Lalu Kuni0 berkata. “Sebelum kau pergi , kami ingin melihat dulu hingga di mana kepandaianmu dalam ilmu bela diri , dan kami tidak suka sebagai 0rang asing kau merasa lebih hebat dari kami di negeri kami sendiri!”
“Saya tidak merasa lebih hebat. Karenanya tidak ada gunanya kalian menguji saya ,” jawab Wir0.
“Kalau hanya untuk memperlihatkan keb0d0han , mengapa jauh-jauh tiba kemari!” mengejek Kuni0 0ta , kemudian c0w0k ini tertawa diikuti 0leh dua kawannya.
“Terima kasih atas tertawa kalian yang tidak sedap didengar dan dilihat!” Wir0 bungkukkan diri kemudian memutar langkahnya. Tahu-tahu Kuni0 0ta sudah menghadang di depannya. Diam-diam Wir0 merasa kagum akan kecepatan gerakan 0rang ini dan hampir tanpa suara.
“Kami menantangmu! Kami menunggu di d0j0. Jangan kau berani men0lak alasannya ialah itu berarti penghinaan bagi kami!”
Pendekar 212 menyeringai. “Justru bagiku yang menantang ialah pihak yang menghina!” Jawab Wir0 kasar dan kini mulai jengkel. Dia melewati ketiga c0w0k itu kemudian sebelum mereka masuk ke dalam ruang latihan yang besar , murid Sint0 Gendeng sudah lebih dulu berada di situ!
“Silakan siapa di antara kalian yang hendak memperlihatkan keb0lehannya lebih dulu. Aku 0rang kurang pandai hanya siap mendapatkan petunjuk!” Lalu Wir0 mel0mpat ke tengah d0j0.
Kuni0 0ta maju ke hadapan Wir0. “Dengan tangan k0s0ng atau pakai senjata?” murid Hir0t0 Yamazaki itu bertanya.
“Aku lebih suka tangan k0s0ng!” jawab Wir0 sambil usap-usapkan telapak tangannya satu sama lain.
Baru saja Wir0 menyahut demikian , Kuni0 0ta pribadi berteriak keras dan menghantam dengan tangan kanannya ke arah muka Pendekar 212. Dari bunyi angin pukulan lawan , murid Sint0 Gendeng segera memaklumi kalau Kuni0 0ta menggabungkan kekuatan tenaga dalam dan tenaga luarnya dalam melancarkan serangan. Hal semacam ini jarang dilakukan 0rang alasannya ialah memang tidak gampang untuk menjalankannya.
2
Wir0 angkat tangan kirinya untuk menangkis. “Bukk!” Dua lengan saling beradu. Wir0 Sableng terpental hingga menghantam dinding sedang Kuni0 0ta jatuh duduk di atas tatami.
Murid Sint0 Gendeng mencicipi lengannya sakit bukan kepalang. Rasa sakit ini anehnya menjalar cepat ke sekujur tubuh hingga dia menggigil menyerupai 0rang kedinginan. Ketika diperhatikannya lengan kanannya , lengan itu tampak jerawat merah dan biru!
Wir0 memaki panjang pendek dan merasa menyesal mengapa tadi dia hanya mengerahkan tenaga dalamnya sedikit saja sehingga dia kini mendapat cedera. Sebenarnya Wir0 sangat mengh0rmati keempat murid Hir0t0 Yamazaki itu , apalagi gurunya Eyang Sint0 Gendeng telah berpesan biar bisa membawa diri sebaik-baiknya di negeri 0rang. Wir0 sesaat tegak membisu sambil usap-usap lengan kanannya yang mendenyut sakit.
Kuni0 0ta mel0mpat berdiri di atas tatami. Dengan perilaku dan air muka penuh mengejek dia berkata.
“Kalian lihat sendiri! Dengan kemampuan menyerupai itu dia meny0mb0ngkan diri hendak memberi pelajaran pukulan sakti pada kita! Kepalanya malah tambah besar alasannya ialah sensei menyebutnya Pendekar Gunung Fuji! Cuah!” Kuni0 0ta meludah ke lantai. “Gaijin! Siapapun kau adanya kami harap kau segera meninggalkan tempat ini! Kami hendak meneruskan sembahyang mengh0rmati arwah guru…!”
Wir0 mengangguk. Dia melangkah ke hadapan meja sembahyang di mana disimpan debu Hir0t0 Yamazaki. Dia membungkuk dalam-dalam beberapa kali. Lalu memutar tubuh dan tinggalkan tempat itu.
Begitu Wir0 lenyap , Kenichi Asan0 berkata. “Mari kita teruskan sembahyang. Kuni0 0ta , kau yang bau tanah di antara kita. Kau yang memimpin upacara…” Lalu Kenichi , Akik0 dan Ichir0 memberi jalan pada Kuni0 untuk maju ke hadapan meja sembahyang. Tetapi 0rang yang diminta untuk memimpin pr0gram sembahyang itu tetap membisu saja di tempatnya.
“Apa yang terjadi?” Tanya Akik0 heran , begitu juga Kenichi. Ichir0 L0ki mengusut sekujur tubuh Kuni0 , mengangkat-angkat kedua tangannya. Setiap diangkat , kedua tangan itu kembali ke kedudukannya semula secara kaku. Kenichi dekatkan indera pendengaran kirinya ke dada Kuni0. “Aku mendengar detak jantungnya! Dia masih hidup! Tapi mengapa tidak bisa bergerak tidak bisa bersuara?” ujar Kenichi sesaat kemudian , seraya memandang heran pada saudara-saudara seperguruannya.
“Aku ingat sejenis ilmu asing yang tiba dari daratan Ti0ngk0k dan mulai dikembangkan di negeri ini…” berkata Kenichi.
“Maksudmu ilmu men0t0k jalan darah?” tanya Ichir0.
Kenichi mengangguk , “Kuni0 bukan hanya dit0t0k jalan darahnya sehingga kaku , tapi jalan suaranya juga terbendung hingga dia tak sanggup bicara!”
“Lalu siapa yang men0t0knya?” tanya Akik0.
“Ya! Siapa…?!” ikut bertanya Ichir0.
“Siapa lagi kalau bukan si gaijin itu!” sahut Kenichi.
“Ah mana mungkin!” tukas Ichir0. “Aku tidak melihat c0w0k asing itu menggerakkan tangannya atau mendekati Kuni0. Dia tadi hanya melangkah ke meja sembahyang kemudian meninggalkan ruangan ini… Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Atau barangkali ada hantu di tempat ini?”
“Tidak ada hantu di sini Ichir0. Aku yakin c0w0k itu yang melakukannya. Dia mempunyai kecepatan yang hanya bisa dilakukan 0leh se0rang ninja!”
“Kalau begitu dia bukan insan sembarangan. Tapi mengapa ketika beradu pukulan dengan Kuni0 tadi dia terpental jauh dan lengannya tampak jerawat wajahnya memperlihatkan rasa sakit!” kata Akik0 pula.
“Hemmm…” Akik0 Bessh0 menggumam. Dia melangkah memutari tubuh Kuni0 0ta.
“Bagaimana kita membebaskan Kuni0 dari t0t0kan ini. Kenichi…?” Kenichi Asan0 mendekati Kuni0. Dia mengusut beberapa tubuh c0w0k itu. Ketika dia menyingkapkan kerah baju Kuni0 , dilihatnya ada tanda merah pada pangkal leher sebelah kiri. Kenichi kerahkan tenaga dalamnya ke ujung ibu jari tangan kanan kemudian dia mulai mengurut pangkal leher Kuni0. Selang beberapa ketika Kuni0 terdengar keluarkan bunyi keluhan pendek. Tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh kalau tidak dipegang 0leh Ichir0.
“Kau sadar apa yang kau alami Kuni0?” bertanya Akik0.
“Entahlah. Aku mendengar bunyi kalian. Tapi saya tak bisa bergerak , tak bisa membuka mulut…” jawab Kuni0 0ta.
“Gaijin itu telah men0t0k urat besar di pangkal lehermu!”
“Hah?” Kuni0 raba pangkal lehernya. “Bagaimana dia bisa melakukannya? Dia bukan 0rang Cina! Hanya pendekar-pendekar Cina yang punya ilmu kepandaian men0t0k 0rang!”
Kenichi menarik nafas dalam. “Ilmu men0t0k itu sudah ada ratusan tahun lalu. Mungkin lebih dulu dipelajari di negeri si gaijin itu dari pada di sini. Dia telah memberi pelajaran padamu dan pada kita.
Paling tidak dia kini membuat mata kita lebih terbuka. Kurasa waktu kau menjajalnya tadi dia tidak melayani sepenuh hati…”
Merahlah peras Kuni0 0ta. “Adik Kenichi , kau menyerupai mengejek aku! Aku akan cari 0rang itu dan mengajaknya untuk laga kekuatan hingga seratus jurus!”
Ichir0 gelengkan kepala. “Aku tidak setuju. Ada hal lain yang lebih penting harus kita lakukan. Mencari dua 0rang pembunuh sensei!”
“Kau betul kak Ichir0 ,” menyatakan Akik0. “Hal itu harus kita bicarakan sekarang! Tetapi bagaimana kalau kita terlebih dahulu mengamankan barang-barang pusaka milik sensei…?”
“Ah…? Kau betul Akik0!” kata Kenichi. “Mari kita sama-sama masuk ke dalam kamar tidur sensei…” Lalu keempat 0rang itu tinggalkan ruangan sembahyang , menuju ke kamar tidur mendiang Hir0t0 Yamazaki. Hanya sesaat kemudian saja , di dalam kamar itu mendadak terjadi kegegeran!
Keempat anak murid Hir0t0 Yamazaki itu telah menemukan senjata-senjata pusaka milik guru mereka , yakni sebilah katana dan seperangkat busur serta anak panah. Tetapi sesudah menggeledah seluruh sudut kamar , membalik kasur , memb0ngkar lemari dan mengusut lapisan-lapisan l0teng dan dinding kamar , mereka sama sekali tidak menemui sebuah kitab kun0 berisi pelajaran Kend0 yang amat langka.
Keempat anak murid yang gres saja ditinggal mati guru mereka itu saling pandang. “Kitab itu sangat berharga sekali. Sensei malah menganggapnya sama berharganya dengan nyawanya sendiri.
Sensei belum sempat mengajarkan keseluruhannya pada kita. Dan kini kitab itu lenyap!” Kenichi Asan0 berkata sambil melangkah mundar-mandir dalam kamar.
“Aku punya dugaan keras Gaijin itulah yang telah mencurinya!” kata Kuni0 0ta pula seraya mengepalkan tinjunya!
“Kurang ajar! Kita harus cari dia hingga dapat!” kata Ichir0 L0ki. Kuni0 0ta cabut pedangnya dari balik punggung kemudian melangkah ke hadapan meja sembahyang di mana terletak debu Hir0t0 Yamazaki. Sambil melintangkan katana di depan dadanya c0w0k ini berkata “Sensei , saya muridmu Kuni0 0ta , bersumpah di hadapan abumu akan memenggal batang leher pencuri itu!” kemudian c0w0k ini mendahului yang lain-lainnya keluar dari ruangan sembahyang itu.
“Aku heran…” Kata Akik0 pada Ichir0 dan Kenichi. “Jika memang betul c0w0k asing itu yang mencuri kitab tersebut , bagaimana mungkin dia mengetahui tempat sensei menyimpannya. Sejak dia meninggal , kamar ini selalu diawasi paling tidak 0leh dua 0rang di antara kita. Lalu bila dia memang murid sahabat guru kita , kuliner begitu culas melaksanakan pencurian…”
“Jangan-jangan dia murid palsu yang menyamar tiba kemari padahal maksud sebetulnya ialah untuk mencuri kitab itu!” ujar Ichir0 pula.
“Tapi dia telah memperlihatkan bukti-bukti dirinya pada sensei. Dan guru kita mengakui kebenaran gejala yang diperlihatkannya…”
“Saat itu guru kita tengah dalam keadaan sekarat ,” berkata Kenichi. “Besar kemungkinan dia tidak lagi sanggup membedakan mana yang 0risinil dan mana yang palsu…”
“Jadi c0w0k itu tiba jauh-jauh hanya untuk mencuri kitab Kend0 milik guru!” kata Akik0.
“Mungkin itu hanya sebagian kecil saja dari maksud kedatangannya ke negeri kita ini. Pasti dia membekal maksud lain yang lebih jahat!” berkata Ichir0.
“Kalau begitu saya 0ke dengan rencana Kuni0. Manusia satu itu harus dipenggal batang lehernya!” kata Kenichi pula.
“Rencana harus diatur kini ,” kata Ichir0. “Aku dan Kenichi akan mengejar pembunuh guru. Akik0 , Kuni0 mencari c0w0k asing itu.”
“Hati-hatilah kalian berdua ,” kata Akik0. “Jika dugaan kita benar bahwa pembunuh guru ialah kel0mp0k sesat 0rang-0rang Lembah H0zu , mereka sangat berbahaya. Mereka jag0 memainkan panah beracun!” Kenichi dan Ichir0 mengangguk.
Ichir0 berkata , “Beritahu pada Kuni0 bahwa saya dan Kenichi akan berangkat bes0k malam biar bisa hingga Lembah H0zu dua hari kemudian. Kita bertemu lagi di sini pada Gesuy0bi (hari Senin) ahad pertama bulan depan…”
“Baik! Kita bertemu lagi di sini hari Senin pertama bulan depan…” mengulang Akik0 Bessh0.
Malam itu udara tidak seberapa dingin. Di langit , bulan setengah lingkaran muncul tanpa tersaput awan. Dua bayangan bergerak cepat di antara kerapatan pep0h0nan di Lembah H0zu. Sesekali terdengar bunyi burung malam di kejauhan.
0rang yang lari di depan sesaat berhenti kemudian berbisik kepada kawannya. “Kenichi , sebentar lagi kita akan memasuki daerah Lembah H0zu. Periksa lapisan besi yang menutupi dada dan punggungmu…”
Kenichi kemudian mengusut baju besi tipis yang melindungi dada dan punggungnya. Ichir0 melaksanakan hal yang sama.
“Bagaimana dengan senjata peledak?” Ichir0 kembali berkata. Kenichi mengusut lima buah benda lingkaran sebesar kepalan yang terbuat dari besi. Kelima benda ini tergantung di pinggangnya dan merupakan senjata peledak yang bisa menghancurkan bangunan. Ichir0 juga membekal lima senjata peledak yang sama.
“0rang-0rang Lembah H0zu biasanya suka minum-minum hingga larut malam. Berarti kita harus bersabar menunggu hingga menjelang pagi , pada ketika mereka mulai keletihan dan setengah mabuk…” Kenichi mengangguk mendengar ucapan Ichir0 itu. Keduanya kemudian bergerak kembali dalam kegelapan malam dan udara dingin.
Akhirnya kedua 0rang murid mendiang Hir0t0 Yamazaki itu hingga di bibir Lembah H0zu sebelah selatan. Jauh di bawah sana mereka melihat nyala 0b0r banyak sekali. Di hadapan sebuah meja pendek , tampak sekitar sepuluh 0rang lelaki berpakaian dan berikat kepala serba putih duduk berkeliling. Setiap 0rang ditemani 0leh se0rang Geisha (wanita pelayan pada tempat-tempat tertentu). Semuanya asyik menyantap kuliner dan meneguk minuman. Sesekali terdengar bunyi gelak tawa. Lalu ada se0rang perempuan separuh baya yang duduk agak terpisah memetik Shamusen (instrumen musik dengan tiga senar).
“Setahuku kel0mp0k mereka ada tujuh belas 0rang , mana tujuh lainnya…?” berbisik Ichir0. Kenichi tak menjawab , ia memandang ke arah lembah menyerupai tengah menghitung-hitung. “Kau membawa ter0p0ng…?” bertanya Ichir0. Kenichi kemudian menyerahkan sebuah ter0p0ng kecil. Ichir0 menarik habis ter0p0ng satu lensa ini kemudian mengintai ke arah lembah. Satu demi satu dia mengawasi muka-muka yang ada di lembah. Dia mengenali wajah 0rang keempat dan kesembilan , kemudian berbisik pada Kenichi. “Aku mengenali wajah dua pembunuh sensei. Mereka ada di bawah sana…”
Kenichi mengangguk. “Mereka ada di sana , saya tidak sabar lagi Ichir0. Apakah baiknya kita pribadi menyerbu…?”
Baru saja Kenichi berkata begitu , tiba-tiba terdengar bunyi suitan panjang dari arah timur lembah.
Bersamaan dengan itu , sepuluh 0rang yang berada di meja bawah sana serentak mel0mpat berdiri sambil mencabut katana dari punggung masing-masing. Para Geisha berlarian ke satu arah.
Perempuan yang memainkan shamusen berhenti memainkan peralatan musik itu dan ikut lari ke arah lenyapnya para Geisha.
“Celaka!” bisik Ichir0. “Agaknya mereka telah mengetahui kedatangan kita.” Baru saja Ichir0 I0ki berkata begitu , di atas mereka terdengar bunyi berdesing. “Awas , serangan panah!” teriak Ichir0.
Dia segera menunduk dan cabut katana-nya. Kenichi juga segera mencabut pedangnya dan mel0mpat ke balik sebuah p0h0n besar. Dua buah anak panah menancap di batang p0h0n itu. Ichir0 putar pedangnya ketika terdengar bunyi berdesing untuk kesekian kalinya. “Trang…! Trang…!” Dua anak panah runtuh ke bawah.
“Para pemb0k0ng itu ada di atas p0h0n sebelah sana!” bisik Ichir0. Dia segera mencabut senjata peledak yang ada di pinggangnya. Sebuah anak panah menghantam bahunya. Untung pecahan pundak itu masih terlindung baju besi yang dipakainya hingga dia tidak cedera sedikit pun. Ichir0 bergerak dua langkah ke samping kanan kemudian lemparkan senjata peledak ke arah p0h0n besar di mana tadi dia melihat bayangan tiga 0rang pemb0k0ng bersenjatakan panah.
Terdengar bunyi berdentum. Nyala terang b0la api berkilat , sesaat keadaan terang benderang. Di atas p0h0n besar yang hancur p0rak p0randa , terdengar jeritan tiga 0rang. Ketiganya terlempar jatuh ke tanah dan telah mati lebih dahulu dalam keadaan terkutung-kutung sebelum tubuh masing-masing mencium tanah.
“Kenichi! 0rang-0rang di lembah berusaha mencapai tempat ini! Lekas kau cegat dengan senjata peledak!” berteriak Ichir0 ketika dilihatnya di bawah sana sepuluh lelaki yang tadi duduk mengelilingi meja kini berlari sangat cepat menaiki lereng lembah menuju tempat di mana dia dan Kenichi berada.
Kenichi menyelinap di balik kerapatan pep0h0nan kemudian l0l0skan sebuah senjata peledak. Tak usang kemudian terdengar bunyi berdentum di arah timur. Beberapa p0h0n dan semak belukar rambas.
Namun tidak terdengar bunyi jeritan. Di lain ketika malah terdengar 0rang-0rang lembah berteriak.
“Kurung yang satu ini! Tangkap hidup-hidup!”
Lalu terdengar bunyi senjata saling beradu disertai bentakan-bentakan. Ichir0 masih sempat mendengar bunyi jeritan Kenichi ketika di hadapannya tiba-tiba muncul enam 0rang bersenjatakan pedang. Dia tidak sempat mencabut senjata peledaknya. Dengan katana , Ichir0 hadapi keenam lawan yang datang. Namun ketika itu sebatang anak panah beracun yang dilepaskan lawan dari tempat gelap berhasil menancap di paha kanannya.
Dengan kertakkan rahang menahan sakit , Ichir0 cabut anak panah itu. Namun sebagian racun panah telah larut dalam aliran darahnya! “Manusia-manusia Lembah H0zu keparat! Kalian telah membunuh guru! Majulah untuk mendapatkan hukuman!” teriak Ichir0. Terdengar bunyi tertawa bergelak dalam gelap. Lalu enam s0s0k tubuh mel0mpat. Enam katana menggebrak berbarengan.
Ichir0 menangkis tiga tebasan pedang. Tiga lainnya dielakkan dengan jalan mel0mpat ke belakang.
Ketika salah se0rang lawan kembali menyerbu , Ichir0 keluarkan bunyi mengerang dan katana yang digenggam dengan kedua tangannya berkelebat ganas. Satu jeritan menggema dalam kegelapan malam. 0rang di depan Ichir0 menggeletak dengan perut r0bek. Lima kawannya berteriak murka kemudian serempak menyerang.
“Kita berhasil menangkap yang satu ini!” terdengar bunyi 0rang berteriak.
“Ah! Mereka berhasil menangkap Kenichi!” keluh Ichir0 , kemudian putar pedangnya dengan sebat.
Terdengar bunyi berdentangan. Tiga s0s0k bayangan muncul lagi dari dalam gelap. Kini ada delapan 0rang yang menger0y0k Ichir0. Tak ada kemungkinan bagi c0w0k ini untuk menghadapi begitu banyak lawan. Dia membuat gerakan menyerupai katak , mel0mpat dan berhasil menjauhi para penger0y0k. Sebelum lawan-lawannya mengejar , dia segera l0l0skan sebuah senjata peledak.
“Awas b0la peledak!” teriak sese0rang. “Bummmm!” Ledakan keras menggema. Lidah api muncrat ke banyak sekali jurusan. Dua jeritan terdengar bersama rambasnya semak belukar dan tumbangnya sebatang p0h0n. Ichir0 lari sekencang yang bisa dilakukannya sementara luka di paha kanannya terasa semakin sakit. Kaki kanannya menyerupai kaku. Dua anak panah melesat menghantam punggungnya , namun baju besi yang dikenakannya berhasil melindungi.
Ichir0 lari terus hingga ia hingga di mana dia dan Kenichi sebelumnya meninggalkan kuda masing-masing. Ichir0 cepat naik ke atas pelana dan menghambur tinggalkan tempat itu. Ketika 0rang-0rang Lembah H0zu hingga di tempat itu , Ichir0 sudah terlalu jauh , tak mungkin dikejar lagi.
Ichir0 hingga di tempat kediaman gurunya sesaat sebelum matahari terbit. Dia pribadi masuk ke dalam kamar dan mengambil secarik kertas serta alat penulis. Dengan tubuh panas hirau taacuh akhir racun panah yang mulai bekerja menyerang jantung dan paru-parunya , Ichir0 mulai menulis. Lalu dengan membawa kertas itu dia masuk ke dalam ruangan sembahyang dan berlutut di depan debu gurunya. “Sensei , harap maafkan diriku. Sebagai murid , saya merasa tidak layak lagi hidup. Aku tidak sanggup membela nama guru. Aku tidak berhasil menumpas 0rang-0rang Lembah H0zu. Malah mereka berhasil menangkap Kenichi. Aku aib untuk hidup lebih lama. Sensei saya m0h0n ampunmu… Aku harus menebus keb0d0hanku dengan melaksanakan Seppuku… (bunuh diri)”
Ichir0 letakkan kertas yang tadi ditulisnya di kaki meja sembahyang , kemudian mencabut katana-nya siap ditikamkan ke perutnya. Tiba-tiba di ketika yang sempurna dua tangan k0k0h menahan gerakan tangan Ichir0. Sebelum c0w0k ini jatuh pingsan , dia masih sempat melihat wajah 0rang yang barusan mencegahnya melaksanakan bunuh diri itu!
Dua 0rang berkelebat masuk ke dalam ruangan sembahyang dan keduanya sama berseru keras ketika melihat tubuh Ichir0 tergeletak menelungkup di atas tatami. Paha kanannya dibalut. Tak berapa jauh dari situ tergeletak katana milik c0w0k ini. Lalu di dekat kaki meja sembahyang ada sehelai kertas bertuliskan huruf-huruf kanji.
Ternyata dua 0rang yang barusan tiba ialah Akik0 Bessh0 dan Kuni0 0ta. “Kau lekas periksa keadaannya! Aku akan membaca apa yang tertulis di kertas ini!” kata Kuni0. Setelah membantu Akik0 membalikkan tubuh Ichir0 , Kuni0 mengambil kertas di kaki meja kemudian membacanya.
Saudara-saudaraku seperguruan , terlalu memalukan bagiku untuk hidup. saya bukan saja gagal menuntut balas terhadap 0rang-0rang Lembah H0zu yang telah membunuh sensei , tetapi mereka bahkan berhasil menangkap Kenichi! Maafkan diriku. Hanya ada satu jalan untuk menutup rasa aib menebus kegagalan itu , yakni dengan melaksanakan seppuku Ichir0 I0ki
“0rang t0l0l!” maki Kuni0 sambil membanting surat itu ke lantai. Lalu dia beringsut mendekati Akik0 yang bersimpuh di lantai , tengah berusaha menyadarkan Ichir0 dari pingsannya. “Ichir0… Ichir0! Bangun… Ay0 buka matamu!” kata Akik0 berulang kali sambil menepuk-nepuk pipi saudara seperguruannya itu.
“Ada ketakn0rmalan kulihat…” berkata Kuni0 sambil memandangi s0s0k Ichir0.
3
“Apa maksudmu ,” tanya Akik0.
“Ichir0 terperinci hendak melaksanakan harakiri (bunuh diri). Karena itu dia menulis surat untuk kita.
Tetapi entah mengapa dia tidak melakukannya. Paha kanannya dibalut dan ada rembesan darah.
Mungkin sekali pahanya ditusuk panah beracun 0rang-0rang Lembah H0zu. Kalau betul , kemudian mengapa ketika ini dia masih hidup? Siapa yang membalut luka beracun di pahanya?”
Terdengar keluhan pendek. “Dia siuman!” pekik Akik0 gembira. Lalu kembali gadis ini menepuk-nepuk pipi Ichir0. “Sadar Ichir0… Sadar! Katakan pada kami apa yang terjadi!” kata Akik0 pula.
Perlahan-lahan Ichir0 membuka kedua matanya. “Dia… di mana… di…dia…?” bunyi itu keluar terbata-bata dari lisan Ichir0.
“Dia siapa maksudmu Ichir0?” tanya Kuni0.
“Dia… dia… Gaijin itu…”
“Gaijin…?” mengulang Akik0 sambil saling pandang dengan Kuni0. “Maksudmu c0w0k asing yang muncul membawa surat untuk sensei temp0 hari…?”
“Betul…”
“Apa yang telah dilakukannya terhadapmu Ichir0? Katakan apa dia telah berlaku jahat terhadapmu…?!”
Ichir0 membasahi bibirnya yang kering dan kesat kemudian gelengkan kepala. Dia berusaha bangun dan duduk. Saat itulah dia melihat paha kanannya dalam keadaan dibalut. “Ah…pasti dia… Pasti dia lagi yang men0l0ngku. Dia mencegahku melaksanakan bunuh diri. Lalu meng0bati luka beracun di pahaku dan membalutnya… Ah…!”
“Ichir0! Jalan pikiranmu terganggu alasannya ialah tekanan jiwa. Mungkin juga akhir racun panah 0rang-0rang Lembah H0zu. Bagaimana mungkin 0rang yang telah kita pastikan mencuri kitab Kend0 milik sensei kini kau sebut sebagai pen0l0ng!?” ujar Kuni0 pula.
“Sebelum pingsan , saya masih sempat melihat sekilas wajahnya… Memang dia. Pasti dia!”
“Kau harus beristirahat. Mari kupapah ke kamar tidurmu ,” kata Akik0 kemudian membantu Ichir0 berdiri.
Pada ketika itulah sese0rang muncul di ambang pintu. Ichir0 yang pertama sekali melihatnya pribadi berseru: “Gaijin…!”
Akik0 dan Kuni0 sama palingkan kepala. Benar saja. Pemuda asing itu tampak tegak di sana. Kuni0 pribadi membentak. “Pencuri kitab! Kau berani tiba minta mati!” Tanpa memberi kesempatan , begitu membentak Kuni0 pribadi menyerang Pendekar 212 Wir0 Sableng dengan satu j0t0san keras yang diarahkan ke dada kiri. Ini ialah satu serangan maut alasannya ialah bisa menghancurkan jantung 0rang yang diserang!
“Jepang satu masih belum kap0k rupanya… Apa-apaan dia memakiku pencuri kitab?!” ujar Wir0 dalam hati. Sebelumnya memang Kuni0 telah menantang Wir0 , bahkan sempat dit0t0k menjadi kaku dan gagu. Tapi ketika itu kembali dia menghantam lebih dulu penuh kemarahan.
Murid Sint0 Gendeng cepat berkelit hindarkan serangan berbahaya itu. Sadar 0rang mengelak , Kuni0 ubah pukulannya menjadi gerakan menjambret. Pendekar 212 terkejut ketika dia mencicipi bagaimana jari-jari tangan kanan lawan cepat sekali telah menggenggam dada bajunya. Sebelum dia sempat berbuat sesuatu , Kuni0 telah membantingkan tubuhnya ke lantai ruangan!
“Gila! Bagaimana dia bisa membantingku secepat kilat menyerupai itu?” maki Wir0 dalam hati sambil menahan sakit. Selagi Wir0 terhenyak keliangan , kaki kanan Kuni0 cepat sekali telah menginjak tengg0r0kannya. “Di mana kau sembunyikan buku guru yang telah kau curi?!”
“Buku… buku apa?” tanya Wir0 heran dan mengernyit sakit.
“Kau pandai berlagak 0rang asing! Tapi kepura-puraanmu tidak laris di sini! Kembalikan buku itu atau hancur lehermu ketika ini juga!”
“Aku tidak tahu menahu ihwal segala macam buku sialan! Bagaimana kau bisa menuduhku mencurinya?!”
“Karena hanya kau satu-satunya 0rang luar yang ada di tempat ini!” jawab Kuni0.
“Lalu apakah pencuri itu mesti selalu 0rang luar?!” tanya Wir0 yang membuat Kuni0 melengak marah.
“Ucapanmu berarti menuduh kami belum dewasa murid Hir0t0 Yamazaki yang mencuri kitab guru! Benar-benar kurang ajar! Matilah!” Kuni0 hentakkan kaki kanannya kuat-kuat ke batang leher Wir0 Sableng.
“Kuni0! Jangan bunuh dia ,” berseru Ichir0. Tapi kaki kanan Kuni0 terus saja bergerak.
Dalam keadaan menyangka bahwa c0w0k asing itu benar-benar tidak berdaya dan siap menemui ajalnya , tiba-tiba Akik0 dan Ichir0 melihat bagaimana tangan Wir0 yang bebas dengan sebat menghantam ke arah kaki kiri Kuni0 laksana pedang menebas!
Kuni0 0ta menjerit berjingkat-jingkat. Kesempatan ini digunakan 0leh Wir0 untuk membalikkan diri dan sekaligus mencengkeram kaki kanan lawan. Kini terjadi hal luar biasa yang tidak bisa dipercaya Akik0 dan Ichir0. Tubuh Kuni0 tiba-tiba saja mencelat keatas. Kepalanya menghantam tembus langit-langit kamar yang terbuat dari kertas. Tubuh Kuni0 kemudian jatuh ke lantai.
Hebatnya , c0w0k ini bukan saja bisa jatuh dengan kedua kaki menginjak tatami lebih dahulu , tapi menyerupai membal tubuhnya kemudian melesat ke arah Wir0. Kedua tinjunya menderu lebih dahulu. Dengan gampang Wir0 berhasil menangkap kedua tangan lawannya dan siap untuk membantingkannya ke lantai.
Namun lagi-lagi Pendekar 212 dibikin ingin tau dan kesakitan , alasannya ialah tiba-tiba saja lawan membuat gerak asing dan kini malah kedua tangannya yang kena dicengkeram. Sebelum Wir0 sempat lepaskan diri , tiba-tiba tubuhnya sudah terangkat , kemudian bukk! Tubuh Pendekar 212 dibanting ke lantai! Belum lagi dia sempat bangun , Kuni0 jatuh diri menyerupai berlutut kemudian tinjunya kiri kanan mendera dada murid Sint0 Gendeng.
Meskipun j0t0san-j0t0san Kuni0 tidak disertai kekuatan tenaga dalam , namun kekuatan tenaga luarnya saja bukan main hebatnya. Wir0 mencicipi ada cairan asin dan panas dimulutnya. Wir0 melengak kaget ketika menyadari dirinya mengalami luka dalam!
Sebelum j0t0san-j0t0san lawan kembali bertubi-tubi menghantam dada dan perutnya , Pendekar 212 susupkan satu s0d0kan keras ke perut Kuni0. Pemuda ini keluarkan bunyi menyerupai kerbau melenguh.
Di lain ketika tubuhnya terjajar dan meluncur di atas tatami , dan gres berhenti begitu menabrak sebuah tiang kayu. Sebelum Kuni0 sempat bangun , Pendekar 212 sudah memiting lehernya dan mengangkat tubuh Kuni0 hampir dua jengkal dari atas lantai. “Kau hanya ada satu pilihan Kuni0!” desis Wir0. “Mengaku salah dan minta ampun!”
“Aku menentukan mati daripada bertindak menyerupai banci!” teriak Kuni0. Tangannya c0ba menyikut , tapi Wir0 semakin mengunci lehernya.
“Pemuda asing! Kalau kau bunuh dia , saya bersumpah membunuhmu ketika ini juga!” tiba-tiba Ichir0 berteriak. Wir0 memang tidak berniat membunuh Kuni0 0ta. Begitu c0w0k itu pingsan alasannya ialah kesulitan bernafas , Wir0 lantas lepaskan cekikannya. Kuni0 terbujur di lantai.
Tiba-tiba Wir0 menangkap bunyi berdesing di samping kirinya disertai kilauan sesuatu yang menyambar ke arahnya. Wir0 cepat jatuhkan diri dan berguling. Di ujung kamar dia cepat berdiri.
Di seberangnya , Akik0 Bessh0 tegak memegang sebilah katana! Kaprik0rnus gadis inilah barusan yang c0ba membabat Pendekar 212 Wir0 Sableng.
Sewaktu Akik0 hendak menerjang , Wir0 cepat menyambar pedang yang tersembul di balik punggung Kuni0. Lalu , Trang…! trang…! trang…! Suara beradunya pedang memenuhi ruangan itu.
Serangan Akik0 ganas sekali. Gadis ini pergunakan kedua tangannya untuk memegang hulu pedang. Dia menyerang dengan kekuatan penuh! Wir0 menyerupai terdesak pada permulaannya. Pemuda ini harus mengakui kehebatan permainan pedang sang dara. Agar tidak hingga melukai gadis berwajah lingkaran ini , Wir0 sengaja mainkan jurus-jurus silat pertahanan.
Namun ketika dia didesak habis-habisan , murid Sint0 Gendeng ini terpaksa keluarkan jurus-jurus silat 0rang gila yang dipelajarinya dari Tua Gila. Gerakannya seperti kacau. Namun di balik kekacauan itu tersembunyi suatu kekuatan yang hebat.
Selagi Akik0 kerahkan seluruh tenaga untuk menggempur Wir0 , murid Sint0 Gendeng malah mempermainkannya. Dalam satu gebrakan keras , Wir0 berhasil memukul lepas pedang di tangan si gadis! Akik0 menjerit bukan alasannya ialah cedera , tapi aib dan penasaran. Dia lari ke sudut ruangan. Di sini dia duduk bersila sambil memejamkan mata. Dia berusaha mengatur jalan darahnya yang bergej0lak. Begitu merasa sudah menguasai dirinya sepenuhnya kembali , gadis ini bergulingan di lantai untuk mencapai pedangnya yang tadi terlepas mental. Lalu begitu hulu pedang tergenggam dalam kedua tangannya , gadis ini pribadi menyerbu Wir0 kembali.
“Tunggu dulu…!” seru Pendekar 212.
Akik0 Bessh0 tidak peduli seruan 0rang. Pedang di tangannya menderu dan berkelebat laksana kilat. Di antara empat 0rang muridnya , mendiang Hir0t0 Yamazaki memang telah memperlihatkan ilmu pedang secara khusus pada gadis ini sehingga sekali sebilah katana berada dalam genggaman dua tangannya , maka dirinya bisa berubah laksana malaikat penyebar maut! “Breettt… bretttt… bret…!”
Pendekar 212 Wir0 Sableng berseru kaget dan cepat mel0mpat mundur dengan wajah pucat. Baju putih tebal yang dikenakannya r0bek besar di kedua bagian. R0bekan ketiga ialah pada pecahan pinggang celananya. Tali celana ini putus , ketika mel0mpat , tak ampun lagi mer0s0t ke bawah.
Selagi Wir0 menarik celananya ke atas , sambil meletakkan pedang di tangan kanannya , Akik0 kembali menyerbu.
“Akik0… hentikan seranganmu ,” teriak Ichir0. “Bagaimanapun saya berhutang nyawa pada gaijin itu!” Namun terikan itu tidak ada gunanya. Ujung pedang Akik0 sudah merebas dan menyambar.
“Breettt!” Lengan kiri pakaian Wir0 r0bek memanjang dan kali ini tidak hanya pakaiannya yang r0bek tapi juga pecahan tubuhnya kena t0reh. Darah pribadi mengucur membasahi lengan dan lantai ruangan.
Rasa sakit dan keadaan terdesak membuat Pendekar 212 kalap. Dengan tangan kiri yang masih memegang k0l0r , Wir0 mengangkat tangan kanan. Dia sudah siap mengerahkan semua tenaganya dengan penuh. Tapi mendadak dia terbayang wajah Hir0t0 Yamazaki , kemudian wajah gurunya Sint0 Gendeng. Wir0 kendurkan tenaga dalamnya kemudian menghantam.
Satu gel0mbang angin menghantam ke depan. Akik0 mencicipi tubuhnya terd0r0ng. Semakin dic0ba melawan , semakin keras tubuhnya terd0r0ng. Gadis ini nekad melabrak. Akibatnya dia menyerupai berkelahi se0rang diri sementara lawannya berada beberapa langkah di depannya.
Akik0 Bessh0 berteriak marah. Dia kerahkan tenaga dalam ke tangan kanan. Pedang di tangan kanannya bergetar keras dan mengeluarkan bunyi siur. Gadis ini sempat maju mendekati Wir0 namun kemudian justru jatuh terpelanting di lantai dengan sekujur tubuh mandi keringat.
Akik0 menjerit lagi dan menyerupai sedang frustasi , ia membanting pedangnya ke lantai. “Curang , kau curang , memakai ilmu sihir. Tidak berani menghadapi ilmu pedang dengan pedang ,” teriak Akik0. Wir0 hanya bisa menyeringai mendengar teriakan gadis itu. Sambil pegang lengan kirinya yang terluka , dia menuju pintu. Ichir0 memegang pundak Akik0 dan membantu gadis itu berdiri. Lalu kepada Wir0 dia berujar , “Maafkan adik seperguruanku. Aku akan meminta dia merawat lukamu…”
“Terima kasih ,” jawab Wir0 yang kini lenyap sudah amarahnya dan mulai kasihan melihat Akik0.
“Aku bisa merawat lukaku sendiri. Ada dua hal yang perlu saya katakan pada kalian. Pertama , saya tidak mempunyai ilmu sihir. Kedua , dan ini yang penting , lekas tinggalkan tempat ini. 0rang-0rang Lembah H0zu niscaya akan menyerbu ke mari menuntut balas kematian teman-teman mereka.”
“Jika mereka tiba kami akan membunuh mereka semua!”
“Kami akan mencincang dua pimpinan mereka yang telah membunuh guru…” kata Ichir0.
“Jangan b0d0h. Jumlah mereka lebih banyak dan mereka sedang menyandera Kenichi , kalian tidak akan bisa berbuat apa-apa. Lebih baik mengalah sementara sambil menyusun langkah baru.”
Sehabis bicara , Wir0 mengambil k0tak berisi debu Hir0t0.
“Hai hendak kau bawa ke mana benda itu ,” teriak Akik0.
Wir0 melangkah ke hadapan si gadis kemudian mengulurkan k0tak besi pada Akik0 seraya berkata , “Ini benda berharga yang paling berharga yang harus kalian selamatkan sebelum 0rang H0zu menyerbu.” Lalu berpaling kepada Ichir0. “T0l0ng tinggalkan tempat ini , bila Kuni0 masih pingsan dan mereka tiba ke tempat ini , maka dia akan menjadi sasaran.”
Selesai berkata , Wir0 pribadi meninggalkan tempat itu dan Ichir0 serta Akik0 seketika saling berpandangan. Akhirnya Ichir0 membuka lisan , “Apa yang dikatakan c0w0k asing itu benar.
Selama Kenichi berada di tangan 0rang Lembah H0zu , kita tidak bisa berbuat banyak! Kita musti meninggalkan tempat ini Akik0. Itu tidak bisa ditawar-tawar lagi!”
Di luar , langit tampak semakin terang dan sebentar lagi sang surya akan terbit. Dari kejauhan , dari arah tenggara terdengar suara-suara bersahut-sahutan. Sepasang mata Akik0 dan Ichir0 tampak
sama-sama membesar. “Mereka benar-benar tiba ,” desis Ichir0. Tanpa bicara lagi ia pribadi memanggul Kuni0 0ta yang masih dalam keadaan pingsan. Ichir0 memberi tanda kepada Akik0 , namun ragu. Tapi tidak usang kemudian ia mel0ncat mengikuti abang seperguruannya itu meninggalkan tempat.
“Kita tidak mungkin lari jauh. Sekali mereka melihat , kita akan dikejar. Sebaiknya menyelinap dan bersembunyi di G0a Wanigawa.” Akik0 0ke kemudian mendahului lari. Mereka menuju kerapatan pep0h0nan di arah timur menuju sebuah g0a yang tersembunyi di balik semak belukar. Dari dalam g0a bisa melihat ke arah bekas rumah Hir0t0 Yamazaki yang luas. G0a ini disebut Wanigawa yang berarti “Kulit Buaya” alasannya ialah pecahan dalamnya bergerujul menyerupai kulit buaya.
Baru saja mereka memasuki g0a , seger0mb0lan 0rang-0rang Lembah H0zu yang berjumlah sekitar dua puluh 0rang muncul menunggang kuda. “Periksa bangunan itu!” teriak se0rang pemimpin ger0mb0lan. Lima 0rang turun dari kuda dan pribadi mengusut dengan pedang terhunus , sementara sepuluh 0rang lainnya mengelilingi bangunan dengan membawa panah beracun yang siap membidik siapa saja yang keluar dari bangunan.
Dua 0rang Lembah H0zu tampak kuluar dari bangunan sambil memberi isyarat bahwa rumah telah k0s0ng , tidak 0rang dan benda yang bisa dijarah. “Kurang didik , mereka niscaya melarikan diri ,” ujar lelaki bertubuh kurus yang menunggang kuda putih.
Kawan yang berada di sebelahnya ikut berteriak , “Bakar bangunan itu!” Maka enam 0rang segera melaksanakan perintah. Dalam waktu sekejap , bekas rumah Hir0t0 yang didiami bersama empat muridnya itu hilang dilalap api.
Di dalam g0a Wanigawa , Akik0 kepalkan kedua tangannya. “Aku ingin sekali membunuh keparat-keparat dari Lembah H0zu itu. Ichir0 perhatikan kuda putih dan lelaki di sampingnya. Aku ingat betul dia yang menger0y0k sensei dan membunuhnya…”
“Kau betul Akik0. Yang kurus jangkung itu ialah Massashigi Sakaji. Kawannya , kalau tidak salah ialah Min0ru Shir0ta. Mereka ialah dua dari empat pemimpin Lembah H0zu. Keduanya sudah p0puler semenjak dua puluh tahun lalu.”
“Tanganku sudah gatal ingin membunuh kedua bedebah itu. Bagaimana bila saya memb0k0ng mereka dengan sumpit beracun?” Dari balik pakaiannya , Akik0 keluarkan sebuah sumpitan yang terbuat dari kuningan lengkap dengan pelurunya sebesar ujung jari berbentuk lingkaran dan berduri-duri di beberapa bagian.
“Jangan!” cegah Ichir0. “Jarak mereka terlalu jauh. Peluru sumpit tidak bisa hingga ke sana. Di samping itu , tindakanmu sama saja dengan memberi tahu tempat persembunyian kita ini.” Akik0 bantingkan kaki alasannya ialah kesal. Tiba-tiba didengarnya Ichir0 berseru. “Akik0! Lihat! Ada sese0rang di atas atap bangunan rumah!”
Bagaimana terkejutnya Ichir0 , begitu pula kagetnya Akik0. Di atas atap bangunan di bawah sana , pada pecahan yang belum sempat disentuh k0baran api , di balik kepulan asap , kedua 0rang ini melihat s0s0k se0rang pria berpakaian dan berikat kepala putih tegak bert0lak pinggang di atas wuwungan rumah.
0rang-0rang Lembah H0zu yang masih ada di sekitar bangunan itu juga tampak terheran-heran melihat ada 0rang di atas atap bangunan yang mereka bakar. “Ichir0…” kata Akik0 sambil memegang lengan c0w0k itu. “Apakah kau tidak mengenali 0rang di atas atap itu? Bukankah dia gaijin berjulukan Wir0 Sableng itu…?”
Ichir0 I0ki usap kedua matanya berulang kali. “Astaga! Kau betul! Apa yang dilakukan c0w0k asing itu di sana?! Sudah gila dia agaknya!” ujar Ichir0.
“Dia sengaja mencari mati!” kata Akik0 pula. “Ninja sekalipun tidak berani melaksanakan hal menyerupai itu siang-siang begini!”
“Aku jadi tak habis pikir ,” kata Ichir0 pula. “Siapa sebetulnya c0w0k itu. Sikapnya selalu merendah dan terkadang tampak menyerupai 0rang t0l0l!”
Di atas atap bangunan , 0rang yang berdiri di sana memang ialah Pendekar 212 Wir0 Sableng. Saat itu dengan mengerahkan tenaga dalamnya hingga suaranya menjadi keras sekali , Wir0 berteriak.
“0rang-0rang Lembah H0zu! Kalian semua dengar! Jika kalian tidak segera membebaskan Kenichi dan menyerahkan dua pembunuh Yamazaki-san , maka Lembah H0zu akan menjadi lembah bangkai bagi kalian!”
Semua 0rang Lembah H0zu mend0ngak dan sama memandang ke atas atap. “Eh , insan atau setan gunung yang ada di atas atap itu?!” berkata salah se0rang pimpinan Lembah H0zu. Lalu dia berpaling pada dua mitra di sebelahnya. “Masashigi! Min0ru! 0rang itu menghendaki diri kalian!”
“Tak pernah kulihat tampang insan itu sebelumnya!” berkata Masashigi Sakaji. “Ada di antara kalian yang mengenalinya?”
Semua 0rang menggelang.
“Wajahnya menyerupai bukan 0rang sini. L0gat bicaranya aneh!” berkata Min0ru Shir0ta. Lalu sambungnya sambil menyeringai , “Siapapun dia adanya , saya ingin melihat warna darahnya! Merah atau hitam… Ha… ha… ha…!”
“0rang-0rang Lembah H0zu!” dari atas atap , Wir0 kembali berteriak. “Sebelum para tuhan murka , lekas tinggalkan tempat ini! Ingat ucapanku! Bebaskan Kenichi dan serahkan dua pembunuh Yamazaki-san. Aku beri waktu tujuh hari. Jika siang hari kedelapan Kenichi dan dua pembunuh itu tidak muncul di ujung lembah sebelah timur , kalian akan tahu rasa!”
0rang-0rang Lembah H0zu berteriak murka mendengar seruan Wir0 itu. Masashigi Sakaji balas berteriak. “Saat ini kami sudah ada di sini! Dua 0rang yang kau tuduh jadi pembunuh juga ada di sini! Mengapa tidak pribadi menjatuhkan eksekusi tapi hanya bermulut besar?!”
“Aku tidak terlalu t0l0l mempertaruhkan nyawa Kenichi!” sahut Wir0.
“Kalau begitu biar nyawa busukmu kami habisi lebih dulu!” teriak Min0ru Shir0ta. “Sebelum kau mati , harap jelaskan siapa dirimu dan apa hubunganmu dengan Hir0t0 Yamazaki!”
“Aku penguasa Gunung Fuji!” jawab Wir0 membual dengan bunyi keras. “Berarti tak ada se0rang pun b0leh melawan kehendakku , kecuali mereka yang sudah b0san hidup dan ingin jadi bangkai!” teriak Wir0 seraya menunjuk tepat-tepat ke arah Min0ru Shir0ta.
“Penguasa Gunung Fuji” teriak Min0ru kemudian meludah ke tanah. 0rang-0rang Lembah H0zu lainnya tertawa keras dan sunggingkan tampang mengejek ke arah Wir0. Masashigi Sakaji yang sudah tidak sabaran ketika itu memberi isyarat kepada enam 0rang yang membawa busur dan panah. Keenam 0rang ini pribadi cabut anak panah dan rentangkan tali busur. Enam panah beracun dibidikkan ke arah Pendekar 212 yang masih tegak di atas atap bangunan.
Ketika Masashigi jentikkan jari-jari tangan kanannya , enam 0rang yang merentang busur serta merta melepaskan panah masing-masing. Enam panah beracun melesat ke atas atap.
Di atas atap tiba-tiba tampak c0w0k yang jadi target telah memegang sebilah katana. Senjata ini diputar laksana titiran. Enam kali terdengar bunyi berdentrang dan enam anak panah luruh ke pecahan bawah bangunan yang dimakan api.
Kini 0rang-0rang Lembah H0zu gres terbuka mata mereka. Selagi mereka masih mendelik menyaksikan kejadian tadi , Wir0 Sableng lemparkan senjata di tangannya ke bawah. Di lain kejap , salah se0rang yang tadi memanah menjerit keras kemudian r0b0h ke tanah dengan perut tertembus pedang.
Kini 0rang-0rang Lembah H0zu menjadi sangat marah. Semua mereka berteriak keras. Dua 0rang di atas kuda bergerak mengelilingi bangunan sambil memutar-mutar tali yang di ujungnya ada pengait besi. Lima 0rang yang memegang panah kembali membidikkan senjatanya. Yang lain-lain mencabut pedang kemudian mengurung bangunan. “Runtuhkan bangunan! Jangan hingga bedebah itu l0l0s!” teriak Masashigi.
4
Dua 0rang yang memegang tali berkait segera menarik tiang-tiang kayu yang masih utuh. Dua pecahan bangunan pribadi ambruk. Atap bangunan di mana Pendekar 212 berdiri miring ke kiri.
Selagi dia mengimbangi diri biar tak terper0s0k jatuh , lima anak panah beracun menderu ke arah lima pecahan tubuhnya!
Murid Sint0 Gendeng dari Gunung Gede ini keluarkan bentakan keras. Lalu dari tangan kanannya tampak memancar sinar berwarna perak. Ketika tangan itu dihantamkan , menghamparlah hawa panas disertai sambaran cahaya menyilaukan! Lima anak panah mental leleh! Lalu terdengar bunyi ledakan dahsyat! “Buummmm!”
Tanah berlapis salju di depan bangunan yang terbakar , mencuat bertaburan ke udara. Dua ek0r kuda terpelanting dan menjatuhkan penunggangnya. Di pecahan lain terdengar tiga jeritan kemudian tiga s0s0k tubuh tergeletak hangus di atas salju! Masashigi dan Min0ru dan yang lain-lainnya masih sempat menyingkir. Tapi muka mereka kini tampak seputih salju Gunung Fuji!
Ketika keadaan kembali hening , semua 0rang lagi-lagi dibikin kaget. Kini kaget alasannya ialah c0w0k yang tadi berada di atas , tak tampak lagi s0s0knya! Para pimpinan 0rang-0rang Lembah H0zu memandang berkeliling. Pemuda yang mereka cari tetap tak ada lagi , laksana amblas ditelan gunung! “Tinggalkan tempat ini!” Min0ru Shir0ta berteriak memberi perintah. 0rang-0rang Lembah H0zu yang ketika itu memang sudah merasa ngeri alasannya ialah seumur-umur belum pernah mengalami hal menyerupai itu , serta merta bergerak meninggalkan tempat itu dengan cepat.
Masashigi mendekatkan kudanya ke kuda Min0ru kemudian berkata , “Terus terang saya tidak takut kepada c0w0k tadi , walau kepandaiannya setinggi langit! Tapi untuk mencegah hal-hal yang tidak diingini , kurasa kita harus menghubungi nenek sihir Arashi. Hanya dia agaknya yang bisa menghadapi kekuatan asing yang dimiliki c0w0k itu!”
“Ya… ya…!” jawab Min0ru Shir0ta. “Nenek Arashi akan menghancur luluhkan tubuhnya hingga berbentuk sekepal daging cincang!”
Sementara itu dalam g0a , Ichir0 dan Akik0 masih terbeng0ng-beng0ng menyaksikan apa yang terjadi tadi. “Tak percaya kalau saya tidak melihat sendiri…” Ujar Ichir0.
“Pemuda asing itu…” desis Akik0. “Apa yang dikatakan sensei memang mungkin benar Ichir0….
Se0rang satria gres telah muncul di Gunung Fuji… Hawa panasnya terasa hingga ke dalam g0a ini. Kurasa itulah pukulan sinar matahari yang dikatakan guru. Luar biasa!”
“Hanya para tukang sihir pemilik ilmu hitam yang bisa melaksanakan hal menyerupai itu…” kata Ichir0.
“Tapi dia bukan tukang sihir…” bisik Akik0 , masih terkagum-kagum. “Ah , ke mana kita harus mencarinya sekarang? Dia lenyap begitu saja…!”
Ichir0 menatap paras adik seperguruannya sesaat. Dia tahu apa yang ada dalam benak dan hati adiknya itu. Sama menyerupai yang kini diinginkannya. Tapi dia aib untuk menyampaikan alasannya ialah sebelumnya dia dan Kuni0 serta Kenichi telah menganggap rendah c0w0k itu.
“Jika kalian mencarinya haruslah dengan maksud yang sama menyerupai maksudku! Dia telah mencuri kitab guru dan mencelakai diriku! Baginya hanya ada satu hal , mati!” Ichir0 dan dan Akik0 sama berpaling. Saat itu Kuni0 0ta ternyata sudah siuman dari pingsannya dan tengah tegak bersandar ke dinding g0a.
“Ah! Kuni0! Kau sudah sadar…!” seru Ichir0.Lalu bersama Akik0 menghampiri c0w0k itu.
Rumah teh Mangetsu terletak di suatu bukit di luar Ky0t0. Sepanjang hari tempat ini ramai dikunjungi 0rang yang ingin melepas dahaganya. Selain teh yang dihidangkan memang nikmat , pelayanan di sini pun sangat baik.
Pendekar 212 duduk di sudut ruangan dekat jendela. Se0rang pelayanan perempuan tiba membawakan pesanannya. Sebelum pergi pelayan itu menunjuk dingklik k0s0ng di samping Wir0 dan bertanya , “Tuan , apakah ingin saya temani?” Wir0 tersenyum. “Arigat00 G0zaimashita , terima kasih , Saya lebih suka duduk sendiri.” Pelayan itu kemudian pergi.
Setelah memandang berkeliling , Wir0 mengangkat cangkir dan meneguk tehnya. Baru saja ia meletakkan cangkir di atas meja , di pintu tampak muncul se0rang , yang dari pakaian dan keranjang bututnya , terperinci se0rang pengemis. Wajahnya tak kelihatan alasannya ialah tertutup tudung jerami lebar.
Begitu pengemis itu melangkah masuk , se0rang pelayan menghadangnya. “Pengemis dilarang berada di rumah teh ini. Lekas keluar!”
Tenang saja pengemis itu melepaskan lipatan kecil dan menyerahkan pada si pelayan. “Maksudmu c0w0k asing itu?” Si pelayan berpaling ke arah Wir0 duduk. Si pengemis mengangguk kemudian putar tubuh dan pergi. Pelayan kemudian menghampiri Wir0 kemudian meletakkan lipatan kertas di atas meja.
“Pengemis tadi meminta saya menyerahkan ini kepada Tuan.” Meski heran Wir0 mengambil kertas dan membuka lipatannya. Di situ tertera kalimat pendek berbunyi. Temui saya di Puri Nanzen , Penting!
“Aneh! Tak ada pengirim. Diakah yang ingin bertemu?” Murid Sint0 Gendeng menggaruk kepalanya. Wir0 cepat-cepat menghabiskan minumannya. Setelah membayar , ia meninggalkan rumah teh itu menuju ke pecahan barat k0ta.
Puri Nanzen sebuah puri besar yang dibangun 0leh pendeta Zen puluhan tahun lalu. Bagian luarnya dikelilingi pep0h0nan rimbun , berumput dengan dua telaga kecil , dan jalan setapak yang diberi batu-batuan. Untuk beberapa lamanya Wir0 memperhatikan bangunan itu. Sepi. Tak tampak 0rang di sana. Desah angin satu-satunya yang tertangkap di indera pendengaran Wir0.
“Jangan-jangan saya jadi permainan pengemis sinting ,” berkata Wir0 dalam hati. Dia melangkah ke tepi telaga di sebelah kanan. Berhenti di sini , memandang sekeliling gres melangkah menuju tangga puri. Bagian luar puri merupakan serambi terbuka yang mengelilingi bangunan utama. Wir0 melangkah memutari bangunan itu. Akhirnya dia kembali ke tangga sambil berpikir-pikir. Bukan tidak mungkin ada 0rang yang menjebaknya. Tapi siapa? 0rang-0rang Lembah H0zu? Dua hari belakangan ini memang banyak kejadian yang dihubungkan dengan tindak-tanduk 0rang-0rang Lembah H0zu.
Wir0 duduk beberapa saat. Ketika tidak ada juga 0rang yang muncul , dengan kesal berteriak , “Pengemis bert0pi jerami , di mana kau?” Tidak ada jawaban. Desau angin menambah dinginnya udara. Pendekar 212 berdiri sambil berteriak dan memaki , “Sialan! Aku benar-benar kecele!” Wir0 langkahkan kakinya menuruni tangga.
Tiba-tiba dari samping terdengar bunyi berdesir. Wir0 men0leh. Tiga buah benda lingkaran sebesar ibu jari melesat ke arahnya. Senjata rahasia! Sambil mengerang ia menghantam dengan satu tangan k0s0ng. Tiga senjata rahasia mengeluarkan bunyi letusan dan buyar di udara. “Mengundang kemudian memb0k0ng benar-benar perbuatan rendah!” teriak Wir0.
Baru saja memaki sebuah benda melesat berkilauan. Ternyata sebuah katana pendek. Pendekar 212 cepat mel0mpat ke samping. Pedang meleset dan menancap di serambi. “Edan!” maki Wir0 , kemudian mencabut pedang yang menancap di tiang sambil menelitinya. Wir0 tidak mengerti maksud pelempar pedang itu. Dengan kesal kesannya dihujamkan ke lantai puri. Saat itulah dia melihat ada sesuatu melayang di atas p0h0n besar di samping puri. Wir0 hendak menghantam tapi cepat sekali lenyap. Saat dikejar hingga di samping puri , tidak ada apa-apa lagi.
“Yang melayang tadi terperinci s0s0k manusia. Dia tak mungkin ada bersembunyi di halaman sini…”
Wir0 perhatikan p0h0n-p0h0n besar di sekelilingnya. Jangankan insan , burung pun tak ada yang hinggap di pep0h0nan itu.
“Aku ada di dalam sini” terdengar bunyi dari dalam puri. Wir0 cepat berpaling. “Siapa di dalam sana?”
“Masuklah cepat! Aku tak ingin ada 0rang melihatmu!” terdengar lagi bunyi dari dalam puri , kemudian pintu d0r0ng bangunan itu bergeser ke samping.
Wir0 ingin tau dan jengkel. Ia siapkan satu pukulan sakti di tangan kemudian mel0mpat memasuki puri lewat pintu yang terbuka. Begitu masuk , pintu d0r0ng tertutup kembali. “Kau!” teriak Wir0 ketika melihat s0s0k pengemis. “Kau mengundangku ke mari kemudian hendak membunuhku secara pengecut! Memb0k0ng! Apa apaan ini!?”
“Sabar jangan cepat murka Wir0. Mari kita bicara. Ada beberapa yang perlu kita rundingkan!” jawab pengemis.
Wir0 menundukkan kepala , maksudnya hendak mengintai wajah di bawah tudung itu. Namun itu tak perlu dilakukannya alasannya ialah seketika si pengemis membuka tudungnya. Ketika melihat wajah pengemis itu , terkejutlah Wir0. “Akik0! Aku benar-benar tidak mengenalimu. Suaramu-pun saya tidak kukenal!”
Gadis murid mendiang Hir0t0 Yamazaki itu tersenyum. “Aku tadi bicara dengan bunyi perut. Makanya kau tadi tidak mengenali suaraku yang menyerupai laki-laki… Sekarang suaraku bagaimana…?”
“Ah! Sekarang kudengar bunyi aslimu. Suara perempuan. Hai katakan apa-apaan yang kau lakukan ini Akik0? Mana yang lain-lain…?!”
“Sssst… jangan bicara terlalu keras. Di jepang , dinding dan p0h0n bisa mendengar…” ujar Akik0 Bessh0. “Aku sengaja menyamar alasannya ialah di luar sangat gawat. Aku melihat ada gerakan-gerakan tertentu yang dilakukan 0rang Lembah H0zu…”
“Kau betul. Mereka melaksanakan penyelidikan di mana-mana. Aku tidak mengerti ada pasukan resmi membantu mereka…”
“Berarti mereka punya kekerabatan dengan penguasa.”
“Betul ,” kata Akik0. “Bukan itu saja. Mereka melaksanakan penyelidikan dengan sewenang-wenang. Beberapa 0rang mereka siksa , bahkan ada yang dibunuh…!”
“Apa yang mereka selidiki?” tanya Wir0.
“Apalagi kalau bukan mencari jejak kita?” jawab Akik0. “Termasuk mencarimu!” kata gadis itu kemudian. “Semua ini alasannya ialah ancaman yang kau katakan sewaktu 0rang-0rang Lembah H0zu memperabukan rumah sensei!”
“Astaga! Kaprik0rnus saya telah melaksanakan kesalahan besar…?”
“Aku tidak bilang begitu. Namun itulah kenyataan yang terjadi. Kita semua harus hati-hati. 0rang-0rang Lembah H0zu telah membayar jasus untuk mencari kita… Apakah kau tidak merasa diikuti 0rang ketika menuju kemari…?”
“Heh?!” Wir0 memandang lekat-lekat ke arah Akik0. “Aku tak tahu. Jangan-jangan kecurigaanmu beralasan!”
“Di samping itu , saya punya pr0blem dengan Kuni0 0ta… ,” berkata Akik0.
“Apa masalahmu? Bagaimana keadaan c0w0k pemberang itu?”
“Dia tidak 0ke ketika saya mengambil keputusan mencarimu. Dia khawatir…”
“Khawatir atau cemburu…?” Wir0 mem0t0ng. Paras Akik0 menjadi sangat merah. Wir0 tertawa perlahan.
“Kuni0 tetap yakin bahwa kau yang mencuri kitab pelajaran Kend0 milik guru. Jika kau jujur , maukah kau menyampaikan bahwa kau tidak mencari buku pelajaran ilmu pedang yang langka itu?”
“Siapa tuhan yang paling kau h0rmati , Akik0?” tanya Wir0.
“Dewa matahari… ,” jawab sang dara.
“Nah , demi dewamu itu , saya bersumpah tidak mencuri buku atau apapun di tempat kediaman gurumu!”
“Sumpahmu tak ada harganya!” kata Akik0 pula.
“Eh , kenapa begitu?” tanya Wir0 heran.
“Kepercayaanmu dan kepercayaanku berlainan. Bagaimana mungkin kau mengangkat sumpah dengan kepercayaan 0rang lain!?”
“Ah begitu? Kau mungkin benar ,” kata Wir0 sambil menggaruk-garuk kepalanya. “Kalau begitu saya bersumpah atas nama persahabatan kita! Bisa kau terima sumpahku sekarang?”
“Masih belum.”
“Kenapa?”
“S0alnya kita belum tentu bersahabat. Aku belum tahu siapa dirimu sebenarnya. Muncul di sini entah membawa niat jahat atau apa…”
“Ah…” Wir0 geleng-geleng kepala.
“Kau keliru Akik0. Jika kau sengaja mencariku dan menginginkan pertemuan ini , berarti kau telah memperlihatkan rasa persahabatan. Kalau kau tidak percaya dirimu , apa perlunya mencari diriku dan menyamar segala!”
“Aku menyamar biar tidak tertangkap tangan 0rang-0rang Lembah H0zu dan Kuni0. Kuni0 mengancam membunuhku bila saya menemuimu ,” Akik0 menutup wajahnya menyerupai menahan tangis.
Wir0 dekati gadis itu dan pegang bahunya. “Maafkan kalau saya membuatmu menjadi murka dan bingung. Tapi saya betul-betul tidak mencuri sesuatu pun. Justru saya ingin mengusut pencuri itu dan menemukannya kembali.”
Perlahan-lahan Akik0 turunkan kedua tangannya. Sepasang mata bening gadis ini menatap ke b0la mata satria 212. “Betulkah kau hendak membantu menemukan buku itu kembali?” Tanya sang dara.
Wir0 mengangguk. “Tadi kau hendak merundingkan beberapa urusan. Urusan apa?”
“Urusan pertama ihwal kitab yang hilang. Terima kasih kau bersedia membantu. Yang kedua , ini yang penting. Cara menghadapi 0rang-0rang Lembah H0zu. Kau telah mengancam dan memberi waktu tujuh hari kepada mereka. Bisa saja sesuatu terjadi kepada mereka. Bagaimana membuktikan ancamanmu? Kau tidak bisa menghadapi mereka se0rang diri. Aku mendengar 0rang-0rang Lembah H0zu meminta pert0l0ngan nenek Arashi.”
“Siapa nenek yang mempunyai nama begitu hebat? Nenek T0pan?” tanya Wir0.
“Se0rang jag0 sihir kawakan. Dia bisa mencabut p0h0n dengan akarnya kemudian melemparkan ke arahmu!” jawab Akik0.
Wir0 keluarkan bunyi berdecak. “Belum pernah saya mendengar kehebatan menyerupai itu , saya ingin sekali melihatnya!”
“Jangan bicara takabur Wir0-san…”
“Hanya itulah urusan yang ingin kau bicarakan?” tanya Wir0 kemudian.
“Masih ada yang lainnya.”
“Apa itu?”
“Bagaimana kita bisa menyelamatkan Kenichi?”
“Itu memang bukan urusan mudah. 0rang-0rang Lembah H0zu itu memang menjaga Kenichi secara ketat. Kau tak usah memikirkan….”
“Dia saudara seperguruanku. Bagaimana mungkin saya tidak memikirkannya?!”
“Jangan salah sangka dulu Akik0. Bicaraku tadi belum selesai. Urusan Kenichi biar saya yang mengatur asal kau mau membantu…”
“Aku sendiri hanya punya kemampuan terbatas….” kata Akik0.
“Ah , kau terlalu merendah. Buktinya kau tadi memperlihatkan kehebatanmu dengan melempar senjata rahasia serta sebilah katana!”
Merahlah paras Akik0 Bessh0. “Yang kulakukan tadi bukan mencelakaimu. Itu untuk membuktikan bahwa kau se0rang yang bisa diandalkan. Apa yang dikatakan sensei bukan kisah k0s0ng…”
Wir0 tertawa lebar , “Kau tahu Akik0 , di negeriku banyak sekali 0rang yang pandai bicara. Tapi perempuan di sana bersikap diam. Tidak ada yang pandai bicara , apalagi berkelit pengecap sepertimu ketika ini… Kalau tadi pedangmu sempat menembus jantungku , tentu saya tidak akan pernah mendengar alasan yang kau katakan , iya kan?”
“Nah , sudah selesaikah urusan ini atau ada urusan lain?”
“Masih ada satu lagi. Ini yang terakhir.”
“Katakanlah!”
“Sebenarnya saya aib menyampaikannya …”
“Katakan saja Akik0 ,” ujar Wir0.
Akik0 Bessh0 membisu sesaat. Tampaknya menyerupai ragu. “Ah , baiknya kubatalkan saja mengatakannya kepadamu ,” kata gadis ini.
Wir0 menggeleng. “Memendam sesuatu tidak baik… Kau tidak percaya padaku. Atau malu. Bukankah kita bersahabat?” ujar Wir0 seraya mengambil t0pi jerami lebar dari tangan Akik0 kemudian mengenakannya di kepalanya. “Tampangku niscaya menyerupai pengemis beneran!” kata Wir0 , yang membuat Akik0 tertawa geli. “Sekarang apakah kau tidak akan mengatakannya?”
“Baiklah , saya akan terus terang saja ,” jawab Akik0. “Ini menyangkut pesan gurumu dalam surat yang dulu kau bawa untuk sensei. Apakah kau masih bersedia mengajarkan ilmu pukulan sakti berjulukan Pukulan Sinar Matahari itu?”
“Ah..! Itu rupanya!” kata Wir0 seraya tertawa lebar dan garuk-garuk kepala. “Untukmu pintu selalu terbuka , Akik0. Bagaimana dengan saudara-saudara seperguruanmu yang lain?”
“Ichir0 sebetulnya ingin juga mempelajari kesaktian itu. Tetapi dia merasa aib alasannya ialah sudah terlanjur mengejekmu. Kenichi tak masuk hitungan alasannya ialah masih berada dalam sekapan 0rang-0rang Lembah H0zu. Tinggal Kuni0. Dia niscaya akan membunuhku bila tahu saya menemuimu , apalagi hingga berguru padamu.”
“Hemmmm , begitu? Kau sungguhan ingin mempelajari Pukulan Sinar Matahari?”
Akik0 mengangguk. “Aku ingin pada ketika kau mendatangi Lembah H0zu pada hari kedelapan , saya sudah menguasai ilmu itu.”
“Semua itu tergantung pada tingkat tenaga dalam yang kau miliki dan kemampuanmu menghapal bacaan tertentu secara cepat…”
“Aku akan berguru sungguh-sungguh , siang malam…!”
5
“Bukan itu saja masalahnya Akik0. Tapi ada satu hal yang sangat berat dan kurasa tak mungkin kau lakukan…”
“Apakah itu? Apa yang harus saya lakukan?”
“0rang yang akan mempelajari pukulan sakti tersebut harus dalam keadaan tanpa pakaian…”
“Apa?!” Akik0 Bessh0 tersentak. “Gila! Aku harus telanjang?! Ilmu macam apa itu! Persetan dengan ilmu itu! Lebih baik saya tak mendapatkannya!” sang dara tampak berang dan membalik membelakangi Wir0.
Pendekar 212 tertawa mengekeh. Akik0 cepat membalik. “Mengapa kau tertawa?!” tanya Akik0 gusar.
“Kau menyerupai anak kecil! Percaya saja apa yang kukatakan tadi!”
“Jadi… Apa maksudmu sebenarnya?”
“Untuk berguru pukulan sakti itu tidak perlu harus telanjang segala! Aku hanya bergurau! Senang melihat pipimu merah kalau marah!”
“Gaijin kurang a…” Akik0 tidak teruskan ucapannya.
Di hadapannya Wir0 memberi isyarat. Ketika Wir0 melangkah keluar dari puri , Akik0 mengikuti.
Di salah satu halaman Puri Nanzen terdapat dua buah watu yang masing-masing hampir dua kali angkuh manusia. Wir0 menunjuk pada watu sebelah kanan. “Alirkan tenaga dalammu ke tangan sebelah kanan , kemudian pukul watu itu.”
“Kau hendak menguji atau bagaimana?”
“Terserah kau mau bilang apa. Tapi saya harus melihat dulu tingkat tenaga dalammu. Aku percaya kau niscaya sudah mempunyai tingkat yang tinggi , nah c0balah…!”
Perut Akik0 tampak mengempis , bibirnya terkatup rapat. Kedua kakinya menekuk dan tubuhnya turun perlahan. Tangan kanan diangkat ke atas. Lalu terdengar bentakan keras keluar dari mulutnya.
Bersamaan dengan itu tangan kanannya memukul. “Praaakkk!” Batu hitam di sebelah kanan yang jadi target hancur berantakan.
“hebat!” memuji Wir0. Dia membungkuk dan memungut serta memperhatikan pecahan-pecahan batu. “Kau mempunyai dasar tenaga dalam yang baik. Malam nanti kita mulai latihan…”
“Terima kasih ,” kata Akik0 , seraya menjura beberapa kali. Lalu gadis itu bertanya , “Sebagai imbalan , apakah yang harus kulakukan untukmu?”
Murid Sint0 Gendeng menatap wajah lingkaran di depannya beberapa saat. Lalu senyum menyeruak di mulutnya. Akik0 jadi curiga. Buru-buru gadis ini berkata , “Jangan kau berani meminta yang bukan-bukan…!”
“Aku ingat pada kepandaianmu mengubah bunyi tadi. Maukah kau mengajarkannya padaku?”
Tiba-tiba Wir0 mendengar bunyi berucap , “Wir0-san , gurumu jelas-jelas dalam suratnya menyampaikan tidak ada pamrih. Mengapa kini kau justru meminta imbalan…?”
“Astaga! Itu bunyi Hir0t0 Yamazaki!” ujar Wir0 dalam hati. Terkesima tapi juga tampak merah mukanya , c0w0k ini berpaling ke kiri dari arah mana tadi dia mendengar bunyi itu datang.
“Kau mencari siapa?” tanya Akik0 dengan senyum di bibir.
“Aku barusan mendengar…” Wir0 tak meneruskan ucapannya. Di hadapannya , Akik0 tampak berusaha menahan tawa. Kini Wir0 sadar apa yang telah terjadi. Akik0 tadi niscaya telah mempergunakan kepandaian berbicara dengan perutnya , memalsukan bunyi mendiang gurunya! Mau tak mau Wir0 hanya bisa menyengir.
Sambil garuk kepala , c0w0k ini serahkan t0pi jerami kembali pada Akik0. Belum sempat t0pi itu disentuh si gadis , tiba-tiba terdengar bunyi berdesing. Wir0 berteriak memberi peringatan. Akik0 mel0mpat ke samping kanan , Wir0 ke arah kiri. Dua bilah g0l0k pendek menderu dan menancap dit0pi jerami yang masih berada dalam genggaman Pendekar 212.
Pada ketika itu pula lima 0rang berpakaian merah melayang turun dari atas dua buah p0h0n besar yang ada di taman Puri Nanzen. Akik0 keluarkan seruan kaget. “K0mpl0tan pembunuh bayaran Teruk0!”
Lima 0rang berpakaian serba merah menyebar mengurung Akik0 dan Wir0. Mereka terdiri dari empat 0rang pria yang wajahnya dilumuri pupur berwarna merah sedang rambut dicukur pendek berdiri dan juga berwarna merah. 0rang kelima ternyata se0rang nenek berpipi cekung tetapi masih mempunyai rambut hitam lebat disanggul rapi. Mukanya celem0ngan tidak karuan.
Meski terperinci kelima 0rang itu tidak bermaksud baik , namun murid Sint0 Gendeng masih bisa bergurau. “Kalian ini para pemain sandiwara kabuki (semacam sandiwara tradisi0nal Jepang) mengapa bisa kesasar ke mari…?!”
“Pemuda asing gila! Apa dia tidak tahu gelagat tengah menghadapi siapa!” Akik0 Bessh0 memaki dalam hati. Gadis ini gerakkan kedua kakinya membuat kuda-kuda. Tangan kanannya tergantung sedemikian rupa , siap untuk mencabut katana yang tersembunyi di punggung pakaiannya.
Empat lelaki berambut merah keluarkan bunyi mendengus murka mendengar ucapan Wir0 tadi.
Sebaliknya si nenek malah keluarkan bunyi tertawa cekikikan! Dia mengerling genit ke arah Wir0 kemudian berpaling pada Akik0. “Mendiang Hir0t0 Yamazaki niscaya tidak tenteram di alam abadi melihat murid perempuannya bersuka-sukaan dengan se0rang c0w0k asing!”
“Tua bangka kurang ajar! Tampangmu buruk , mulutmu k0t0r!” teriak Akik0 marah. Tangan kanannya mulai bergerak ke arah punggung.
Perempuan berwajah celem0ngan ganda tertawa. “Mukaku memang buruk , mulutku suka usil! Hikk… hik…hik..!” jawab si nenek. Lalu sambungnya , “Tapi banyak lelaki suka padaku , Hikk… hik…hik…!”
“Aku tidak heran!” menyahuti Akik0. “Siapa yang tidak kenal dengan nenek Teruk0! Perempuan binal yang sudah jadi pelacur semenjak usia empat belas tahun!”
“Anak perawan! Mulutmu sudah kelewatan! Anak-anak , bunuh dia!” perintah Teruk0 pada keempat anak buahnya. “Sreet…!” empat bilah katana pendek dicabut berbarengan. Empat lelaki bermuka dan berambut merah itu pribadi mengurung Akik0. Si nenek sendiri sambil tertawa-tawa melangkah mendekati Wir0 , kedipkan matanya dan berkata , “Pemuda asing , tampangmu cukup menawan. Jika malam ini kau mau menginap di rumahku , saya akan ampunkan kau punya nyawa. Siapa namamu sayang…?”
Sambil berkata begitu lezat saja dan cepat sekali si nenek mencuil dagu Wir0. Murid Sint0 Gendeng mencicipi tengkuknya merinding. “Kau ini siapa? Kenal pun gres kali ini , mengapa lezat saja bicara s0al pengampunan nyawaku?” tanya Wir0.
Si nenek tertawa dan kedipkan lagi matanya. “Namaku Teruk0. Aku ketua persekutuan Teruk0 yang bisa disewa untuk melaksanakan apa saja! Saat ini saya mendapat pekerjaan untuk membunuhmu dan gadis itu! Apa kau tidak berterima kasih kalau saya kini mengampunimu?”
“Perlu apa mengampuni diriku? Apa saya punya kesalahan padamu?”
“0000…” Wir0 ikut-ikutan runcingkan mulut. “Siapa yang menyewa kalian?”
“Itu rahasiaku! Tapi di atas ranjang malam ini mungkin saya akan mengatakannya!” jawab si nenek kemudian tertawa tersipu-sipu.
“Tidak kau katakan pun saya sudah tahu. Pasti 0rang-0rang Lembah H0zu!”
“Ah , ternyata 0takmu cerdas. Aku suka pemuda-pemuda cerdas sepertimu…” kata nenek Teruk0 pula.
Saat itu terjadi perkelahian antara Akik0 dengan empat anak buah Teruk0. Seperti diketahui , Akik0 ialah satu-satunya murid pewaris ilmu pedang paling pandai dari Hir0t0 Yamazaki. Katana yang tergenggam di kedua tangannya menderu ganas menghadapi empat pedang pendek keempat penger0y0knya. Para penger0y0k yang tidak menyangka bakal mendapatkan perlawanan keras , sambil berteriak-teriak memperapat kurungan dan lancarkan serangan-serangan berantai.
Untuk beberapa lamanya Akik0 sanggup membendung serangan empat lawannya , tetapi sesudah berkelahi lebih dari sepuluh jurus , walaupun sempat melukai lengan salah se0rang penger0y0k , pada kesannya gadis ini mulai terdesak. Keselamatannya terancam.
“Hentikan serangan kalian! Jangan main ker0y0k!” teriak Wir0. Masih dengan memegang t0pi jerami yang ditancapi dua bilah g0l0k , Wir0 segera mel0mpat ke tengah pertarungan. Namun ada se0rang menarik pinggang celananya. Ketika dia berpaling , ternyata nenek Teruk0 yang melakukan! Nenek itu tersenyum dan lagi-lagi kedipkan mata!
“Tua bangka sialan!” maki Wir0 dalam hati. Lalu dia membentak , “Perintahkan empat anak buahmu menghentikan penger0y0kan! Lalu cepat pergi dari sini!” Dalam keadaan murka Wir0 hampir tidak sadar kalau tangan si nenek masih memegangi pinggang celananya. Tiba-tiba tangan itu cepat sekali menyusup ke dalam celana Wir0.
Pendekar 212 tergagap kaget. Hampir saja angg0ta terlarangnya disentuh jari-jari tangan kurang didik nenek Teruk0. Saking marahnya , Wir0 pribadi gebukkan t0pi jerami di tangan kanannya ke muka Teruk0! Perempuan bau tanah itu tertawa cekikikan. Dia terpaksa menarik tangan kanannya yang jahil. Sambil mundur dua langkah , dia silangkan lengan kiri untuk menangkis gebukan t0pi jerami.
“Braakkk!” T0pi jerami milik Akik0 itu hancur berantakan. Dua bilah g0l0k yang tadi menancap di t0pi mencelat ke udara. Begitu senjata itu jatuh ke bawah , nenek Teruk0 mel0mpat keatas. Di lain kejap , kedua g0l0k itu sudah berada dalam genggaman si nenek! Dan hebatnya , sesaat kemudian senjata itu telah dilemparkannya ke arah Akik0 Bessh0 , padahal ketika itu si gadis berada dalam keadaan terdesak hebat!
Akik0 bukannya tidak melihat kedatangan dua g0l0k yang menyebar ke arahnya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa alasannya ialah ketika itu empat lawan menyerbu dengan dahsyat! Kalau pedangnya digunakan untuk menangkis dua g0l0k , tubuhnya tidak terlindung lagi dari gempuran pedang para penger0y0k!
Dalam keadaan genting menyerupai itu , tiba-tiba terdengar bunyi teriakan Pendekar 212. “Akik0! Tangkis dua g0l0k terbang!” Bersamaan dengan itu , murid Eyang Sint0 Gendeng d0r0ngkan kedua tangannya ke arah empat penger0y0k yang berpakaian dan berwajah serta berambut merah. Dua gel0mbang pukulan sakti berjulukan “Dewa T0pan Menggusur Gunung” yang didapatnya dari Tua Gila , se0rang sakti dari pulau Andalas , menghantam dahsyat. Empat 0rang murid nenek Teruk0 berteriak kaget ketika menyadari tubuhnya laksana terseret badai. Mereka berusaha bertahan sambil mengejar Akik0 dengan ujung senjata masing-masing.
Tapi , “Wusssss!” Keempat lelaki itu mencelat mental , bergulingan di tanah dan untuk beberapa ketika tergeletak dengan muka merah mereka tampak babak belur! Salah se0rang menc0ba berdiri , tapi terhuyung-huyung dan batuk beberapa kali. Dari mulutnya meleleh darah , kemudian lelaki itu r0b0h kembali.
“Trang… trang…!” Seperti yang diteriakkan Wir0 , Akik0 kini bisa mempergunakan pedangnya untuk menghantam mental dua g0l0k pendek yang tadi dilemparkan nenek Teruk0. Selamatkan gadis ini dari serangan maut. Akan halnya nenek Teruk0 si kepala persekutuan kegetnya bukan kepalang. Dia memang gusar melihat Akik0 l0l0s dari kematian. Namun yang membuatnya tersirap ialah pukulan sakti yang dilepaskan Pendekar 212 , yang sempat membuat empat anak buahnya terpental dan babak belur terkapar di halaman puri.
“Pemuda asing ini luar biasa! Ilmu pukulannya tidak kalah dengan nenek Arashi. Ada kekerabatan apa c0w0k ini dengan nenek sihir itu! Ah , saya benar-benar bisa jadi hit0me b0re (cinta pada pandangan pertama) padanya! Jika saya bisa memanfaatkan dirinya , tidak sulit menjadi 0rang n0m0r satu di negeri ini!”
Nenek Teruk0 maju dua langkah mendekati Pendekar 212. Tanpa pedulikan lagi empat anak buahnya yang cedera , si nenek berkata , “Anak muda , ternyata kau mempunyai pukulan sakti sehebat badai. Apa sangkut pautmu dengan nenek Arashi?”
Wir0 yang pernah mendengar nama nenek tukung sihir itu menjawab , “Aku tidak ada sangkut paut dengan segala macam nenek-nenek , termasuk denganmu!”
“Ah , jangan begitu anak muda. Dengar… saya bersedia menimbulkan kau sebagai wakilku. Kita bekerja sama , gajimu enam tail perak sebulan! Pasti kau mau menerima!”
“Wir0-san! Jangan terpancing!” teriak Akik0.
“Pasti saya men0lak!” sahut Wir0 , membuat si nenek terperangah.
“Anak kurang pandai , setahun bekerja denganku , kau bisa membangun puri sebagus puri Nanzen ini! Apa itu tidak hebat?”
“Aku tidak suka jadi 0rang hebat. Nenek , saya minta kau meninggalkan tempat ini dan jangan ganggu kami lagi!” kata Wir0.
“Enak saja kau berucap begitu…!”
“Lalu maumu apa?”
“Kuberi susu kau minta jelaga. Kuberi madu kau minta racun! Sekarang bersiaplah untuk mati!” kata nenek Teruk0. Lalu dari balik pakaiannya dia mengeluarkan senjata t0mbak aneh. Ujung satunya berupa sebilah pedang pendek , sedang ujung lainnya berbentuk lingkaran penuh dengan l0bang kecil.
Melihat ini , Akik0 segera mendekati Wir0 dan berbisik. “Hati-hati dengan ujung t0mbak berbentuk bulat. Di dalamnya tersimpan racun yang bisa membuat mata buta serta menutup jalan nafas!”
“Terima kasih , kalau begitu lekas kita tutup jalan nafas dan kau berdiri dekat p0h0n sana!” kata Wir0. Sebagai satria yang sudah kebal terhadap segala jenis racun , sebetulnya Wir0 tidak khawatir. Namun murid Sint0 Gendeng tidak mau menganggap rendah 0rang.
“Wutttt!” Nenek Teruk0 kiblatkan senjatanya. Dari l0bang kecil pada ujung berbentuk b0la serta merta menebar benda berbentuk butir pasir halus. Begitu menyentuh udara meletus dan berkembang menjadi asap hitam yang baunya busuk luar biasa , membuat jalan pernafasan sesak dan mata perih.
Selagi asap menutup pemandangan , si nenek pergunakan kesempatan tusukkan ujung pedang ke arah perut lawan!
Pendekar 212 berseru keras. Tubuhnya melesat ke udara setinggi satu setengah t0mbak. Dari atas dia pribadi melepas pukulan k0s0ng. Tapi cepat sekali nenek menyambar ke arah pergelangan tangannya. Selagi Wir0 menarik kembali serangannya , senjata lawan sudah menyemburkan asap lagi.
Wir0 mencicipi jalan pernafasannya sesak. Kaki kirinya melesat mencari target nenek Teruk0. Si nenek cepat sekali menundukkan kepala dan tiba-tiba t0mbak dengan cepat menusuk ke atas selangkangan Wir0. “Nenek gila , gerakannya cepat sekali ,” maki Wir0. Mau tidak mau dia membuang diri ke samping. Untuk menghindari serangan , dia pribadi melepas serangan “Kunyuk Melempar Buah”.
Nenek Teruk0 gusar besar melihat serangannya yang susul menyusul bisa dielakkan lawan.
Asap beracunnya tidak berhasil mencelakakan c0w0k itu. Dan kini dari atas kini dia mencicipi ada gundukan watu raksasa yang siap menimbunnya. Sambil memutar t0mbaknya , nenek mel0mpat mundur. Tangan kirinya dipukulkan ke atas. Dia memang mempunyai pukulan sakti mengandung tenaga dalam tinggi. Tapi begitu pukulannya bertemu dengan pukulan lawan , menjeritlah perempuan bau tanah bermuka celem0ngan ini. Tangan kirinya terkulai lemas , kemudian terbanting di tanah. Dia tidak lagi bisa menggerakkannya!
“Celaka! Apa yang terjadi dengan tanganku ini!” si nenek mengeluh dalam hati. Selagi kebingungan menyerupai itu , tendangan Wir0 hingga di tubuh t0mbak yang ada di tangan kanannya.
Tak pelak lagi , pedang itu terpental jatuh di atas rumput taman puri Nanzen dalam keadaan bengk0k!
Nenek Teruk0 berseru tegang. Empat anak buahnya terkesiap kaget. Saat itu Pendekar 212 telah menjejakkan kedua kakinya di atas tanah kembali sambil bert0lak pinggang dan berkata. “Kalau pelajaranku tadi belum membuatmu kap0k , bersiaplah mendapatkan pelajaran susulan!”
Wajah nenek Teruk0 membesi. Pandangan matanya berangasan sekali. Dia berteriak keras. Tangan kanannya sesaat kemudian bergerak ke punggung dan memegang sebilah katana. “Kalau kau bisa mengalahkanku dalam ilmu kend0 , gres saya mengaku kalah! Keluarkan senjatamu!”
Wir0 memberi isyarat kepada Akik0 yang tegak dekat p0h0n. “Biar saya yang melayani nenek buruk itu” ujar sang dara sambil cabut pedangnya. “Pinjami saya katana-mu ,” ujar Wir0. Meski tidak senang alasannya ialah ingin sekali menc0ba kehebatan nenek Teruk0 , kesannya Akik0 lemparkan juga pedangnya pada Wir0.
“Kau akan mendapatkan pelajaran berikutnya dariku nenek Teruk0…” kata Wir0 sambil menyeringai , begitu katana ada dalam genggaman tangannya. Tidak menyerupai 0rang-0rang Jepang , Wir0 memegang pedang hanya dengan sebelah tangan. Si nenek balas menyeringai. Melihat Wir0 hanya memegang pedang dengan sebelah tangan , perempuan bau tanah ini merasa dihinakan sekali. Padahal Wir0 memang tidak bisa memegang pedang dengan dua tangan!
Didahului jeritan keras , nenek Teruk0 memulai serangan. Pedangnya membabat setengah lingkaran.
Wir0 menyeruduk maju. Gerakannya terperinci sangat berbahaya alasannya ialah senjata lawan sanggup memenggal leher dan pinggang ketika itu juga. Tapi ketika pedang lawan hendak menyentuh tubuhnya , tiba-tiba Wir0 terhuyung ke kiri dan menyeruduk ke kanan. Gerakan-gerakan itu menyerupai 0rang mabuk. Tapi anehnya , dua kali serangan nenek Teruk0 sanggup dielakkannya! Inilah kehebatan silat yang dipelajari dari Tua Gila.
“Iblis! Aku lebih baik melaksanakan harakiri (bunuh diri) bila tidak bisa mencincang tubuhmu!” teriak nenek Teruk0 marah. Dari mulutnya keluar jeritan tinggi. Senjata di tangannya kembali membabat.
Pendekar 212 membuat gerakan aneh. Lalu tangan kanannya yang memegang pedang tampak menggebrak ke depan , mem0t0ng arah sambaran senjata lawan. Sesaat pedang akan beradu , si nenek tiba-tiba meluncurkan pedangnya ke bawah!
Wir0 kaget melihat gerakan tidak terduga ini. Cepat dia mel0mpat ke belakang. Tapi ujung pedang nenek masih sempat menyambar lengan baju sebelah kanan! “Breet!” Lengan baju itu r0bek besar.
Si nenek keluarkan bunyi tertawa nyaring. “Sekarang gres bajumu! Sebentar lagi perutmu yang r0bek ,” kata si nenek sesumbar.
Wir0 mencibir. “Lihat pedang!” teriaknya , kemudian memainkan jurus-jurus langka dari ilmu silat 0rang gila. Sambil berkelahi dari mulutnya muncul bunyi siulan!
“Bagus , Menyanyilah terus! Nyanyianmu itu ialah nyanyian kematian yang mengantarkanmu ke pintu kematian ,” kata nenek Teruk0 pula.
Tapi nenek malah keluarkan seruan keras ketika ujung pedang lawan menyambar sempurna di depan hidungnya! Tengkuknya terasa dingin. Dia tahu betul , kalau mau , c0w0k itu bisa membuat hidungnya sumplung! Hati nenek Teruk0 mulai mendua.
Dia putar katana-nya dengan sebat. Suara pedang menderu-deru laksana titiran menggempur ke arah lawan. Tiba-tiba nenek sadar bahwa gempurannya tidak akan menghasilkan apa-apa , alasannya ialah lawannya sudah tidak ada lagi di depannya!
“Jangan lari!” teriak nenek Teruk0.
“Siapa yang lari nek! saya di sini!”
Nenek Teruk0 berpaling. “Keparat!” c0w0k lawannya sedang duduk enak-enakan di atas watu di taman yang berumput sambil meneguk seb0t0l sake!
Dengan pedang di tangan nenek Teruk0 mel0mpat ke arah Wir0 , sementara Wir0 dengan hening menutup kembali b0t0l minumannya. Saat itulah pedang di tangan nenek Teruk0 menyambar. Wir0 lemparkan b0t0l sake ke udara. Dia jatuhkan diri ke atas batu. Begitu senjata lawan lewat , dia cepat mel0mpat menyambut b0t0l dan membabatkan pedangnya ke bawah.
Dari tempatnya berdiri , Akik0 berdecak kagum dan geleng-geleng kepala melihat akr0bat maut Wir0. Kekagumannya ternyata tidak hanya hingga di situ. Tiba-tiba , untuk pertama kalinya , Wir0 benar-benar melaksanakan serangan. Pedang di tangan c0w0k itu lenyap berkembang menjadi sinar putih dan mengeluarkan bunyi bersiuran. Nenek Teruk0 mundur m0rat-marit.
“Wuuuut!” Pedang Wir0 menyambar gulungan k0nde di kepala. K0nde itu terlepas mental! Kini kelihatanlah rambut 0risinil yang tadi tertutup di bawah k0nde itu. Ternyata rambut si nenek sudah putih semua! Wir0 tertawa tergelak-gelak melihat rambut palsu nenek terpental , sementara rambut aslinya yang putih tergerai awut-awutan.
Sebaliknya wajah nenek Teruk0 tampak kelam membesi. Kuduknya berair 0leh keringat dingin.
Sepasang matanya membara. Mimiknya menyerupai seek0r ular yang hendak menerkam mangsanya.
Nenek Teruk0 maju dua langkah. Tiba-tiba nenek bau tanah itu menjatuhkan dirinya , berlutut kemudian membungkuk dalam-dalam seraya berkata , ”Aku mengaku kalah!” kemudian laksana kilat kedua tangannya yang memegang pedang menghujamkan senjata itu ke perutnya!
“Trangg!” Hanya seujung kuku pedang itu akan menembus perut si nenek , Pendekar 212 lemparkan pedang di tangannya. Senjata itu berhasil menghantam lepas pedang yang hendak digunakan harakiri 0leh nenek.
6
Nenek Teruk0 angkat kepalanya. Sepasang matanya memandang tidak berkedip ke arah Wir0. Jelas perempuan bau tanah ini berusaha sekuat-kuatnya tidak mengeluarkan air mata. Perlahan-lahan dia kemudian berdiri. “Terima kasih! Aku benar-benar tidak akan melupakan pelajaran darimu!” kemudian dia membungkuk dalam-dalam.
“Tunggu dulu!” seru satria 212 ketika si nenek meninggalkan tempat sambil mengajak anak buahnya. Nenek Teruk0 menghentikan langkahnya dan berpaling pada Wir0. “Aku dan Akik0 tahu sesungguhnya kau bukan perempuan jahat. Aku perlu bantuanmu….!”
Si nenek menjura. “Aku berhutang budi dan nyawa padamu. Bantuan apa yang kau inginkan , silakan katakan!” Wir0 kemudian mengajak nenek mendekat p0h0n tempat Akik0 berdiri. Ketiga 0rang itu tampak membicarakan sesuatu dengan serius.
Lembah H0zu berada dalam keadaan gelap , sunyi dan dingin. Nenek Teruk0 mend0r0ng tubuh Akik0 yang terikat kedua tanganya dan ditekuk di belakang punggung. Di sampingnya , berjalan se0rang anak buahnya yang berpakaian serba merah , muka dilumuri pupur merah sedangkan rambutnya juga berwarna merah. Di tengah lembah si nenek berhenti melangkah. Dia memandang berkeliling. Di balik kerapatan pep0h0nan tampak bangunan tanpa dinding. Namun dia tidak melihat se0rang pun.
“Aneh… ,” kata si nenek perlahan tapi cukup terdengar 0leh Akik0. “Tidak ada 0b0r , bangunan itu k0s0ng mel0mp0ng , tak satu pun kelihatan. Apa yang terjadi?!”
Akik0 berpaling pada perempuan bau tanah itu. Lalu sunggingkan senyum dan berkata , “Tidak ada yang aneh! Hari ini ialah hari kedelapan. Hari terakhir jatuhnya ancaman c0w0k asing yang 0leh guruku dijuluki Pendekar Gunung Fuji! 0rang-0rang Lembah H0zu yang membayarmu niscaya sudah pagi-pagi kabur ketakutan! Ternyata mereka insan pengecut!”
Baru saja gadis itu berkata demikian tiba-tiba terdengar bunyi suitan nyaring disusul melayangnya beberapa s0s0k tubuh dari pep0h0nan. Dan enam 0rang bersenjatakan panah sudah mengepung nenek Teruk0 , Akik0 dan anak buah nenek. Masing-masing mengarahkan sebatang anak panah beracun ke ketiga 0rang itu.
Lalu terdengar satu suara. “0rang-0rang Lembah H0zu tidak ada yang pengecut! Lidahmu pantas dicabut n0na Akik0!” Bersamaan dengan itu muncul s0s0k berpakaian putih berikat pinggang dan kepala kain merah. 0rang ini ialah Masashigi Sakaji , salah se0rang pembunuh Hir0t0 Yamazaki.
Begitu melihat pembunuh gurunya , Akik0 berteriak murka dan dalam keadaan tangan terikat kebelakang ia berusaha mendekati Masashigi Sakaji. Tapi nenek Teruk0 cepat mencekal leher pakaiannya. “Manusia banci! Kau menger0y0k dan membunuh guruku! Aku menantangmu bermain pedang hingga seratus jurus! Mana kawanmu satu lagi?!”
Sakaji tertawa terkekeh. Dia mendekati si gadis kemudian , “Plaaak!” Tamparannya melayang ke pipi Akik0.
Gadis itu terpekik dan dari pipinya mengucurkan darah. “Pengecut busuk!” teriak Akik0 kemudian meludahi muka Sakaji dengan ludah bercampur darah.
Masashigi Sakaji , 0rang kedua di Lembah H0zu menyerupai dipanggang rasa marah. Setelah membersihkan mukanya dengan lengan pakaian pribadi saja dia mencabut katana.
“Tunggu!” ujar nenek Teruk0 seraya maju ke depan.
“Apa maumu Teruk0 ,” sentak Masashigi. “Gadis ini berada dalam kekuasaanku. Jika kau melunasi sisa pembayaranku , silakan mau berbuat apa saja padanya!”
“Tua bangka tidak tahu diri! Datang tidak memberi lap0ran apa-apa kini minta bayaran! Apa hasilmu memata-matai murid Yamazaki dan c0w0k asing itu?!”
“Tiga anak buahku tewas. Masih untung saya bisa menangkap hidup-hidup gadis ini sebagai imbalan! Sekarang kau menyerapah tidak karuan! Aku mau bicara dengan Min0ru Shir0ta dan Sumi0 Matsuura! Antarkan saya kepadanya!” nenek Teruk0 memandang beringas kepada Masashigi Sakaji.
Ingin sekali Sakaji mengepruk kepala nenek bermuka celem0ngan itu. Tapi mengingat ada kekerabatan sangat erat dengan 0rang-0rang Lembah H0zu , yaitu Sumi0 Matsuura , lagi pula nenek mendapatkan kiprah pribadi dari Sumi0 , maka Sakaji menahan diri. Dia mengg0yangkan kepala memberi tanda. 0rang yang membawa panah menurunkan busur masing-masing. Dengan muka masam Masashigi memberi isyarat nenek mengikutinya.
Dalam gelap malam , r0mb0ngan itu melangkah memasuki hutan cukup jauh , kesannya tampak nyala lampu di sebelah depan. Lalu kelihatan beberapa buah bangunan. Sayup-sayup terdengar bunyi pedang beradu. Begitu mendekati bangunan di rimba pinus itu , terkejutlah Akik0 melihat apa yang telah berlangsung di halaman samping salah satu bangunan. Kenichi Asan0 , saudara seperguruannya sedang melatih 0rang-0rang Lembah H0zu ilmu pedang kend0 yang jelas-jelas ciptaan dari Hir0t0 Yamazaki. Lebih mengejutkan lagi , sesekali Kenichi melihat buku yang terletak di atas batu. Lalu melanjutkan latihan lagi. Dan buku di atas watu itu ialah milik Yamazaki yang hilang! Apa sesungguhnya yang terjadi? Bukankah Kenichi menjadi tawanan 0rang-0rang Lembah H0zu? Mengapa justru dia yang melatih dan memperlihatkan ilmu pedang bersama-sama? Lebih dari itu bagaimana buku berharga itu bisa hingga di tempat itu?
“Kenichi!” teriak Akik0 tidak tahan dan tidak sabar lagi. Kenichi yang sedang latihan pedang terkejut dan berpaling. Wajahnya mendadak berubah pucat. Suaranya bergetar.
“Akik0… apa yang terjadi atas dirimu? Bagaimana kau bisa ke tempat ini?”
Akik0 menatap wajah saudara seperguruannya itu beberapa ketika kemudian menjawab. “Apa yang terjadi atas diriku dan bagaimana saya bisa hingga di tempat ini tidak penting Kenichi! Justru saya ingin meminta penjelasanmu! Apa yang kau lakukan di tempat ini? Bukankah kau tawanan 0rang-0rang Lembah H0zu?! Kau juga harus menjelaskan bagaimana buku milik sensei berada di tempat ini!”
“Di sini bukan tempat dan saatnya bertutur cakap!” satu bunyi dari balik bangunan. Tiga 0rang muncul dari balik kegelapan. Di sebelah depan ialah Sumi0 Matsuura , pemimpin 0rang-0rang Lembah H0zu. Di belakangnya mengikuti Min0ru Shir0ta , 0rang ketiga dalam k0mpl0tan.
Di samping kiri Sumi0 melangkah terbungkuk-bungkuk se0rang perempuan bau tanah , jauh lebih bau tanah dari nenek Teruk0 , mengenakan pakaian asing alasannya ialah diganduli tabung bambu sepanjang sejengkal.
Nenek itu juga mempunyai t0ngkat bambu berwarna asing , setengah biru setengah merah. Sepasang mata perempuan bau tanah ini tidak bisa membisu , selalu berputar-putar dan jelalatan ke sana ke mari. Inilah 0rang yang disebut nenek Arashi alias nenek T0pan atau nenek Badai. Sejak bentr0k dengan Pendekar 212 , 0rang-0rang Lembah H0zu meminta nenek jag0 sihir itu membantu menjaga segala kemungkinan.
Sumi0 berpaling ke nenek Ter0k0 dan menegur. “Sahabatku Teruk0! Kau tiba membawa tawanan berwajah cantik. Kalau tidak salah , bukankah dia murid perempuan satu-satunya dari Hir0t0?”
“Kau betul Sumi0. Untuk sanggup menangkapnya harus meng0rbankan tiga anak buahku!”
“Hemmmm…… , begitu…?” ujar Sumi0. Sepasang matanya menatap tidak bergesip ke arah anak buah nenek Teruk0 yang berambut dan bermuka merah. “Apa yang kau lakukan terhadap gadis ini?” tanya Sumi0.
“Kalau kau membayar lunas saja bayaranku , gadis ini jadi milikmu! Terserah mau kau jadikan apa! Menjadi gundikmu atau membunuhnya!”
“Jangan melaksanakan hal yang bukan-bukan terhadap adik seperguruanku!” satu bunyi menegur dengan keras. Yang berkata ternyata Kenichi Asan0.
Min0ru Shir0ta mendehem beberapa kali. “Asan0-san , semenjak kau menjadi pecahan dari kami , lupakan sebutan dan kekerabatan adik-kakak seperguruan!”
“Tapi…” mem0t0ng Kenichi.
“Tidak ada tapi-tapian! Tugasmu di sini ialah melatih ilmu pedang , tidak mencampuri dalam urusan kami lainnya!”
“Kenichi… Kaprik0rnus kau…” ujar Akin0 tidak bisa melanjutkan ucapannya alasannya ialah tiba-tiba dip0t0ng 0leh Sumi0.
“Dugaanmu benar n0na Akik0. Saudara seperguruanmu telah menjadi saudara seperguruan kami. Dia mengajarkan ilmu pedang ciptaan gurumu!”
Mata Akik0 terbelalak memandang ke arah Kenichi. Yang dipandang men0leh ke jurusan lain.
“Kenichi , jadi kau yang mencuri buku guru. Lalu bergabung dengan insan jahat Lembah H0zu! Malah kau gunakan buku itu sebagai dasar untuk melatih! Kau benar-benar pengkhianat busuk paling keji di dunia ini! Terkutuk!”
Paras Kenichi seputih kertas. Tubuhnya bergetar. Sesaat c0w0k itu tampak bimbang.
Lalu dia berkata kepada Misu0 , “Saya minta kebebasan bagi Akik0. Kalau kalian mencelakainya , saya tidak akan teruskan pelajaran ilmu silatnya. Buku itu akan kubawa dan saya akan tinggalkan tempat ini!”
Baik Sumi0 , Min0ru dan Sakaji sama-sama tertawa mendengar ucapan Kenichi. “Kami membayarmu besar untuk bergabung bersama kami dan membawa buku pedang itu. Jika kau berniat pergi silakan. Tapi terpaksa kau harus meninggalkan sesuatu di sini , nyawamu!” kata Sumi0.
“Tidak ada satu 0rang pun di sini bisa memaksaku! Kalau kau mencelakaiku dan juga gadis itu , kalian tidak akan mendapatkan ilmu pedang ciptaan mendiang guruku itu seutuhnya!”
“Apa maksudmu?!” tanya Sumi0 keras. “Sebelum ke mari , saya telah mer0bek sebagian dari buku itu. Yang separ0h pecahan belakang saya sembunyikan di suatu tempat , separuhnya lagi itulah yang saya bawa ke mari!”
“Hemm… bagus sekali perbuatanmu Kenichi!” kata Sumi0. Tampangnya memperlihatkan kemarahan.
“Kamu mengkhianati ke kiri dan ke kanan! Silakan ambil buku itu dan minggat dari sini! Tapi menyerupai kataku tadi , nyawamu tinggal di sini!”
Tiba-tiba ada bunyi berteriak. “Ada penyusup di atap!”
Suara suitan terdengar bersahut-sahutan. Belasan 0rang-0rang Lembah H0zu dengan banyak sekali macam senjata segera mengurung bangunan di sebelah kiri di mana tampak dua s0s0k tubuh merayap di atas atap. Min0ru Shir0ta dan Masashigi Sakaji ikut berkelebat mendekati bangunan.
Sedang Sumi0 dan nenek Arashi tetap di tempat masing-masing.
Dalam gelapnya malam Akik0 tidak mengenali siapa adanya kedua 0rang itu. Namun sesudah memandang dengan seksama , kagetlah gadis ini. Dua 0rang di atas atap sana bukan lain Ichir0 I0ki dan Kuni0 0ta. “Ichir0… Kuni0…” desis Akik0. “Kenapa kalian senekad itu?!”
“Manusia-manusia t0l0l!” di samping Akik0 nenek Teruk0 ikut menyerapah. Lalu sambungnya ,
“N0na Akik0 , sesuai perjanjian , tugasku hanya hingga di sini. Hidup matimu kini ada di tangan sendiri!”
Setelah berkata begitu nenek Teruk0 pribadi hendak berkelebat pergi. Tapi tahu-tahu nenek Arashi sudah mencegatnya sambil tertawa mengekeh. “Mau lari ke mana kau Teruk0? Sumi0 mungkin tidak mendengar , tapi saya tidak tuli. Ucapanmu tadi cukup terperinci mampir di kedua telingaku!”
“Aku tidak mengerti maksud ucapanmu!” kata nenek Teruk0 , padahal wajahnya tampak berubah.
Nenek Arashi tertawa panjang. “Kau dibayar bukan untuk berkhianat! Kau layak mampus duluan Teruk0!” Nenek Arashi menghembus kuat-kuat ke depan.
“Wusss!” Asap hitam mendadak menebar di tempat itu , kemudian bergulung dan sesaat kemudian berubah membentuk sepasang tangan hitam panjang yang laksana kilat menyambar ke arah batang leher nenek Teruk0!
“Sepasang Tangan Iblis!” teriak nenek Teruk0 ketika mengenali ilmu sihir yang dikeluarkan nenek Arashi. Cepat-cepat ia jatuhkan diri ke tanah , cabut katana yang ada di balik punggungnya , kemudian sambil bergulingan di tanah , perempuan bau tanah ini sapukan pedangnya membabat sepasang kaki nenek Arashi!
“Wusss!” Untuk kedua kalinya mengebu asap dari mulutnya. Kali ini asap berwarna putih. Ketika nenek Teruk0 melihat ke depan , tersiraplah darah perempuan bau tanah ini. Asap putih tadi telah berubah membentuk s0s0k tubuh perempuan bau tanah yang terperinci menyerupai sekali dengan dirinya! Jalan pikiran nenek Teruk0 serta merta menyangka bahwa dia tengah menyerang dirinya sendiri.
Cepat dia tahan serangan pedangnya. Justru ketika itu nenek Arashi kirimkan satu tendangan ke arah kepala. Yang terakhir ini tidak punya kesempatan lagi untuk berkelit selamatkan kepalanya!
Sementara itu di atas atap , dalam keadaan gugup alasannya ialah penyusupannya diketahui , Ichir0 dan Kuni0 segera menyulut api untuk memperabukan bangunan. Baru saja api menyala dan mulai memperabukan atap , dari bawah enam anak panah beracun melesat ke atas atap. “Awas panah beracun!” teriak Ichir0 yang mendengar lebih dulu bunyi desingan belum dewasa panah itu kemudian cepat-cepat jatuhkan diri sama rata dengan atap.
Akan halnya Kuni0 , c0w0k ini juga sempat jatuhkan diri tapi kakinya terpeleset. Tak ampun lagi , Kuni0 menggelinding ke pecahan atap sebelah bawah. Pemuda ini jungkir balik dua kali berturut-turut kemudian turun di tanah dengan kaki lebih dulu. Namun begitu menginjak tanah , tiga ujung katana tiba-tiba menuding di depan hidung , pelipis kiri dan kepala pecahan belakangnya!
Yang memegang pedang di sebelah depan bukan lain Masashigi. “Murid Yamazaki , saya hargai keberanianmu menyusup ke tempat kami! Tapi untuk itu kau harus membayar mahal!” Masashigi putar pergelangan tangannya.
“Craass!” Ujung katana mer0bek pipi kiri Kuni0. Darah mengucur , tapi c0w0k ini berusaha keras untuk tidak menjerit. Tangannya bergerak hendak menghunus pedangnya , namun pengurung di samping kiri babatkan senjatanya , membuat Kuni0 terpaksa tarik pulang tangannya kembali.
Sekarang c0w0k ini sama sekali tak berdaya di bawah ancaman tiga pedang maut!
Ketika nenek Teruk0 hendak berkelebat pergi , Akik0 Bessh0 cepat dan dengan gampang membuka ikatan tangannya yang memang ikatan b0h0ngan. Dara ini pribadi mencabut katana-nya dan menyerbu ke tempat di mana Kuni0 tegak dalam keadaan tidak berdaya.
Masashigi mencicipi ada angin hirau taacuh menyambar punggungnya. Katana yang ditudingkannya di depan hidung Kuni0 segera diputar dengan gerakan membabat ke belakang. “Trang!” Katana milik Masashigi saling bentr0kan dengan katana di tangan Akik0. Gadis ini mel0mpat ke kiri sambil berteriak keras. Pedangnya berkiblat. 0rang yang memegang pedang dan menudingkan ke pecahan belakang kepala Kuni0 menjerit. Pinggang kirinya hingga ke perut r0bek besar. 0rang ini pribadi r0b0h , menggeliat beberapa kali kemudian tewas!
Ilmu pedang matahari yang sudah diwarisi Akik0 dari Hir0t0 Yamazaki memang luar biasa hebat dan ganasnya. Jika saja ketika itu dia bukan berhadapan dengan t0k0h-t0k0h Lembah H0zu , mungkin dalam beberapa gebrakan saja dia akan berhasil membereskan lawan-lawannya.
Namun Masashigi Sakaji dan Min0ru Shir0ta bukan 0rang-0rang sembarangan. Walaupun dengan cara menger0y0k , kedua 0rang ini telah berhasil mer0b0hkan dan menewaskan Hir0t0 Yamazaki yang dikenal dengan julukan Pendekar Pedang Matahari. Padahal selama bertahun-tahun Yamazaki menjadi t0k0h n0m0r satu dalam kend0 di seluruh daerah Jepang.
Kita kembali pada perkelahian antara dua nenek , yaitu Teruk0 dan Arashi. Saat itu nyawa nenek Teruk0 terancam 0leh tendangan maut yang dilancarkan nenek Arashi ke arah kepalanya tanpa dia bisa menangkis atau berkelit.
Dalam keadaan yang sangat kritis itu tiba-tiba dari samping melesat satu bayangan merah. angin deras bersiur dan tubuh nenek Arashi terg0ntai keras kemudian terjajar ke samping. Tendangannya hanya mengapung di udara. Nenek Arashi terkejut besar ketika melihat yang barusan mend0r0ngnya hingga terjajar begitu rupa ialah anak buah nenek Teruk0 yang berpakaian serba merah , bermuka serta berambut merah.
Sumi0 Matsuura tak kalah kagetnya menyaksikan hal ini. Dia tahu betul Teruk0 mempunyai empat 0rang anak buah yang berkepandaian tinggi. Namun kepandaiannya itu tidak cukup ampuh untuk sanggup membuat nenek Arashi terpelanting begitu rupa! Maka kedua 0rang itu pun menjadi curiga.
“Bangsat! Siapa kau sebenarnya?!” sentak Sumi0 Matsuura.
Sepasang mata nenek Arashi berputar-putar dan berkilat-kilat saking marahnya. “Setahuku , anak buah perempuan kampret ini mememiliki rambut merah pendek! Yang satu ini mengapa berambut g0ndr0ng!?”
Terdengar tawa nenek Teruk0. Sambil berdiri berdiri perempuan bau tanah ini berkata , “Mata kalian cukup tajam! Gaijin , perlihatkan dirimu yang asli!”
Si “anak buah” kemudian buka baju dan pakaian merahnya. Di balik pakaian merah itu ternyata ada sehelai pakaian putih. Baju yang tidak terkancing memperlihatkan dada penuh 0t0t. Di dada itu terpampang rajah tiga buah angka. 0rang ini pergunakan baju merah yang barusan dibukanya untuk menyeka wajahnya yang berlumuran pupur merah dan juga membersihkan rambutnya. Kelihatan kini wajahnya , ternyata wajah se0rang c0w0k asing!
Walau wajah itu higienis dan kelihatan terperinci kini , namun baik Sumi0 maupun nenek Arashi tetap tidak mengenali alasannya ialah sebelumnya mereka memang belum pernah melihat 0rang ini. Namun sesaat kemudian nenek Arashi mulai sanggup menduga-duga.
“Kau yang jadi pimpinan 0rang-0rang Lembah H0zu?!” tiba-tiba c0w0k itu maju satu langkah ke hadapan Sumi0 dan 0l0k-0l0kan pertanyaan.
Meledaklah amarah Sumi0 Matsuura. Tangannya bergerak hendak mencabut pedang tapi nenek Arashi memberi isyarat. Perempuan ini kemudian maju ke hadapan si c0w0k kemudian menegur , “Apakah kau 0rangnya yang digembar-gemb0rkan sebagai Penguasa Gunung Fuji?”
“Kau memang tengah berhadapan dengan Pendekar Gunung Fuji , Arashi!” yang menjawab ialah nenek Teruk0.
“Bangsat tua! Diam!” hardik Arashi. “aku tidak bertanya padamu!” kemudian dia berpaling pada si c0w0k , “Jawab pertanyaanku!”
Yang ditanya menyeringai. “Siapapun diriku tidak perlu dipers0alkan! Jika kalian semua mau selamat , bebaskan Kenichi , serahkan dua pembunuh Hir0t0 Yamazaki. Setelah itu kalian b0leh pergi dari sini!”
Nenek Arashi pel0t0tkan matanya kemudian tertawa bergelak. Sumi0 Matsuura juga ikut tertawa bekakakan. “Seek0r rubah kesasar yang masih anyir apak mau jual lagak di depanku!” mengejek nenek Arashi.
“Jauh-jauh kesasar ke mari hanya untuk mengantar nyawa!” menimpali Sumi0.
“Perlihatkan kehebatanmu padaku!” tantang Arashi.
“Kau meminta! Aku mengabulkan!” sahut si pemuda. Laksana kilat tangannya menyelinap ke pinggang. Lalu berkilatlah sinar putih panas menyilaukan. Hanya sesaat , alasannya ialah sesaat kemudian c0w0k itu lenyap dari hadapan Sumi0 dan Arashi. Lalu terdengar bunyi menderu dahsyat laksana ribuan taw0n mengamuk. Menyusul terdengar bunyi jeritan dua 0rang Lembah H0zu yang g0t0ng r0y0ng dengan Masashigi tengah mengancam Kuni0 0ta dengan pedang.
Kedua 0rang itu r0b0h ke tanah mandi darah , sedang Masashigi Sakaji masih untung sempat mel0mpat. Tapi wajahnya tampak seputih kain kafan ketika melihat bagaimana pakaiannya di pecahan dada r0bek besar disambar senjata , entah senjata apa!
Semua 0rang Lembah H0zu yang ada di tempat situ sama terkesiap dan ternganga. Mereka memandang pada c0w0k asing berambut g0ndr0ng yang tegak sambil memegang sebilah senjata berupa kapak bermata dua! Tiba-tiba Sumi0 sadar. Dia tiba-tiba berteriak pada 0rang-0rang yang ada di sana. “Jangan membisu saja , cincang c0w0k asing ini!”
Lalu Sumi0 mencabut pedangnya. Masashigi yang barusan l0l0s dari maut sesaat tampak ragu.
Namun kemudian segera maju mendekati si c0w0k dengan pedang di tangan. Min0ru Shir0ta tiba dari jurusan lain juga membekal sebilah katana. Lalu ada enam 0rang lainnya yang ikut mengurung lawan tunggal itu , sementara Sumi0 kembali berteriak. “Kalian tunggu apa lagi , cincang dia!”
“Tunggu!” tiba-tiba nenek Arashi keluarkan suara. Tubuhnya yang bungkuk melangkah , sengaja mengelilingi c0w0k di hadapannya beberapa kali. “Cuma 0rang begini , kenapa kalian capaikan diri turun tangan. Biar saya yang membereskannya!”
Habis berkata begitu , nenek Arashi pukulkan t0ngkat bambu merah biru ke arah si pemuda.
Terdengar letupan halus disertai munculnya dua sinar terang , satu biru dan lainnya merah. Dua sinar ini terpecah menjadi masing-masing selusin. Nenek Arashi kembali pukulkan t0ngkatnya. Duapuluh empat sinar tiba-tiba berubah jadi p0t0ngan-p0t0ngan tangan berkuku panjang yang secara serentak menyerbu si pemuda. Yang mengerikan , p0t0ngan-p0t0ngan tangan itu di pecahan pergelangannya tampak menyerupai terp0t0ng dan mengeluarkan darah!
“Ilmu iblis apa ini!” maki si c0w0k yang tentunya Pendekar 212 Wir0 Sableng adanya. Dia membabat dengan Kapak Maut Naga Geni 212. Sinar putih berkiblat. Suara menyerupai taw0n menderu dan hawa panas menghampar! Tetapi duapuluh empat p0t0ngan tangan merah biru itu secara asing melesat kian kemari menghindari serangan kapak. Lalu belasan di antaranya mulai berkelebat ke arah Wir0. Mencakar , membet0t , menusuk ke pecahan kepala , dada , perut , bahkan selangkangannya!
“Breett…breett…breett!”
Pakaian Wir0 r0bek di tiga bagian. Pendekar ini berteriak kaget kemudian cepat-cepat mel0mpat mundur sambil kembali sapukan senjata mustikanya. Dua 0leh-0leh sempat kena bac0k tapi tidak mempan , hanya terpental beberapa jengkal! “Edan!” maki Wir0. Entah mengapa tengkuknya mulai dingin.
7
“Bunuh! Bunuh! Cakar! K0rek matanya! K0rek jantungnya! Bet0t hatinya! C0p0t kemaluannya!” terdengar bunyi nenek Arashi kemudian perempuan bau tanah itu tertawa mengekeh.
Seperti kesetanan , murid Sint0 Gendeng ayunkan kapaknya kian kemari. Tetapi serangan tangan-tangan asing itu tidak bisa terbendung. Malah kini satu cakaran sempat menggapai pipi kirinya.
Meskipun serangan itu tidak begitu telak , namun pipi Wir0 tampak tergurat kemudian mengucurkan darah!
“Iblis! Perempuan iblis!” rutuk Pendekar 212. Lalu dia ingat. Segala macam ilmu sihir tidak akan berdaya terhadap api. maka cepat-cepat Wir0 keluarkan watu hitam pasangan Kapak Maut Naga Geni 212 dari balik pinggangnya. Batu hitam ini diadukannya kuat-kuat ke salah satu mata kapak.
Wuusss!
Lidah api menderu , menyambar ke arah p0t0ngan-p0t0ngan tangan. Tapi ternyata semburan api itu tidak beda laksana tiupan angin saja. Tidak bisa memusnahkan duapuluh empat p0t0ngan tangan berkuku panjang! Penasaran , Pendekar 212 simpan watu apinya kembali , pindahkan kapak ke tangan kiri kemudian tangan kanannya dialiri tenaga dalam penuh! Tangan itu hingga ke lengan berubah putih laksana perak. Wir0 memukul. “Buummm!”
Lembah H0zu bergetar ketika pukulan sinar matahari dengan kekuatan tenaga dalam penuh melabrak ke depan. 0rang-0rang lembah cepat menyingkir ketika mencicipi adanya hawa sangat panas menyambar dari sinar pukulan yang menyilaukan.
Tapi si nenek Arashi hanya ganda tertawa. Pukulan sinar matahari lewat kemudian menghantam bangunan di belakang sana hingga hancur p0rak p0randa. Tapi duapuluh empat p0t0ngan tangan tidak satu pun yang musnah! Malah kini mereka kembali menyerbu , memaksa Pendekar 212 mundur terus dan kucurkan keringat dingin.
“Bunuh! Bunuh! Cakar! Cakar! K0rek matanya! K0rek jantungnya! Bet0t hatinya! C0p0t kemaluannya!” kembali terdengar bunyi nenek Arashi yang disusul tawa kekehnya.
Selagi semua 0rang menyaksikan bagaimana nenek Arashi hendak mencelakakan Wir0 dengan ilmu sihirnya , kesempatan ini dipergunakan 0leh Kenichi Asan0 untuk mengambil buku ilmu pedang yang diletakkannya di atas watu waktu melatih tadi. Namun gres saja buku itu berada dalam genggamannya , tiba-tiba Masashigi Sakaji dan Min0ru Shir0ta sudah mel0mpat ke hadapannya.
Terpaksa murid Yamazaki yang culas ini cabut pedangnya.
Perkelahian dua lawan satu terjadi. Dalam beberapa kali gebrakan saja Kenichi sudah terdesak hebat! Melawan salah satu saja dari dua t0k0h Lembah H0zu itu Kenichi belum tentu menang , apalagi diker0y0k dua begitu.
“Dua bedebah pembunuh guru! Serahkan batang leher kalian padaku!” satu teriakan menggeledek disertai menderunya pedang menyambar ke arah leher Min0ru Shir0ta. Yang masuk ke arana pertempuran ternyata Akik0 Bessh0.
“Akik0 Bessh0! Jangan kira saya tidak tega mencincang tubuhmu yang bagus!” teriak Min0ru murka seraya menangkis serangan si gadis. Di ketika yang sama , Kuni0 0ta yang mukanya berlumuran darah , serta Ichir0 I0ki yang gres saja mel0mpat turun dari atas atap bangunan yang terbakar sesudah lebih dahulu mer0b0hkan se0rang lawan , ikut terjun ke arena perkelahian. Kini pertarungan menjadi empat melawan dua!
Mula-mula kel0mp0k Akik0 tampak menguasai perkelahian , bahkan mendesak dua t0k0h Lembah H0zu itu , Kenichi bertempur mati-matian seperti ingin menebus d0sanya. Namun dua lawan yang lebih banyak pengalaman itu secara perlahan tapi niscaya balas mendesak. Ketika dua 0rang Lembah H0zu masuk membantu dan di pecahan lain empat 0rang lagi mulai menghujani kel0mp0k Akik0 dengan panah-panah beracun , maka kacau balaulah keadaan ke empat murid Hir0t0 Yamazaki itu!
Kuni0 0ta mengeluh tinggi ketika sebatang anak panah menembus punggungnya. Ichir0 I0ki terpaksa mel0mpat mundur ketika senjata salah se0rang lawan berhasil memapas bahunya dan darah membasahi pakaiannya. Sekujur badannya bergetar kesakitan!
Murid Sint0 Gendeng tidak tahu apa yang harus dilakukannya lagi. Kapak Naga Geni 212 tidak mempan. Pukulan-pukulan saktinya tidak sanggup membendung serbuan duapuluh empat p0t0ngan tangan! Dalam keadaan pakaian penuh r0bek , wajah terluka serta dada dan pundak berkelukuran , Wir0 terpaksa mundur terus. Sesekali dia harus mel0mpat kian ke mari untuk menghindari serangan tangan-tangan sihir yang ganas itu.
“Celaka! Aku tak bisa mundur terus! Tak bisa menghindar terus!” keluh Wir0. Di depan sana , dilihatnya Akik0 dan saudara-saudara seperguruannya didesak hebat 0leh kel0mp0k Sumi0 Matsuura. Semakin kacau satria ini jadinya.
Untuk kesekian kalinya baju satria ini r0bek besar disambar cakaran sebuah tangan. Kulit di bawah pakaian yang r0bek itu terasa perih tanda dagingnya ikut kena cakar. Masih untung kuku-kuku yang mencakar itu tidak mengandung racun. Walaupun demikian , bukan berarti dirinya akan terlepas dari cengkeraman maut!
“Gila! Apa lagi yang harus kulakukan!” Wir0 hampir hingga di titik keputusasaan. Kedua matanya mencari-cari di mana beradanya nenek Arashi. 0taknya c0ba berpikir keras. Kalau ilmu sihirnya tidak bisa dilawan , mengapa tidak pribadi menghajar sumbernya , yaitu si nenek sihir itu sendiri?
Tapi dari tempatnya berdiri , Wir0 sama sekali tidak melihat perempuan bau tanah itu. Pandangannya terhalang 0leh semacam kabut tipis yang berwarna biru kemerahan! Itulah tabir sihir yang keluar dari t0ngkat di tangan nenek Arashi.
“T0ngkat itu! T0ngkat sihir itu yang harus kuhancurkan!” pikir Wir0. Namun insan yang memegang t0ngkat sama sekali tidak kelihatan. Tiba-tiba Pendekar 212 ingat. “Ada satu yang belum kulakukan! Senjata dan pukulan sakti tidak bisa tembus , tapi bunyi sanggup menembus dinding besi dan dinding karang setebal apapun!”
Wir0 mel0mpat mundur sejauh dua t0mbak. Lalu tegak dengan dua kaki terkembang. Gagang Kapak Maut Naga Geni yang berbentuk kepala naga lengkap dengan mulutnya ditempelkan ke bibirnya. Jari-jari tangannya menekan pada enam l0bang yang ada di gagang kapak di bawah kepala naga. Tenaga dalam dipusatkannya di perut. Lalu menyerupai layaknya meniup sebuah seruling , Wir0 mulai meniup pecahan lisan kepala naga. Meniup bukan dengan hawa yang ada dalam lisan dan tengg0r0kannya , tetapi dengan tenaga dalam tinggi yang dikerahkannya dari perut terus ke dada hingga ke mulut.
Serta merta Lembah H0zu dibuncah 0leh lengking dahsyat yang keluar dari “seruling” yang ditiup Wir0. Nenek Arashi kernyitkan kening sewaktu gel0mbang bunyi yang dahsyat menembus asap biru merah terus mencucuk kedua liang telinganya! Mula-mula liang telinganya bergetar keras kemudian menyusul rasa sakit yang amat sangat. Kedua telinganya serasa ditusuk besi panas!
Perempuan bau tanah ini cepat tutup kedua telinganya. Di lain pihak Wir0 terus semakin berpengaruh meniup.
Jari-jari tangan si nenek ternyata tidak sanggup melindungi liang-liang telinganya! Gel0mbang bunyi yang keluar dari kapak sakti terus mener0b0s. Kalau tadi perhatiannya sanggup dipusatkan pada ilmu sihirnya yang bisa membuat p0t0ngan-p0t0ngan tangan yang berwarna merah dan biru , kini perhatiannya jadi terbagi dan mengendur! P0t0ngan-p0t0ngan tangan itu tampak bergerak tidak seganas tadi lagi. Sepertinya mengambang di udara sambil menggapai-gapai lemah. Lalu satu demi satu jatuh ke tanah kemudian lenyap!
Nenek Arashi bertahan terus! Mulutnya berusaha merapal sesuatu. T0ngkatnya dipukulkan ke depan. Asap ungu membersit di udara , namun segera lenyap kembali mengambarkan si nenek tidak bisa lagi memusatkan kekuatan ilmu sihirnya akhir bunyi lengking Kapak Naga Geni 212 yang ditiup Wir0. Perempuan itu malah tersentak kaget ketika dirasakannya ada cairan meleleh keluar dari kedua liang telinganya. Darah!
Nenek Arashi berseru tegang. Sepasang matanya tampak berkilat-kilat dan jelalatan kian kemari.
Dia masih sempat melihat p0t0ngan tangan terakhir ciptaan sihirnya jatuh ke tanah kemudian lenyap tak berbekas. Si nenek menggeram marah. Tak ada jalan lain! Dia harus menyerang c0w0k itu.
Tubuhnya yang bungkuk mel0mpat ke depan. T0ngkat merah-birunya menusuk ke arah Pendekar 212. Justru inilah kesalahan terbesar si nenek. Kemampuan ilmu sihirnya tidak sehebat ilmu silatnya.
Begitu si nenek menusuk dengan t0ngkatnya , Wir0 berhenti meniup. Kapak Maut Naga Geni 212 dibabatkannya ke depan. Nenek Arashi terpekik ketika mencicipi ada hawa panas menyambar disertai dengan berkelebatnya sinar yang menyilaukan dan bunyi menderu. Dia cepat berkelit ke samping. Tapi terlambat. Senjata lawan sempat menghantam t0ngkat bambunya hingga mental dan berantakan. Nenek Arashi mencicipi tangan kanannya sakit sekali menyerupai ditusuk ratusan jarum panas!
Perempuan itu menggemb0r marah. Dia l0l0skan tabung-tabung bambu yang menggandul di pinggangnya. Tabung bambu yang berjumlah enam buah dan saling dihubungkan dengan ikatan tali ini berisi air keras yang sangat berbahaya. Sekali sese0rang kena siramannya niscaya pecahan tubuhnya akan rusak hancur mengerikan!
Nenek Teruk0 yang sudah mengetahui isi tabung itu segera berteriak memperingatkan pada Wir0.
“Gaijin , hati-hati tabung bambu itu berisi air keras ,! Wuuttt! Byaaarrr… byarrr!”
Enam tabung bambu melesat di udara kemudian secara asing menderu turun ke arah Wir0. Dua tabung dari enam tabung itu menumpahkan air keras ke arah muka dan perut Wir0. Sambil mel0mpat menjauh , Pendekar 212 menghantamkan kapak mustikanya ke depan. Sinar menyilaukan berkiblat.
Air keras yang muncrat dari dua tabung berbalik ke arah nenek Arashi. Empat tabung lainnya hancur berantakan. Isinya muncrat-muncrat dan lagi-lagi mengarah ke tubuh dan muka nenek.
Terdengar jeritan dari nenek tukang sihir itu berulang kali. Tubuhnya yang bungkuk pribadi jatuh tergelimpang di tanah menggeliat-geliat. Air keras yang mengenai tubuh dan mukanya membuat dagingnya mengkerut , mengepul dan mengeluarkan asap! Pakaiannya hangus. Sebentar saja nenek Arashi berkembang menjadi mahluk mengerikan. Dia c0ba berdiri tapi jatuh kembali. Menc0ba lagi , jatuh lagi. Kali terakhir jatuh , tubuh itu tidak bergerak lagi!
Melihat kematian nenek Arashi yang menjadi andalan mereka , Sumi0 Matsuura dan kawan-kawannya menjadi gentar. Terlebih ketika mendengar Pendekar 212 Wir0 Sableng dengan Kapak Maut Naga Geni 212 di tangan kanan melangkah ke arah mereka. Sumi0 , Masashigi dan Min0ru serta hampir duapuluh 0rang-0rang Lembah H0zu lainnya mel0mpat menjauhi Akik0 , Ichir0 yang dalam keadaan terluka serta Kenichi. Sementara Kuni0 0ta tergeletak di tanah dalam keadaan sekarat akhir racun panah yang menghujam di punggungnya.
Sumi0 Matsuura yang melihat keadaan bakal tidak menguntungkan lagi baginya dan 0rang-0rangnya , secara tiba-tiba mel0mpat ke arah Kenichi , 0rang yang paling dekat dengannya. Kenichi Asan0 jadi terganggu pucat ketika sebilah katana yang dipegang Sumi0 dari belakang tiba-tiba sudah membelintang di tengg0r0kannya! “Tinggalkan tempat ini atau kug0r0k lehernya!” yang mengancam Sumi0.
Akik0 dan Ichir0 terkesiap. Apa yang dilakukan Sumi0 begitu cepat sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Sebaliknya Pendekar 212 terus melangkah mendekati. “Satu langkah lagi kau berani maju , kusembelih c0w0k ini!” kembali Sumi0 mengancam. Dia tidak main-main.
“Gaijin! Akik0! Ichir0!” tiba-tiba Kenichi berteriak. “Jangan pedulikan nyawaku! Serang mereka! Hancurkan mereka , saya rela mati menebus d0sa-d0saku!” Akik0 dan Ichir0 saling pandang. Mereka men0leh ke arah Wir0 yang masih terus melangkah mendekati Sumi0.
“Berhenti!” teriak Akik0. Wir0 hentikan langkahnya. Tetapi Sumi0 yang merasa tidak bakal bisa l0l0s , tiba-tiba saja dengan sadis menggerakkan tangannya yang memegang pedang. Darah pribadi menyembur!
“Kenichi!” teriak Akik0 dan Ichir0 berbarengan. Keduanya pribadi menyerbu Sumi0 dengan pedang di tangan. Begitu Kenichi r0b0h bergelimpang , dia tewas dengan tangan kanan masih memegang buku ilmu pedang milik gurunya.
“Serahkan berandal satu ini padaku! Kalian selesaikan urusan dengan Masashigi dan Min0ru!” terdengar bunyi Wir0 keras kemudian c0w0k ini berkelebat mendahului ke arah Sumi0 Matsuura.
Sebenarnya Sumi0 merupakan 0rang pertama dengan kepandaian tinggi di antara 0rang-0rang Lembah H0zu. Namun ketika itu dirinya sudah dihantui 0leh rasa takut. Ketika kapak Naga Geni 212 berkelebat , dia hanya terkesiap. Lalu dengan sangat lambat dia acungkan pedangnya untuk menangkis. “Trang!”
Kapak dan pedang beradu. Sumi0 berseru kesakitan. Pedangnya patah jadi dua. Lalu dilihatnya senjata lawan kembali menderu. Kali ini dia sama sekali tidak punya kesempatan untuk selamatkan diri. Kapak Naga Geni 212 membalik. Sumi0 menjerit keras ketika salah satu ujung kapak menghujam dadanya. Kedua tangannya menggapai-gapai ke udara. Tubuhnya terbanting. 0rang ini kemudian mati dengan luka di dada. Sebagian tubuhnya hangus!
Melihat mitra mereka tewas begitu rupa , nyali Masashigi Sakaji dan Min0ru Shir0ta menjadi leleh. Terlebih anak buah mereka yang juga ada di sekitar situ. “Min0ru , apa pendapatmu?” bisik Masashigi.
“Aku aib mengatakannya ,” jawab Min0ru. “Tapi tidak ada pilihan lain , tinggalkan tempat ini!”
Mendengar ucapan kawannya itu Masashigi segera berteriak. “Semua yang memegang panah lekas menyerbu musuh!” Saat itu ada delapan 0rang Lembah H0zu memegang busur panah. Mendengar perintah , mereka segera merentang busur. Di ketika itu pula Masashigi Sakaji dan Min0ru pergunakan waktu untuk menyelamatkan diri.
Pendekar 212 cepat mengambil tindakan. Dia berteriak pada Akik0 untuk mengejar kedua 0rang yang berusaha kabur itu. Dia sendiri hantamkan pukulan sinar matahari dengan tangan kiri ke arah 0rang Lembah H0zu yang siap melancarkan serangan panah beracun. “Buummmm!”
Sinar putih menyilau menderu. Hawa panas menyengat dan di depan sinar terdengar pekikan kematian. Enam 0rang Lembah H0zu mencelat dengan tubuh hangus. Langsung tewas begitu tergelimpang di tanah. Empat lainnya selamat tetapi pakaian dan beberapa pecahan tubuh mereka melepuh! “Kawan-kawan , pemimpin kita melarikan diri , tunggu apa lagi , segera tinggalkan tempat ini ,” ujar salah se0rang mereka.
0rang-0rang Lembah H0zu segera berhamburan masuk ke dalam hutan. Wir0 tidak mempedulikan , dia segera melesat ke kanan ke arah Akik0 dan Ichir0 yang berhasil mencegat Masashigi dan Min0ru yang melarikan diri dan kini sedang bertarung satu lawan satu.
Dengan ilmu pedang yang dimilikinya , Akik0 tidak gentar menghadapi Masashigi Sakaji. Paling tidak dia akan mempu menghadapi musuh besar yang telah membunuh gurunya. Justru dia mengkhawatirkan Ichir0 yang terluka parah ketika melawan Min0ru. Jika tidak segera dit0l0ng , Ichir0 bisa menemui kematian di tangan Min0ru. Dalam keadaan begitu , tiba-tiba nenek Teruk0 mel0ncat membantu Ichir0. Di tangan kanannya tergenggam g0l0k pendek.
“Keparat! Masih di sini bedebah bau tanah ini rupanya!” maki Min0ru. Dia maju selangkah berusaha membereskan Ichir0 lebih cepat. Tapi gebrakan yang dibentuk nenek bermuka celem0tan itu sanggup menahan serangan. Ketika Teruk0 dan Ichir0 maju bersamaan , Min0ru malah terdesak.
Pendekar 212 yang memperhatikan setiap gerak Akik0 berseru. “N0na Akik0 , walau mempelajari gres beberapa hari , mengapa kau tidak pergunakan jurus sinar matahari?!”
Akik0 terkesiap sesaat. Sebaliknya Masashigi rahasia merasa terkejut. Apa benar dia menguasai pukulan yang lebih hebat dari semua ilmu sihir nenek Arashi? Dilihatnya Akik0 menyilangkan pedang di depan dada. Sepasang matanya memandang tajam. Mulutnya bergerak sedang tangan kiri bergerak ke atas. Wir0 melihat tangan itu berubah keputihan tapi tidak memancarkan sinar menyilaukan.
“Kerahkan seluruh tenaga dalammu!” teriak Wir0. Lengan yang memutih itu tampak laksana sinar , mengambarkan Akik0 sedang mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
“Aku harus mendahului!” kata Masashigi sambil mel0mpat ke depan dan membabatkan pedangnya.
“Hantam!” teriak Wir0 ketika melihat Akik0 ragu-ragu. Mendengar teriakan itu , si gadis pribadi hantamkan tangan kirinya ke arah lawan. “Wuss!”
Sinar putih melesat walau kurang putih dan kurang panas. Di depan sana Masashigi keluarkan bunyi keras. Tubuhnya tersapu kemudian terjengkal jatuh. Pakaiannya sebelah depan hangus dan kulitnya melepuh. Namun pukulan yang dilepas Akik0 yang masih dasar itu tidak bisa membunuhnya.
Penasaran , Akik0 kembali hendak menghantamkan lagi tangan kirinya. Tapi ketika itu tangannya tidak mengeluarkan sinar putih lagi.
Wir0 cepat berteriak , “Jangan! Pergunakan pedangmu!”
“Ah!” Akik0 sadar belum bisa melepaskan pukulan sinar matahari untuk kedua kalinya dalam waktu secepat itu. Maka dengan pedang di tangan dia menerjang ke Masashigi yang berusaha berdiri berdiri.
Katana di tangannya menderu , Masashigi menc0ba menangkis. “Traaannng! Celaka!” keluh Masashigi ketika tangannya tergetar keras dan pedangnya terpelanting. Sebelum pedang lawan memburu , dia jatuhkan diri dan bergulingan di tanah. Tapi 0rang ini salah arah. Dia justru bergulingan ke arah Pendekar 212.
Gulingannya terhenti ketika tubuhnya membentur kaki Wir0. Melihat itu Masashigi berteriak.
“Bangsat! Aku tidak menyesal mati bila bisa membunuhmu dulu!” Lalu Masashigi tusukkan pedangnya ke arah Wir0. Murid Sint0 Gendeng itu tidak berusaha menghindar alasannya ialah dia melihat Akik0 lebih dahulu berkelebat dan mengayunkan pedangnya. Darah muncrat di celana putih Wir0 ketika pedang Akik0 menembus dalam leher Masashigi. Pembunuh Hir0t0 Yamasaki itu mengerang pendek menggeliat sesaat , kemudian tidak berkutik lagi.
Akik0 jatuhkan diri berlutut dan menyerupai hendak menangis. “Perempuan Jepang pantang menangis ,” ujar Wir0 sambil memegang pundak Akik0. “Apakah kau tidak melihat kedua mayat yang membunuh gurumu.”
Mendengar itu Akik0 menggenggam erat pedang di tangannya , berdiri dan membalik. Saat itu Ichir0 menyerupai kesetanan dibantu nenek Teruk0 sedang menghujamkan pedang ke perut Min0ru.
0rang ini mengeluarkan l0l0ngan beberapa kali sebelum kesannya r0b0h mati ke tanah.
Ichir0 berdiri terhuyung-huyung. Luka dibahunya banyak mengeluarkan darah. Akik0 menubruk saudara seperguruannya ini. Keduanya saling berpelukan dengan dada sesak menahan tangis.
Ketika selesai berpelukan mereka melihat sekeliling dan yang terlihat hanya nenek Teruk0 satu-satunya yang masih berada di tempat itu. Bahkan Kuni0 0ta juga ikut lenyap! “Eh , kemana dia?!” ujar Akik0 , kemudian berpaling pada nenek Teruk0.
“Kau tak usah kawatir kehilangan gaijin itu. Dia sengaja meninggalkan tempat ini lebih dahulu untuk meng0bati luka racun panah Kuni0. Dia pesan akan menunggu kalian di lereng Gunung Fuji ,” kata Teruk0. “Kalau begitu kita segera menyusul sesudah mengurus mayit Kenichi dan mengamankan buku milik sensei ,” kata Akik0 pula.
Nenek Teruk0 mengangguk. “Urusanku di sini sudah selesai , saya minta undur diri…” ujarnya.
Tapi Akik0 segera memegang kepala nenek itu seraya berkata , “Tidak , kau dilarang pergi. Antara kita kini ada ikatan utang budi yang kuat. Kau harus ikut kami ke lereng gunung Fuji…”
Nenek Teruk0 tersenyum lebar. “Mana berani saya men0lak permintaanmu , n0na Akik0. Aku sendiri masih ingin sekali bertemu si gaijin itu. Ilmunya banyak dan aneh-aneh. Siapa tahu saya kebagian sepertimu , selain itu , hi… hik… hikkk!” Si nenek tidak teruskan ucapannya.
“Selain itu apa…?” tanya Akik0 Bessh0.
“Selain itu … hemmm… , gaijin itu ganteng sekali wajahnya. Hik… hik… kalau saya masih muda sepertimu , niscaya akan saya ikuti ke mana dia pergi. Sayang saya sudah bau tanah , keriputan dan jelek. Berdandan saja tidak bisa. Lihat pupurku yang celem0ngan , hik… hik…!”
***
TAMAT
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tit0
EP : PETUALANGAN WIR0 DINEGERI SAKURA/JEPANG
(PENDEKAR GUNUNG FUJI)
1
SUARA siulan Pendekar 212 berhenti , berganti dengan decak penuh kagum. Saat itu dia berada di kaki Gunung Fuji , memandang gunung berketinggian lebih dari 11.000 kaki yang sebagian besar dikelilingi salju abadi.
Wir0 rapatkan kerah baju tebalnya. Musim hirau taacuh segera berakhir namun di kaki gunung , udara menyerupai tidak mengalami perubahan walau matahari tampak terang benderang. Di sekelilingnya p0h0n-p0h0n Sakura bertebaran. Kebanyakan tertutup salju tipis.
Dari dalam saku baju Wir0 keluarkan sebuah b0t0l terbuat dari kaleng putih , kemudian membuka tutupnya dan meneguk isinya.
Wajahnya yang tadi pucat , kini tampak kemerahan. “Kalau saja saya bisa dapatkan tuak , rasanya niscaya lebih segar dari sake ini. Tapi masih untung masih ada sake dari pada tidak sama sekali , bisa mati kedinginan , Uhh…!”
Wir0 masukan b0t0l minuman ke sakunya. Ketika hendak meninggalkan tempat , langkahnya terhenti 0leh bunyi kaki kuda. Wir0 berpaling dan melihat seek0r kuda c0klat p0l0s tak berapa jauh dari dirinya. Seek0r hewan liar yang kesasar. Tapi ketika mendekat , ada pelana. Berarti dugaannya salah. Wir0 dekati kuda c0klat tadi. Langkahnya terhentak ketika melihat n0da merah di pelana dan tubuh kuda. Ketika memperhatikan tanah , juga terdapat bercak merah. Bercak darah!
Pendekar 212 melangkah menuju arah darah di tanah. N0da itu lenyap di dekat serumpunan belukar basah. Dia kembali ke arah semula dan melacak darah dari arah kiri. Darah itu ternyata menuju ke arah Gunung Fuji yang menjadi tujuannya. Kuda itu masih menggesek-gesekan lehernya tapi tidak meringkik lagi. Wir0 melangkah mendekati , usap-usap leher dan memperhatikan bercak darah di pelana. Wir0 mengusap bercak di pelana kemudian memperhatikan. Memang bercak darah.
Dengan dedaunan yang dipetik di sekitar situ , Wir0 bersihkan n0da darah , kemudian dengan menepuk leher kuda , ia berujar , “S0batku kau tentu sebelumnya membawa tuanmu yang terluka. Tapi entah di mana dia sekarang. Saat ini biar saya yang menjadi tuanmu. Antarkan saya ke Gunung Fuji ,” sesudah itu satria 212 pribadi mel0mpat ka atas pelana dan menuju ke arah timur.
Walaupun jalan mendaki dan licin , namun alasannya ialah mengikuti jalan kecil yang sudah dibentuk 0rang sebelumnya , kuda c0klat itu bisa berlari cepat. Ketika matahari sempurna berada di atas Wir0 , ia telah berada ratusan kaki ke arah timur. Di sebuah ujung terlihat rumah kayu. Di serambinya yang luas tampak empat s0s0k tengah mengelilingi tubuh yang terbaring di lantai , berbantalkan kain tebal. Ketika mendengar bunyi kuda mendekati , keempat 0rang itu segera berpaling. Dua 0rang mel0mpat , dan yang se0rang berseru. “Pembunuh itu berani tiba lagi!”
Dua 0rang menggerakkan tangannya ke punggung. Terdengar bunyi gemeresek hampir bersamaan.
Dua 0rang tadi sudah berada di halaman rumah yang tertutup salju tipis. Tangan keduanya sudah memegang sebilah katana (pedang panjang) yang berkemilau terkena sinar matahari.
Saat Wir0 hingga di hadapan mereka , kedua 0rang itu sudah siap menyerang. Dua bilah pedang berkelebat. Pendekar 212 berseru kemudian mel0ncat dari atas pelana kuda. Dua katana menderu , dan kuda c0klat itu meringkik ketika dua sabetan mengenai tubuh kuda. Darah mengucur dari leher dan tubuh kuda sambil terus menjauh menuju ka arah barat.
“Tunggu dulu!” seru Wir0 ketika melihat dua c0w0k sedang menghadang dan siap menyerangnya.
Kedua c0w0k itu sesaat tampak ragu , tapi kesannya mereka menghentikan langkah. Sesaat mereka saling berpandangan kemudian memperhatikan Wir0 penuh curiga. Sementara itu dari dalam rumah terdengar bunyi halus bergetar.
“Apa yang terjadi murid-muridku…?”
“Sensei! Kau tak b0leh bicara. Kau terluka berat!” yang menjawab ialah se0rang gadis berwajah lingkaran yang rambutnya dikuncir sebahu. Yang bertanya tadi ialah se0rang bau tanah dengan kim0n0 biru gelap dan terbaring di lantai serambi. Bagian tubuhnya dibalut dengan kain tebal. Kain ini tampak berair 0leh darah! Ternyata si 0rang bau tanah sedang menderita luka cukup parah. Kedua 0rang yang dari tadi berada di sana sudah sadar bila yang dipanggil sensei itu sulit disembuhkan. Namun nyatanya masih bisa mengeluarkan suara.
“Aku bertanya apa yang terjadi Akik0…?”
Gadis berjulukan Akik0 yang duduk sambil mengusapi kening gurunya yang terluka parah itu menahan nafas sesaat kemudian dekatkan kepala ke indera pendengaran 0rang bau tanah itu. “Salah se0rang dari pembunuh itu tiba lagi , sensei…”
“Pembunuh itu tiba lagi katanya…? Tidak mungkin… Tidak mungkin Akik0!” Dengan mata yang masih tertutup , 0rang bau tanah yang dipanggil dengan sebutan sensei ini berkata pada muridnya yang satu. “Ichir0 , apa betul yang dikatakan Akik0 tadi?”
Pemuda di samping kanan se0rang bau tanah memandang ke arah halaman di mana dua saudara seperguruannya dengan katana dalam genggaman dua tangan , tengah menghadapi se0rang c0w0k yang barusan mel0mpat dari kuda. “Memang ada yang tiba sensei. Pakaian dan kuda yang ditungganginya sama dengan salah se0rang pembunuhmu. Namun saya mewaspadai dugaan dua saudara. 0rang yang tiba ini ialah Gaijin… (sebutan untuk 0rang asing).”
“Gaijin… 0rang asing maksudmu?” 0rang bau tanah yang terbaring berbantalkan gulungan kain batuk-batuk beberapa kali. Dari sela bibirnya tampak ada darah yang keluar.
Akik0 cepat menyeka darah itu dengan sehelai sapu tangan seraya berbisik. “Sensei , jangan bicara lagi…”
Tapi si 0rang bau tanah tidak perdulikan. “Aku ingin melihat siapa yang datang. Aku memang tengah menunggu sese0rang semenjak tiga tahun lalu..”
Lalu , walaupun dengan susah payah , 0rang bau tanah itu berusaha mengangkat kepalanya. Namun lehernya terkulai dan kepalanya jatuh kembali ke atas gulungan kain. “Sensei…!” Akik0 terpekik.
“Anak-anak… , bawa saya ke d0j0 (ruangan tertutup tempat berlatih silat)… Kalau saya memang ditakdirkan harus mati , saya ingin mati di ruang latihan itu…”
“Baik sensei , kami akan lakukan apa yang kau minta…” jawab Ichir0.
Sementara itu di halaman rumah yang tertutup salju tipis , salah se0rang c0w0k yang memegang katana tukikkan ujung pedangnya hampir mencium panah. Dalam ilmu pedang di Jepang , ini merupakan salah satu kedudukan senjata yang sangat berbahaya. Karena ujung pedang yang kelihatannya jauh dari target itu tiba-tiba bisa melesat membabat kaki , pinggang atau perut , bisa juga menebas leher atau menghantam kepala!
“Pemuda asing! Katakan siapa dirimu?! Apa keperluanmu tiba ke mari?!”
“Namaku Wir0 Sableng! Aku tiba untuk menemui H0r0t0 Yamazaki , se0rang bau tanah yang bergelar Pendekar Pedang Matahari!” jawab Wir0. Lalu dia melirik ke arah serambi rumah di mana dia melihat ada se0rang bau tanah terbaring didampingi se0rang gadis dan se0rang pemuda. Wir0 menduga , 0rang bau tanah itu pastilah 0rang yang hendak ditemuinya. Apa yang tengah terjadi di serambi sana?
Kemudian c0w0k di samping si 0rang bau tanah tambak berdiri dan berteriak. “Kuni0! Kenichi! Bantu kami mengg0t0ng sensei ke ruang latihan!” Dua c0w0k yang tengah menghadang Pendekar 212 Wir0 Sableng menatap tajam ke arah Wir0 kemudian keduanya saling memberi isyarat. Yang satu segera berbalik dan lari ke arah serambi. Satunya lagi menyusul , namun sebelum pergi sempat berkata.
“Pemuda asing! Tetap di tempatmu! Jangan kau berani bergerak , walaupun hanya satu langkah!”
Wir0 tidak menjawab , tapi dalam hati dia berkata. “Setan! Jauh-jauh saya tiba ratusan ribu langkah , hingga di sini malah diperintah dilarang melangkah!” Ketika c0w0k itu berlari ke serambi , tanpa peduli Wir0 melangkah pula ke arah bangunan.
Empat 0rang murid mengg0t0ng sensei mereka ke dalam d0j0 Di sebelah dalam ternyata bangunan itu luas sekali dan mempunyai tempat latihan beralaskan tatami (alas lantai berbentuk k0tak-k0tak).
Berbagai macam senjata terdapat di sudut-sudut dan dinding ruangan.
Sang guru dibaringkan di tengah d0j0 , di atas sebuah kasur jerami. Ketika itulah keempat murid menyadari bahwa ada 0rang lain di ruangan itu. Mereka berpaling ke arah pintu d0j0 dan keempatnya menjadi marah. “Gaijin kurang ajar!” membentak Kuni0 0ta kemudian mel0mpat ke ambang pintu di arah mana Wir0 tengah melangkah masuk. Sambil menghunus pedangnya , c0w0k ini kembali menghardik. “Kami tidak mengundangmu masuk! Aku malah sudah memperingatkan biar kau dilarang bergerak satu langkah pun!”
Wir0 menyeringai dan bungkukkan tubuh kemudian berkata , “Shitsurei shimasu , ga… (maafkan saya , tapi) di luar sana hirau taacuh sekali. Lagi pula saya tiba untuk menemui tuan rumah di sini…”
Telinga 0rang bau tanah yang terbaring di atas kasur jerami mendengar bunyi Pendekar 212 Wir0 Sableng.
Sebelum murid-muridnya yang murka melaksanakan sesuatu , 0rang bau tanah ini cepat membuka mulut.
“Kuni0 , 0rang yang kau hardik itu… Apakah dia 0rang asing yang kau maksudkan…?”
“Betul sensei!” sahut Kuni0 0ta. “Dia telah berlaku lancang , masuk ke dalam ruangan ini!”
“Maafkan kalau ini tindakan yang kurang s0pan!” Wir0 menyahuti. “Namun saya tiba dari jauh.
Dari negeri ribuan pulau di selatan untuk menemui tuan rumah! Bagaimana saya bisa menemuinya kalau bergerak satu langkah pun tidak diizinkan?!”
Tiga c0w0k murid si 0rang bau tanah bergumam marah. Hanya Akik0 yang tampak hening dan memandang ke arah Wir0 tanpa em0si sama sekali. “0rang asing , mendekatlah ke mari…” 0rang bau tanah itu tiba-tiba berkata.
Ketika Wir0 melangkah , Kuni0 0ta masih berusaha menghalangi. Namun tubuh c0w0k ini merasa ada hawa asing keluar dari tubuh Wir0 yang membuat tubuhnya terd0r0ng dan kakinya terhuyung dua langkah. Begitu Wir0 lewat , dia cepat-cepat menyusul namun tidak berani menghalangi lagi.
Wir0 hingga di hadapan 0rang bau tanah yang terbaring di atas kasur jerami. Merasakan 0rang sudah ada di dekatnya , 0rang bau tanah itu membuka sepasang matanya yang sipit.
“Ah , kau memang c0w0k asing Gaijin , katakan namamu! Dari mana kau tiba , apa keperluanmu…?!”
“Saya Wir0 Sableng. Saya tiba dari Tanah Jawa , negeri seribu pulau jauh di selatan. Saya tiba membawa pesan dan surat dari guru saya. Apakah saya…” Wir0 untuk pertama kalinya melihat darah yang membasahi kain merah yang menutupi perut 0rang bau tanah itu. “Astaga! Kau terluka parah 0rang tua!” seru Pendekar 212.
“Jangan perdulikan apa yang terjadi atas diriku. Teruskan ucapanmu… 0rang muda!” kata si tua.
“Apakah saya berhadapan dengan Yamazaki san? Se0rang samurai besar dan jag0 pedang berjuluk Pendekar Pedang Matahari…?”
0rang bau tanah itu tersenyum. Sepasang matanya membesar sedikit. “Samurai…” desisnya. “Pendekar Pedang Matahari…” sambungnya. “Semua itu nama besar yang tidak ada harganya lagi…”
“Sensei!” seru sang murid berjulukan Ichir0 L0ki. “Jangan berkata menyerupai itu!”
Hir0t0 Yamazaki alias Pendekar Pedang Matahari tersenyum kecut. “Hari ini saya si bau tanah yang dulu begitu diagungkan kini sudah dikalahkan 0leh dua 0rang lawan. Apa saya masih pantas menyandang semua nama besar itu? Pemuda asing siapa nama gurumu..?”
“Saya diutus 0leh guru. Guru saya berjulukan Eyang Sint0 Gendeng dari puncak Gunung Gede di Tanah Jawa sebelah barat…”
Mendengar keterangan satria 212 itu , untuk pertama kalinya muka pucat si bau tanah berkim0n0 itu tampak cerah. Dia tersenyum lebar. “Sungguh satu keh0rmatan sebelum mati saya bertemu dengan murid mitra lamaku. Anak muda , kalau kau benar murid Sint0 Gendeng sahabatku itu , perlihatkan dulu tanda pengenalmu!”
Wir0 yang sebelumnya sudah dipesan 0leh guru Sint0 , mendengar ucapan Yamazaki segera menyingkapkan baju tebal dan baju putih yang dikenakannya. “Ah… , inezumi (rajah atau tatt0) itu 212…. saya percaya kau memang murid mitra lamaku ,” kata si 0rang bau tanah begitu melihat angka 212 di dada Wir0. Namun kemudian ia menyambung. “Tapi tatt0 menyerupai itu gampang dipalsukan dan ditiru 0rang. Perlihatkan senjatamu…” Murid Sint0 Gendeng meragu. Lalu ia selinapkan juga tangannya ke balik pakaian.
Begitu tangan kanan itu keluar dari balik pakaian maka berkelibatlah sinar putih perak menyilau di ruangan latihan itu. Empat murid Hir0t0 Yamazaki terkesiap melihat Kapak Maut Naga Geni 212 yang ada dalam genggaman Wir0. Belum pernah mereka melihat senjata mustika sedemikian mengesankan dengan sinar yang angker menyerupai itu.
“Kau memang murid sahabatku Sint0 Gendeng…” kata Yamazaki . “Waktuku tidak usang lagi. Serahkan surat Sint0 Gendeng yang kau bawa…!”
“Yamazaki-san .. surat akan saya berikan. Tapi bagaimana bila terlebih dahulu kau mengizinkan saya mengusut lukamu? Keselamatanmu lebih penting dari pada surat yang kubawa…”
Hir0t0 Yamazaki kembali sunggingkan senyum. Lalu membuka mulut. “Ada ujar-ujar yang mengatakan: Se0rang kesatria gres menguasai sepenuhnya kehidupan se0rang Samurai bila dia selalu siap menghadapi kematian. Karena itu kau tak usah memikirkan keselamatanku Wir0-san.
Aku justru beruntung diberi kesempatan tuhan untuk bertemu denganmu. Mana surat itu…?!”
“Sensei ,” tiba-tiba Kuni0 0ta membuka mulut. “Siapapun adanya c0w0k ini saya tetap menaruh curiga. Dia muncul dengan kuda milik pembunuhmu. Saya melihat n0da darah di punggung kuda. Mustahil tidak ada kaitannya dengan kedua pembunuh itu…!”
“Wir0-san… bisakah kau menjawab ucapan muridku itu?” 0rang ini sebetulnya percaya penuh dengan c0w0k itu , namun dia juga ingin semua muridnya mendengar klarifikasi pribadi dari Wir0 sendiri.
“Kuda c0klat itu saya temui di kaki Gunung Fuji. Binatang itu bersikap jinak dan saya tunggangi hingga kemari. Saya tidak tahu siapa pemiliknya…”
“Bukan tidak mungkin c0w0k ini kawanan pembunuh dan disuruh menyamar untuk memastikan kematian sensei atau bagaimana…” kata Ichir0 L0ki
“Mungkin juga ia diminta mengusut sesuatu di sini!” untuk pertama kalinya murid perempuan berjulukan Akik0 Bess0 mengeluarkan suara.
Wir0 garuk-garuk kepala. Dia menjawab. “Segala kecurigaan bisa terjadi. Saya pikir tidak perlu diperpanjang lagi. Guru kalian sedang sakit parah…” Dari balik bajunya Wir0 keluarkan sebuah lipatan kertas pada Hir0t0 Yamazaki. “Terimalah , ini surat dari guru saya…” Yamazaki mendapatkan dan membuka dengan tangan gemetar kemudian membacanya.
Sahabatku Hir0t0
Aku mengharapkan kau dalam keadaan baik-baik dan sehat. Dunia ini kadang terasa sempit , kadang terasa luas dan jauh. Seperti halnya kita. Ternyata saya hanya bisa mengutus muridku untuk menemuimu di kaki Gunung Fuji yang sejuk dan indah ini. Sesuai akad kita empat puluh tahun silam , muridku memberi petunjuk mengenai Pukulan Sinar Matahari. Itu bila kau bermaksud memilikinya. Untuk keperluan itu kau tidak perlu ganti imbal apa-apa. Ini sesuai dengan kepribadian se0rang samurai yang tidak kenal pamrih.
Sahabatmu
Sint0 Gendeng
Hir0t0 Yamazaki menurunkan tangannya dan meletakkan surat Sint0 di atas dadanya. “Aku bahagia… saya bisa pergi dengan hening ,” kemudian dia berpaling kepada Pendekar 212 dan berkata , “Wir0-san saya tidak mungkin lagi punya waktu mempelajari Pukulan Sinar matahari yang hebat itu… , bila kau tidak keberatan dan mereka mau , ajarkanlah pada murid-muridku. Mungkin dengan ilmu itu mereka bisa membuat perhitungan dengan pembunuhku…” kemudian satu demi satu Yamazaki memperkenalkan nama muridnya itu.
Wir0 membungkuk. “Akan saya lakukan apa yang kau minta Yamazaki -san.”
“Bagus… saya punya firasat hanya kau yang bisa membantu muridku menghadapi 0rang Lembah H0zu yang jahat dan kejam. Lebih dari itu , saya mendapatkan petunjuk se0rang satria akan muncul di Gunung Fuji ini. Se0rang yang pantas disebut dengan Pendekar Gunung Fuji. Kaulah 0rangnya Wir0-san…”
Wir0 tak berani menjawab. Diam-diam dia melirik kepada murid Yamazaki. Kelihatan sekali dari raut muka mereka tidak senang dengan ucapan gurunya itu. Ketika Wir0 menegakkan tubuh kembali , terdengar jeritan Akik0 Bess0. Tiga murid lainnya ikut berseru. Wir0 menatap s0s0k dan wajah Yamazaki. Kedua matanya tertutup. 0rang bau tanah itu tidak bergerak dan tidak bernafas lagi.
Salju turun lagi perlahan-lahan. Pendekar 212 Wir0 Sableng duduk di tangga depan rumah kediaman mendiang Hir0t0 Yamazaki. Di salah satu ruangan di dalam sana , empat 0rang murid Yamazaki tengah bersembahyang dihadapan debu sang guru yang diperabukan tiga hari lalu.
Wir0 teguk sake dalam b0t0l kaleng. Ketika gres saja dia menyimpan b0t0l minuman itu ke dalam saku baju tebalnya , dibelakangnya dia mendengar langkah langkah kaki mendatangi. Wir0 berpaling. Ichir0 L0ki , Kuni0 0ta dan Kenichi Asan0 melangkah dari ruangan dalam. Wir0 berdiri menyambut ketiga c0w0k itu. Dia belum melihat Akik0. Gadis itu mungkin masih bersembahyang di dalam.
“Gaijin!” menegur Kuni0 0ta , “Kami tidak suka melihat kau masih ada di tempat ini! Apakah itu belum terperinci bagimu?”
“Cukup terperinci 0ta-san. Saya hanya menunggu keputusan dari kalian mengenai ucapan mendiang Yamazaki-san. Yaitu menyangkut ilmu Pukulan Sinar Matahari yang dia minta untuk diajarkan pada kalian. Jika kalian suka…?”
“Kami cukup punya kepandaian. Kami sudah memutuskan bahwa kami tidak perlu segala macam pelajaran ilmu pukulan dirimu!” menukas Kuni0 0ta.
“Apakah Akik0 Bessh0 ber0pini begitu juga?” Tanya Wir0. “Cukup satu saja murid Pendekar Pedang Matahari berkata. Itu berarti berlaku dan mewakili semuanya!” jawab Kuni0 0ta pula.
“Jika memang begitu keputusan kalian , saya tidak memaksa. Saya hanya menjalankan pesan guru saya dan pesan sensei kalian. Sekarang saya minta diri…” Wir0 membungkuk. Ichir0 dan Kenichi balas membungkuk. Hanya Kuni0 0ta yang tidak mau balas mengh0rmat. Ketika Wir0 berbalik dan hendak melangkah pergi tiba-tiba c0w0k ini berkata , “Tunggu dulu!”
Wir0 berpaling dan menunggu. “Kau tiba dengan maksud hendak mengajarkan sesuatu pada sensei. Sebelum menghembuskan nafas , sensei meminta biar kau mengajarkan ilmu Pukulan Matahari pada kami. Tampaknya kau ini menyerupai se0rang yang luar biasa. Memiliki kepandaian tinggi , bahkan merasa lebih tinggi dari guru kami sendiri!”
“Saya tidak menyampaikan maupun merasa begitu!” jawab Wir0. “Seperti saya katakan , saya hanya menjalankan pesan. Jika kalian merasa tidak perlu atau tidak suka tidak menjadi apa.”
Kuni0 0ta berbisik-bisik dengan dua c0w0k lainnya. Yang dua mengangguk-angguk. Lalu Kuni0 berkata. “Sebelum kau pergi , kami ingin melihat dulu hingga di mana kepandaianmu dalam ilmu bela diri , dan kami tidak suka sebagai 0rang asing kau merasa lebih hebat dari kami di negeri kami sendiri!”
“Saya tidak merasa lebih hebat. Karenanya tidak ada gunanya kalian menguji saya ,” jawab Wir0.
“Kalau hanya untuk memperlihatkan keb0d0han , mengapa jauh-jauh tiba kemari!” mengejek Kuni0 0ta , kemudian c0w0k ini tertawa diikuti 0leh dua kawannya.
“Terima kasih atas tertawa kalian yang tidak sedap didengar dan dilihat!” Wir0 bungkukkan diri kemudian memutar langkahnya. Tahu-tahu Kuni0 0ta sudah menghadang di depannya. Diam-diam Wir0 merasa kagum akan kecepatan gerakan 0rang ini dan hampir tanpa suara.
“Kami menantangmu! Kami menunggu di d0j0. Jangan kau berani men0lak alasannya ialah itu berarti penghinaan bagi kami!”
Pendekar 212 menyeringai. “Justru bagiku yang menantang ialah pihak yang menghina!” Jawab Wir0 kasar dan kini mulai jengkel. Dia melewati ketiga c0w0k itu kemudian sebelum mereka masuk ke dalam ruang latihan yang besar , murid Sint0 Gendeng sudah lebih dulu berada di situ!
“Silakan siapa di antara kalian yang hendak memperlihatkan keb0lehannya lebih dulu. Aku 0rang kurang pandai hanya siap mendapatkan petunjuk!” Lalu Wir0 mel0mpat ke tengah d0j0.
Kuni0 0ta maju ke hadapan Wir0. “Dengan tangan k0s0ng atau pakai senjata?” murid Hir0t0 Yamazaki itu bertanya.
“Aku lebih suka tangan k0s0ng!” jawab Wir0 sambil usap-usapkan telapak tangannya satu sama lain.
Baru saja Wir0 menyahut demikian , Kuni0 0ta pribadi berteriak keras dan menghantam dengan tangan kanannya ke arah muka Pendekar 212. Dari bunyi angin pukulan lawan , murid Sint0 Gendeng segera memaklumi kalau Kuni0 0ta menggabungkan kekuatan tenaga dalam dan tenaga luarnya dalam melancarkan serangan. Hal semacam ini jarang dilakukan 0rang alasannya ialah memang tidak gampang untuk menjalankannya.
2
Wir0 angkat tangan kirinya untuk menangkis. “Bukk!” Dua lengan saling beradu. Wir0 Sableng terpental hingga menghantam dinding sedang Kuni0 0ta jatuh duduk di atas tatami.
Murid Sint0 Gendeng mencicipi lengannya sakit bukan kepalang. Rasa sakit ini anehnya menjalar cepat ke sekujur tubuh hingga dia menggigil menyerupai 0rang kedinginan. Ketika diperhatikannya lengan kanannya , lengan itu tampak jerawat merah dan biru!
Wir0 memaki panjang pendek dan merasa menyesal mengapa tadi dia hanya mengerahkan tenaga dalamnya sedikit saja sehingga dia kini mendapat cedera. Sebenarnya Wir0 sangat mengh0rmati keempat murid Hir0t0 Yamazaki itu , apalagi gurunya Eyang Sint0 Gendeng telah berpesan biar bisa membawa diri sebaik-baiknya di negeri 0rang. Wir0 sesaat tegak membisu sambil usap-usap lengan kanannya yang mendenyut sakit.
Kuni0 0ta mel0mpat berdiri di atas tatami. Dengan perilaku dan air muka penuh mengejek dia berkata.
“Kalian lihat sendiri! Dengan kemampuan menyerupai itu dia meny0mb0ngkan diri hendak memberi pelajaran pukulan sakti pada kita! Kepalanya malah tambah besar alasannya ialah sensei menyebutnya Pendekar Gunung Fuji! Cuah!” Kuni0 0ta meludah ke lantai. “Gaijin! Siapapun kau adanya kami harap kau segera meninggalkan tempat ini! Kami hendak meneruskan sembahyang mengh0rmati arwah guru…!”
Wir0 mengangguk. Dia melangkah ke hadapan meja sembahyang di mana disimpan debu Hir0t0 Yamazaki. Dia membungkuk dalam-dalam beberapa kali. Lalu memutar tubuh dan tinggalkan tempat itu.
Begitu Wir0 lenyap , Kenichi Asan0 berkata. “Mari kita teruskan sembahyang. Kuni0 0ta , kau yang bau tanah di antara kita. Kau yang memimpin upacara…” Lalu Kenichi , Akik0 dan Ichir0 memberi jalan pada Kuni0 untuk maju ke hadapan meja sembahyang. Tetapi 0rang yang diminta untuk memimpin pr0gram sembahyang itu tetap membisu saja di tempatnya.
“Apa yang terjadi?” Tanya Akik0 heran , begitu juga Kenichi. Ichir0 L0ki mengusut sekujur tubuh Kuni0 , mengangkat-angkat kedua tangannya. Setiap diangkat , kedua tangan itu kembali ke kedudukannya semula secara kaku. Kenichi dekatkan indera pendengaran kirinya ke dada Kuni0. “Aku mendengar detak jantungnya! Dia masih hidup! Tapi mengapa tidak bisa bergerak tidak bisa bersuara?” ujar Kenichi sesaat kemudian , seraya memandang heran pada saudara-saudara seperguruannya.
“Aku ingat sejenis ilmu asing yang tiba dari daratan Ti0ngk0k dan mulai dikembangkan di negeri ini…” berkata Kenichi.
“Maksudmu ilmu men0t0k jalan darah?” tanya Ichir0.
Kenichi mengangguk , “Kuni0 bukan hanya dit0t0k jalan darahnya sehingga kaku , tapi jalan suaranya juga terbendung hingga dia tak sanggup bicara!”
“Lalu siapa yang men0t0knya?” tanya Akik0.
“Ya! Siapa…?!” ikut bertanya Ichir0.
“Siapa lagi kalau bukan si gaijin itu!” sahut Kenichi.
“Ah mana mungkin!” tukas Ichir0. “Aku tidak melihat c0w0k asing itu menggerakkan tangannya atau mendekati Kuni0. Dia tadi hanya melangkah ke meja sembahyang kemudian meninggalkan ruangan ini… Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Atau barangkali ada hantu di tempat ini?”
“Tidak ada hantu di sini Ichir0. Aku yakin c0w0k itu yang melakukannya. Dia mempunyai kecepatan yang hanya bisa dilakukan 0leh se0rang ninja!”
“Kalau begitu dia bukan insan sembarangan. Tapi mengapa ketika beradu pukulan dengan Kuni0 tadi dia terpental jauh dan lengannya tampak jerawat wajahnya memperlihatkan rasa sakit!” kata Akik0 pula.
“Hemmm…” Akik0 Bessh0 menggumam. Dia melangkah memutari tubuh Kuni0 0ta.
“Bagaimana kita membebaskan Kuni0 dari t0t0kan ini. Kenichi…?” Kenichi Asan0 mendekati Kuni0. Dia mengusut beberapa tubuh c0w0k itu. Ketika dia menyingkapkan kerah baju Kuni0 , dilihatnya ada tanda merah pada pangkal leher sebelah kiri. Kenichi kerahkan tenaga dalamnya ke ujung ibu jari tangan kanan kemudian dia mulai mengurut pangkal leher Kuni0. Selang beberapa ketika Kuni0 terdengar keluarkan bunyi keluhan pendek. Tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh kalau tidak dipegang 0leh Ichir0.
“Kau sadar apa yang kau alami Kuni0?” bertanya Akik0.
“Entahlah. Aku mendengar bunyi kalian. Tapi saya tak bisa bergerak , tak bisa membuka mulut…” jawab Kuni0 0ta.
“Gaijin itu telah men0t0k urat besar di pangkal lehermu!”
“Hah?” Kuni0 raba pangkal lehernya. “Bagaimana dia bisa melakukannya? Dia bukan 0rang Cina! Hanya pendekar-pendekar Cina yang punya ilmu kepandaian men0t0k 0rang!”
Kenichi menarik nafas dalam. “Ilmu men0t0k itu sudah ada ratusan tahun lalu. Mungkin lebih dulu dipelajari di negeri si gaijin itu dari pada di sini. Dia telah memberi pelajaran padamu dan pada kita.
Paling tidak dia kini membuat mata kita lebih terbuka. Kurasa waktu kau menjajalnya tadi dia tidak melayani sepenuh hati…”
Merahlah peras Kuni0 0ta. “Adik Kenichi , kau menyerupai mengejek aku! Aku akan cari 0rang itu dan mengajaknya untuk laga kekuatan hingga seratus jurus!”
Ichir0 gelengkan kepala. “Aku tidak setuju. Ada hal lain yang lebih penting harus kita lakukan. Mencari dua 0rang pembunuh sensei!”
“Kau betul kak Ichir0 ,” menyatakan Akik0. “Hal itu harus kita bicarakan sekarang! Tetapi bagaimana kalau kita terlebih dahulu mengamankan barang-barang pusaka milik sensei…?”
“Ah…? Kau betul Akik0!” kata Kenichi. “Mari kita sama-sama masuk ke dalam kamar tidur sensei…” Lalu keempat 0rang itu tinggalkan ruangan sembahyang , menuju ke kamar tidur mendiang Hir0t0 Yamazaki. Hanya sesaat kemudian saja , di dalam kamar itu mendadak terjadi kegegeran!
Keempat anak murid Hir0t0 Yamazaki itu telah menemukan senjata-senjata pusaka milik guru mereka , yakni sebilah katana dan seperangkat busur serta anak panah. Tetapi sesudah menggeledah seluruh sudut kamar , membalik kasur , memb0ngkar lemari dan mengusut lapisan-lapisan l0teng dan dinding kamar , mereka sama sekali tidak menemui sebuah kitab kun0 berisi pelajaran Kend0 yang amat langka.
Keempat anak murid yang gres saja ditinggal mati guru mereka itu saling pandang. “Kitab itu sangat berharga sekali. Sensei malah menganggapnya sama berharganya dengan nyawanya sendiri.
Sensei belum sempat mengajarkan keseluruhannya pada kita. Dan kini kitab itu lenyap!” Kenichi Asan0 berkata sambil melangkah mundar-mandir dalam kamar.
“Aku punya dugaan keras Gaijin itulah yang telah mencurinya!” kata Kuni0 0ta pula seraya mengepalkan tinjunya!
“Kurang ajar! Kita harus cari dia hingga dapat!” kata Ichir0 L0ki. Kuni0 0ta cabut pedangnya dari balik punggung kemudian melangkah ke hadapan meja sembahyang di mana terletak debu Hir0t0 Yamazaki. Sambil melintangkan katana di depan dadanya c0w0k ini berkata “Sensei , saya muridmu Kuni0 0ta , bersumpah di hadapan abumu akan memenggal batang leher pencuri itu!” kemudian c0w0k ini mendahului yang lain-lainnya keluar dari ruangan sembahyang itu.
“Aku heran…” Kata Akik0 pada Ichir0 dan Kenichi. “Jika memang betul c0w0k asing itu yang mencuri kitab tersebut , bagaimana mungkin dia mengetahui tempat sensei menyimpannya. Sejak dia meninggal , kamar ini selalu diawasi paling tidak 0leh dua 0rang di antara kita. Lalu bila dia memang murid sahabat guru kita , kuliner begitu culas melaksanakan pencurian…”
“Jangan-jangan dia murid palsu yang menyamar tiba kemari padahal maksud sebetulnya ialah untuk mencuri kitab itu!” ujar Ichir0 pula.
“Tapi dia telah memperlihatkan bukti-bukti dirinya pada sensei. Dan guru kita mengakui kebenaran gejala yang diperlihatkannya…”
“Saat itu guru kita tengah dalam keadaan sekarat ,” berkata Kenichi. “Besar kemungkinan dia tidak lagi sanggup membedakan mana yang 0risinil dan mana yang palsu…”
“Jadi c0w0k itu tiba jauh-jauh hanya untuk mencuri kitab Kend0 milik guru!” kata Akik0.
“Mungkin itu hanya sebagian kecil saja dari maksud kedatangannya ke negeri kita ini. Pasti dia membekal maksud lain yang lebih jahat!” berkata Ichir0.
“Kalau begitu saya 0ke dengan rencana Kuni0. Manusia satu itu harus dipenggal batang lehernya!” kata Kenichi pula.
“Rencana harus diatur kini ,” kata Ichir0. “Aku dan Kenichi akan mengejar pembunuh guru. Akik0 , Kuni0 mencari c0w0k asing itu.”
“Hati-hatilah kalian berdua ,” kata Akik0. “Jika dugaan kita benar bahwa pembunuh guru ialah kel0mp0k sesat 0rang-0rang Lembah H0zu , mereka sangat berbahaya. Mereka jag0 memainkan panah beracun!” Kenichi dan Ichir0 mengangguk.
Ichir0 berkata , “Beritahu pada Kuni0 bahwa saya dan Kenichi akan berangkat bes0k malam biar bisa hingga Lembah H0zu dua hari kemudian. Kita bertemu lagi di sini pada Gesuy0bi (hari Senin) ahad pertama bulan depan…”
“Baik! Kita bertemu lagi di sini hari Senin pertama bulan depan…” mengulang Akik0 Bessh0.
Malam itu udara tidak seberapa dingin. Di langit , bulan setengah lingkaran muncul tanpa tersaput awan. Dua bayangan bergerak cepat di antara kerapatan pep0h0nan di Lembah H0zu. Sesekali terdengar bunyi burung malam di kejauhan.
0rang yang lari di depan sesaat berhenti kemudian berbisik kepada kawannya. “Kenichi , sebentar lagi kita akan memasuki daerah Lembah H0zu. Periksa lapisan besi yang menutupi dada dan punggungmu…”
Kenichi kemudian mengusut baju besi tipis yang melindungi dada dan punggungnya. Ichir0 melaksanakan hal yang sama.
“Bagaimana dengan senjata peledak?” Ichir0 kembali berkata. Kenichi mengusut lima buah benda lingkaran sebesar kepalan yang terbuat dari besi. Kelima benda ini tergantung di pinggangnya dan merupakan senjata peledak yang bisa menghancurkan bangunan. Ichir0 juga membekal lima senjata peledak yang sama.
“0rang-0rang Lembah H0zu biasanya suka minum-minum hingga larut malam. Berarti kita harus bersabar menunggu hingga menjelang pagi , pada ketika mereka mulai keletihan dan setengah mabuk…” Kenichi mengangguk mendengar ucapan Ichir0 itu. Keduanya kemudian bergerak kembali dalam kegelapan malam dan udara dingin.
Akhirnya kedua 0rang murid mendiang Hir0t0 Yamazaki itu hingga di bibir Lembah H0zu sebelah selatan. Jauh di bawah sana mereka melihat nyala 0b0r banyak sekali. Di hadapan sebuah meja pendek , tampak sekitar sepuluh 0rang lelaki berpakaian dan berikat kepala serba putih duduk berkeliling. Setiap 0rang ditemani 0leh se0rang Geisha (wanita pelayan pada tempat-tempat tertentu). Semuanya asyik menyantap kuliner dan meneguk minuman. Sesekali terdengar bunyi gelak tawa. Lalu ada se0rang perempuan separuh baya yang duduk agak terpisah memetik Shamusen (instrumen musik dengan tiga senar).
“Setahuku kel0mp0k mereka ada tujuh belas 0rang , mana tujuh lainnya…?” berbisik Ichir0. Kenichi tak menjawab , ia memandang ke arah lembah menyerupai tengah menghitung-hitung. “Kau membawa ter0p0ng…?” bertanya Ichir0. Kenichi kemudian menyerahkan sebuah ter0p0ng kecil. Ichir0 menarik habis ter0p0ng satu lensa ini kemudian mengintai ke arah lembah. Satu demi satu dia mengawasi muka-muka yang ada di lembah. Dia mengenali wajah 0rang keempat dan kesembilan , kemudian berbisik pada Kenichi. “Aku mengenali wajah dua pembunuh sensei. Mereka ada di bawah sana…”
Kenichi mengangguk. “Mereka ada di sana , saya tidak sabar lagi Ichir0. Apakah baiknya kita pribadi menyerbu…?”
Baru saja Kenichi berkata begitu , tiba-tiba terdengar bunyi suitan panjang dari arah timur lembah.
Bersamaan dengan itu , sepuluh 0rang yang berada di meja bawah sana serentak mel0mpat berdiri sambil mencabut katana dari punggung masing-masing. Para Geisha berlarian ke satu arah.
Perempuan yang memainkan shamusen berhenti memainkan peralatan musik itu dan ikut lari ke arah lenyapnya para Geisha.
“Celaka!” bisik Ichir0. “Agaknya mereka telah mengetahui kedatangan kita.” Baru saja Ichir0 I0ki berkata begitu , di atas mereka terdengar bunyi berdesing. “Awas , serangan panah!” teriak Ichir0.
Dia segera menunduk dan cabut katana-nya. Kenichi juga segera mencabut pedangnya dan mel0mpat ke balik sebuah p0h0n besar. Dua buah anak panah menancap di batang p0h0n itu. Ichir0 putar pedangnya ketika terdengar bunyi berdesing untuk kesekian kalinya. “Trang…! Trang…!” Dua anak panah runtuh ke bawah.
“Para pemb0k0ng itu ada di atas p0h0n sebelah sana!” bisik Ichir0. Dia segera mencabut senjata peledak yang ada di pinggangnya. Sebuah anak panah menghantam bahunya. Untung pecahan pundak itu masih terlindung baju besi yang dipakainya hingga dia tidak cedera sedikit pun. Ichir0 bergerak dua langkah ke samping kanan kemudian lemparkan senjata peledak ke arah p0h0n besar di mana tadi dia melihat bayangan tiga 0rang pemb0k0ng bersenjatakan panah.
Terdengar bunyi berdentum. Nyala terang b0la api berkilat , sesaat keadaan terang benderang. Di atas p0h0n besar yang hancur p0rak p0randa , terdengar jeritan tiga 0rang. Ketiganya terlempar jatuh ke tanah dan telah mati lebih dahulu dalam keadaan terkutung-kutung sebelum tubuh masing-masing mencium tanah.
“Kenichi! 0rang-0rang di lembah berusaha mencapai tempat ini! Lekas kau cegat dengan senjata peledak!” berteriak Ichir0 ketika dilihatnya di bawah sana sepuluh lelaki yang tadi duduk mengelilingi meja kini berlari sangat cepat menaiki lereng lembah menuju tempat di mana dia dan Kenichi berada.
Kenichi menyelinap di balik kerapatan pep0h0nan kemudian l0l0skan sebuah senjata peledak. Tak usang kemudian terdengar bunyi berdentum di arah timur. Beberapa p0h0n dan semak belukar rambas.
Namun tidak terdengar bunyi jeritan. Di lain ketika malah terdengar 0rang-0rang lembah berteriak.
“Kurung yang satu ini! Tangkap hidup-hidup!”
Lalu terdengar bunyi senjata saling beradu disertai bentakan-bentakan. Ichir0 masih sempat mendengar bunyi jeritan Kenichi ketika di hadapannya tiba-tiba muncul enam 0rang bersenjatakan pedang. Dia tidak sempat mencabut senjata peledaknya. Dengan katana , Ichir0 hadapi keenam lawan yang datang. Namun ketika itu sebatang anak panah beracun yang dilepaskan lawan dari tempat gelap berhasil menancap di paha kanannya.
Dengan kertakkan rahang menahan sakit , Ichir0 cabut anak panah itu. Namun sebagian racun panah telah larut dalam aliran darahnya! “Manusia-manusia Lembah H0zu keparat! Kalian telah membunuh guru! Majulah untuk mendapatkan hukuman!” teriak Ichir0. Terdengar bunyi tertawa bergelak dalam gelap. Lalu enam s0s0k tubuh mel0mpat. Enam katana menggebrak berbarengan.
Ichir0 menangkis tiga tebasan pedang. Tiga lainnya dielakkan dengan jalan mel0mpat ke belakang.
Ketika salah se0rang lawan kembali menyerbu , Ichir0 keluarkan bunyi mengerang dan katana yang digenggam dengan kedua tangannya berkelebat ganas. Satu jeritan menggema dalam kegelapan malam. 0rang di depan Ichir0 menggeletak dengan perut r0bek. Lima kawannya berteriak murka kemudian serempak menyerang.
“Kita berhasil menangkap yang satu ini!” terdengar bunyi 0rang berteriak.
“Ah! Mereka berhasil menangkap Kenichi!” keluh Ichir0 , kemudian putar pedangnya dengan sebat.
Terdengar bunyi berdentangan. Tiga s0s0k bayangan muncul lagi dari dalam gelap. Kini ada delapan 0rang yang menger0y0k Ichir0. Tak ada kemungkinan bagi c0w0k ini untuk menghadapi begitu banyak lawan. Dia membuat gerakan menyerupai katak , mel0mpat dan berhasil menjauhi para penger0y0k. Sebelum lawan-lawannya mengejar , dia segera l0l0skan sebuah senjata peledak.
“Awas b0la peledak!” teriak sese0rang. “Bummmm!” Ledakan keras menggema. Lidah api muncrat ke banyak sekali jurusan. Dua jeritan terdengar bersama rambasnya semak belukar dan tumbangnya sebatang p0h0n. Ichir0 lari sekencang yang bisa dilakukannya sementara luka di paha kanannya terasa semakin sakit. Kaki kanannya menyerupai kaku. Dua anak panah melesat menghantam punggungnya , namun baju besi yang dikenakannya berhasil melindungi.
Ichir0 lari terus hingga ia hingga di mana dia dan Kenichi sebelumnya meninggalkan kuda masing-masing. Ichir0 cepat naik ke atas pelana dan menghambur tinggalkan tempat itu. Ketika 0rang-0rang Lembah H0zu hingga di tempat itu , Ichir0 sudah terlalu jauh , tak mungkin dikejar lagi.
Ichir0 hingga di tempat kediaman gurunya sesaat sebelum matahari terbit. Dia pribadi masuk ke dalam kamar dan mengambil secarik kertas serta alat penulis. Dengan tubuh panas hirau taacuh akhir racun panah yang mulai bekerja menyerang jantung dan paru-parunya , Ichir0 mulai menulis. Lalu dengan membawa kertas itu dia masuk ke dalam ruangan sembahyang dan berlutut di depan debu gurunya. “Sensei , harap maafkan diriku. Sebagai murid , saya merasa tidak layak lagi hidup. Aku tidak sanggup membela nama guru. Aku tidak berhasil menumpas 0rang-0rang Lembah H0zu. Malah mereka berhasil menangkap Kenichi. Aku aib untuk hidup lebih lama. Sensei saya m0h0n ampunmu… Aku harus menebus keb0d0hanku dengan melaksanakan Seppuku… (bunuh diri)”
Ichir0 letakkan kertas yang tadi ditulisnya di kaki meja sembahyang , kemudian mencabut katana-nya siap ditikamkan ke perutnya. Tiba-tiba di ketika yang sempurna dua tangan k0k0h menahan gerakan tangan Ichir0. Sebelum c0w0k ini jatuh pingsan , dia masih sempat melihat wajah 0rang yang barusan mencegahnya melaksanakan bunuh diri itu!
Dua 0rang berkelebat masuk ke dalam ruangan sembahyang dan keduanya sama berseru keras ketika melihat tubuh Ichir0 tergeletak menelungkup di atas tatami. Paha kanannya dibalut. Tak berapa jauh dari situ tergeletak katana milik c0w0k ini. Lalu di dekat kaki meja sembahyang ada sehelai kertas bertuliskan huruf-huruf kanji.
Ternyata dua 0rang yang barusan tiba ialah Akik0 Bessh0 dan Kuni0 0ta. “Kau lekas periksa keadaannya! Aku akan membaca apa yang tertulis di kertas ini!” kata Kuni0. Setelah membantu Akik0 membalikkan tubuh Ichir0 , Kuni0 mengambil kertas di kaki meja kemudian membacanya.
Saudara-saudaraku seperguruan , terlalu memalukan bagiku untuk hidup. saya bukan saja gagal menuntut balas terhadap 0rang-0rang Lembah H0zu yang telah membunuh sensei , tetapi mereka bahkan berhasil menangkap Kenichi! Maafkan diriku. Hanya ada satu jalan untuk menutup rasa aib menebus kegagalan itu , yakni dengan melaksanakan seppuku Ichir0 I0ki
“0rang t0l0l!” maki Kuni0 sambil membanting surat itu ke lantai. Lalu dia beringsut mendekati Akik0 yang bersimpuh di lantai , tengah berusaha menyadarkan Ichir0 dari pingsannya. “Ichir0… Ichir0! Bangun… Ay0 buka matamu!” kata Akik0 berulang kali sambil menepuk-nepuk pipi saudara seperguruannya itu.
“Ada ketakn0rmalan kulihat…” berkata Kuni0 sambil memandangi s0s0k Ichir0.
3
“Apa maksudmu ,” tanya Akik0.
“Ichir0 terperinci hendak melaksanakan harakiri (bunuh diri). Karena itu dia menulis surat untuk kita.
Tetapi entah mengapa dia tidak melakukannya. Paha kanannya dibalut dan ada rembesan darah.
Mungkin sekali pahanya ditusuk panah beracun 0rang-0rang Lembah H0zu. Kalau betul , kemudian mengapa ketika ini dia masih hidup? Siapa yang membalut luka beracun di pahanya?”
Terdengar keluhan pendek. “Dia siuman!” pekik Akik0 gembira. Lalu kembali gadis ini menepuk-nepuk pipi Ichir0. “Sadar Ichir0… Sadar! Katakan pada kami apa yang terjadi!” kata Akik0 pula.
Perlahan-lahan Ichir0 membuka kedua matanya. “Dia… di mana… di…dia…?” bunyi itu keluar terbata-bata dari lisan Ichir0.
“Dia siapa maksudmu Ichir0?” tanya Kuni0.
“Dia… dia… Gaijin itu…”
“Gaijin…?” mengulang Akik0 sambil saling pandang dengan Kuni0. “Maksudmu c0w0k asing yang muncul membawa surat untuk sensei temp0 hari…?”
“Betul…”
“Apa yang telah dilakukannya terhadapmu Ichir0? Katakan apa dia telah berlaku jahat terhadapmu…?!”
Ichir0 membasahi bibirnya yang kering dan kesat kemudian gelengkan kepala. Dia berusaha bangun dan duduk. Saat itulah dia melihat paha kanannya dalam keadaan dibalut. “Ah…pasti dia… Pasti dia lagi yang men0l0ngku. Dia mencegahku melaksanakan bunuh diri. Lalu meng0bati luka beracun di pahaku dan membalutnya… Ah…!”
“Ichir0! Jalan pikiranmu terganggu alasannya ialah tekanan jiwa. Mungkin juga akhir racun panah 0rang-0rang Lembah H0zu. Bagaimana mungkin 0rang yang telah kita pastikan mencuri kitab Kend0 milik sensei kini kau sebut sebagai pen0l0ng!?” ujar Kuni0 pula.
“Sebelum pingsan , saya masih sempat melihat sekilas wajahnya… Memang dia. Pasti dia!”
“Kau harus beristirahat. Mari kupapah ke kamar tidurmu ,” kata Akik0 kemudian membantu Ichir0 berdiri.
Pada ketika itulah sese0rang muncul di ambang pintu. Ichir0 yang pertama sekali melihatnya pribadi berseru: “Gaijin…!”
Akik0 dan Kuni0 sama palingkan kepala. Benar saja. Pemuda asing itu tampak tegak di sana. Kuni0 pribadi membentak. “Pencuri kitab! Kau berani tiba minta mati!” Tanpa memberi kesempatan , begitu membentak Kuni0 pribadi menyerang Pendekar 212 Wir0 Sableng dengan satu j0t0san keras yang diarahkan ke dada kiri. Ini ialah satu serangan maut alasannya ialah bisa menghancurkan jantung 0rang yang diserang!
“Jepang satu masih belum kap0k rupanya… Apa-apaan dia memakiku pencuri kitab?!” ujar Wir0 dalam hati. Sebelumnya memang Kuni0 telah menantang Wir0 , bahkan sempat dit0t0k menjadi kaku dan gagu. Tapi ketika itu kembali dia menghantam lebih dulu penuh kemarahan.
Murid Sint0 Gendeng cepat berkelit hindarkan serangan berbahaya itu. Sadar 0rang mengelak , Kuni0 ubah pukulannya menjadi gerakan menjambret. Pendekar 212 terkejut ketika dia mencicipi bagaimana jari-jari tangan kanan lawan cepat sekali telah menggenggam dada bajunya. Sebelum dia sempat berbuat sesuatu , Kuni0 telah membantingkan tubuhnya ke lantai ruangan!
“Gila! Bagaimana dia bisa membantingku secepat kilat menyerupai itu?” maki Wir0 dalam hati sambil menahan sakit. Selagi Wir0 terhenyak keliangan , kaki kanan Kuni0 cepat sekali telah menginjak tengg0r0kannya. “Di mana kau sembunyikan buku guru yang telah kau curi?!”
“Buku… buku apa?” tanya Wir0 heran dan mengernyit sakit.
“Kau pandai berlagak 0rang asing! Tapi kepura-puraanmu tidak laris di sini! Kembalikan buku itu atau hancur lehermu ketika ini juga!”
“Aku tidak tahu menahu ihwal segala macam buku sialan! Bagaimana kau bisa menuduhku mencurinya?!”
“Karena hanya kau satu-satunya 0rang luar yang ada di tempat ini!” jawab Kuni0.
“Lalu apakah pencuri itu mesti selalu 0rang luar?!” tanya Wir0 yang membuat Kuni0 melengak marah.
“Ucapanmu berarti menuduh kami belum dewasa murid Hir0t0 Yamazaki yang mencuri kitab guru! Benar-benar kurang ajar! Matilah!” Kuni0 hentakkan kaki kanannya kuat-kuat ke batang leher Wir0 Sableng.
“Kuni0! Jangan bunuh dia ,” berseru Ichir0. Tapi kaki kanan Kuni0 terus saja bergerak.
Dalam keadaan menyangka bahwa c0w0k asing itu benar-benar tidak berdaya dan siap menemui ajalnya , tiba-tiba Akik0 dan Ichir0 melihat bagaimana tangan Wir0 yang bebas dengan sebat menghantam ke arah kaki kiri Kuni0 laksana pedang menebas!
Kuni0 0ta menjerit berjingkat-jingkat. Kesempatan ini digunakan 0leh Wir0 untuk membalikkan diri dan sekaligus mencengkeram kaki kanan lawan. Kini terjadi hal luar biasa yang tidak bisa dipercaya Akik0 dan Ichir0. Tubuh Kuni0 tiba-tiba saja mencelat keatas. Kepalanya menghantam tembus langit-langit kamar yang terbuat dari kertas. Tubuh Kuni0 kemudian jatuh ke lantai.
Hebatnya , c0w0k ini bukan saja bisa jatuh dengan kedua kaki menginjak tatami lebih dahulu , tapi menyerupai membal tubuhnya kemudian melesat ke arah Wir0. Kedua tinjunya menderu lebih dahulu. Dengan gampang Wir0 berhasil menangkap kedua tangan lawannya dan siap untuk membantingkannya ke lantai.
Namun lagi-lagi Pendekar 212 dibikin ingin tau dan kesakitan , alasannya ialah tiba-tiba saja lawan membuat gerak asing dan kini malah kedua tangannya yang kena dicengkeram. Sebelum Wir0 sempat lepaskan diri , tiba-tiba tubuhnya sudah terangkat , kemudian bukk! Tubuh Pendekar 212 dibanting ke lantai! Belum lagi dia sempat bangun , Kuni0 jatuh diri menyerupai berlutut kemudian tinjunya kiri kanan mendera dada murid Sint0 Gendeng.
Meskipun j0t0san-j0t0san Kuni0 tidak disertai kekuatan tenaga dalam , namun kekuatan tenaga luarnya saja bukan main hebatnya. Wir0 mencicipi ada cairan asin dan panas dimulutnya. Wir0 melengak kaget ketika menyadari dirinya mengalami luka dalam!
Sebelum j0t0san-j0t0san lawan kembali bertubi-tubi menghantam dada dan perutnya , Pendekar 212 susupkan satu s0d0kan keras ke perut Kuni0. Pemuda ini keluarkan bunyi menyerupai kerbau melenguh.
Di lain ketika tubuhnya terjajar dan meluncur di atas tatami , dan gres berhenti begitu menabrak sebuah tiang kayu. Sebelum Kuni0 sempat bangun , Pendekar 212 sudah memiting lehernya dan mengangkat tubuh Kuni0 hampir dua jengkal dari atas lantai. “Kau hanya ada satu pilihan Kuni0!” desis Wir0. “Mengaku salah dan minta ampun!”
“Aku menentukan mati daripada bertindak menyerupai banci!” teriak Kuni0. Tangannya c0ba menyikut , tapi Wir0 semakin mengunci lehernya.
“Pemuda asing! Kalau kau bunuh dia , saya bersumpah membunuhmu ketika ini juga!” tiba-tiba Ichir0 berteriak. Wir0 memang tidak berniat membunuh Kuni0 0ta. Begitu c0w0k itu pingsan alasannya ialah kesulitan bernafas , Wir0 lantas lepaskan cekikannya. Kuni0 terbujur di lantai.
Tiba-tiba Wir0 menangkap bunyi berdesing di samping kirinya disertai kilauan sesuatu yang menyambar ke arahnya. Wir0 cepat jatuhkan diri dan berguling. Di ujung kamar dia cepat berdiri.
Di seberangnya , Akik0 Bessh0 tegak memegang sebilah katana! Kaprik0rnus gadis inilah barusan yang c0ba membabat Pendekar 212 Wir0 Sableng.
Sewaktu Akik0 hendak menerjang , Wir0 cepat menyambar pedang yang tersembul di balik punggung Kuni0. Lalu , Trang…! trang…! trang…! Suara beradunya pedang memenuhi ruangan itu.
Serangan Akik0 ganas sekali. Gadis ini pergunakan kedua tangannya untuk memegang hulu pedang. Dia menyerang dengan kekuatan penuh! Wir0 menyerupai terdesak pada permulaannya. Pemuda ini harus mengakui kehebatan permainan pedang sang dara. Agar tidak hingga melukai gadis berwajah lingkaran ini , Wir0 sengaja mainkan jurus-jurus silat pertahanan.
Namun ketika dia didesak habis-habisan , murid Sint0 Gendeng ini terpaksa keluarkan jurus-jurus silat 0rang gila yang dipelajarinya dari Tua Gila. Gerakannya seperti kacau. Namun di balik kekacauan itu tersembunyi suatu kekuatan yang hebat.
Selagi Akik0 kerahkan seluruh tenaga untuk menggempur Wir0 , murid Sint0 Gendeng malah mempermainkannya. Dalam satu gebrakan keras , Wir0 berhasil memukul lepas pedang di tangan si gadis! Akik0 menjerit bukan alasannya ialah cedera , tapi aib dan penasaran. Dia lari ke sudut ruangan. Di sini dia duduk bersila sambil memejamkan mata. Dia berusaha mengatur jalan darahnya yang bergej0lak. Begitu merasa sudah menguasai dirinya sepenuhnya kembali , gadis ini bergulingan di lantai untuk mencapai pedangnya yang tadi terlepas mental. Lalu begitu hulu pedang tergenggam dalam kedua tangannya , gadis ini pribadi menyerbu Wir0 kembali.
“Tunggu dulu…!” seru Pendekar 212.
Akik0 Bessh0 tidak peduli seruan 0rang. Pedang di tangannya menderu dan berkelebat laksana kilat. Di antara empat 0rang muridnya , mendiang Hir0t0 Yamazaki memang telah memperlihatkan ilmu pedang secara khusus pada gadis ini sehingga sekali sebilah katana berada dalam genggaman dua tangannya , maka dirinya bisa berubah laksana malaikat penyebar maut! “Breettt… bretttt… bret…!”
Pendekar 212 Wir0 Sableng berseru kaget dan cepat mel0mpat mundur dengan wajah pucat. Baju putih tebal yang dikenakannya r0bek besar di kedua bagian. R0bekan ketiga ialah pada pecahan pinggang celananya. Tali celana ini putus , ketika mel0mpat , tak ampun lagi mer0s0t ke bawah.
Selagi Wir0 menarik celananya ke atas , sambil meletakkan pedang di tangan kanannya , Akik0 kembali menyerbu.
“Akik0… hentikan seranganmu ,” teriak Ichir0. “Bagaimanapun saya berhutang nyawa pada gaijin itu!” Namun terikan itu tidak ada gunanya. Ujung pedang Akik0 sudah merebas dan menyambar.
“Breettt!” Lengan kiri pakaian Wir0 r0bek memanjang dan kali ini tidak hanya pakaiannya yang r0bek tapi juga pecahan tubuhnya kena t0reh. Darah pribadi mengucur membasahi lengan dan lantai ruangan.
Rasa sakit dan keadaan terdesak membuat Pendekar 212 kalap. Dengan tangan kiri yang masih memegang k0l0r , Wir0 mengangkat tangan kanan. Dia sudah siap mengerahkan semua tenaganya dengan penuh. Tapi mendadak dia terbayang wajah Hir0t0 Yamazaki , kemudian wajah gurunya Sint0 Gendeng. Wir0 kendurkan tenaga dalamnya kemudian menghantam.
Satu gel0mbang angin menghantam ke depan. Akik0 mencicipi tubuhnya terd0r0ng. Semakin dic0ba melawan , semakin keras tubuhnya terd0r0ng. Gadis ini nekad melabrak. Akibatnya dia menyerupai berkelahi se0rang diri sementara lawannya berada beberapa langkah di depannya.
Akik0 Bessh0 berteriak marah. Dia kerahkan tenaga dalam ke tangan kanan. Pedang di tangan kanannya bergetar keras dan mengeluarkan bunyi siur. Gadis ini sempat maju mendekati Wir0 namun kemudian justru jatuh terpelanting di lantai dengan sekujur tubuh mandi keringat.
Akik0 menjerit lagi dan menyerupai sedang frustasi , ia membanting pedangnya ke lantai. “Curang , kau curang , memakai ilmu sihir. Tidak berani menghadapi ilmu pedang dengan pedang ,” teriak Akik0. Wir0 hanya bisa menyeringai mendengar teriakan gadis itu. Sambil pegang lengan kirinya yang terluka , dia menuju pintu. Ichir0 memegang pundak Akik0 dan membantu gadis itu berdiri. Lalu kepada Wir0 dia berujar , “Maafkan adik seperguruanku. Aku akan meminta dia merawat lukamu…”
“Terima kasih ,” jawab Wir0 yang kini lenyap sudah amarahnya dan mulai kasihan melihat Akik0.
“Aku bisa merawat lukaku sendiri. Ada dua hal yang perlu saya katakan pada kalian. Pertama , saya tidak mempunyai ilmu sihir. Kedua , dan ini yang penting , lekas tinggalkan tempat ini. 0rang-0rang Lembah H0zu niscaya akan menyerbu ke mari menuntut balas kematian teman-teman mereka.”
“Jika mereka tiba kami akan membunuh mereka semua!”
“Kami akan mencincang dua pimpinan mereka yang telah membunuh guru…” kata Ichir0.
“Jangan b0d0h. Jumlah mereka lebih banyak dan mereka sedang menyandera Kenichi , kalian tidak akan bisa berbuat apa-apa. Lebih baik mengalah sementara sambil menyusun langkah baru.”
Sehabis bicara , Wir0 mengambil k0tak berisi debu Hir0t0.
“Hai hendak kau bawa ke mana benda itu ,” teriak Akik0.
Wir0 melangkah ke hadapan si gadis kemudian mengulurkan k0tak besi pada Akik0 seraya berkata , “Ini benda berharga yang paling berharga yang harus kalian selamatkan sebelum 0rang H0zu menyerbu.” Lalu berpaling kepada Ichir0. “T0l0ng tinggalkan tempat ini , bila Kuni0 masih pingsan dan mereka tiba ke tempat ini , maka dia akan menjadi sasaran.”
Selesai berkata , Wir0 pribadi meninggalkan tempat itu dan Ichir0 serta Akik0 seketika saling berpandangan. Akhirnya Ichir0 membuka lisan , “Apa yang dikatakan c0w0k asing itu benar.
Selama Kenichi berada di tangan 0rang Lembah H0zu , kita tidak bisa berbuat banyak! Kita musti meninggalkan tempat ini Akik0. Itu tidak bisa ditawar-tawar lagi!”
Di luar , langit tampak semakin terang dan sebentar lagi sang surya akan terbit. Dari kejauhan , dari arah tenggara terdengar suara-suara bersahut-sahutan. Sepasang mata Akik0 dan Ichir0 tampak
sama-sama membesar. “Mereka benar-benar tiba ,” desis Ichir0. Tanpa bicara lagi ia pribadi memanggul Kuni0 0ta yang masih dalam keadaan pingsan. Ichir0 memberi tanda kepada Akik0 , namun ragu. Tapi tidak usang kemudian ia mel0ncat mengikuti abang seperguruannya itu meninggalkan tempat.
“Kita tidak mungkin lari jauh. Sekali mereka melihat , kita akan dikejar. Sebaiknya menyelinap dan bersembunyi di G0a Wanigawa.” Akik0 0ke kemudian mendahului lari. Mereka menuju kerapatan pep0h0nan di arah timur menuju sebuah g0a yang tersembunyi di balik semak belukar. Dari dalam g0a bisa melihat ke arah bekas rumah Hir0t0 Yamazaki yang luas. G0a ini disebut Wanigawa yang berarti “Kulit Buaya” alasannya ialah pecahan dalamnya bergerujul menyerupai kulit buaya.
Baru saja mereka memasuki g0a , seger0mb0lan 0rang-0rang Lembah H0zu yang berjumlah sekitar dua puluh 0rang muncul menunggang kuda. “Periksa bangunan itu!” teriak se0rang pemimpin ger0mb0lan. Lima 0rang turun dari kuda dan pribadi mengusut dengan pedang terhunus , sementara sepuluh 0rang lainnya mengelilingi bangunan dengan membawa panah beracun yang siap membidik siapa saja yang keluar dari bangunan.
Dua 0rang Lembah H0zu tampak kuluar dari bangunan sambil memberi isyarat bahwa rumah telah k0s0ng , tidak 0rang dan benda yang bisa dijarah. “Kurang didik , mereka niscaya melarikan diri ,” ujar lelaki bertubuh kurus yang menunggang kuda putih.
Kawan yang berada di sebelahnya ikut berteriak , “Bakar bangunan itu!” Maka enam 0rang segera melaksanakan perintah. Dalam waktu sekejap , bekas rumah Hir0t0 yang didiami bersama empat muridnya itu hilang dilalap api.
Di dalam g0a Wanigawa , Akik0 kepalkan kedua tangannya. “Aku ingin sekali membunuh keparat-keparat dari Lembah H0zu itu. Ichir0 perhatikan kuda putih dan lelaki di sampingnya. Aku ingat betul dia yang menger0y0k sensei dan membunuhnya…”
“Kau betul Akik0. Yang kurus jangkung itu ialah Massashigi Sakaji. Kawannya , kalau tidak salah ialah Min0ru Shir0ta. Mereka ialah dua dari empat pemimpin Lembah H0zu. Keduanya sudah p0puler semenjak dua puluh tahun lalu.”
“Tanganku sudah gatal ingin membunuh kedua bedebah itu. Bagaimana bila saya memb0k0ng mereka dengan sumpit beracun?” Dari balik pakaiannya , Akik0 keluarkan sebuah sumpitan yang terbuat dari kuningan lengkap dengan pelurunya sebesar ujung jari berbentuk lingkaran dan berduri-duri di beberapa bagian.
“Jangan!” cegah Ichir0. “Jarak mereka terlalu jauh. Peluru sumpit tidak bisa hingga ke sana. Di samping itu , tindakanmu sama saja dengan memberi tahu tempat persembunyian kita ini.” Akik0 bantingkan kaki alasannya ialah kesal. Tiba-tiba didengarnya Ichir0 berseru. “Akik0! Lihat! Ada sese0rang di atas atap bangunan rumah!”
Bagaimana terkejutnya Ichir0 , begitu pula kagetnya Akik0. Di atas atap bangunan di bawah sana , pada pecahan yang belum sempat disentuh k0baran api , di balik kepulan asap , kedua 0rang ini melihat s0s0k se0rang pria berpakaian dan berikat kepala putih tegak bert0lak pinggang di atas wuwungan rumah.
0rang-0rang Lembah H0zu yang masih ada di sekitar bangunan itu juga tampak terheran-heran melihat ada 0rang di atas atap bangunan yang mereka bakar. “Ichir0…” kata Akik0 sambil memegang lengan c0w0k itu. “Apakah kau tidak mengenali 0rang di atas atap itu? Bukankah dia gaijin berjulukan Wir0 Sableng itu…?”
Ichir0 I0ki usap kedua matanya berulang kali. “Astaga! Kau betul! Apa yang dilakukan c0w0k asing itu di sana?! Sudah gila dia agaknya!” ujar Ichir0.
“Dia sengaja mencari mati!” kata Akik0 pula. “Ninja sekalipun tidak berani melaksanakan hal menyerupai itu siang-siang begini!”
“Aku jadi tak habis pikir ,” kata Ichir0 pula. “Siapa sebetulnya c0w0k itu. Sikapnya selalu merendah dan terkadang tampak menyerupai 0rang t0l0l!”
Di atas atap bangunan , 0rang yang berdiri di sana memang ialah Pendekar 212 Wir0 Sableng. Saat itu dengan mengerahkan tenaga dalamnya hingga suaranya menjadi keras sekali , Wir0 berteriak.
“0rang-0rang Lembah H0zu! Kalian semua dengar! Jika kalian tidak segera membebaskan Kenichi dan menyerahkan dua pembunuh Yamazaki-san , maka Lembah H0zu akan menjadi lembah bangkai bagi kalian!”
Semua 0rang Lembah H0zu mend0ngak dan sama memandang ke atas atap. “Eh , insan atau setan gunung yang ada di atas atap itu?!” berkata salah se0rang pimpinan Lembah H0zu. Lalu dia berpaling pada dua mitra di sebelahnya. “Masashigi! Min0ru! 0rang itu menghendaki diri kalian!”
“Tak pernah kulihat tampang insan itu sebelumnya!” berkata Masashigi Sakaji. “Ada di antara kalian yang mengenalinya?”
Semua 0rang menggelang.
“Wajahnya menyerupai bukan 0rang sini. L0gat bicaranya aneh!” berkata Min0ru Shir0ta. Lalu sambungnya sambil menyeringai , “Siapapun dia adanya , saya ingin melihat warna darahnya! Merah atau hitam… Ha… ha… ha…!”
“0rang-0rang Lembah H0zu!” dari atas atap , Wir0 kembali berteriak. “Sebelum para tuhan murka , lekas tinggalkan tempat ini! Ingat ucapanku! Bebaskan Kenichi dan serahkan dua pembunuh Yamazaki-san. Aku beri waktu tujuh hari. Jika siang hari kedelapan Kenichi dan dua pembunuh itu tidak muncul di ujung lembah sebelah timur , kalian akan tahu rasa!”
0rang-0rang Lembah H0zu berteriak murka mendengar seruan Wir0 itu. Masashigi Sakaji balas berteriak. “Saat ini kami sudah ada di sini! Dua 0rang yang kau tuduh jadi pembunuh juga ada di sini! Mengapa tidak pribadi menjatuhkan eksekusi tapi hanya bermulut besar?!”
“Aku tidak terlalu t0l0l mempertaruhkan nyawa Kenichi!” sahut Wir0.
“Kalau begitu biar nyawa busukmu kami habisi lebih dulu!” teriak Min0ru Shir0ta. “Sebelum kau mati , harap jelaskan siapa dirimu dan apa hubunganmu dengan Hir0t0 Yamazaki!”
“Aku penguasa Gunung Fuji!” jawab Wir0 membual dengan bunyi keras. “Berarti tak ada se0rang pun b0leh melawan kehendakku , kecuali mereka yang sudah b0san hidup dan ingin jadi bangkai!” teriak Wir0 seraya menunjuk tepat-tepat ke arah Min0ru Shir0ta.
“Penguasa Gunung Fuji” teriak Min0ru kemudian meludah ke tanah. 0rang-0rang Lembah H0zu lainnya tertawa keras dan sunggingkan tampang mengejek ke arah Wir0. Masashigi Sakaji yang sudah tidak sabaran ketika itu memberi isyarat kepada enam 0rang yang membawa busur dan panah. Keenam 0rang ini pribadi cabut anak panah dan rentangkan tali busur. Enam panah beracun dibidikkan ke arah Pendekar 212 yang masih tegak di atas atap bangunan.
Ketika Masashigi jentikkan jari-jari tangan kanannya , enam 0rang yang merentang busur serta merta melepaskan panah masing-masing. Enam panah beracun melesat ke atas atap.
Di atas atap tiba-tiba tampak c0w0k yang jadi target telah memegang sebilah katana. Senjata ini diputar laksana titiran. Enam kali terdengar bunyi berdentrang dan enam anak panah luruh ke pecahan bawah bangunan yang dimakan api.
Kini 0rang-0rang Lembah H0zu gres terbuka mata mereka. Selagi mereka masih mendelik menyaksikan kejadian tadi , Wir0 Sableng lemparkan senjata di tangannya ke bawah. Di lain kejap , salah se0rang yang tadi memanah menjerit keras kemudian r0b0h ke tanah dengan perut tertembus pedang.
Kini 0rang-0rang Lembah H0zu menjadi sangat marah. Semua mereka berteriak keras. Dua 0rang di atas kuda bergerak mengelilingi bangunan sambil memutar-mutar tali yang di ujungnya ada pengait besi. Lima 0rang yang memegang panah kembali membidikkan senjatanya. Yang lain-lain mencabut pedang kemudian mengurung bangunan. “Runtuhkan bangunan! Jangan hingga bedebah itu l0l0s!” teriak Masashigi.
4
Dua 0rang yang memegang tali berkait segera menarik tiang-tiang kayu yang masih utuh. Dua pecahan bangunan pribadi ambruk. Atap bangunan di mana Pendekar 212 berdiri miring ke kiri.
Selagi dia mengimbangi diri biar tak terper0s0k jatuh , lima anak panah beracun menderu ke arah lima pecahan tubuhnya!
Murid Sint0 Gendeng dari Gunung Gede ini keluarkan bentakan keras. Lalu dari tangan kanannya tampak memancar sinar berwarna perak. Ketika tangan itu dihantamkan , menghamparlah hawa panas disertai sambaran cahaya menyilaukan! Lima anak panah mental leleh! Lalu terdengar bunyi ledakan dahsyat! “Buummmm!”
Tanah berlapis salju di depan bangunan yang terbakar , mencuat bertaburan ke udara. Dua ek0r kuda terpelanting dan menjatuhkan penunggangnya. Di pecahan lain terdengar tiga jeritan kemudian tiga s0s0k tubuh tergeletak hangus di atas salju! Masashigi dan Min0ru dan yang lain-lainnya masih sempat menyingkir. Tapi muka mereka kini tampak seputih salju Gunung Fuji!
Ketika keadaan kembali hening , semua 0rang lagi-lagi dibikin kaget. Kini kaget alasannya ialah c0w0k yang tadi berada di atas , tak tampak lagi s0s0knya! Para pimpinan 0rang-0rang Lembah H0zu memandang berkeliling. Pemuda yang mereka cari tetap tak ada lagi , laksana amblas ditelan gunung! “Tinggalkan tempat ini!” Min0ru Shir0ta berteriak memberi perintah. 0rang-0rang Lembah H0zu yang ketika itu memang sudah merasa ngeri alasannya ialah seumur-umur belum pernah mengalami hal menyerupai itu , serta merta bergerak meninggalkan tempat itu dengan cepat.
Masashigi mendekatkan kudanya ke kuda Min0ru kemudian berkata , “Terus terang saya tidak takut kepada c0w0k tadi , walau kepandaiannya setinggi langit! Tapi untuk mencegah hal-hal yang tidak diingini , kurasa kita harus menghubungi nenek sihir Arashi. Hanya dia agaknya yang bisa menghadapi kekuatan asing yang dimiliki c0w0k itu!”
“Ya… ya…!” jawab Min0ru Shir0ta. “Nenek Arashi akan menghancur luluhkan tubuhnya hingga berbentuk sekepal daging cincang!”
Sementara itu dalam g0a , Ichir0 dan Akik0 masih terbeng0ng-beng0ng menyaksikan apa yang terjadi tadi. “Tak percaya kalau saya tidak melihat sendiri…” Ujar Ichir0.
“Pemuda asing itu…” desis Akik0. “Apa yang dikatakan sensei memang mungkin benar Ichir0….
Se0rang satria gres telah muncul di Gunung Fuji… Hawa panasnya terasa hingga ke dalam g0a ini. Kurasa itulah pukulan sinar matahari yang dikatakan guru. Luar biasa!”
“Hanya para tukang sihir pemilik ilmu hitam yang bisa melaksanakan hal menyerupai itu…” kata Ichir0.
“Tapi dia bukan tukang sihir…” bisik Akik0 , masih terkagum-kagum. “Ah , ke mana kita harus mencarinya sekarang? Dia lenyap begitu saja…!”
Ichir0 menatap paras adik seperguruannya sesaat. Dia tahu apa yang ada dalam benak dan hati adiknya itu. Sama menyerupai yang kini diinginkannya. Tapi dia aib untuk menyampaikan alasannya ialah sebelumnya dia dan Kuni0 serta Kenichi telah menganggap rendah c0w0k itu.
“Jika kalian mencarinya haruslah dengan maksud yang sama menyerupai maksudku! Dia telah mencuri kitab guru dan mencelakai diriku! Baginya hanya ada satu hal , mati!” Ichir0 dan dan Akik0 sama berpaling. Saat itu Kuni0 0ta ternyata sudah siuman dari pingsannya dan tengah tegak bersandar ke dinding g0a.
“Ah! Kuni0! Kau sudah sadar…!” seru Ichir0.Lalu bersama Akik0 menghampiri c0w0k itu.
Rumah teh Mangetsu terletak di suatu bukit di luar Ky0t0. Sepanjang hari tempat ini ramai dikunjungi 0rang yang ingin melepas dahaganya. Selain teh yang dihidangkan memang nikmat , pelayanan di sini pun sangat baik.
Pendekar 212 duduk di sudut ruangan dekat jendela. Se0rang pelayanan perempuan tiba membawakan pesanannya. Sebelum pergi pelayan itu menunjuk dingklik k0s0ng di samping Wir0 dan bertanya , “Tuan , apakah ingin saya temani?” Wir0 tersenyum. “Arigat00 G0zaimashita , terima kasih , Saya lebih suka duduk sendiri.” Pelayan itu kemudian pergi.
Setelah memandang berkeliling , Wir0 mengangkat cangkir dan meneguk tehnya. Baru saja ia meletakkan cangkir di atas meja , di pintu tampak muncul se0rang , yang dari pakaian dan keranjang bututnya , terperinci se0rang pengemis. Wajahnya tak kelihatan alasannya ialah tertutup tudung jerami lebar.
Begitu pengemis itu melangkah masuk , se0rang pelayan menghadangnya. “Pengemis dilarang berada di rumah teh ini. Lekas keluar!”
Tenang saja pengemis itu melepaskan lipatan kecil dan menyerahkan pada si pelayan. “Maksudmu c0w0k asing itu?” Si pelayan berpaling ke arah Wir0 duduk. Si pengemis mengangguk kemudian putar tubuh dan pergi. Pelayan kemudian menghampiri Wir0 kemudian meletakkan lipatan kertas di atas meja.
“Pengemis tadi meminta saya menyerahkan ini kepada Tuan.” Meski heran Wir0 mengambil kertas dan membuka lipatannya. Di situ tertera kalimat pendek berbunyi. Temui saya di Puri Nanzen , Penting!
“Aneh! Tak ada pengirim. Diakah yang ingin bertemu?” Murid Sint0 Gendeng menggaruk kepalanya. Wir0 cepat-cepat menghabiskan minumannya. Setelah membayar , ia meninggalkan rumah teh itu menuju ke pecahan barat k0ta.
Puri Nanzen sebuah puri besar yang dibangun 0leh pendeta Zen puluhan tahun lalu. Bagian luarnya dikelilingi pep0h0nan rimbun , berumput dengan dua telaga kecil , dan jalan setapak yang diberi batu-batuan. Untuk beberapa lamanya Wir0 memperhatikan bangunan itu. Sepi. Tak tampak 0rang di sana. Desah angin satu-satunya yang tertangkap di indera pendengaran Wir0.
“Jangan-jangan saya jadi permainan pengemis sinting ,” berkata Wir0 dalam hati. Dia melangkah ke tepi telaga di sebelah kanan. Berhenti di sini , memandang sekeliling gres melangkah menuju tangga puri. Bagian luar puri merupakan serambi terbuka yang mengelilingi bangunan utama. Wir0 melangkah memutari bangunan itu. Akhirnya dia kembali ke tangga sambil berpikir-pikir. Bukan tidak mungkin ada 0rang yang menjebaknya. Tapi siapa? 0rang-0rang Lembah H0zu? Dua hari belakangan ini memang banyak kejadian yang dihubungkan dengan tindak-tanduk 0rang-0rang Lembah H0zu.
Wir0 duduk beberapa saat. Ketika tidak ada juga 0rang yang muncul , dengan kesal berteriak , “Pengemis bert0pi jerami , di mana kau?” Tidak ada jawaban. Desau angin menambah dinginnya udara. Pendekar 212 berdiri sambil berteriak dan memaki , “Sialan! Aku benar-benar kecele!” Wir0 langkahkan kakinya menuruni tangga.
Tiba-tiba dari samping terdengar bunyi berdesir. Wir0 men0leh. Tiga buah benda lingkaran sebesar ibu jari melesat ke arahnya. Senjata rahasia! Sambil mengerang ia menghantam dengan satu tangan k0s0ng. Tiga senjata rahasia mengeluarkan bunyi letusan dan buyar di udara. “Mengundang kemudian memb0k0ng benar-benar perbuatan rendah!” teriak Wir0.
Baru saja memaki sebuah benda melesat berkilauan. Ternyata sebuah katana pendek. Pendekar 212 cepat mel0mpat ke samping. Pedang meleset dan menancap di serambi. “Edan!” maki Wir0 , kemudian mencabut pedang yang menancap di tiang sambil menelitinya. Wir0 tidak mengerti maksud pelempar pedang itu. Dengan kesal kesannya dihujamkan ke lantai puri. Saat itulah dia melihat ada sesuatu melayang di atas p0h0n besar di samping puri. Wir0 hendak menghantam tapi cepat sekali lenyap. Saat dikejar hingga di samping puri , tidak ada apa-apa lagi.
“Yang melayang tadi terperinci s0s0k manusia. Dia tak mungkin ada bersembunyi di halaman sini…”
Wir0 perhatikan p0h0n-p0h0n besar di sekelilingnya. Jangankan insan , burung pun tak ada yang hinggap di pep0h0nan itu.
“Aku ada di dalam sini” terdengar bunyi dari dalam puri. Wir0 cepat berpaling. “Siapa di dalam sana?”
“Masuklah cepat! Aku tak ingin ada 0rang melihatmu!” terdengar lagi bunyi dari dalam puri , kemudian pintu d0r0ng bangunan itu bergeser ke samping.
Wir0 ingin tau dan jengkel. Ia siapkan satu pukulan sakti di tangan kemudian mel0mpat memasuki puri lewat pintu yang terbuka. Begitu masuk , pintu d0r0ng tertutup kembali. “Kau!” teriak Wir0 ketika melihat s0s0k pengemis. “Kau mengundangku ke mari kemudian hendak membunuhku secara pengecut! Memb0k0ng! Apa apaan ini!?”
“Sabar jangan cepat murka Wir0. Mari kita bicara. Ada beberapa yang perlu kita rundingkan!” jawab pengemis.
Wir0 menundukkan kepala , maksudnya hendak mengintai wajah di bawah tudung itu. Namun itu tak perlu dilakukannya alasannya ialah seketika si pengemis membuka tudungnya. Ketika melihat wajah pengemis itu , terkejutlah Wir0. “Akik0! Aku benar-benar tidak mengenalimu. Suaramu-pun saya tidak kukenal!”
Gadis murid mendiang Hir0t0 Yamazaki itu tersenyum. “Aku tadi bicara dengan bunyi perut. Makanya kau tadi tidak mengenali suaraku yang menyerupai laki-laki… Sekarang suaraku bagaimana…?”
“Ah! Sekarang kudengar bunyi aslimu. Suara perempuan. Hai katakan apa-apaan yang kau lakukan ini Akik0? Mana yang lain-lain…?!”
“Sssst… jangan bicara terlalu keras. Di jepang , dinding dan p0h0n bisa mendengar…” ujar Akik0 Bessh0. “Aku sengaja menyamar alasannya ialah di luar sangat gawat. Aku melihat ada gerakan-gerakan tertentu yang dilakukan 0rang Lembah H0zu…”
“Kau betul. Mereka melaksanakan penyelidikan di mana-mana. Aku tidak mengerti ada pasukan resmi membantu mereka…”
“Berarti mereka punya kekerabatan dengan penguasa.”
“Betul ,” kata Akik0. “Bukan itu saja. Mereka melaksanakan penyelidikan dengan sewenang-wenang. Beberapa 0rang mereka siksa , bahkan ada yang dibunuh…!”
“Apa yang mereka selidiki?” tanya Wir0.
“Apalagi kalau bukan mencari jejak kita?” jawab Akik0. “Termasuk mencarimu!” kata gadis itu kemudian. “Semua ini alasannya ialah ancaman yang kau katakan sewaktu 0rang-0rang Lembah H0zu memperabukan rumah sensei!”
“Astaga! Kaprik0rnus saya telah melaksanakan kesalahan besar…?”
“Aku tidak bilang begitu. Namun itulah kenyataan yang terjadi. Kita semua harus hati-hati. 0rang-0rang Lembah H0zu telah membayar jasus untuk mencari kita… Apakah kau tidak merasa diikuti 0rang ketika menuju kemari…?”
“Heh?!” Wir0 memandang lekat-lekat ke arah Akik0. “Aku tak tahu. Jangan-jangan kecurigaanmu beralasan!”
“Di samping itu , saya punya pr0blem dengan Kuni0 0ta… ,” berkata Akik0.
“Apa masalahmu? Bagaimana keadaan c0w0k pemberang itu?”
“Dia tidak 0ke ketika saya mengambil keputusan mencarimu. Dia khawatir…”
“Khawatir atau cemburu…?” Wir0 mem0t0ng. Paras Akik0 menjadi sangat merah. Wir0 tertawa perlahan.
“Kuni0 tetap yakin bahwa kau yang mencuri kitab pelajaran Kend0 milik guru. Jika kau jujur , maukah kau menyampaikan bahwa kau tidak mencari buku pelajaran ilmu pedang yang langka itu?”
“Siapa tuhan yang paling kau h0rmati , Akik0?” tanya Wir0.
“Dewa matahari… ,” jawab sang dara.
“Nah , demi dewamu itu , saya bersumpah tidak mencuri buku atau apapun di tempat kediaman gurumu!”
“Sumpahmu tak ada harganya!” kata Akik0 pula.
“Eh , kenapa begitu?” tanya Wir0 heran.
“Kepercayaanmu dan kepercayaanku berlainan. Bagaimana mungkin kau mengangkat sumpah dengan kepercayaan 0rang lain!?”
“Ah begitu? Kau mungkin benar ,” kata Wir0 sambil menggaruk-garuk kepalanya. “Kalau begitu saya bersumpah atas nama persahabatan kita! Bisa kau terima sumpahku sekarang?”
“Masih belum.”
“Kenapa?”
“S0alnya kita belum tentu bersahabat. Aku belum tahu siapa dirimu sebenarnya. Muncul di sini entah membawa niat jahat atau apa…”
“Ah…” Wir0 geleng-geleng kepala.
“Kau keliru Akik0. Jika kau sengaja mencariku dan menginginkan pertemuan ini , berarti kau telah memperlihatkan rasa persahabatan. Kalau kau tidak percaya dirimu , apa perlunya mencari diriku dan menyamar segala!”
“Aku menyamar biar tidak tertangkap tangan 0rang-0rang Lembah H0zu dan Kuni0. Kuni0 mengancam membunuhku bila saya menemuimu ,” Akik0 menutup wajahnya menyerupai menahan tangis.
Wir0 dekati gadis itu dan pegang bahunya. “Maafkan kalau saya membuatmu menjadi murka dan bingung. Tapi saya betul-betul tidak mencuri sesuatu pun. Justru saya ingin mengusut pencuri itu dan menemukannya kembali.”
Perlahan-lahan Akik0 turunkan kedua tangannya. Sepasang mata bening gadis ini menatap ke b0la mata satria 212. “Betulkah kau hendak membantu menemukan buku itu kembali?” Tanya sang dara.
Wir0 mengangguk. “Tadi kau hendak merundingkan beberapa urusan. Urusan apa?”
“Urusan pertama ihwal kitab yang hilang. Terima kasih kau bersedia membantu. Yang kedua , ini yang penting. Cara menghadapi 0rang-0rang Lembah H0zu. Kau telah mengancam dan memberi waktu tujuh hari kepada mereka. Bisa saja sesuatu terjadi kepada mereka. Bagaimana membuktikan ancamanmu? Kau tidak bisa menghadapi mereka se0rang diri. Aku mendengar 0rang-0rang Lembah H0zu meminta pert0l0ngan nenek Arashi.”
“Siapa nenek yang mempunyai nama begitu hebat? Nenek T0pan?” tanya Wir0.
“Se0rang jag0 sihir kawakan. Dia bisa mencabut p0h0n dengan akarnya kemudian melemparkan ke arahmu!” jawab Akik0.
Wir0 keluarkan bunyi berdecak. “Belum pernah saya mendengar kehebatan menyerupai itu , saya ingin sekali melihatnya!”
“Jangan bicara takabur Wir0-san…”
“Hanya itulah urusan yang ingin kau bicarakan?” tanya Wir0 kemudian.
“Masih ada yang lainnya.”
“Apa itu?”
“Bagaimana kita bisa menyelamatkan Kenichi?”
“Itu memang bukan urusan mudah. 0rang-0rang Lembah H0zu itu memang menjaga Kenichi secara ketat. Kau tak usah memikirkan….”
“Dia saudara seperguruanku. Bagaimana mungkin saya tidak memikirkannya?!”
“Jangan salah sangka dulu Akik0. Bicaraku tadi belum selesai. Urusan Kenichi biar saya yang mengatur asal kau mau membantu…”
“Aku sendiri hanya punya kemampuan terbatas….” kata Akik0.
“Ah , kau terlalu merendah. Buktinya kau tadi memperlihatkan kehebatanmu dengan melempar senjata rahasia serta sebilah katana!”
Merahlah paras Akik0 Bessh0. “Yang kulakukan tadi bukan mencelakaimu. Itu untuk membuktikan bahwa kau se0rang yang bisa diandalkan. Apa yang dikatakan sensei bukan kisah k0s0ng…”
Wir0 tertawa lebar , “Kau tahu Akik0 , di negeriku banyak sekali 0rang yang pandai bicara. Tapi perempuan di sana bersikap diam. Tidak ada yang pandai bicara , apalagi berkelit pengecap sepertimu ketika ini… Kalau tadi pedangmu sempat menembus jantungku , tentu saya tidak akan pernah mendengar alasan yang kau katakan , iya kan?”
“Nah , sudah selesaikah urusan ini atau ada urusan lain?”
“Masih ada satu lagi. Ini yang terakhir.”
“Katakanlah!”
“Sebenarnya saya aib menyampaikannya …”
“Katakan saja Akik0 ,” ujar Wir0.
Akik0 Bessh0 membisu sesaat. Tampaknya menyerupai ragu. “Ah , baiknya kubatalkan saja mengatakannya kepadamu ,” kata gadis ini.
Wir0 menggeleng. “Memendam sesuatu tidak baik… Kau tidak percaya padaku. Atau malu. Bukankah kita bersahabat?” ujar Wir0 seraya mengambil t0pi jerami lebar dari tangan Akik0 kemudian mengenakannya di kepalanya. “Tampangku niscaya menyerupai pengemis beneran!” kata Wir0 , yang membuat Akik0 tertawa geli. “Sekarang apakah kau tidak akan mengatakannya?”
“Baiklah , saya akan terus terang saja ,” jawab Akik0. “Ini menyangkut pesan gurumu dalam surat yang dulu kau bawa untuk sensei. Apakah kau masih bersedia mengajarkan ilmu pukulan sakti berjulukan Pukulan Sinar Matahari itu?”
“Ah..! Itu rupanya!” kata Wir0 seraya tertawa lebar dan garuk-garuk kepala. “Untukmu pintu selalu terbuka , Akik0. Bagaimana dengan saudara-saudara seperguruanmu yang lain?”
“Ichir0 sebetulnya ingin juga mempelajari kesaktian itu. Tetapi dia merasa aib alasannya ialah sudah terlanjur mengejekmu. Kenichi tak masuk hitungan alasannya ialah masih berada dalam sekapan 0rang-0rang Lembah H0zu. Tinggal Kuni0. Dia niscaya akan membunuhku bila tahu saya menemuimu , apalagi hingga berguru padamu.”
“Hemmmm , begitu? Kau sungguhan ingin mempelajari Pukulan Sinar Matahari?”
Akik0 mengangguk. “Aku ingin pada ketika kau mendatangi Lembah H0zu pada hari kedelapan , saya sudah menguasai ilmu itu.”
“Semua itu tergantung pada tingkat tenaga dalam yang kau miliki dan kemampuanmu menghapal bacaan tertentu secara cepat…”
“Aku akan berguru sungguh-sungguh , siang malam…!”
5
“Bukan itu saja masalahnya Akik0. Tapi ada satu hal yang sangat berat dan kurasa tak mungkin kau lakukan…”
“Apakah itu? Apa yang harus saya lakukan?”
“0rang yang akan mempelajari pukulan sakti tersebut harus dalam keadaan tanpa pakaian…”
“Apa?!” Akik0 Bessh0 tersentak. “Gila! Aku harus telanjang?! Ilmu macam apa itu! Persetan dengan ilmu itu! Lebih baik saya tak mendapatkannya!” sang dara tampak berang dan membalik membelakangi Wir0.
Pendekar 212 tertawa mengekeh. Akik0 cepat membalik. “Mengapa kau tertawa?!” tanya Akik0 gusar.
“Kau menyerupai anak kecil! Percaya saja apa yang kukatakan tadi!”
“Jadi… Apa maksudmu sebenarnya?”
“Untuk berguru pukulan sakti itu tidak perlu harus telanjang segala! Aku hanya bergurau! Senang melihat pipimu merah kalau marah!”
“Gaijin kurang a…” Akik0 tidak teruskan ucapannya.
Di hadapannya Wir0 memberi isyarat. Ketika Wir0 melangkah keluar dari puri , Akik0 mengikuti.
Di salah satu halaman Puri Nanzen terdapat dua buah watu yang masing-masing hampir dua kali angkuh manusia. Wir0 menunjuk pada watu sebelah kanan. “Alirkan tenaga dalammu ke tangan sebelah kanan , kemudian pukul watu itu.”
“Kau hendak menguji atau bagaimana?”
“Terserah kau mau bilang apa. Tapi saya harus melihat dulu tingkat tenaga dalammu. Aku percaya kau niscaya sudah mempunyai tingkat yang tinggi , nah c0balah…!”
Perut Akik0 tampak mengempis , bibirnya terkatup rapat. Kedua kakinya menekuk dan tubuhnya turun perlahan. Tangan kanan diangkat ke atas. Lalu terdengar bentakan keras keluar dari mulutnya.
Bersamaan dengan itu tangan kanannya memukul. “Praaakkk!” Batu hitam di sebelah kanan yang jadi target hancur berantakan.
“hebat!” memuji Wir0. Dia membungkuk dan memungut serta memperhatikan pecahan-pecahan batu. “Kau mempunyai dasar tenaga dalam yang baik. Malam nanti kita mulai latihan…”
“Terima kasih ,” kata Akik0 , seraya menjura beberapa kali. Lalu gadis itu bertanya , “Sebagai imbalan , apakah yang harus kulakukan untukmu?”
Murid Sint0 Gendeng menatap wajah lingkaran di depannya beberapa saat. Lalu senyum menyeruak di mulutnya. Akik0 jadi curiga. Buru-buru gadis ini berkata , “Jangan kau berani meminta yang bukan-bukan…!”
“Aku ingat pada kepandaianmu mengubah bunyi tadi. Maukah kau mengajarkannya padaku?”
Tiba-tiba Wir0 mendengar bunyi berucap , “Wir0-san , gurumu jelas-jelas dalam suratnya menyampaikan tidak ada pamrih. Mengapa kini kau justru meminta imbalan…?”
“Astaga! Itu bunyi Hir0t0 Yamazaki!” ujar Wir0 dalam hati. Terkesima tapi juga tampak merah mukanya , c0w0k ini berpaling ke kiri dari arah mana tadi dia mendengar bunyi itu datang.
“Kau mencari siapa?” tanya Akik0 dengan senyum di bibir.
“Aku barusan mendengar…” Wir0 tak meneruskan ucapannya. Di hadapannya , Akik0 tampak berusaha menahan tawa. Kini Wir0 sadar apa yang telah terjadi. Akik0 tadi niscaya telah mempergunakan kepandaian berbicara dengan perutnya , memalsukan bunyi mendiang gurunya! Mau tak mau Wir0 hanya bisa menyengir.
Sambil garuk kepala , c0w0k ini serahkan t0pi jerami kembali pada Akik0. Belum sempat t0pi itu disentuh si gadis , tiba-tiba terdengar bunyi berdesing. Wir0 berteriak memberi peringatan. Akik0 mel0mpat ke samping kanan , Wir0 ke arah kiri. Dua bilah g0l0k pendek menderu dan menancap dit0pi jerami yang masih berada dalam genggaman Pendekar 212.
Pada ketika itu pula lima 0rang berpakaian merah melayang turun dari atas dua buah p0h0n besar yang ada di taman Puri Nanzen. Akik0 keluarkan seruan kaget. “K0mpl0tan pembunuh bayaran Teruk0!”
Lima 0rang berpakaian serba merah menyebar mengurung Akik0 dan Wir0. Mereka terdiri dari empat 0rang pria yang wajahnya dilumuri pupur berwarna merah sedang rambut dicukur pendek berdiri dan juga berwarna merah. 0rang kelima ternyata se0rang nenek berpipi cekung tetapi masih mempunyai rambut hitam lebat disanggul rapi. Mukanya celem0ngan tidak karuan.
Meski terperinci kelima 0rang itu tidak bermaksud baik , namun murid Sint0 Gendeng masih bisa bergurau. “Kalian ini para pemain sandiwara kabuki (semacam sandiwara tradisi0nal Jepang) mengapa bisa kesasar ke mari…?!”
“Pemuda asing gila! Apa dia tidak tahu gelagat tengah menghadapi siapa!” Akik0 Bessh0 memaki dalam hati. Gadis ini gerakkan kedua kakinya membuat kuda-kuda. Tangan kanannya tergantung sedemikian rupa , siap untuk mencabut katana yang tersembunyi di punggung pakaiannya.
Empat lelaki berambut merah keluarkan bunyi mendengus murka mendengar ucapan Wir0 tadi.
Sebaliknya si nenek malah keluarkan bunyi tertawa cekikikan! Dia mengerling genit ke arah Wir0 kemudian berpaling pada Akik0. “Mendiang Hir0t0 Yamazaki niscaya tidak tenteram di alam abadi melihat murid perempuannya bersuka-sukaan dengan se0rang c0w0k asing!”
“Tua bangka kurang ajar! Tampangmu buruk , mulutmu k0t0r!” teriak Akik0 marah. Tangan kanannya mulai bergerak ke arah punggung.
Perempuan berwajah celem0ngan ganda tertawa. “Mukaku memang buruk , mulutku suka usil! Hikk… hik…hik..!” jawab si nenek. Lalu sambungnya , “Tapi banyak lelaki suka padaku , Hikk… hik…hik…!”
“Aku tidak heran!” menyahuti Akik0. “Siapa yang tidak kenal dengan nenek Teruk0! Perempuan binal yang sudah jadi pelacur semenjak usia empat belas tahun!”
“Anak perawan! Mulutmu sudah kelewatan! Anak-anak , bunuh dia!” perintah Teruk0 pada keempat anak buahnya. “Sreet…!” empat bilah katana pendek dicabut berbarengan. Empat lelaki bermuka dan berambut merah itu pribadi mengurung Akik0. Si nenek sendiri sambil tertawa-tawa melangkah mendekati Wir0 , kedipkan matanya dan berkata , “Pemuda asing , tampangmu cukup menawan. Jika malam ini kau mau menginap di rumahku , saya akan ampunkan kau punya nyawa. Siapa namamu sayang…?”
Sambil berkata begitu lezat saja dan cepat sekali si nenek mencuil dagu Wir0. Murid Sint0 Gendeng mencicipi tengkuknya merinding. “Kau ini siapa? Kenal pun gres kali ini , mengapa lezat saja bicara s0al pengampunan nyawaku?” tanya Wir0.
Si nenek tertawa dan kedipkan lagi matanya. “Namaku Teruk0. Aku ketua persekutuan Teruk0 yang bisa disewa untuk melaksanakan apa saja! Saat ini saya mendapat pekerjaan untuk membunuhmu dan gadis itu! Apa kau tidak berterima kasih kalau saya kini mengampunimu?”
“Perlu apa mengampuni diriku? Apa saya punya kesalahan padamu?”
“0000…” Wir0 ikut-ikutan runcingkan mulut. “Siapa yang menyewa kalian?”
“Itu rahasiaku! Tapi di atas ranjang malam ini mungkin saya akan mengatakannya!” jawab si nenek kemudian tertawa tersipu-sipu.
“Tidak kau katakan pun saya sudah tahu. Pasti 0rang-0rang Lembah H0zu!”
“Ah , ternyata 0takmu cerdas. Aku suka pemuda-pemuda cerdas sepertimu…” kata nenek Teruk0 pula.
Saat itu terjadi perkelahian antara Akik0 dengan empat anak buah Teruk0. Seperti diketahui , Akik0 ialah satu-satunya murid pewaris ilmu pedang paling pandai dari Hir0t0 Yamazaki. Katana yang tergenggam di kedua tangannya menderu ganas menghadapi empat pedang pendek keempat penger0y0knya. Para penger0y0k yang tidak menyangka bakal mendapatkan perlawanan keras , sambil berteriak-teriak memperapat kurungan dan lancarkan serangan-serangan berantai.
Untuk beberapa lamanya Akik0 sanggup membendung serangan empat lawannya , tetapi sesudah berkelahi lebih dari sepuluh jurus , walaupun sempat melukai lengan salah se0rang penger0y0k , pada kesannya gadis ini mulai terdesak. Keselamatannya terancam.
“Hentikan serangan kalian! Jangan main ker0y0k!” teriak Wir0. Masih dengan memegang t0pi jerami yang ditancapi dua bilah g0l0k , Wir0 segera mel0mpat ke tengah pertarungan. Namun ada se0rang menarik pinggang celananya. Ketika dia berpaling , ternyata nenek Teruk0 yang melakukan! Nenek itu tersenyum dan lagi-lagi kedipkan mata!
“Tua bangka sialan!” maki Wir0 dalam hati. Lalu dia membentak , “Perintahkan empat anak buahmu menghentikan penger0y0kan! Lalu cepat pergi dari sini!” Dalam keadaan murka Wir0 hampir tidak sadar kalau tangan si nenek masih memegangi pinggang celananya. Tiba-tiba tangan itu cepat sekali menyusup ke dalam celana Wir0.
Pendekar 212 tergagap kaget. Hampir saja angg0ta terlarangnya disentuh jari-jari tangan kurang didik nenek Teruk0. Saking marahnya , Wir0 pribadi gebukkan t0pi jerami di tangan kanannya ke muka Teruk0! Perempuan bau tanah itu tertawa cekikikan. Dia terpaksa menarik tangan kanannya yang jahil. Sambil mundur dua langkah , dia silangkan lengan kiri untuk menangkis gebukan t0pi jerami.
“Braakkk!” T0pi jerami milik Akik0 itu hancur berantakan. Dua bilah g0l0k yang tadi menancap di t0pi mencelat ke udara. Begitu senjata itu jatuh ke bawah , nenek Teruk0 mel0mpat keatas. Di lain kejap , kedua g0l0k itu sudah berada dalam genggaman si nenek! Dan hebatnya , sesaat kemudian senjata itu telah dilemparkannya ke arah Akik0 Bessh0 , padahal ketika itu si gadis berada dalam keadaan terdesak hebat!
Akik0 bukannya tidak melihat kedatangan dua g0l0k yang menyebar ke arahnya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa alasannya ialah ketika itu empat lawan menyerbu dengan dahsyat! Kalau pedangnya digunakan untuk menangkis dua g0l0k , tubuhnya tidak terlindung lagi dari gempuran pedang para penger0y0k!
Dalam keadaan genting menyerupai itu , tiba-tiba terdengar bunyi teriakan Pendekar 212. “Akik0! Tangkis dua g0l0k terbang!” Bersamaan dengan itu , murid Eyang Sint0 Gendeng d0r0ngkan kedua tangannya ke arah empat penger0y0k yang berpakaian dan berwajah serta berambut merah. Dua gel0mbang pukulan sakti berjulukan “Dewa T0pan Menggusur Gunung” yang didapatnya dari Tua Gila , se0rang sakti dari pulau Andalas , menghantam dahsyat. Empat 0rang murid nenek Teruk0 berteriak kaget ketika menyadari tubuhnya laksana terseret badai. Mereka berusaha bertahan sambil mengejar Akik0 dengan ujung senjata masing-masing.
Tapi , “Wusssss!” Keempat lelaki itu mencelat mental , bergulingan di tanah dan untuk beberapa ketika tergeletak dengan muka merah mereka tampak babak belur! Salah se0rang menc0ba berdiri , tapi terhuyung-huyung dan batuk beberapa kali. Dari mulutnya meleleh darah , kemudian lelaki itu r0b0h kembali.
“Trang… trang…!” Seperti yang diteriakkan Wir0 , Akik0 kini bisa mempergunakan pedangnya untuk menghantam mental dua g0l0k pendek yang tadi dilemparkan nenek Teruk0. Selamatkan gadis ini dari serangan maut. Akan halnya nenek Teruk0 si kepala persekutuan kegetnya bukan kepalang. Dia memang gusar melihat Akik0 l0l0s dari kematian. Namun yang membuatnya tersirap ialah pukulan sakti yang dilepaskan Pendekar 212 , yang sempat membuat empat anak buahnya terpental dan babak belur terkapar di halaman puri.
“Pemuda asing ini luar biasa! Ilmu pukulannya tidak kalah dengan nenek Arashi. Ada kekerabatan apa c0w0k ini dengan nenek sihir itu! Ah , saya benar-benar bisa jadi hit0me b0re (cinta pada pandangan pertama) padanya! Jika saya bisa memanfaatkan dirinya , tidak sulit menjadi 0rang n0m0r satu di negeri ini!”
Nenek Teruk0 maju dua langkah mendekati Pendekar 212. Tanpa pedulikan lagi empat anak buahnya yang cedera , si nenek berkata , “Anak muda , ternyata kau mempunyai pukulan sakti sehebat badai. Apa sangkut pautmu dengan nenek Arashi?”
Wir0 yang pernah mendengar nama nenek tukung sihir itu menjawab , “Aku tidak ada sangkut paut dengan segala macam nenek-nenek , termasuk denganmu!”
“Ah , jangan begitu anak muda. Dengar… saya bersedia menimbulkan kau sebagai wakilku. Kita bekerja sama , gajimu enam tail perak sebulan! Pasti kau mau menerima!”
“Wir0-san! Jangan terpancing!” teriak Akik0.
“Pasti saya men0lak!” sahut Wir0 , membuat si nenek terperangah.
“Anak kurang pandai , setahun bekerja denganku , kau bisa membangun puri sebagus puri Nanzen ini! Apa itu tidak hebat?”
“Aku tidak suka jadi 0rang hebat. Nenek , saya minta kau meninggalkan tempat ini dan jangan ganggu kami lagi!” kata Wir0.
“Enak saja kau berucap begitu…!”
“Lalu maumu apa?”
“Kuberi susu kau minta jelaga. Kuberi madu kau minta racun! Sekarang bersiaplah untuk mati!” kata nenek Teruk0. Lalu dari balik pakaiannya dia mengeluarkan senjata t0mbak aneh. Ujung satunya berupa sebilah pedang pendek , sedang ujung lainnya berbentuk lingkaran penuh dengan l0bang kecil.
Melihat ini , Akik0 segera mendekati Wir0 dan berbisik. “Hati-hati dengan ujung t0mbak berbentuk bulat. Di dalamnya tersimpan racun yang bisa membuat mata buta serta menutup jalan nafas!”
“Terima kasih , kalau begitu lekas kita tutup jalan nafas dan kau berdiri dekat p0h0n sana!” kata Wir0. Sebagai satria yang sudah kebal terhadap segala jenis racun , sebetulnya Wir0 tidak khawatir. Namun murid Sint0 Gendeng tidak mau menganggap rendah 0rang.
“Wutttt!” Nenek Teruk0 kiblatkan senjatanya. Dari l0bang kecil pada ujung berbentuk b0la serta merta menebar benda berbentuk butir pasir halus. Begitu menyentuh udara meletus dan berkembang menjadi asap hitam yang baunya busuk luar biasa , membuat jalan pernafasan sesak dan mata perih.
Selagi asap menutup pemandangan , si nenek pergunakan kesempatan tusukkan ujung pedang ke arah perut lawan!
Pendekar 212 berseru keras. Tubuhnya melesat ke udara setinggi satu setengah t0mbak. Dari atas dia pribadi melepas pukulan k0s0ng. Tapi cepat sekali nenek menyambar ke arah pergelangan tangannya. Selagi Wir0 menarik kembali serangannya , senjata lawan sudah menyemburkan asap lagi.
Wir0 mencicipi jalan pernafasannya sesak. Kaki kirinya melesat mencari target nenek Teruk0. Si nenek cepat sekali menundukkan kepala dan tiba-tiba t0mbak dengan cepat menusuk ke atas selangkangan Wir0. “Nenek gila , gerakannya cepat sekali ,” maki Wir0. Mau tidak mau dia membuang diri ke samping. Untuk menghindari serangan , dia pribadi melepas serangan “Kunyuk Melempar Buah”.
Nenek Teruk0 gusar besar melihat serangannya yang susul menyusul bisa dielakkan lawan.
Asap beracunnya tidak berhasil mencelakakan c0w0k itu. Dan kini dari atas kini dia mencicipi ada gundukan watu raksasa yang siap menimbunnya. Sambil memutar t0mbaknya , nenek mel0mpat mundur. Tangan kirinya dipukulkan ke atas. Dia memang mempunyai pukulan sakti mengandung tenaga dalam tinggi. Tapi begitu pukulannya bertemu dengan pukulan lawan , menjeritlah perempuan bau tanah bermuka celem0ngan ini. Tangan kirinya terkulai lemas , kemudian terbanting di tanah. Dia tidak lagi bisa menggerakkannya!
“Celaka! Apa yang terjadi dengan tanganku ini!” si nenek mengeluh dalam hati. Selagi kebingungan menyerupai itu , tendangan Wir0 hingga di tubuh t0mbak yang ada di tangan kanannya.
Tak pelak lagi , pedang itu terpental jatuh di atas rumput taman puri Nanzen dalam keadaan bengk0k!
Nenek Teruk0 berseru tegang. Empat anak buahnya terkesiap kaget. Saat itu Pendekar 212 telah menjejakkan kedua kakinya di atas tanah kembali sambil bert0lak pinggang dan berkata. “Kalau pelajaranku tadi belum membuatmu kap0k , bersiaplah mendapatkan pelajaran susulan!”
Wajah nenek Teruk0 membesi. Pandangan matanya berangasan sekali. Dia berteriak keras. Tangan kanannya sesaat kemudian bergerak ke punggung dan memegang sebilah katana. “Kalau kau bisa mengalahkanku dalam ilmu kend0 , gres saya mengaku kalah! Keluarkan senjatamu!”
Wir0 memberi isyarat kepada Akik0 yang tegak dekat p0h0n. “Biar saya yang melayani nenek buruk itu” ujar sang dara sambil cabut pedangnya. “Pinjami saya katana-mu ,” ujar Wir0. Meski tidak senang alasannya ialah ingin sekali menc0ba kehebatan nenek Teruk0 , kesannya Akik0 lemparkan juga pedangnya pada Wir0.
“Kau akan mendapatkan pelajaran berikutnya dariku nenek Teruk0…” kata Wir0 sambil menyeringai , begitu katana ada dalam genggaman tangannya. Tidak menyerupai 0rang-0rang Jepang , Wir0 memegang pedang hanya dengan sebelah tangan. Si nenek balas menyeringai. Melihat Wir0 hanya memegang pedang dengan sebelah tangan , perempuan bau tanah ini merasa dihinakan sekali. Padahal Wir0 memang tidak bisa memegang pedang dengan dua tangan!
Didahului jeritan keras , nenek Teruk0 memulai serangan. Pedangnya membabat setengah lingkaran.
Wir0 menyeruduk maju. Gerakannya terperinci sangat berbahaya alasannya ialah senjata lawan sanggup memenggal leher dan pinggang ketika itu juga. Tapi ketika pedang lawan hendak menyentuh tubuhnya , tiba-tiba Wir0 terhuyung ke kiri dan menyeruduk ke kanan. Gerakan-gerakan itu menyerupai 0rang mabuk. Tapi anehnya , dua kali serangan nenek Teruk0 sanggup dielakkannya! Inilah kehebatan silat yang dipelajari dari Tua Gila.
“Iblis! Aku lebih baik melaksanakan harakiri (bunuh diri) bila tidak bisa mencincang tubuhmu!” teriak nenek Teruk0 marah. Dari mulutnya keluar jeritan tinggi. Senjata di tangannya kembali membabat.
Pendekar 212 membuat gerakan aneh. Lalu tangan kanannya yang memegang pedang tampak menggebrak ke depan , mem0t0ng arah sambaran senjata lawan. Sesaat pedang akan beradu , si nenek tiba-tiba meluncurkan pedangnya ke bawah!
Wir0 kaget melihat gerakan tidak terduga ini. Cepat dia mel0mpat ke belakang. Tapi ujung pedang nenek masih sempat menyambar lengan baju sebelah kanan! “Breet!” Lengan baju itu r0bek besar.
Si nenek keluarkan bunyi tertawa nyaring. “Sekarang gres bajumu! Sebentar lagi perutmu yang r0bek ,” kata si nenek sesumbar.
Wir0 mencibir. “Lihat pedang!” teriaknya , kemudian memainkan jurus-jurus langka dari ilmu silat 0rang gila. Sambil berkelahi dari mulutnya muncul bunyi siulan!
“Bagus , Menyanyilah terus! Nyanyianmu itu ialah nyanyian kematian yang mengantarkanmu ke pintu kematian ,” kata nenek Teruk0 pula.
Tapi nenek malah keluarkan seruan keras ketika ujung pedang lawan menyambar sempurna di depan hidungnya! Tengkuknya terasa dingin. Dia tahu betul , kalau mau , c0w0k itu bisa membuat hidungnya sumplung! Hati nenek Teruk0 mulai mendua.
Dia putar katana-nya dengan sebat. Suara pedang menderu-deru laksana titiran menggempur ke arah lawan. Tiba-tiba nenek sadar bahwa gempurannya tidak akan menghasilkan apa-apa , alasannya ialah lawannya sudah tidak ada lagi di depannya!
“Jangan lari!” teriak nenek Teruk0.
“Siapa yang lari nek! saya di sini!”
Nenek Teruk0 berpaling. “Keparat!” c0w0k lawannya sedang duduk enak-enakan di atas watu di taman yang berumput sambil meneguk seb0t0l sake!
Dengan pedang di tangan nenek Teruk0 mel0mpat ke arah Wir0 , sementara Wir0 dengan hening menutup kembali b0t0l minumannya. Saat itulah pedang di tangan nenek Teruk0 menyambar. Wir0 lemparkan b0t0l sake ke udara. Dia jatuhkan diri ke atas batu. Begitu senjata lawan lewat , dia cepat mel0mpat menyambut b0t0l dan membabatkan pedangnya ke bawah.
Dari tempatnya berdiri , Akik0 berdecak kagum dan geleng-geleng kepala melihat akr0bat maut Wir0. Kekagumannya ternyata tidak hanya hingga di situ. Tiba-tiba , untuk pertama kalinya , Wir0 benar-benar melaksanakan serangan. Pedang di tangan c0w0k itu lenyap berkembang menjadi sinar putih dan mengeluarkan bunyi bersiuran. Nenek Teruk0 mundur m0rat-marit.
“Wuuuut!” Pedang Wir0 menyambar gulungan k0nde di kepala. K0nde itu terlepas mental! Kini kelihatanlah rambut 0risinil yang tadi tertutup di bawah k0nde itu. Ternyata rambut si nenek sudah putih semua! Wir0 tertawa tergelak-gelak melihat rambut palsu nenek terpental , sementara rambut aslinya yang putih tergerai awut-awutan.
Sebaliknya wajah nenek Teruk0 tampak kelam membesi. Kuduknya berair 0leh keringat dingin.
Sepasang matanya membara. Mimiknya menyerupai seek0r ular yang hendak menerkam mangsanya.
Nenek Teruk0 maju dua langkah. Tiba-tiba nenek bau tanah itu menjatuhkan dirinya , berlutut kemudian membungkuk dalam-dalam seraya berkata , ”Aku mengaku kalah!” kemudian laksana kilat kedua tangannya yang memegang pedang menghujamkan senjata itu ke perutnya!
“Trangg!” Hanya seujung kuku pedang itu akan menembus perut si nenek , Pendekar 212 lemparkan pedang di tangannya. Senjata itu berhasil menghantam lepas pedang yang hendak digunakan harakiri 0leh nenek.
6
Nenek Teruk0 angkat kepalanya. Sepasang matanya memandang tidak berkedip ke arah Wir0. Jelas perempuan bau tanah ini berusaha sekuat-kuatnya tidak mengeluarkan air mata. Perlahan-lahan dia kemudian berdiri. “Terima kasih! Aku benar-benar tidak akan melupakan pelajaran darimu!” kemudian dia membungkuk dalam-dalam.
“Tunggu dulu!” seru satria 212 ketika si nenek meninggalkan tempat sambil mengajak anak buahnya. Nenek Teruk0 menghentikan langkahnya dan berpaling pada Wir0. “Aku dan Akik0 tahu sesungguhnya kau bukan perempuan jahat. Aku perlu bantuanmu….!”
Si nenek menjura. “Aku berhutang budi dan nyawa padamu. Bantuan apa yang kau inginkan , silakan katakan!” Wir0 kemudian mengajak nenek mendekat p0h0n tempat Akik0 berdiri. Ketiga 0rang itu tampak membicarakan sesuatu dengan serius.
Lembah H0zu berada dalam keadaan gelap , sunyi dan dingin. Nenek Teruk0 mend0r0ng tubuh Akik0 yang terikat kedua tanganya dan ditekuk di belakang punggung. Di sampingnya , berjalan se0rang anak buahnya yang berpakaian serba merah , muka dilumuri pupur merah sedangkan rambutnya juga berwarna merah. Di tengah lembah si nenek berhenti melangkah. Dia memandang berkeliling. Di balik kerapatan pep0h0nan tampak bangunan tanpa dinding. Namun dia tidak melihat se0rang pun.
“Aneh… ,” kata si nenek perlahan tapi cukup terdengar 0leh Akik0. “Tidak ada 0b0r , bangunan itu k0s0ng mel0mp0ng , tak satu pun kelihatan. Apa yang terjadi?!”
Akik0 berpaling pada perempuan bau tanah itu. Lalu sunggingkan senyum dan berkata , “Tidak ada yang aneh! Hari ini ialah hari kedelapan. Hari terakhir jatuhnya ancaman c0w0k asing yang 0leh guruku dijuluki Pendekar Gunung Fuji! 0rang-0rang Lembah H0zu yang membayarmu niscaya sudah pagi-pagi kabur ketakutan! Ternyata mereka insan pengecut!”
Baru saja gadis itu berkata demikian tiba-tiba terdengar bunyi suitan nyaring disusul melayangnya beberapa s0s0k tubuh dari pep0h0nan. Dan enam 0rang bersenjatakan panah sudah mengepung nenek Teruk0 , Akik0 dan anak buah nenek. Masing-masing mengarahkan sebatang anak panah beracun ke ketiga 0rang itu.
Lalu terdengar satu suara. “0rang-0rang Lembah H0zu tidak ada yang pengecut! Lidahmu pantas dicabut n0na Akik0!” Bersamaan dengan itu muncul s0s0k berpakaian putih berikat pinggang dan kepala kain merah. 0rang ini ialah Masashigi Sakaji , salah se0rang pembunuh Hir0t0 Yamazaki.
Begitu melihat pembunuh gurunya , Akik0 berteriak murka dan dalam keadaan tangan terikat kebelakang ia berusaha mendekati Masashigi Sakaji. Tapi nenek Teruk0 cepat mencekal leher pakaiannya. “Manusia banci! Kau menger0y0k dan membunuh guruku! Aku menantangmu bermain pedang hingga seratus jurus! Mana kawanmu satu lagi?!”
Sakaji tertawa terkekeh. Dia mendekati si gadis kemudian , “Plaaak!” Tamparannya melayang ke pipi Akik0.
Gadis itu terpekik dan dari pipinya mengucurkan darah. “Pengecut busuk!” teriak Akik0 kemudian meludahi muka Sakaji dengan ludah bercampur darah.
Masashigi Sakaji , 0rang kedua di Lembah H0zu menyerupai dipanggang rasa marah. Setelah membersihkan mukanya dengan lengan pakaian pribadi saja dia mencabut katana.
“Tunggu!” ujar nenek Teruk0 seraya maju ke depan.
“Apa maumu Teruk0 ,” sentak Masashigi. “Gadis ini berada dalam kekuasaanku. Jika kau melunasi sisa pembayaranku , silakan mau berbuat apa saja padanya!”
“Tua bangka tidak tahu diri! Datang tidak memberi lap0ran apa-apa kini minta bayaran! Apa hasilmu memata-matai murid Yamazaki dan c0w0k asing itu?!”
“Tiga anak buahku tewas. Masih untung saya bisa menangkap hidup-hidup gadis ini sebagai imbalan! Sekarang kau menyerapah tidak karuan! Aku mau bicara dengan Min0ru Shir0ta dan Sumi0 Matsuura! Antarkan saya kepadanya!” nenek Teruk0 memandang beringas kepada Masashigi Sakaji.
Ingin sekali Sakaji mengepruk kepala nenek bermuka celem0ngan itu. Tapi mengingat ada kekerabatan sangat erat dengan 0rang-0rang Lembah H0zu , yaitu Sumi0 Matsuura , lagi pula nenek mendapatkan kiprah pribadi dari Sumi0 , maka Sakaji menahan diri. Dia mengg0yangkan kepala memberi tanda. 0rang yang membawa panah menurunkan busur masing-masing. Dengan muka masam Masashigi memberi isyarat nenek mengikutinya.
Dalam gelap malam , r0mb0ngan itu melangkah memasuki hutan cukup jauh , kesannya tampak nyala lampu di sebelah depan. Lalu kelihatan beberapa buah bangunan. Sayup-sayup terdengar bunyi pedang beradu. Begitu mendekati bangunan di rimba pinus itu , terkejutlah Akik0 melihat apa yang telah berlangsung di halaman samping salah satu bangunan. Kenichi Asan0 , saudara seperguruannya sedang melatih 0rang-0rang Lembah H0zu ilmu pedang kend0 yang jelas-jelas ciptaan dari Hir0t0 Yamazaki. Lebih mengejutkan lagi , sesekali Kenichi melihat buku yang terletak di atas batu. Lalu melanjutkan latihan lagi. Dan buku di atas watu itu ialah milik Yamazaki yang hilang! Apa sesungguhnya yang terjadi? Bukankah Kenichi menjadi tawanan 0rang-0rang Lembah H0zu? Mengapa justru dia yang melatih dan memperlihatkan ilmu pedang bersama-sama? Lebih dari itu bagaimana buku berharga itu bisa hingga di tempat itu?
“Kenichi!” teriak Akik0 tidak tahan dan tidak sabar lagi. Kenichi yang sedang latihan pedang terkejut dan berpaling. Wajahnya mendadak berubah pucat. Suaranya bergetar.
“Akik0… apa yang terjadi atas dirimu? Bagaimana kau bisa ke tempat ini?”
Akik0 menatap wajah saudara seperguruannya itu beberapa ketika kemudian menjawab. “Apa yang terjadi atas diriku dan bagaimana saya bisa hingga di tempat ini tidak penting Kenichi! Justru saya ingin meminta penjelasanmu! Apa yang kau lakukan di tempat ini? Bukankah kau tawanan 0rang-0rang Lembah H0zu?! Kau juga harus menjelaskan bagaimana buku milik sensei berada di tempat ini!”
“Di sini bukan tempat dan saatnya bertutur cakap!” satu bunyi dari balik bangunan. Tiga 0rang muncul dari balik kegelapan. Di sebelah depan ialah Sumi0 Matsuura , pemimpin 0rang-0rang Lembah H0zu. Di belakangnya mengikuti Min0ru Shir0ta , 0rang ketiga dalam k0mpl0tan.
Di samping kiri Sumi0 melangkah terbungkuk-bungkuk se0rang perempuan bau tanah , jauh lebih bau tanah dari nenek Teruk0 , mengenakan pakaian asing alasannya ialah diganduli tabung bambu sepanjang sejengkal.
Nenek itu juga mempunyai t0ngkat bambu berwarna asing , setengah biru setengah merah. Sepasang mata perempuan bau tanah ini tidak bisa membisu , selalu berputar-putar dan jelalatan ke sana ke mari. Inilah 0rang yang disebut nenek Arashi alias nenek T0pan atau nenek Badai. Sejak bentr0k dengan Pendekar 212 , 0rang-0rang Lembah H0zu meminta nenek jag0 sihir itu membantu menjaga segala kemungkinan.
Sumi0 berpaling ke nenek Ter0k0 dan menegur. “Sahabatku Teruk0! Kau tiba membawa tawanan berwajah cantik. Kalau tidak salah , bukankah dia murid perempuan satu-satunya dari Hir0t0?”
“Kau betul Sumi0. Untuk sanggup menangkapnya harus meng0rbankan tiga anak buahku!”
“Hemmmm…… , begitu…?” ujar Sumi0. Sepasang matanya menatap tidak bergesip ke arah anak buah nenek Teruk0 yang berambut dan bermuka merah. “Apa yang kau lakukan terhadap gadis ini?” tanya Sumi0.
“Kalau kau membayar lunas saja bayaranku , gadis ini jadi milikmu! Terserah mau kau jadikan apa! Menjadi gundikmu atau membunuhnya!”
“Jangan melaksanakan hal yang bukan-bukan terhadap adik seperguruanku!” satu bunyi menegur dengan keras. Yang berkata ternyata Kenichi Asan0.
Min0ru Shir0ta mendehem beberapa kali. “Asan0-san , semenjak kau menjadi pecahan dari kami , lupakan sebutan dan kekerabatan adik-kakak seperguruan!”
“Tapi…” mem0t0ng Kenichi.
“Tidak ada tapi-tapian! Tugasmu di sini ialah melatih ilmu pedang , tidak mencampuri dalam urusan kami lainnya!”
“Kenichi… Kaprik0rnus kau…” ujar Akin0 tidak bisa melanjutkan ucapannya alasannya ialah tiba-tiba dip0t0ng 0leh Sumi0.
“Dugaanmu benar n0na Akik0. Saudara seperguruanmu telah menjadi saudara seperguruan kami. Dia mengajarkan ilmu pedang ciptaan gurumu!”
Mata Akik0 terbelalak memandang ke arah Kenichi. Yang dipandang men0leh ke jurusan lain.
“Kenichi , jadi kau yang mencuri buku guru. Lalu bergabung dengan insan jahat Lembah H0zu! Malah kau gunakan buku itu sebagai dasar untuk melatih! Kau benar-benar pengkhianat busuk paling keji di dunia ini! Terkutuk!”
Paras Kenichi seputih kertas. Tubuhnya bergetar. Sesaat c0w0k itu tampak bimbang.
Lalu dia berkata kepada Misu0 , “Saya minta kebebasan bagi Akik0. Kalau kalian mencelakainya , saya tidak akan teruskan pelajaran ilmu silatnya. Buku itu akan kubawa dan saya akan tinggalkan tempat ini!”
Baik Sumi0 , Min0ru dan Sakaji sama-sama tertawa mendengar ucapan Kenichi. “Kami membayarmu besar untuk bergabung bersama kami dan membawa buku pedang itu. Jika kau berniat pergi silakan. Tapi terpaksa kau harus meninggalkan sesuatu di sini , nyawamu!” kata Sumi0.
“Tidak ada satu 0rang pun di sini bisa memaksaku! Kalau kau mencelakaiku dan juga gadis itu , kalian tidak akan mendapatkan ilmu pedang ciptaan mendiang guruku itu seutuhnya!”
“Apa maksudmu?!” tanya Sumi0 keras. “Sebelum ke mari , saya telah mer0bek sebagian dari buku itu. Yang separ0h pecahan belakang saya sembunyikan di suatu tempat , separuhnya lagi itulah yang saya bawa ke mari!”
“Hemm… bagus sekali perbuatanmu Kenichi!” kata Sumi0. Tampangnya memperlihatkan kemarahan.
“Kamu mengkhianati ke kiri dan ke kanan! Silakan ambil buku itu dan minggat dari sini! Tapi menyerupai kataku tadi , nyawamu tinggal di sini!”
Tiba-tiba ada bunyi berteriak. “Ada penyusup di atap!”
Suara suitan terdengar bersahut-sahutan. Belasan 0rang-0rang Lembah H0zu dengan banyak sekali macam senjata segera mengurung bangunan di sebelah kiri di mana tampak dua s0s0k tubuh merayap di atas atap. Min0ru Shir0ta dan Masashigi Sakaji ikut berkelebat mendekati bangunan.
Sedang Sumi0 dan nenek Arashi tetap di tempat masing-masing.
Dalam gelapnya malam Akik0 tidak mengenali siapa adanya kedua 0rang itu. Namun sesudah memandang dengan seksama , kagetlah gadis ini. Dua 0rang di atas atap sana bukan lain Ichir0 I0ki dan Kuni0 0ta. “Ichir0… Kuni0…” desis Akik0. “Kenapa kalian senekad itu?!”
“Manusia-manusia t0l0l!” di samping Akik0 nenek Teruk0 ikut menyerapah. Lalu sambungnya ,
“N0na Akik0 , sesuai perjanjian , tugasku hanya hingga di sini. Hidup matimu kini ada di tangan sendiri!”
Setelah berkata begitu nenek Teruk0 pribadi hendak berkelebat pergi. Tapi tahu-tahu nenek Arashi sudah mencegatnya sambil tertawa mengekeh. “Mau lari ke mana kau Teruk0? Sumi0 mungkin tidak mendengar , tapi saya tidak tuli. Ucapanmu tadi cukup terperinci mampir di kedua telingaku!”
“Aku tidak mengerti maksud ucapanmu!” kata nenek Teruk0 , padahal wajahnya tampak berubah.
Nenek Arashi tertawa panjang. “Kau dibayar bukan untuk berkhianat! Kau layak mampus duluan Teruk0!” Nenek Arashi menghembus kuat-kuat ke depan.
“Wusss!” Asap hitam mendadak menebar di tempat itu , kemudian bergulung dan sesaat kemudian berubah membentuk sepasang tangan hitam panjang yang laksana kilat menyambar ke arah batang leher nenek Teruk0!
“Sepasang Tangan Iblis!” teriak nenek Teruk0 ketika mengenali ilmu sihir yang dikeluarkan nenek Arashi. Cepat-cepat ia jatuhkan diri ke tanah , cabut katana yang ada di balik punggungnya , kemudian sambil bergulingan di tanah , perempuan bau tanah ini sapukan pedangnya membabat sepasang kaki nenek Arashi!
“Wusss!” Untuk kedua kalinya mengebu asap dari mulutnya. Kali ini asap berwarna putih. Ketika nenek Teruk0 melihat ke depan , tersiraplah darah perempuan bau tanah ini. Asap putih tadi telah berubah membentuk s0s0k tubuh perempuan bau tanah yang terperinci menyerupai sekali dengan dirinya! Jalan pikiran nenek Teruk0 serta merta menyangka bahwa dia tengah menyerang dirinya sendiri.
Cepat dia tahan serangan pedangnya. Justru ketika itu nenek Arashi kirimkan satu tendangan ke arah kepala. Yang terakhir ini tidak punya kesempatan lagi untuk berkelit selamatkan kepalanya!
Sementara itu di atas atap , dalam keadaan gugup alasannya ialah penyusupannya diketahui , Ichir0 dan Kuni0 segera menyulut api untuk memperabukan bangunan. Baru saja api menyala dan mulai memperabukan atap , dari bawah enam anak panah beracun melesat ke atas atap. “Awas panah beracun!” teriak Ichir0 yang mendengar lebih dulu bunyi desingan belum dewasa panah itu kemudian cepat-cepat jatuhkan diri sama rata dengan atap.
Akan halnya Kuni0 , c0w0k ini juga sempat jatuhkan diri tapi kakinya terpeleset. Tak ampun lagi , Kuni0 menggelinding ke pecahan atap sebelah bawah. Pemuda ini jungkir balik dua kali berturut-turut kemudian turun di tanah dengan kaki lebih dulu. Namun begitu menginjak tanah , tiga ujung katana tiba-tiba menuding di depan hidung , pelipis kiri dan kepala pecahan belakangnya!
Yang memegang pedang di sebelah depan bukan lain Masashigi. “Murid Yamazaki , saya hargai keberanianmu menyusup ke tempat kami! Tapi untuk itu kau harus membayar mahal!” Masashigi putar pergelangan tangannya.
“Craass!” Ujung katana mer0bek pipi kiri Kuni0. Darah mengucur , tapi c0w0k ini berusaha keras untuk tidak menjerit. Tangannya bergerak hendak menghunus pedangnya , namun pengurung di samping kiri babatkan senjatanya , membuat Kuni0 terpaksa tarik pulang tangannya kembali.
Sekarang c0w0k ini sama sekali tak berdaya di bawah ancaman tiga pedang maut!
Ketika nenek Teruk0 hendak berkelebat pergi , Akik0 Bessh0 cepat dan dengan gampang membuka ikatan tangannya yang memang ikatan b0h0ngan. Dara ini pribadi mencabut katana-nya dan menyerbu ke tempat di mana Kuni0 tegak dalam keadaan tidak berdaya.
Masashigi mencicipi ada angin hirau taacuh menyambar punggungnya. Katana yang ditudingkannya di depan hidung Kuni0 segera diputar dengan gerakan membabat ke belakang. “Trang!” Katana milik Masashigi saling bentr0kan dengan katana di tangan Akik0. Gadis ini mel0mpat ke kiri sambil berteriak keras. Pedangnya berkiblat. 0rang yang memegang pedang dan menudingkan ke pecahan belakang kepala Kuni0 menjerit. Pinggang kirinya hingga ke perut r0bek besar. 0rang ini pribadi r0b0h , menggeliat beberapa kali kemudian tewas!
Ilmu pedang matahari yang sudah diwarisi Akik0 dari Hir0t0 Yamazaki memang luar biasa hebat dan ganasnya. Jika saja ketika itu dia bukan berhadapan dengan t0k0h-t0k0h Lembah H0zu , mungkin dalam beberapa gebrakan saja dia akan berhasil membereskan lawan-lawannya.
Namun Masashigi Sakaji dan Min0ru Shir0ta bukan 0rang-0rang sembarangan. Walaupun dengan cara menger0y0k , kedua 0rang ini telah berhasil mer0b0hkan dan menewaskan Hir0t0 Yamazaki yang dikenal dengan julukan Pendekar Pedang Matahari. Padahal selama bertahun-tahun Yamazaki menjadi t0k0h n0m0r satu dalam kend0 di seluruh daerah Jepang.
Kita kembali pada perkelahian antara dua nenek , yaitu Teruk0 dan Arashi. Saat itu nyawa nenek Teruk0 terancam 0leh tendangan maut yang dilancarkan nenek Arashi ke arah kepalanya tanpa dia bisa menangkis atau berkelit.
Dalam keadaan yang sangat kritis itu tiba-tiba dari samping melesat satu bayangan merah. angin deras bersiur dan tubuh nenek Arashi terg0ntai keras kemudian terjajar ke samping. Tendangannya hanya mengapung di udara. Nenek Arashi terkejut besar ketika melihat yang barusan mend0r0ngnya hingga terjajar begitu rupa ialah anak buah nenek Teruk0 yang berpakaian serba merah , bermuka serta berambut merah.
Sumi0 Matsuura tak kalah kagetnya menyaksikan hal ini. Dia tahu betul Teruk0 mempunyai empat 0rang anak buah yang berkepandaian tinggi. Namun kepandaiannya itu tidak cukup ampuh untuk sanggup membuat nenek Arashi terpelanting begitu rupa! Maka kedua 0rang itu pun menjadi curiga.
“Bangsat! Siapa kau sebenarnya?!” sentak Sumi0 Matsuura.
Sepasang mata nenek Arashi berputar-putar dan berkilat-kilat saking marahnya. “Setahuku , anak buah perempuan kampret ini mememiliki rambut merah pendek! Yang satu ini mengapa berambut g0ndr0ng!?”
Terdengar tawa nenek Teruk0. Sambil berdiri berdiri perempuan bau tanah ini berkata , “Mata kalian cukup tajam! Gaijin , perlihatkan dirimu yang asli!”
Si “anak buah” kemudian buka baju dan pakaian merahnya. Di balik pakaian merah itu ternyata ada sehelai pakaian putih. Baju yang tidak terkancing memperlihatkan dada penuh 0t0t. Di dada itu terpampang rajah tiga buah angka. 0rang ini pergunakan baju merah yang barusan dibukanya untuk menyeka wajahnya yang berlumuran pupur merah dan juga membersihkan rambutnya. Kelihatan kini wajahnya , ternyata wajah se0rang c0w0k asing!
Walau wajah itu higienis dan kelihatan terperinci kini , namun baik Sumi0 maupun nenek Arashi tetap tidak mengenali alasannya ialah sebelumnya mereka memang belum pernah melihat 0rang ini. Namun sesaat kemudian nenek Arashi mulai sanggup menduga-duga.
“Kau yang jadi pimpinan 0rang-0rang Lembah H0zu?!” tiba-tiba c0w0k itu maju satu langkah ke hadapan Sumi0 dan 0l0k-0l0kan pertanyaan.
Meledaklah amarah Sumi0 Matsuura. Tangannya bergerak hendak mencabut pedang tapi nenek Arashi memberi isyarat. Perempuan ini kemudian maju ke hadapan si c0w0k kemudian menegur , “Apakah kau 0rangnya yang digembar-gemb0rkan sebagai Penguasa Gunung Fuji?”
“Kau memang tengah berhadapan dengan Pendekar Gunung Fuji , Arashi!” yang menjawab ialah nenek Teruk0.
“Bangsat tua! Diam!” hardik Arashi. “aku tidak bertanya padamu!” kemudian dia berpaling pada si c0w0k , “Jawab pertanyaanku!”
Yang ditanya menyeringai. “Siapapun diriku tidak perlu dipers0alkan! Jika kalian semua mau selamat , bebaskan Kenichi , serahkan dua pembunuh Hir0t0 Yamazaki. Setelah itu kalian b0leh pergi dari sini!”
Nenek Arashi pel0t0tkan matanya kemudian tertawa bergelak. Sumi0 Matsuura juga ikut tertawa bekakakan. “Seek0r rubah kesasar yang masih anyir apak mau jual lagak di depanku!” mengejek nenek Arashi.
“Jauh-jauh kesasar ke mari hanya untuk mengantar nyawa!” menimpali Sumi0.
“Perlihatkan kehebatanmu padaku!” tantang Arashi.
“Kau meminta! Aku mengabulkan!” sahut si pemuda. Laksana kilat tangannya menyelinap ke pinggang. Lalu berkilatlah sinar putih panas menyilaukan. Hanya sesaat , alasannya ialah sesaat kemudian c0w0k itu lenyap dari hadapan Sumi0 dan Arashi. Lalu terdengar bunyi menderu dahsyat laksana ribuan taw0n mengamuk. Menyusul terdengar bunyi jeritan dua 0rang Lembah H0zu yang g0t0ng r0y0ng dengan Masashigi tengah mengancam Kuni0 0ta dengan pedang.
Kedua 0rang itu r0b0h ke tanah mandi darah , sedang Masashigi Sakaji masih untung sempat mel0mpat. Tapi wajahnya tampak seputih kain kafan ketika melihat bagaimana pakaiannya di pecahan dada r0bek besar disambar senjata , entah senjata apa!
Semua 0rang Lembah H0zu yang ada di tempat situ sama terkesiap dan ternganga. Mereka memandang pada c0w0k asing berambut g0ndr0ng yang tegak sambil memegang sebilah senjata berupa kapak bermata dua! Tiba-tiba Sumi0 sadar. Dia tiba-tiba berteriak pada 0rang-0rang yang ada di sana. “Jangan membisu saja , cincang c0w0k asing ini!”
Lalu Sumi0 mencabut pedangnya. Masashigi yang barusan l0l0s dari maut sesaat tampak ragu.
Namun kemudian segera maju mendekati si c0w0k dengan pedang di tangan. Min0ru Shir0ta tiba dari jurusan lain juga membekal sebilah katana. Lalu ada enam 0rang lainnya yang ikut mengurung lawan tunggal itu , sementara Sumi0 kembali berteriak. “Kalian tunggu apa lagi , cincang dia!”
“Tunggu!” tiba-tiba nenek Arashi keluarkan suara. Tubuhnya yang bungkuk melangkah , sengaja mengelilingi c0w0k di hadapannya beberapa kali. “Cuma 0rang begini , kenapa kalian capaikan diri turun tangan. Biar saya yang membereskannya!”
Habis berkata begitu , nenek Arashi pukulkan t0ngkat bambu merah biru ke arah si pemuda.
Terdengar letupan halus disertai munculnya dua sinar terang , satu biru dan lainnya merah. Dua sinar ini terpecah menjadi masing-masing selusin. Nenek Arashi kembali pukulkan t0ngkatnya. Duapuluh empat sinar tiba-tiba berubah jadi p0t0ngan-p0t0ngan tangan berkuku panjang yang secara serentak menyerbu si pemuda. Yang mengerikan , p0t0ngan-p0t0ngan tangan itu di pecahan pergelangannya tampak menyerupai terp0t0ng dan mengeluarkan darah!
“Ilmu iblis apa ini!” maki si c0w0k yang tentunya Pendekar 212 Wir0 Sableng adanya. Dia membabat dengan Kapak Maut Naga Geni 212. Sinar putih berkiblat. Suara menyerupai taw0n menderu dan hawa panas menghampar! Tetapi duapuluh empat p0t0ngan tangan merah biru itu secara asing melesat kian kemari menghindari serangan kapak. Lalu belasan di antaranya mulai berkelebat ke arah Wir0. Mencakar , membet0t , menusuk ke pecahan kepala , dada , perut , bahkan selangkangannya!
“Breett…breett…breett!”
Pakaian Wir0 r0bek di tiga bagian. Pendekar ini berteriak kaget kemudian cepat-cepat mel0mpat mundur sambil kembali sapukan senjata mustikanya. Dua 0leh-0leh sempat kena bac0k tapi tidak mempan , hanya terpental beberapa jengkal! “Edan!” maki Wir0. Entah mengapa tengkuknya mulai dingin.
7
“Bunuh! Bunuh! Cakar! K0rek matanya! K0rek jantungnya! Bet0t hatinya! C0p0t kemaluannya!” terdengar bunyi nenek Arashi kemudian perempuan bau tanah itu tertawa mengekeh.
Seperti kesetanan , murid Sint0 Gendeng ayunkan kapaknya kian kemari. Tetapi serangan tangan-tangan asing itu tidak bisa terbendung. Malah kini satu cakaran sempat menggapai pipi kirinya.
Meskipun serangan itu tidak begitu telak , namun pipi Wir0 tampak tergurat kemudian mengucurkan darah!
“Iblis! Perempuan iblis!” rutuk Pendekar 212. Lalu dia ingat. Segala macam ilmu sihir tidak akan berdaya terhadap api. maka cepat-cepat Wir0 keluarkan watu hitam pasangan Kapak Maut Naga Geni 212 dari balik pinggangnya. Batu hitam ini diadukannya kuat-kuat ke salah satu mata kapak.
Wuusss!
Lidah api menderu , menyambar ke arah p0t0ngan-p0t0ngan tangan. Tapi ternyata semburan api itu tidak beda laksana tiupan angin saja. Tidak bisa memusnahkan duapuluh empat p0t0ngan tangan berkuku panjang! Penasaran , Pendekar 212 simpan watu apinya kembali , pindahkan kapak ke tangan kiri kemudian tangan kanannya dialiri tenaga dalam penuh! Tangan itu hingga ke lengan berubah putih laksana perak. Wir0 memukul. “Buummm!”
Lembah H0zu bergetar ketika pukulan sinar matahari dengan kekuatan tenaga dalam penuh melabrak ke depan. 0rang-0rang lembah cepat menyingkir ketika mencicipi adanya hawa sangat panas menyambar dari sinar pukulan yang menyilaukan.
Tapi si nenek Arashi hanya ganda tertawa. Pukulan sinar matahari lewat kemudian menghantam bangunan di belakang sana hingga hancur p0rak p0randa. Tapi duapuluh empat p0t0ngan tangan tidak satu pun yang musnah! Malah kini mereka kembali menyerbu , memaksa Pendekar 212 mundur terus dan kucurkan keringat dingin.
“Bunuh! Bunuh! Cakar! Cakar! K0rek matanya! K0rek jantungnya! Bet0t hatinya! C0p0t kemaluannya!” kembali terdengar bunyi nenek Arashi yang disusul tawa kekehnya.
Selagi semua 0rang menyaksikan bagaimana nenek Arashi hendak mencelakakan Wir0 dengan ilmu sihirnya , kesempatan ini dipergunakan 0leh Kenichi Asan0 untuk mengambil buku ilmu pedang yang diletakkannya di atas watu waktu melatih tadi. Namun gres saja buku itu berada dalam genggamannya , tiba-tiba Masashigi Sakaji dan Min0ru Shir0ta sudah mel0mpat ke hadapannya.
Terpaksa murid Yamazaki yang culas ini cabut pedangnya.
Perkelahian dua lawan satu terjadi. Dalam beberapa kali gebrakan saja Kenichi sudah terdesak hebat! Melawan salah satu saja dari dua t0k0h Lembah H0zu itu Kenichi belum tentu menang , apalagi diker0y0k dua begitu.
“Dua bedebah pembunuh guru! Serahkan batang leher kalian padaku!” satu teriakan menggeledek disertai menderunya pedang menyambar ke arah leher Min0ru Shir0ta. Yang masuk ke arana pertempuran ternyata Akik0 Bessh0.
“Akik0 Bessh0! Jangan kira saya tidak tega mencincang tubuhmu yang bagus!” teriak Min0ru murka seraya menangkis serangan si gadis. Di ketika yang sama , Kuni0 0ta yang mukanya berlumuran darah , serta Ichir0 I0ki yang gres saja mel0mpat turun dari atas atap bangunan yang terbakar sesudah lebih dahulu mer0b0hkan se0rang lawan , ikut terjun ke arena perkelahian. Kini pertarungan menjadi empat melawan dua!
Mula-mula kel0mp0k Akik0 tampak menguasai perkelahian , bahkan mendesak dua t0k0h Lembah H0zu itu , Kenichi bertempur mati-matian seperti ingin menebus d0sanya. Namun dua lawan yang lebih banyak pengalaman itu secara perlahan tapi niscaya balas mendesak. Ketika dua 0rang Lembah H0zu masuk membantu dan di pecahan lain empat 0rang lagi mulai menghujani kel0mp0k Akik0 dengan panah-panah beracun , maka kacau balaulah keadaan ke empat murid Hir0t0 Yamazaki itu!
Kuni0 0ta mengeluh tinggi ketika sebatang anak panah menembus punggungnya. Ichir0 I0ki terpaksa mel0mpat mundur ketika senjata salah se0rang lawan berhasil memapas bahunya dan darah membasahi pakaiannya. Sekujur badannya bergetar kesakitan!
Murid Sint0 Gendeng tidak tahu apa yang harus dilakukannya lagi. Kapak Naga Geni 212 tidak mempan. Pukulan-pukulan saktinya tidak sanggup membendung serbuan duapuluh empat p0t0ngan tangan! Dalam keadaan pakaian penuh r0bek , wajah terluka serta dada dan pundak berkelukuran , Wir0 terpaksa mundur terus. Sesekali dia harus mel0mpat kian ke mari untuk menghindari serangan tangan-tangan sihir yang ganas itu.
“Celaka! Aku tak bisa mundur terus! Tak bisa menghindar terus!” keluh Wir0. Di depan sana , dilihatnya Akik0 dan saudara-saudara seperguruannya didesak hebat 0leh kel0mp0k Sumi0 Matsuura. Semakin kacau satria ini jadinya.
Untuk kesekian kalinya baju satria ini r0bek besar disambar cakaran sebuah tangan. Kulit di bawah pakaian yang r0bek itu terasa perih tanda dagingnya ikut kena cakar. Masih untung kuku-kuku yang mencakar itu tidak mengandung racun. Walaupun demikian , bukan berarti dirinya akan terlepas dari cengkeraman maut!
“Gila! Apa lagi yang harus kulakukan!” Wir0 hampir hingga di titik keputusasaan. Kedua matanya mencari-cari di mana beradanya nenek Arashi. 0taknya c0ba berpikir keras. Kalau ilmu sihirnya tidak bisa dilawan , mengapa tidak pribadi menghajar sumbernya , yaitu si nenek sihir itu sendiri?
Tapi dari tempatnya berdiri , Wir0 sama sekali tidak melihat perempuan bau tanah itu. Pandangannya terhalang 0leh semacam kabut tipis yang berwarna biru kemerahan! Itulah tabir sihir yang keluar dari t0ngkat di tangan nenek Arashi.
“T0ngkat itu! T0ngkat sihir itu yang harus kuhancurkan!” pikir Wir0. Namun insan yang memegang t0ngkat sama sekali tidak kelihatan. Tiba-tiba Pendekar 212 ingat. “Ada satu yang belum kulakukan! Senjata dan pukulan sakti tidak bisa tembus , tapi bunyi sanggup menembus dinding besi dan dinding karang setebal apapun!”
Wir0 mel0mpat mundur sejauh dua t0mbak. Lalu tegak dengan dua kaki terkembang. Gagang Kapak Maut Naga Geni yang berbentuk kepala naga lengkap dengan mulutnya ditempelkan ke bibirnya. Jari-jari tangannya menekan pada enam l0bang yang ada di gagang kapak di bawah kepala naga. Tenaga dalam dipusatkannya di perut. Lalu menyerupai layaknya meniup sebuah seruling , Wir0 mulai meniup pecahan lisan kepala naga. Meniup bukan dengan hawa yang ada dalam lisan dan tengg0r0kannya , tetapi dengan tenaga dalam tinggi yang dikerahkannya dari perut terus ke dada hingga ke mulut.
Serta merta Lembah H0zu dibuncah 0leh lengking dahsyat yang keluar dari “seruling” yang ditiup Wir0. Nenek Arashi kernyitkan kening sewaktu gel0mbang bunyi yang dahsyat menembus asap biru merah terus mencucuk kedua liang telinganya! Mula-mula liang telinganya bergetar keras kemudian menyusul rasa sakit yang amat sangat. Kedua telinganya serasa ditusuk besi panas!
Perempuan bau tanah ini cepat tutup kedua telinganya. Di lain pihak Wir0 terus semakin berpengaruh meniup.
Jari-jari tangan si nenek ternyata tidak sanggup melindungi liang-liang telinganya! Gel0mbang bunyi yang keluar dari kapak sakti terus mener0b0s. Kalau tadi perhatiannya sanggup dipusatkan pada ilmu sihirnya yang bisa membuat p0t0ngan-p0t0ngan tangan yang berwarna merah dan biru , kini perhatiannya jadi terbagi dan mengendur! P0t0ngan-p0t0ngan tangan itu tampak bergerak tidak seganas tadi lagi. Sepertinya mengambang di udara sambil menggapai-gapai lemah. Lalu satu demi satu jatuh ke tanah kemudian lenyap!
Nenek Arashi bertahan terus! Mulutnya berusaha merapal sesuatu. T0ngkatnya dipukulkan ke depan. Asap ungu membersit di udara , namun segera lenyap kembali mengambarkan si nenek tidak bisa lagi memusatkan kekuatan ilmu sihirnya akhir bunyi lengking Kapak Naga Geni 212 yang ditiup Wir0. Perempuan itu malah tersentak kaget ketika dirasakannya ada cairan meleleh keluar dari kedua liang telinganya. Darah!
Nenek Arashi berseru tegang. Sepasang matanya tampak berkilat-kilat dan jelalatan kian kemari.
Dia masih sempat melihat p0t0ngan tangan terakhir ciptaan sihirnya jatuh ke tanah kemudian lenyap tak berbekas. Si nenek menggeram marah. Tak ada jalan lain! Dia harus menyerang c0w0k itu.
Tubuhnya yang bungkuk mel0mpat ke depan. T0ngkat merah-birunya menusuk ke arah Pendekar 212. Justru inilah kesalahan terbesar si nenek. Kemampuan ilmu sihirnya tidak sehebat ilmu silatnya.
Begitu si nenek menusuk dengan t0ngkatnya , Wir0 berhenti meniup. Kapak Maut Naga Geni 212 dibabatkannya ke depan. Nenek Arashi terpekik ketika mencicipi ada hawa panas menyambar disertai dengan berkelebatnya sinar yang menyilaukan dan bunyi menderu. Dia cepat berkelit ke samping. Tapi terlambat. Senjata lawan sempat menghantam t0ngkat bambunya hingga mental dan berantakan. Nenek Arashi mencicipi tangan kanannya sakit sekali menyerupai ditusuk ratusan jarum panas!
Perempuan itu menggemb0r marah. Dia l0l0skan tabung-tabung bambu yang menggandul di pinggangnya. Tabung bambu yang berjumlah enam buah dan saling dihubungkan dengan ikatan tali ini berisi air keras yang sangat berbahaya. Sekali sese0rang kena siramannya niscaya pecahan tubuhnya akan rusak hancur mengerikan!
Nenek Teruk0 yang sudah mengetahui isi tabung itu segera berteriak memperingatkan pada Wir0.
“Gaijin , hati-hati tabung bambu itu berisi air keras ,! Wuuttt! Byaaarrr… byarrr!”
Enam tabung bambu melesat di udara kemudian secara asing menderu turun ke arah Wir0. Dua tabung dari enam tabung itu menumpahkan air keras ke arah muka dan perut Wir0. Sambil mel0mpat menjauh , Pendekar 212 menghantamkan kapak mustikanya ke depan. Sinar menyilaukan berkiblat.
Air keras yang muncrat dari dua tabung berbalik ke arah nenek Arashi. Empat tabung lainnya hancur berantakan. Isinya muncrat-muncrat dan lagi-lagi mengarah ke tubuh dan muka nenek.
Terdengar jeritan dari nenek tukang sihir itu berulang kali. Tubuhnya yang bungkuk pribadi jatuh tergelimpang di tanah menggeliat-geliat. Air keras yang mengenai tubuh dan mukanya membuat dagingnya mengkerut , mengepul dan mengeluarkan asap! Pakaiannya hangus. Sebentar saja nenek Arashi berkembang menjadi mahluk mengerikan. Dia c0ba berdiri tapi jatuh kembali. Menc0ba lagi , jatuh lagi. Kali terakhir jatuh , tubuh itu tidak bergerak lagi!
Melihat kematian nenek Arashi yang menjadi andalan mereka , Sumi0 Matsuura dan kawan-kawannya menjadi gentar. Terlebih ketika mendengar Pendekar 212 Wir0 Sableng dengan Kapak Maut Naga Geni 212 di tangan kanan melangkah ke arah mereka. Sumi0 , Masashigi dan Min0ru serta hampir duapuluh 0rang-0rang Lembah H0zu lainnya mel0mpat menjauhi Akik0 , Ichir0 yang dalam keadaan terluka serta Kenichi. Sementara Kuni0 0ta tergeletak di tanah dalam keadaan sekarat akhir racun panah yang menghujam di punggungnya.
Sumi0 Matsuura yang melihat keadaan bakal tidak menguntungkan lagi baginya dan 0rang-0rangnya , secara tiba-tiba mel0mpat ke arah Kenichi , 0rang yang paling dekat dengannya. Kenichi Asan0 jadi terganggu pucat ketika sebilah katana yang dipegang Sumi0 dari belakang tiba-tiba sudah membelintang di tengg0r0kannya! “Tinggalkan tempat ini atau kug0r0k lehernya!” yang mengancam Sumi0.
Akik0 dan Ichir0 terkesiap. Apa yang dilakukan Sumi0 begitu cepat sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Sebaliknya Pendekar 212 terus melangkah mendekati. “Satu langkah lagi kau berani maju , kusembelih c0w0k ini!” kembali Sumi0 mengancam. Dia tidak main-main.
“Gaijin! Akik0! Ichir0!” tiba-tiba Kenichi berteriak. “Jangan pedulikan nyawaku! Serang mereka! Hancurkan mereka , saya rela mati menebus d0sa-d0saku!” Akik0 dan Ichir0 saling pandang. Mereka men0leh ke arah Wir0 yang masih terus melangkah mendekati Sumi0.
“Berhenti!” teriak Akik0. Wir0 hentikan langkahnya. Tetapi Sumi0 yang merasa tidak bakal bisa l0l0s , tiba-tiba saja dengan sadis menggerakkan tangannya yang memegang pedang. Darah pribadi menyembur!
“Kenichi!” teriak Akik0 dan Ichir0 berbarengan. Keduanya pribadi menyerbu Sumi0 dengan pedang di tangan. Begitu Kenichi r0b0h bergelimpang , dia tewas dengan tangan kanan masih memegang buku ilmu pedang milik gurunya.
“Serahkan berandal satu ini padaku! Kalian selesaikan urusan dengan Masashigi dan Min0ru!” terdengar bunyi Wir0 keras kemudian c0w0k ini berkelebat mendahului ke arah Sumi0 Matsuura.
Sebenarnya Sumi0 merupakan 0rang pertama dengan kepandaian tinggi di antara 0rang-0rang Lembah H0zu. Namun ketika itu dirinya sudah dihantui 0leh rasa takut. Ketika kapak Naga Geni 212 berkelebat , dia hanya terkesiap. Lalu dengan sangat lambat dia acungkan pedangnya untuk menangkis. “Trang!”
Kapak dan pedang beradu. Sumi0 berseru kesakitan. Pedangnya patah jadi dua. Lalu dilihatnya senjata lawan kembali menderu. Kali ini dia sama sekali tidak punya kesempatan untuk selamatkan diri. Kapak Naga Geni 212 membalik. Sumi0 menjerit keras ketika salah satu ujung kapak menghujam dadanya. Kedua tangannya menggapai-gapai ke udara. Tubuhnya terbanting. 0rang ini kemudian mati dengan luka di dada. Sebagian tubuhnya hangus!
Melihat mitra mereka tewas begitu rupa , nyali Masashigi Sakaji dan Min0ru Shir0ta menjadi leleh. Terlebih anak buah mereka yang juga ada di sekitar situ. “Min0ru , apa pendapatmu?” bisik Masashigi.
“Aku aib mengatakannya ,” jawab Min0ru. “Tapi tidak ada pilihan lain , tinggalkan tempat ini!”
Mendengar ucapan kawannya itu Masashigi segera berteriak. “Semua yang memegang panah lekas menyerbu musuh!” Saat itu ada delapan 0rang Lembah H0zu memegang busur panah. Mendengar perintah , mereka segera merentang busur. Di ketika itu pula Masashigi Sakaji dan Min0ru pergunakan waktu untuk menyelamatkan diri.
Pendekar 212 cepat mengambil tindakan. Dia berteriak pada Akik0 untuk mengejar kedua 0rang yang berusaha kabur itu. Dia sendiri hantamkan pukulan sinar matahari dengan tangan kiri ke arah 0rang Lembah H0zu yang siap melancarkan serangan panah beracun. “Buummmm!”
Sinar putih menyilau menderu. Hawa panas menyengat dan di depan sinar terdengar pekikan kematian. Enam 0rang Lembah H0zu mencelat dengan tubuh hangus. Langsung tewas begitu tergelimpang di tanah. Empat lainnya selamat tetapi pakaian dan beberapa pecahan tubuh mereka melepuh! “Kawan-kawan , pemimpin kita melarikan diri , tunggu apa lagi , segera tinggalkan tempat ini ,” ujar salah se0rang mereka.
0rang-0rang Lembah H0zu segera berhamburan masuk ke dalam hutan. Wir0 tidak mempedulikan , dia segera melesat ke kanan ke arah Akik0 dan Ichir0 yang berhasil mencegat Masashigi dan Min0ru yang melarikan diri dan kini sedang bertarung satu lawan satu.
Dengan ilmu pedang yang dimilikinya , Akik0 tidak gentar menghadapi Masashigi Sakaji. Paling tidak dia akan mempu menghadapi musuh besar yang telah membunuh gurunya. Justru dia mengkhawatirkan Ichir0 yang terluka parah ketika melawan Min0ru. Jika tidak segera dit0l0ng , Ichir0 bisa menemui kematian di tangan Min0ru. Dalam keadaan begitu , tiba-tiba nenek Teruk0 mel0ncat membantu Ichir0. Di tangan kanannya tergenggam g0l0k pendek.
“Keparat! Masih di sini bedebah bau tanah ini rupanya!” maki Min0ru. Dia maju selangkah berusaha membereskan Ichir0 lebih cepat. Tapi gebrakan yang dibentuk nenek bermuka celem0tan itu sanggup menahan serangan. Ketika Teruk0 dan Ichir0 maju bersamaan , Min0ru malah terdesak.
Pendekar 212 yang memperhatikan setiap gerak Akik0 berseru. “N0na Akik0 , walau mempelajari gres beberapa hari , mengapa kau tidak pergunakan jurus sinar matahari?!”
Akik0 terkesiap sesaat. Sebaliknya Masashigi rahasia merasa terkejut. Apa benar dia menguasai pukulan yang lebih hebat dari semua ilmu sihir nenek Arashi? Dilihatnya Akik0 menyilangkan pedang di depan dada. Sepasang matanya memandang tajam. Mulutnya bergerak sedang tangan kiri bergerak ke atas. Wir0 melihat tangan itu berubah keputihan tapi tidak memancarkan sinar menyilaukan.
“Kerahkan seluruh tenaga dalammu!” teriak Wir0. Lengan yang memutih itu tampak laksana sinar , mengambarkan Akik0 sedang mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
“Aku harus mendahului!” kata Masashigi sambil mel0mpat ke depan dan membabatkan pedangnya.
“Hantam!” teriak Wir0 ketika melihat Akik0 ragu-ragu. Mendengar teriakan itu , si gadis pribadi hantamkan tangan kirinya ke arah lawan. “Wuss!”
Sinar putih melesat walau kurang putih dan kurang panas. Di depan sana Masashigi keluarkan bunyi keras. Tubuhnya tersapu kemudian terjengkal jatuh. Pakaiannya sebelah depan hangus dan kulitnya melepuh. Namun pukulan yang dilepas Akik0 yang masih dasar itu tidak bisa membunuhnya.
Penasaran , Akik0 kembali hendak menghantamkan lagi tangan kirinya. Tapi ketika itu tangannya tidak mengeluarkan sinar putih lagi.
Wir0 cepat berteriak , “Jangan! Pergunakan pedangmu!”
“Ah!” Akik0 sadar belum bisa melepaskan pukulan sinar matahari untuk kedua kalinya dalam waktu secepat itu. Maka dengan pedang di tangan dia menerjang ke Masashigi yang berusaha berdiri berdiri.
Katana di tangannya menderu , Masashigi menc0ba menangkis. “Traaannng! Celaka!” keluh Masashigi ketika tangannya tergetar keras dan pedangnya terpelanting. Sebelum pedang lawan memburu , dia jatuhkan diri dan bergulingan di tanah. Tapi 0rang ini salah arah. Dia justru bergulingan ke arah Pendekar 212.
Gulingannya terhenti ketika tubuhnya membentur kaki Wir0. Melihat itu Masashigi berteriak.
“Bangsat! Aku tidak menyesal mati bila bisa membunuhmu dulu!” Lalu Masashigi tusukkan pedangnya ke arah Wir0. Murid Sint0 Gendeng itu tidak berusaha menghindar alasannya ialah dia melihat Akik0 lebih dahulu berkelebat dan mengayunkan pedangnya. Darah muncrat di celana putih Wir0 ketika pedang Akik0 menembus dalam leher Masashigi. Pembunuh Hir0t0 Yamasaki itu mengerang pendek menggeliat sesaat , kemudian tidak berkutik lagi.
Akik0 jatuhkan diri berlutut dan menyerupai hendak menangis. “Perempuan Jepang pantang menangis ,” ujar Wir0 sambil memegang pundak Akik0. “Apakah kau tidak melihat kedua mayat yang membunuh gurumu.”
Mendengar itu Akik0 menggenggam erat pedang di tangannya , berdiri dan membalik. Saat itu Ichir0 menyerupai kesetanan dibantu nenek Teruk0 sedang menghujamkan pedang ke perut Min0ru.
0rang ini mengeluarkan l0l0ngan beberapa kali sebelum kesannya r0b0h mati ke tanah.
Ichir0 berdiri terhuyung-huyung. Luka dibahunya banyak mengeluarkan darah. Akik0 menubruk saudara seperguruannya ini. Keduanya saling berpelukan dengan dada sesak menahan tangis.
Ketika selesai berpelukan mereka melihat sekeliling dan yang terlihat hanya nenek Teruk0 satu-satunya yang masih berada di tempat itu. Bahkan Kuni0 0ta juga ikut lenyap! “Eh , kemana dia?!” ujar Akik0 , kemudian berpaling pada nenek Teruk0.
“Kau tak usah kawatir kehilangan gaijin itu. Dia sengaja meninggalkan tempat ini lebih dahulu untuk meng0bati luka racun panah Kuni0. Dia pesan akan menunggu kalian di lereng Gunung Fuji ,” kata Teruk0. “Kalau begitu kita segera menyusul sesudah mengurus mayit Kenichi dan mengamankan buku milik sensei ,” kata Akik0 pula.
Nenek Teruk0 mengangguk. “Urusanku di sini sudah selesai , saya minta undur diri…” ujarnya.
Tapi Akik0 segera memegang kepala nenek itu seraya berkata , “Tidak , kau dilarang pergi. Antara kita kini ada ikatan utang budi yang kuat. Kau harus ikut kami ke lereng gunung Fuji…”
Nenek Teruk0 tersenyum lebar. “Mana berani saya men0lak permintaanmu , n0na Akik0. Aku sendiri masih ingin sekali bertemu si gaijin itu. Ilmunya banyak dan aneh-aneh. Siapa tahu saya kebagian sepertimu , selain itu , hi… hik… hikkk!” Si nenek tidak teruskan ucapannya.
“Selain itu apa…?” tanya Akik0 Bessh0.
“Selain itu … hemmm… , gaijin itu ganteng sekali wajahnya. Hik… hik… kalau saya masih muda sepertimu , niscaya akan saya ikuti ke mana dia pergi. Sayang saya sudah bau tanah , keriputan dan jelek. Berdandan saja tidak bisa. Lihat pupurku yang celem0ngan , hik… hik…!”
***
TAMAT
No comments for "Pahlawan Gunung Fuji WIRO SABLENG Cerita Silat Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito"
Post a Comment