Ninja Merah WIRO SABLENG Cerita Silat Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito
WIR0 SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tit0
EP : PETUALANGAN WIR0 DINEGERI SAKURA/JEPANG
(NINJA MERAH)
ARTI KATA-KATA JEPANG DALAM KISAH INI:
Ninjat0 = Pedang khas yang biasa menjadi senjata ninja
Kusarigama = senjaja berupa rantai dengan uiung pisau bentuk ganc0 , ujung lain diberi bandulan besi
Tatami = ganjal lantai berbentuk persegi empat
Shin0bi = sebutan 0risinil untuk ninja
Shuriken = senjata rahasia yang dilemparkan , kebanyakan berbentuk bintang , ada yang beracun
shakuhachi = suling dari bambu
shamisen = instrumen musik mempunyai tiga buah senar
seppuku = bunuh diri secara terh0rmat
Sake = minuman keras khas Jepang (sejenis anggur dari beras)
d0nburi = nasi dalam mangk0k
gaijin = 0rang asing
geisha = perempuan pelayan pada tempat-tempat tertentu terkadang juga menjadi penghibur)
katana = pedang panjang
ninjutsu = ilmu bela diri
hai! = Ya! , siap! , baik!
D0y0/D0j0 = tempat berlatih silat (ruang tertutup)
inezumi = rajah atau tat0
sensei = guru
SATU
SAAT itu telah memasuki ekspresi d0minan semi. Namun udara hirau taacuh masih terasa mencucuk dimana-mana.
Salju tipis masih tampak menyapu puncak-puncak pep0h0nan , juga pada kuntum-kuntum bunga Sakura Yang pucuk-pucuknya mulai mengembang.
Jauh di sebelah Timur Ki0t0 terdapat sebuah bukit kecil.
Saat itu gres taja lewat tengah malam. Dalam gelap dan dinginnya udara tiga s0s0k berpakaian dan bertutup kepala serba hitam bergerak cepat menuju puncak bukit.
Di punggung masing-masing menyembul hulu ninjat0.
Lalu pada pinggang mereka tergantung kusarigama.
Mereka tidak mengikuti jalan watu Yang berliku-liku melainkan mengendap dan berkelebat di balik semak belukar dan pep0h0nan.
Puncak bukit merupakan daerah perumahan Perguruan Emerarud0 atau Perguruan Zamrud. Ke tempat inilah agaknya tiga 0rang itu tengah menuju.
Di dalam salah satu ruangan pada sebuah bangunan di puncak bukit se0rang lelaki berusia setengah kurun duduk di lantai sedang tekun membaca sebuah kitab tebal. Kantuknya yang tadi sempat menyerang terpupus sirna 0leh daya tarik kitab yang tengah dibacanya.
0rang ini mengenakan kim0n0 tebal berwarna biru tua. Pada cuilan dada kim0n0 sebelah kanan tersulam gambar watu permata zamrud bewarna kuning terang , lengkap dengan garis-garis kilauan cahaya sekeliling permata. 0rang ini yaitu N0b0ru Kasai pimpinan tertinggi atau Ketua Utama Perguruan Emerarud0.
Saat itu terdengar perlahan suaranya membaca.
Kebersihan aurat yaitu sangat penting dalam ilmu Peng0batan. Bagaimana sese0rang bisa meng0bati 0rang lain kalau tubuhnya tidak bersih.
akan tetapi di atas semua itu kebersihan jiwa atau kebersihan batin yaitu yang paling utama.
Dengan batin yang higienis sese0rang akan berada dalam keadaan lebih andal untuk menyalurkan hawa sakti yang dimilikinya ke dalam tubuh 0rang yang akan di0batinya. Karena itu …
Suara N0b0ru Kasai membaca terhenti 0leh bunyi pintu bergesek di belakangnya.
"Hisa0 … Kaukah itu? tanya N0b0ru Kasai tanpa berpaling. Tak ada jawaban..
Se tttt… settt… setttt! Teppp … tepppp … tepppp!
Malah Ketua Perguruan Emerarud0 ini mendengar bunyi berkelebat tiga kali berturut-turut dibarengi 0leh siuran angin halus.
N0b0ru Kasai letakkan kitab di pangkuannya ke atas tatami. Lalu perlahan-lahan palingkan kepala.
Sepasang mata sang Ketua terbuka lebar melihat siapa yang ada di dalam ruangan itu.
"Shin0bi…!"
Shin0bi yaitu panggilan 0risinil untuk ninja. Dan memang ketika itu di dalam kamarnya tegak tiga s0s0k ninja , muncul dalam penampilan mereka yang angker.
Bertubuh tinggi kukuh dibungkus pakaian serba hitam mulai dari ujung kaki hingga ke kepala. Di cuilan muka hanya sepasang mata mereka yang kelihatan , memandang tak berkesip ke arah N0b0ru Kasai dengan pandangan sedingin salju di puncak gunung Fuji.
Di belakang punggung mereka tersembul gagang ninjat0 yang juga dikenal sebagai katana pendek , pedang khas para ninja. Lalu seuntai rantai yang salah satu ujungnya merupakan senjata berbentuk ganc0 dan ujung satu lagi diberi gandulan pemberat kelihatan melilit di pinggang. N0b0ru Kasai perhatikan tangan ke tiga ninja ini. Masing-masing menggunakan shuk0 yaitu cakar pemanjat yang sekaligus merupakan senjata sangat berbahaya.
Dalam hati N0b0ru Kasai membatin "Pasti ke tiganya mener0b0s masuk dengan memanjat temb0k. Jika tidak satu murid akademi pun memerg0ki mereka , berarti ke tiganya yaitu ninja-ninja dari tingkat sangat tinggi …"
Perlahan-lahan N0b0ru Kasai berdiri. Sreettt! Sreetttt!
Dua kali terdengar bunyi berdesir ketika dua 0rang ninja yang berdiri dekat pintu dan di sebelah kanan N0b0ru Kasai mencabut ninjat0 pedang pendek masing-masing.
Ninja berbadan paling tinggi di sebelah tengah memberi isyarat dengan tangan kiri. Dua 0rang temannya yang hendak mendekati N0b0ru Kasai hentikan langkah. Ninja yang di tengah maju dua langkah.
"Sahabat-sahabat tak diundang. Kalian masuk secara tidak s0pan …"
Ninja di dekat pintu mendengus. Mulut dibalik epil0g wajahnya berucap.
"Ninja tidak kenal s0pan santun. Ninja hanya kenal darah dan nyawa!"
Daun pendengaran kiri N0b0ru Kasai bergerak.
"Hemmm.. saya tidak mengenali suaranya. Berarti dia memang ninja asli. Bukan 0rang dalam .. ."
"Katakan apa maksud kalian masuk ke tempatku!"
bentak N0b0ru Kasai. Sekilas matanya melirik ke arah lantai di sebelah kiri di mana tergeletak katana miliknya.
Ninja bertubuh paling tinggi sanggup membaca apa yang ada dalam benak Ketua Perguruan Emerarud0 itu. Dia cepat melangkah dan menginjak katana di lantai dengan kaki kanannya.
"Aku memberi waktu lima detik pada kalian sem0ga segera keluar dari tempat ini!" N0b0ru Kasai beri peringatan.
Ke dua tangannya diturunkan ke sisi sedang sepasang kaki tegak merenggang cepat.
Apa yang terjadi kemudian berlangung sangat Ninja di sebelah tengah hunus ninjat0nya. Melihat ini dua temannya segera menggebrak maju. Tiga pedang maut berkelebat ke arah N0b0ru Kasai. Ketua Perguruan Emerarud0 ini keluarkan bunyi menggemb0r.
Dengan tangan k0s0ng dia hadapi tiga penyerangnya.
N0b0ru menciptakan gerakan yang disebut "dewa tanah mengeb0r bumi." Tubuhnya menukik , jatuh ke atas lantai tatami. Tiga pedang lewat di atasnya. Lalu dia susul dengan jurus "penguasa langit membelah angkasa" Tangan kanannya menghantam ke atas disusul dengan tendangan kaki kiri kanan.
Wuuuutt! Wuuuut!
Pukulan dan tendangan kaki kiri N0b0ru Kasai hanya mengenai tempat k0s0ng. Tapi bukkkk!
Tendangan kaki kanannya mampir dengan telak di dada salah se0rang penyerang hingga ninja satu ini mencelat ke dinding. Dinding yang hanya terbuat dari kertas itu eksklusif jeb0l dan ninja itu sendiri terlempar ke luar. Untuk sesaat dia tak kuasa bangun , hanya mengerang sambil pegangi dada.
Dua 0rang ninja yang ada di dalam ruangan mendengus marah. Serangan pedang mereka membuntal-buntal ganas. .Walau Ketua Perguruan Emerarud0 menyandang nama besar dan berkepandaian tinggi namun para ninja bukanlah lawan yang gampang dihadapi.
Gerakan mereka secepat setan , serangan pedang mereka seganas iblis. Apalagi ketika itu N0b0ru Kasai bertangan k0s0ng pula.
Setelah mengelak dua kali berturut-turut N0b0ru melejit ke arah kanan. Maksudnya hendak mengambil hanb0 , yaitu t0ngkat kayu yang biasa digunakan untuk melatih murid-murid. Namun gerakannya berhasil di papas 0leh ninja di sebelah kiri. Selagi dia c0ba menghantam penyerang ini dengan pukulan tangan k0s0ng mengandung hawa sakti , dari samping ninja bertubuh tinggi kiblatkan ninjat0nya.
Breetttttl
Bahu kim0n0 N0b0ru Kasai r0bek besar. Dia mencicipi perih pada pundak kanannya kemudian ada cairan panas mengucur. Darah! Meski menderita sakit bukan main dan kemarahan mendidih namun Ketua Perguruan Emerarud0 ini tampak bersikap tenang. Tapi sebaliknya dua ninja tak mau memberi kesempatan. Pedang pendek mereka kembali menggempur dengan ganas hingga N0b0ru Kasai terdesak ke sudut sebelah kanan.
Breeetttt!
Breetttt!
Kim0n0 sang Ketua r0bek lagi. Kali ini di cuilan dada dan perut. N0b0ru Kasai terjajar ke belakang. Dia berusaha berpegangan pada sebuah rak tapi tidak terjangkau. Selagi tubuhnya tersandar ke dinding , ninja berbadan tinggi tusukkan pedangnya ke lambung N0b0ru Kasai. Ketua Perguruan ini keluarkan keluhan pendek kemudian r0b0h ke lantai. Sebagian dari badannya yaitu cuilan dada ke atas berada di luar kamar.
Ninja berbadan tinggi mendatangi dengan cepat dan membungkuk seraya bertanya.
"Lekas katakan! Di laci n0m0r berapa kau simpan surat-surat penting Perguruan!"
Dalam keadaan sekarat N0b0ra Kasai membuka mulutnva. Suaranya tersendat perlahan.
"Aku … saya ibarat mengenali suaramu … Bukan kah kau..”
"Kurang ajar!" hardik ninja bertubuh tinggi. Pedang di tangan kanannya dihunjamkan ke tengg0r0kan N0b0ru Kasai. Sebelum maut menyergap Ketua Perguruan Emerarud0 itu tiba-tiba angkat tangan kanannya.
Lima jari tangannya terpentang. Tulang- tulang jari keluarkan bunyi berderak.
Cleeeppp!
Pedang menembus tengg0r0kan N0b0ru Kasai.
Dalam ketika yang bersamaan lima ujung jari sang Ketua menghunjam di dada kiri ninja yang membunuhnya.
Pakaian hitam tebal yang dikenakan ninja tembus di lima bagian. Ninja itu sendiri terjajar ke belakang. Dadanya serasa ditusuk lima paku panas! Wajahnya di balik epil0g kepala sesaat jadi pucat.
"Lima jari dewa… Makara dia memang benar-benar mempunyai ilmu kepandaian itu..!” katanya dengan mata mel0t0t memandang pada N0b0ru Kasai yang sudah tak bernyawa lagi. Sambil pegangi dada kirinya ninja ini melangkah mundur. Dia memberi isyarat pada ninja yang ada di dekatnya.
”T0l0ng kawanmu. Lari ke temb0k sebelah timur.
Tunggu saya di tempat pertemuan!" Sehabis berkata begitu ninja berbadan tinggl ini melesat ke pintu. Dia berlari cepat sepanjang l0r0ng pendek kemudian mener0b0s masuk ke dalam sebuah ruangan sangat rahasia yang tidak sembarang 0rang b0leh masuk ke tempat ini. Di pintu masuk ruangan berjaga-jaga se0rang murid Perguruan dalam keadaan terkantuk-kantuk. Pedang di tangan ninja berkelebat menghantam pertengahan kening murid penjaga. Murid ini tak pernah tahu apa yang menimbulkan kematiannya. Tubuhnya r0b0h mandi darah dengan kepala hampir terbelah.
Ninja pembunuh mel0mpat masuk ke dalam ruangan rahasia. Sesaat dia tegak tertegun. Di dalam ruangan itu ada dua buah lemari besar merapat ke dinding. Di situ terdapat dua ratus laci-laci kecil yang diberi n0m0r mulai dari 1 hingga 200.
"Aku tak mungkin menyidik semua laci celaka itu! Aku harus bisa mengingat! Harus bisa!” Ninja itu kemudian menarik laci-laci pada derstan angka mulai dari 150 hingga 160.
Sementara itu diluar sana ninja yang diperintahkan men0l0ng temannya yang terluka bertindak cepat.
Sang sahabat rupanya menderita luka dalam yang sangat parah jawaban tendangan N0b0ru Kasai tadi. Darah tampak mengucur dari mulutnya. Begitu tahu kawannya tak sanggup berdiri , dengan cepat di segera memanggulnya.
Akan tetapi sebelum dia sempat berkelebat pergi di sekelilingnya terdengar bunyi langkah-langkah kaki.
Sesaat kemudian sekitar dua puluh 0rang murid akademi muncul mengurung tempat itu. Di depan sekali se0rang lelaki berkim0n0 merah darah berambut pendek berwajah beringas. Mukanya merah. Gerakannya cepat dan enteng tetapi langkah kakinya tidak tetap.
Sesekali tubuhnya tampak ibarat terhuyung.
Bagaimanapun tinggi ilmu yang dimilikinya tapi ninja itu segera menyadari bahwa dia tak mungkin l0l0s dari sekian banyak 0rang yang mengurung. Apalagi si kim0n0 merah berwajah merah beringas di sebelah depan dikenalinya yaitu Shiger0 M0m0chi salah se0rang dari dua Wakil Ketua Perguruan. Begitu Shiger0 M0m0chl mendekat ninja jatuhkan mitra yang dipanggulnya ke lantai. Sekali menusukkan pedangnya ke dada kawannya sendiri , ninja yang sudah terluka parah itu eksklusif meregang nyawa.
"Tangkap dia hidup-hidup!" teriak Shiger0 M0m0chi.
Tapi mana mungkin menangkap se0rang ninja hidup-hidup. Apalagi dalam keadaan terperangkap ibarat itu. Sang ninja keluarkan bunyi mendegus dari balik kain hitam epil0g wajahnya. Dua tangan memegang gagang pedang erat-erat. Begitu kel0mp0k anak murid Perguruan Emerarud0 menyerbu dibawah pimpinan Shiger0 M0m0chi dengan banyak sekali macam senjata ninja ini cepat meny0ngs0ng dengan ninjat0nya.
Beberapa kali terdengar bunyi berdentrangan beradunya senjata. Gel0mbang serangan anak murid Perguruan Emerarud0 tidak bisa dibendung. Shiger0 M0m0chi yang masih berusaha menangkap hidup-hidup ninja itu untuk dimintai keterangan tak bisa berbuat banyak. Setelah memukul lepas pedang ditangan ninja dia hanya bisa menyaksikan bagaimana puluhan anak muridnya membantai sang ninja hingga alhasil menemui kematian dengan keadaan tubuh hancur lumat mengerikan.
Shiger0 M0m0chi ibarat mau muntah. Dia palingkan kepala , memandang ke ruangan dalam bangunan.
"Ketua N0b0ru Kasai …" bisiknya. Secepat kilat dia lari masuk ke dalam rumah. Lututnya g0yah ketika dia menemukan N0b0ru Kasai telah jadi mayat , tergeletak di atas tatami dengan tubuh bergelimang darah.
"Ketua …" kata Shiger0 M0m0chi sambil jatuhkan diri , berlutut di samping mayat N0b0ru Kasai. Dia merasa ibarat ingin berteriak , tapi juga ingin menangis.
Tiba-tiba telinganya mendengar bunyi dari arah ujung l0r0ng pendek di luar sana dimana terletak ruangan rahasia. Sambil menggenggam pedangnya Shiger0 M0m0chi cepat berdiri.
* * *
DUA
Di dalam ruangan rahasia ninja menyidik f0rmasi laci bern0m0r 150 hingga 160. Tapi dia tidak menemukan apa yang dicarinya. Dalam hati dia memaki setengah mati.
"Aku harus ingat! Harus ingat!" katanya berulangulang.
Pada ketika itu dia mendengar bunyi 0rang berlari dari ujung l0r0ng. Sebelumnya dia juga telah mendengar bunyi ramai di luar ruangan tempat N0b0ru Kasai terbunuh.
"0rang-0rang Perguruan sudah tahu apa yang terjadi …" desis ninja. Matanya kembali memandang f0rmasi laci-laci. Dia ibarat hendak memukul kepalanya sendiri ketika tiba-tiba dia ingat.
"Laci 168 katanya setengah berseru.
Segera laci n0m0r 166 dibukanya. Sepasang mata ninja membesar. Apa yang dicarinya alhasil ditemui juga. Dalam laci itu kelihatan sebuah ampl0p besar berwarna kuning. Secepat kilat ninja menyambar ampl0p itu. Lalu mel0mpat memb0b0l dinding kiri ruangan rahasia. Ternyata dinding ruangan ini tidak terbuat dari kertas biasa melainkan dari sejenis papan al0t. Ninja terpaksa pergunakan j0t0sannya untuk menjeb0l. Baru saja dia hendak berkelebat kabur lewat l0bang di dinding tiba-tiba pintu kamar rahasia terbuka.
Satu bentakan menggeledek di belakangnya.
"Jangan lari!"
Yang berteriak yaitu Shiger0 M0m0chi. Wakil Ketua Perguruan ini cepat mengejar dengan pedang terhunus. Gerakannya mengejar tertahan ketika di sebelah depan ninja dilihatnya gerakkan tangan kiri. Dua buah benda berbentuk bintang melesat ke arahnya.
Shiger0 memaki setengah mati.
"Shuriken!" teriaknya.
Pedangnya di putar ke depan.
Trang … trang …!
Dua senjata rahasia bintang besi beracun yang dilepaskan ninja mental dan menancap di dinding ruangan. Begitu Shiger0 memandang ke depan sang ninja sudah lenyap.
"Mahluk iblis! Kau kira kau bisa l0l0s dari tanganku…!"
bentak Shiger0 M0m0chi kemudian mengejar. Larinya tidak tetap , agak menghuyung. Sampai di taman gelap di belakang bangunan besar 0rang yang dikejarnya tak kelihatan lagi. Belasan murid Perguruan muncul mendatangi.
"Percuma… Ninja keparat itu berhasil melarikan diri!" kata Shiger0 M0m0chi sambil menghentakkan kakinya.
"Aku bersumpah akan membalaskan kematian Ketua. Kalian lekas mengatur hubungan dengan para Ketua Ninja! Beri tahu apa yang telah terjadi. Minta mereka menyelidik dan memberi tahu siapa angg0taangg0ta mereka yang terlibat kejahatan keji ini! Mereka harus berani mengakui! Kalau tidak saya bersumpah akan menumpas semua ninja di negeri ini! Sejak dulu mereka hanya menimbulkan ke0naran dan tragedi saja! Melakukan kejahatan hanya untuk sejumlah uang! Mahlukmahluk durjana! Pembunuh bayaran!"
"Wakil Ketua M0m0chi!" se0rang murid Perguruan berkata sambil maju mendekati Shiger0 M0m0chi.
"Ninja bukan cuma membunuh tapi juga mencuri surat-surat penting dari ruangan rahasia.
"Aku sudah tahu! Kalian periksa surat apa yang hilang! Aku akan mengurus mayat Ketua …" Shiger0 M0m0chi memandang berkeliling.
"Siapa diantara kalian yang membawa minuman….?" Tak ada satupun yang menjawab.
"Kalau begitu satu 0rang dari kalian lekas pergi kekamarku , ambil b0t0l sake dan antarkan padaku …"
"Tapi Wakil Ketua M0m0chi …" kata se0rang murid kepala.
"Dalam keadaan ibarat ini tidak sepantasnya Wakil Ketua meneguk minuman keras itu lagi …"
"Kurang ajarl Kau memerintah saya atau bagaimana … ?!" hardik Shiger0 M0m0chi dengan mata membelalang.
Semua murid Perguruan yang ada di situ unjukkan wajah tidak seneng. Satu persatu mereka tinggalkan tempat itu. Salah se0rang dari mereka berbisik pada temannya.
"Seharusnya dia yang dibunuh ninja , bukan Ketua N0b0ru Kasai … Pimpinan tak berkhasiat , Pemabuk , pemarah … semua yang buruk ada padanya. Mau jadi apa Perguruan kita ini kelak … !"
"Aku kawatir setelah Ketua tiada , dia yang akan menjabat jadi Ketua. Celakalah kita semua!" sahut temannya.
"Hal itu tak mungkin terjadi. Para Dewa tak bakal merestui!" kata se0rang murid Perguruan lain yang ikut mendengar percakapan dua temannya tadi.
DALAM dinginnya udara menjelang pagi itu sayup sayup terdengar bunyi shakuhachi ditiup dalam senandung yang menyayat hati. Tiupan seruling bambu ini diikuti dengan petikan shamisen yang menghiba-hiba.
Suara bebunyian ini tiba dari serambi bangunan besar Perguruan Emerarud0 di puncak bukit.
Di serambi rumah besar , di bawah penerangan lampu minyak redup , diatas tatami duduk dua 0rang perempuan. Se0rang sudah agak lanjut , satunya masih gadis. Perempuan yang lebih bau tanah duduk meramkan mata sambil meniup shakuchaki. Gadis di sebelahnya memetik shamisen. Masing-masing memainkan bebunyian itu penuh perasaan. Sepasang mata perempuan yang lebih bau tanah tampak berkaca-kaca sedang si gadis tak sanggup menahan larutnya kesedihan hingga air mata yang tak terbendung menetes jatuh kepipinya.
Di dalam rumah besar hampir seratus anak murid Perguruan Emerarud0 tegak rangkapkan tangan di atas dada. Sikap berdiri mereka tampak gagah. Namun dari kepala-kepala yang ditundukkan serta sepasang mata.
yang dipejamkan terang ibarat dua perempuan tadi merekapun sedang karam dalam rasa sedih yang mendalam.
Rasa dukacita atas tewasnya N0b0ru Kasai Ketua Perguruan Emerarud0 menciptakan puncak bukit itu karam dalam kesedihan. Gadis pemetik shamisen tak sanggup menahan kesedihannya alhasil berhenti memetik bebunyian itu kemudian bersujud dan menangis tersedu-sedu. Perempuan peniup seruling ikut tergugah dan tiupan sakuhachinya jadi tersendat-sendat.
Menjelang malam memasuki pagi , selagi udara terang-terang tanah tiba-tiba terdengar derap kaki kuda mendatangi. Tak usang kemudian se0rang lelaki separuh baya berwajah gagah muncul menunggang kuda putih.
Di atas punggung kuda dia memandang ibarat tidak percaya pada keadaan yang dilihatnya. Matanya menyipit ketika dia berpaling ke serambi dan melihat gadis pemetik shamisen jatuhkan diri kemudian menangis keras. 0rang ini mel0mpat dari kudanya.
"Apa yang terjadi …. ?!" Dia bertanya sambil melangkah cepat melewati berisan para murid Perguruan.
Dadanya mendadak bergej0lak , tapi perilaku dan suaranya kelihatan lembut.
Se0rang murid kepala mendatangi dan berkata.
"Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga syukur kau cepat kembali. Wakil Ketua Shiger0 M0m0chi ada di dalam bangunan utama. Sudah usang menunggu …."
"Tiupan shakuhachi dan petikan shamisen tadi. .. membawakan lagu pengantar jenazah. Katakan apa yang terjadi?!" tanya 0rang yang barusan turun dari kuda. Ternyata dia yaitu salah se0rang dari Wakil Ketua Perguruan.
"Saya tidak berani menerangkan. Lebih baik Wakil Ketua menemui Wakil Ketua Shiger0 M0m0chi saja …."
Mendengar jawab murid kepala itu , ibarat terbang Hisa0 Matsunaga mel0mpat dan masuk ke dalam rumah besar. Di dalam ruangan dimana mayat N0b0ru Kasai dibaringkan di atas selembar kasur tipis yang diberi ganjal kain w00l tebal , Hisa0 Matsunaga jatuhkan diri berlutut. Sesaat dia menatap wajah Ketua Perguruan yang sudah jadi mayat itu. Kain putih yang menutupi tubuh mayat tampak berair 0leh darah di beberapa bagian. Lalu ke dua matanya dipejamkan.
Ketika mata itu dibuka kembali pandangan Hisa0 Matsunaga tertuju pada Shiger0 M0m0chi. Baru disadari nya kalau ketika itu di ruangan itu terdapat juga beberapa 0rang pengurus dan tua-tua perguruan. Lalu se0rang anak lelaki berusia empat belas tahun yang duduk dengan kepala tertunduk dekat kepala jenazah.
Wajah Hisa0 Matsunaga terang memperlihatkan keperihan ketika dia memperhatikan anak ini. Karena si anak yaitu Akira Kasai , putera dan anak tunggal mendiang Ketua N0b0ru Kasai. Ibu Akira meninggal dunia pada ketika anak ini dilahirkan. Sejak itu N0b0ru Kasai tak mengambil perempuan lain pengganti istrinya ataupun memelihara gundik. Agaknya Ketua Perguruan Emerarud0 ini sengaja menjauhi kehidupan duniawi hingga alhasil kematian tiba menjemput.
Hisa0 Matsunaga berpaling kembali pada Shiger0 M0m0chi kemudian berkata dengan bunyi perlahan.
"Shiger0 , ceritakan padaku bagaimana semua ini terjadi!”
"Kita bicara di kamar sebelah saja.." bisik Shiger0.
Waktu bicara Hisa0 Matsunaga sanggup mencium nafas Shiger0 yang berbau minuman keras. Perlahan-lahan dia bangun mengikuti Shiger0 menuju sebuah ruangan yang terletak bersebelahan dengan ruangan dimana mayat Ketua Perguruan disemayamkan.
"Aku tidak melihat sendiri bagaimana kejadiannya.
Ketika saya masuk ke kamar Ketua , dia sudah menggeletak di atas tatami dalam keadaan berlumuran darah. Sudah tidak bernafas lagi ….." Lalu Shiger0 M0m0chi menuturkan apa yang diketahuinya.
"Sebelum insiden itu terjadi , kau berada di mana Shiger0? Selama ini jangankan insan , lalat seek0rpun jikalau menyusup ke tempat ini pasti kau ketahui …"
"Kau betul Hisa0 …" jawab Shiger0 M0m0chi dengan wajah merah.
"Malam tadi entah mengapa nyenyak sekali tidurku.
Sampai tidak mendengar suam apa-apa. Bahkan para muridpun tidak sempat mengetahui …. !”
"Aku yakin kau pasti minum banyak lagi malam tadi. Kalau tidak , mungkin insiden ini bisa dihindari….
Harap maafkan saya Shiger0. Bukan maksudku menyalahkanmu.
Kalau Dewa sudah menakdirkan hal ini akan terjadi , pasti terjadi tanpa bisa dihalangi. Aku sendiri merasa menyesal pergi ke Ki0t0 walau saya kesana ditugaskan secara pribadi 0leh Ketua untuk menemui se0rang Sh0gun …."
"Sampai ketika ini saya memang belum bisa menghilangkan kebiasaan minum sake keras itu .. ."
"Kudengar kini malah kau mencampurnya dengan wiski yang dibawa pelaut-pelaut kulit putih …" mem0t0ng Hisa0 Matsunaga tetap dengan bunyi lembut.
"Kuharap saja kau bisa mawas diri dan menghenti kan kebiasaan minum."
Tampang Shiger0 M0m0chi tampak jadi beringas.
Dia hendak menyempr0tkan ucapan. Tapi dengan lembut Hisa0 Matsunaga berkata.
"Siapa diantara kita yang tidak suka meneguk sake. Tapi minum secara berlebihan bisa membawa hal-hal tak diingin bagi sese0rang. Musibah ini kiranya bisa dijadikan nasihat ….."
Wajah Shiger0 M0m0chi nampak menjadi merah.
Sambil berdiri dia berkata. "Kalau Perguruan menganggap hal ini terjadi lantaran kesalahanku , saya bersedia mendapatkan eksekusi dan melaksanakan seppuku!"
Shiger0 M0m0chi segera hendak mencabut pedangnya.
Hisa0 Matsunaga cepat memegang pundak Shiger0 dan berkata. "Bagi kita 0rang-0rang Jepang melaksanakan seppuku atau harakiri yaitu kematian paling terh0rmat.
Tapi tidak jikalau kita bekerjsama bisa melaksanakan sesuatu yang jauh lebih terh0rmat .. ."
"Katakan apa yang harus saya lakukan!" kata Shiger0 beringas.
"Bukan kau , saja Shiger0. Tapi kita. Semua yang ada di Perguruan ini …”
"Ya.. ya , katakan saja apa yang harus kita lakukan?"
"Pertama , kita harus mengurus mayat Ketua …."
"ltu memang menjadi kewajiban kita para pengurus dan murid Perguruanl Lalu ….?"
"Selanjutnya .kita harus menyelidik siapa pelaku pembunuhan ini…."
"Dan pelaku pencurian!" sambung Shiger0 M0m0chi.
Hisa0 Matsunaga tampak terkejut. "Pencurian? Apa maksudmu?’
"Ada sebuah ampl0p rahasia berisi surat-surat penting lenyap dari laci di ruang rahasia …." Paras Hisa0 Matsunaga jadi berubah.
"Berarti ini bukan pembunuhan biasa. Pasti banyak kaitannya pada hal-hal lain yang tidak terduga ….."
"Aku sudah meminta beberapa 0rang untuk menghubungi para Ketua Ninja guna ikut menyelidik.
Aku juga telah bersumpah jikalau mereka tidak bisa memberikan jawaban atau tidak sanggup membuktikan bahwa kel0mp0k masing-masing tidak terlibat , maka saya akan menumpas semua Ninja di negeri ini hingga habis!"
"Kesetiaanmu untuk membela kematian Ketua sangat saya hargakan Shiger0. Tapi kita harus hati-hati menghadapi para ninja. Jika mereka bergabung kekuatan mereka jauh lebih besar dari kita …"
"Kita bisa menggunakan tangan kel0mp0k 0da N0bunaga untuk membasmi mereka …"
"Betul , tapi ingat … Perguruan punya ketentuan untuk tidak terlibat dan melibatkan diri dengan 0rang0rang Pemerintahan …"
"Lalu mengapa kau sendiri pergi menemui Sh0gun , walau katamu itu atas perintah Ketua ….."
Hisa0 Matsunaga mengangguk pendek. "Justru hal itu diperintahkannya sem0ga saya memberi tahu bahwa Perguruan kita mengh0rmati pihak angkatan perang , para Jenderal , tapi tidak mau melibatkan diri dalam urusan pemerintahan …"
"Kalau begitu kita harus punya cara sendiri untuk menghajar para ninja itu …"
"Jika benar mereka yang membunuh Ketua..:” Shiger0 M0m0chi menatap tajam dengan matanya yang merah pada Hisa0 Matsunaga.
"Apa maksudmu dengan ucapan itu Hisa0? Jelas mereka muncul di sini mengenakan seragam ninja.
Membawa senjata ninja. Bahkan ada dua ninja yang sudah lumat di luar sana bisa kau lihat sendiri keadaan mereka. Dan tampaknya kau hendak meragukan bahwa kematian guru bukan disebabkan 0leh para ninja keparat itu!"
"Tenang Saudaraku …" kata Hisa0 Matsunaga dengan bunyi lembut.
"Sebagai akademi besar , tidak semua 0rang di luar sana suka terhadap kita. Mungkin saja memang ada yang menggunakan tangan ninja untuk menghancurkan kita.
Mungkin juga ada para t0k0h silat kaki tangan pemerintah yang melakukannya lantaran tidak ingin melihat kita sebagai satu kekuatan yang membahayakan mereka …"
"Ah , saya 0rang terbelakang yang tidak bisa mencerna dan berpikir sepintarmu …."
"Kau 0rang pandai. 0takmu cerdik. Aku tahu hal itu. Jangan terlalu merendah Shiger0. Sekarang mari temani saya untuk menyidik ruangan rahasia. Surat penting apa yang telah dicuri ninja …."
Memeriksa 200 laci di ruangan rahasia Perguruan Emerarud0 bukan pekerjaan gampang dan memakan waktu lama. Mereka memang menemui sebuah laci dalam keadaan k0s0ng yaitu laci n0m0r 166. Tapi baik Hisa0 maupun Shiger0 tidak sanggup memastikan surat atau benda apa yang telah lenyap dicuri dari laci tersebut.
Menjelang pagi ke dua pucuk pimpinan Perguruan tersebut keluar dari ruangan rahasia , bergabung dengan pengurus Perguruan lainnya untuk mengatur persiapan upacara perabuah jenarah N0b0ru Kasai.
Sementara itu beberapa tamu yang sudah diberi tahu atas tragedi alam yang menimpa Perguruan telah mulai kelihatan berdatangan.
Kita kembali dulu pada kejadian beberapa waktu sebelumnya setelah ninja memasuki ruangan rahasia Perguruan Emerarud0 , mencuri sebuah ampl0p kuning kemudian melarikan diri setelah lebih dulu mementahkan pengejaran yang dilakukan Shiger0 M0m0chi.
Kelihatan se0rang ninja melarikan diri dan menghilang bersama kepekatan malam b0leh dikatakan tak sanggup ditandingi 0leh siapapun. Di lereng bukit sebelah Selatan ninja yang telah membunuh Ketua Perguruan Emerarud0 itu menyelinap ke balik sebatang p0h0n besar.
dia tegak bersandar ke batang p0h0n. Tangan kanannya mendekap dada kirinya yang terasa mendenyut saki. Dada itulah yang sebelumnya menerima serangan "Lima Jari Dewa" yang sempat dilakukan 0leh N0b0ru Kasai. Dalam gelap ninja membuka pakaian hitamnya.
Jantungnya berdenyut keras ketika dilihatnya ada lima bintik hitam membekas di dada kirinya.
"Celaka ….. ! Tanda ini tidak bisa hilang sekalipun kulitku dikelupas!" Sesaat sang ninja nampak masgul.
Namun bila dia ingat pada ampl0p kuning itu , rasa kawatirnya segera lenyap. Dengan cepat ampl0p kuning dikeluarkannya dari balik pakaiannya. Bagian depan ampl0p ada g0resan pena dalam aksara kanji berbunyi : "Sangat Rahasia. Risalah Pewarisan Pimpinan Perguruan." Ampl0p dibalikkan. Bagian epil0g ampl0p di sebelah belakang selain diikat dengan benang juga disegel dengan lak tebal berwarna merah.
Dengan tangan agak gemetar ninja mer0bek epil0g ampl0p. Dari dalam ampl0p dikeluarkannya lembaran tebal kertas berwarna merah.
"Hah?!”
Sang ninja berseru kaget. Sepuluh lembar kertas merah yang barusan dikeluarkannya dari dalam ampl0p dib0lak-baliknya.
"Aneh! Mengapa semua kertas ini k0s0ng? Tak ada g0resan pena , tak ada apa-apanya! Jangan-jangan saya tertipu! Siapa yang menipu? Sang Ketua ….?" Tak mungkin …. !" Se0lah-0lah tak percaya ninja menyidik kembali kertas-kertas merah itu , melihat ke dalam ampl0p kalau-kalau ada kertas lain yang tertinggal.
Kemudian dengan kesal ampl0p dan kertas merah itu diremasnya hingga lumat. Setelah itu sambil memaki panjang pendek ampl0p dan kertas merah itu dibantingkannya ke tanah! "Kurang didik Benar-benar sialan!"
* * *
TIGA
PENDEKAR 212 Wir0 Sableng tarik kerah baju tebal-nya tinggi- tinggi. Sesaat dipandanginya air sungai kecil di hadapannya yang dalam kegelapan malam seperti membisu tidak mengalir. Barusan dengan susah payah dia mengumpulkan beberapa p0t0ng kayu. Dalam udara lembab dan hirau taacuh begitu rupa hampir tak mungkin mendapatkan kayu kering. Dia telah menghabiskan sek0tak geretan untuk membakar kayu menyalakan api.
Namun sia-sia saja. Sesekali matanya melirik ke arah sebuah watu di atas mana terbaring seek0r kelinci dalam keadaan terikat keempat kakinya..
Dari saku baju tebalnya Wir0 keluarkan b0t0l kaleng berisi sake. Setelah meneguk minuman keras ini dua kali dia merasa tubuhnya menjadi hangat.
"Badanku hangat tapi perutku tetap saja ker0nc0ngan." Dia memandang lagi pada kelinci di atas batu.
"lngin sekali saya cepat-cepat mencicipi bagaimana lezatnya daging kelinci Jepang. Tapi api sialan tak mau hidup …" Apa saya harus mempergunakan senjata mustika itu hanya untuk menyalakan api?" Wir0 garukgaruk kepala.
"Kelihatannya memang tak ada jalan lain …." Murid Sint0 gendeng alhasil keluarkan Kapak Maut Naga Geni 212 dari balik pakaiannya. Dia juga mengeluarkan watu hitam pasangan senjata sakti itu.
Ketika cahaya yang memancar ,dari dua mata kapak menerangi tempat itu , sepasang mata yang semenjak tadi mengintip dibalik kerapatan serumpunan batangbatang bambu membesar lantaran terkejut dan juga kagum. Dalam hati 0rang yang bersembunyi itu berkata.
"Belum pernah saya melihat senjata ibarat itu.
Dari sinarnya saja terang senjata itu mempunyai hawa sakti luar biasa. Pasti inilah senjata yang dipakainya untuk membunuh Arashi si Nenek Badai. Pemuda dari negeri ribuan pulau itu … Aku harus merampas senjata itu. Batu hitamnya sekalian … !"
Di depan tumpukan kayu yang disilang-silang di tanah Wir0 g0s0kkan keras-keras salah satu mata kapak dengan watu hitam di tangan kanannya. Bersamaan dengan itu dia kerahkan tenaga dalamnya.
Wussss!
Lidah api menyambar ke arah tumpukan kayu.
Krekkkk … Terdengar bunyi berkeretakan. Kayu-kayu lembab itu bermetam0rf0sis merah. Sesaat kemudian apipun berk0bar. Ketika api padam , kayu-kayu yang tadinya berair telah bermetam0rf0sis arang merah.
Di balik batang-batang bambu , 0rang yang semenjak tadi mengintip berdecak dalam hati.
"Benar-benar luar biasa. Bagaimanapun saya harus dapatkan senjata itu. Batu hitamnya juga….." Lalu tanpa bunyi dia bergeser dari balik batang-batang bambu itu.
Wir0 simpan kembali kapak sakti dan watu hitam.
Lalu dia melangkah ke arah kelinci. Binatang ini mencicit keras se0lah tahu kalau dirinya sebentar lagi akan dipesiangi.
"Ya … ya kini kau b0leh mencicit , berteriak sesukamu. Asal saja jangan sudah masuk ke perutku kau nanti masih mencicit!"
Wir0 mulai membuka ikatan pada keempat kaki hewan itu. Kalau tadi kelinci ini mencicit keras terus menerus , kini tiba-tiba diam.
"Eh , kenapa membisu … ? ujar Wir0. Dilihatnya sepasang mata kelinci itu memandang sayu dan sesekali berkedip-kedip. Telinganya bergerak-gerak , begitu juga cuping hidungnya. Dari mulutnya yang bergigi-gigi putih kecil terdengar bunyi desah halus.
Tiba-tiba saja ada perasaan tidak enak dalam diri Pendekar 212. "Aneh , mengapa mendadak saya jadi tidak tega membunuh hewan ini …." Wir0 perhatikan lagi kelinci itu. Masih memandang padanya dengan mata sayu dan berkedip.
"Semakin kupandang semakin kasihan saya jadinya … Ah sudahlah. Biar kulepas saja …" Wir0 membungkuk , letakkan kelinci itu di tanah kemudian berkata.
"Kelinci , kau tentu punya emak , punya bapak.
Punya saudara punya sahabat dan hutan belantara. Kau b0leh pergi. Aku tak jadi menyantanmu. Walau perutku ker0nc0ngan kurasa saya masih bisa menahan lapar..Kau bebas. Pergilah …."
Setelah dilepas , kelinci itu tidak segera lari.
Se0lah-0lah berterima kasih dia berpaling ke arah Wir0 , mencicit beberapa kali sambil mengedipkan kedua matanya.
"Ya … ya.. . Pergi sana. .." kata Wir0 pula.
Binatang itu mencicit lagi dan mengedip dua kali kemudian menciptakan l0mpatan tinggi. Namun dia tak pernah masuk lagi ke dalam hutan , bahkan setelah mel0mpat tak sempat lagi menginjakkan kaki-kakinya di tanah.
Sebuah benda melesat dari kegelapan , menyambar ke kepala kelinci itu. Binatang ini mencicit keras kemudian jatuh terhempas ke tanah.
"Astaga!" Wir0 berseru dan cepat mel0mpat.
Kelinci diambilnya dari tanah. Sepasang mata Pendekar 212 mel0t0t besar. Sebuah besi lancip lebih besar dari lidi . menancap tepat di kening kelinci. Pada besi ini menempel sebuah bendera berbentuk segi tiga berwarna merah. Di cuilan tengah bendera , ada g0resan pena Kanji warna hitam berbunyi "Bendera Darah."
"Binatang malang …." desis Wir0. "Aku segaja melepaskanmu. Sekarang ternyata ada 0rang jahat membunuhmu. Kalau memang nasibmu ibarat ini kan lebih baik kau kupanggang dan kusantap saja tadi …"
Wir0 garuk-garuk kepalanya dengan tangan kiri. Lalu diusapnya kepala kelinci itu beberapa kali. Darah yang mengucur dari kepala kelinci meng0t0ri jari-jari tangannya. Perlahan-lahan Wir0 letakkan hewan itu di tanah kemudian dia tegak kembali , memandang berkeliling.
"0rang jahat! Siapa kau yang tega-teganya membunuh kelinciku?!” Aku tahu kau masih berada di sekitar sini! Perlihatkan dirimu!"
Dalam keheningan dan dinginnya udara malam tiba-tiba terdengar bunyi tertawa. Suara tawa ini melengking keras tapi pendek.
"Kurang didik …" kertak Pendekar 212. Dia terang mendegar bunyi tertawa itu. Keras dan dekat tapi anehnya dia tidak bisa mengetahui dari arah mana datangnya.
"0rang itu tampaknya mempunyai ilmu memindahkan suara!" pikir Wir0.
"Hemmm …. Kau tidak berani unjukkan diri ya?!
Apa kau se0rang pengecut atau mungkin tampangmu buruk ibarat d0nburi basi?!"
Tetap hening. Kali ini tampaknya juga tak ada bunyi jawaban. Tapi tidak. Karena tiba-tiba jawaban yang diterima Wir0 yaitu melesatnya sebuah benda merah ke arah kaki kirinya. Sang pahlawan cepat mel0mpat.
Seeettttl Cleeeppp!
Breettt!
Sebuah bendera merah menancap di tanah , tepat di atas mana tadi kaki Wir0 meminjak. Gerakan Wir0 mengelak tadi cepat sekali. Namun sebelum menancap di tanah besi bendera masih sempat mer0bek ujung kaki celana putihnya!
"Bendera aneh itu lagi!" desis Wir0 dengan mata mendelik.
"Si pelempar terang sengaja mencari tantaran.
Bukan cuma mau membunuh kelinci tapi juga mau membunuh diriku!"
Sambil mundur mendekati sebuah p0h0n besar Wir0 memandang berkeliling. Dia sengaja berdiri di depan p0h0n untuk mempersempit ruang serang musuh yang tersembunyi.
"Pemb0k0ng gelap! Apa kau masih tidak mau memperlihatkan diri?!" teriak Wir0.
Baru saja dia berteriak begitu tiba-tiba setttt…. setttt Dua buah Bendera Darah melesat dalam gelapnya malam den menancap di batang p0h0n , hanya seujung kuku jari dari pendengaran kiri kanan sang pendekar! Walau udara hirau taacuh tapi murid Sint0 Gendeng sempat keluarkan keringat dan tengkuknya jadi merinding.
Dia sadar kalau pun dia masih berdiri di sekitar situ , cepat atau lambat dirinya bakal jadi tancapan bendera aneh itu. Walau besi bendera tidak mengandung racun tapi daya bunuhnya tidak bisa dibentuk main.
Memikir hingga di situ Wir0 keluarkan seruan keras.
Kedua kakinya menjejak tanah sambil kerahkan ilmu meringankan tubuhnya. Tubuhnya melesat ke atas.
Settttt …. setttt …. setttt …. sefflt!
Empat Bendera Darah dengan sebat mengikuti gerakan Wir0. Satu mengarah perut , satu mencari target di basian dada dan dua menyambar ke arah kepala.
"Kurang ajar!" rutuk Pendekar 212.
"Si pemb0k0ng benar-benar inginkan nyawaku!
Siapa dia … Kaki tangan 0rang-0rang lembah H0zu?’ (Mengenai silang sengketa Pendekar 212 dengan 0rang0rang Lembah H0zu , ikuti serial Wir0 Sableng berjudul "Pendekar Gunung Fuji")
Masih melayang di udara Wir0 menciptakan gerakan jungkir balik. Ke dua tangannya serentak lepaskan pukulan tangan k0s0ng yang menghamburkan angin deras.
Empat Beqaera Darah bukan saja berhasil dihindar tap!
malah dibentuk mental. Tetapi murid Sint0 Gendeng jadi tersentak kaget ketika melihat apa yang terjadi. Empat buah Bendera Darah yang kena hantaman pukulan tangan k0s0ngnya tadi tiba-tiba berbalik. Dua diantaranya kelihatan r0bek. Empat bendera merah Empat bendera merah ini berkibar aneh. Lalu ibarat did0r0ng 0leh kekuatan hebat , empat bendera itu melesat berpencaran dan kembali menyerang Wir0 di empat sasaran!.
"Kurang ajar! ini bukan main-main!” Wir0 Cepat mel0mpat kebalik serumpun semak belukar. Sambil mel0mat dia lepaskan pukulan ”Tameng Sakti Menerpa Hujan”.
Dua buah Bendera Darah r0bek dan menancap pada rerumpunan semak belukar. Satu diantaranya malah tepat di depan hidung Pendekar 212 hingga kembali murid Sint0 Gendeng keluarkan keringat dingin.
Yang dua lagi berhsrsil dihantam luruh ke tanah.
Hebatnya meski jatuh namun dua bendera ini tidak tergeletak begitu saja melainkan jatuh dengan tetap menancap di tanah!.
Di balik kerapatan batang-batang bambu di tepi sungai terdengar bunyi 0rang berdesah. Sepasang pendengaran Wir0 menangkap bunyi desah itu. Tanpa Pikir panjang dia segera menghantam ke arah P0h0n bambu.
Pukulan yang dilepaskannya kali ini yaitu dalam jurus "segulung 0mbak menerpa karang." Terdengar bunyi ibarat 0mbak besar bergulung di Pantai. Lalu wusss…. braaakkkk ….. ! Rumpunan batang bambu di depan sana laksana dihantam angin kencang , hancur rambas berantakan.
"K0s0ng! Tak ada siapa-siapa di tempat itu!” seru Wir0 dengan pandangan kaget.
Baru saja dia berseru demikian dan belum habis rasa kagetnya tiba-tiba dari atas terdengar Suara seek0r berkesiuran.
"Bendera keparat!" teriak Wir0.
Tiga buah Bendera Darah melesat dengan kecepatan setan dari atas p0h0n besar. Membuat dia lagi-lagi dipaksa jungkir balik selamatkan diri.
Cleeppp!
Bendera Darah pertama menancap amblas ke dalam tanah.
Kraakkkk!
Bendera Darah ke dua menghantam watu kali dan menancap di watu itu!.
“Gila! Kalau benar benda itu bisa menancap di watu , kekuatannya benar-benar luar biasa! Bat0k kepala pasti tembus!”
Namun Wir0 tidak sempat berpikir panjang. Dia merasa lututnya g0yah ketika menyadari Bendera Darah ketiga menyusup di bahunya , mer0bek baju tebalnya kemudian ada rasa sakit dikulit pundak sebelah kiri. Pertanda ada daging bahunya yang kena ditembus besi bendera.
Rasa sakit mula-mula tidak terasa lantaran saking cepatnya gerakan besi itu menembus. Wir0 ulurkan tangan kanannya ke pundak kiri dan cabut bendera yang menancap di bahunya itu sementara baju tebalnya kelihatan merah 0leh darah yang keluar dari luka.
Sambil menggenggam bendera merah yang dicabutnya dari pundak kiri Wir0 mend0ngak ke atas. Dalam kegelapan kurang jelas dilihatnya satu s0s0k aneh tegak di cabang terendah.
"Mahluk apa di atas p0h0n pikir Wir0.
"S0s0knya ibarat manusia…. tapi tak terang kepala tak kelihatan mukanya …."
"Setan ganjal di atas p0h0n! Apa kau tak berani turun ke tanah?!"
S0s0k di atas p0h0n keluarkan tawa melengking keras tapi pendek. Tubuhnya kemudian tampak melesat ke atas kemudian berputar jungkir balik. Di lain kejap dia mel0mpat ke bawah , menukik laksana seek0r alap-alap menyambar mangsanya.
"Makan benderamu sendiri!" hardik Wir0.
Tangan kanannya yang memegang bendera merah melempar ke atas. Bendera Darah menderu ke arah Ubun-ubun kepala s0s0k yang ketika itu melayang sebat ke bawah.
"Huh!"
0rang yang melayang turun keluarkan bunyi terkejut ketika melihat bendera miliknya sendiri kini dilempar 0rang ke arah bat0k kepalanya. Dalam kejutnya dia bertindak damai sekali. Sambil miringkan tubuh ke kiri dia malah sengaja menyambut Serangan bendera dengan dada kirinya. Cleppp! Bendera itu menyusup dan lenyap di tubuhnya se0lah seek0r burung yang melesat masuk ke sarangnya!
Rasa heran Pendekar 212 berubah jadi terkejut besar ketika sesaat kemudian dia melihat s0s0k Yang tegak di hadapannya. "Gila! Seumur hidup gres sekali ini saya melihat mahluk macam begini!"
* * *
EMPAT
Di hadapan Wir0 ketika itu tegak ses0s0k tubuh yang mulai dari kaki hingga ke kepala tertutup 0leh puluhan , mungkin ratusan bendera-bendera kecil berwarna merah. Dari wajahnya hanya sepasang matanya saja yang kelihatan. Memandang tajam tak berkesip pada Pendekar 212 Wir0 Sableng.
"Aneh , mahluk ini terbungkus bendem kaki tangan , tubuh hingga kepala. Apakah dia tidakmengenakan pakaian? Tak bisa kuterka apa dia lelaki atau perempuan …."
Diam-diam Wir0 mencium ibarat ada bau harum muncul di tempat itu bersamaan dengan kemunculan mahluk aneh ini.
Untuk sesaat lamanya dua 0rang itu hanya berdiri . tegak saling pandang tanpa bicara.
"Hemmm …" Murid Sint0 Gendeng alhasil bergumam.
"Rupanya saya berhadapan dengan hantu penjual bendera!"
Diejek ibarat itu sepasang mata 0rang yang bekujur tubuh dan mukanya tertutup bendera-bendera merah kelihatan membesar. Walau terang murka namun dia tetap membisu , tak menciptakan gerakan apa-apa.
"Tukang bendera! Kau membunuh kelinci itu , Kau juga menyerang dengan maksud membunuh. Padahal antara kita tidak ada silang sengketa. Bertemu pun gres kali ini! Bahkan tampangmu yang tersembunyi dibalik kain-kain p0p0k merah itu tak pernah kulihat!"
Dari tengg0r0kan 0rang dl hadapan Wir0 terdengar bunyi menggeru. Lalu dia membentak.
"0rang asing! Lagakmu s0mb0ng! Penghinaanmu keliwatan. Kau b0leh menghina diriku! Tapi menghina bendera-benderaku sebagai kain p0p0k tak sanggup kuterima! Penghinaan atas Bendera Darah berarti mati!"
Wir0 segara saja maklum kalau mahluk yang ada dihadapannya itu tidak bicara dengan bunyi aslinya tapi mempergunakan bunyi perut. Dia lantas ingat Akik0 Bessh0 , murid mendiang Hir0t0 Yamazaki dari Gunung Fuji yang juga andal mempergunakan ilmu bunyi dari perut. Wir0 sendiri sempat berguru cara bicara dengan perut itu dari Akik0 walaupun belum tuntas. Maka diapun rubah suaranya. kerahkan tenaga dalam ke perut dan bicara menirukan bunyi ibarat kambing.
"0h , jadi yang kukira kain p0p0k itu yaitu Bendera Darah! Pantas ganas amat!" Mahluk yang terbungkus bendera jadi murka dan juga kaget. Marah lantaran lagi-lagi Wir0 menghina Bendera Darahnya.
Terkejut lantaran tidak menyangka perjaka asing itu juga bisa menggunakan bunyi perut malah meniru bunyi kambing!
"Dengar …. Sebelum kubunuh katakan dulu dari mana kau berguru bicara dengan bunyi perut itu?!”
"Eh , perlu apa kau bertanya? Aku mau berguru dari hantu atau jin atau dari siapa saia apa urusanmu?!"
"Hemmm begitu …… Berarti kau mempercepat ketika kematianmu!" Mahluk bendera gerakkan kedua tangannya.
"Tunggu dulu!" seru Pendekar 212.
"Katakan mengapa kau ingin membunuhku!"
"Sekedar untuk menebus nyawa Nenek Arashi yang kau bunuh beberapa waktu kemudian …" Wir0 terkejut.
”Apa hubunganmu dengan nenek jahat itu?!" tanya Wir0.
"Kau bisa tanyakan sendiri padanya nanti di alam abadi ltupun kalau kau bisa ketemu dia…!" 0rang itu menjawab kemudian tertawa keras.
Dua tangannya bergerak. Terdengar bunyi settt….
settt…. Empat kali berturut-turut. Wir0 hampir tak melihat kapan 0rang itu mencabut bendera-bendera kecil di tubuhnya tahu-tahu empat Bendera Darah melesat ke arahnya!
Murid Eyang Sint0 Gendeng berseru keras. Tubuhnya berkelebat lenyap. Bersamaan dengan itu dia menghantam ke depan dengan tangan kiri. Lepaskan pukulan "kunyuk melempar buah." Dua buah Bendera Darah mental dan r0bek kemudian menancap di tanah. Dua lainnya terus meluncur mengejar ke arah mana perginya sasaran.
Wir0 kertakkan gerahamnya ketika melihat dua Bendera Darah secara luar biasa bisa mengejar dan menyambar ke arah perut dan dadanya.
Trang …. bang …. !
Terdengar dua kali bunyi berdentrangan. Dua kali berturut-turut bunga api memancar terang dalam kegelapan malam.
Lalu wusss …. wusss!
Dua Bendera Darah terbakar di udara. Begitu punah dua batang besi kecil yang jadi tiang bendera luruh ke tanah. Sekali ini tak bisa menancap ibarat sebelumnya!
Mahluk kendera terkesiap kaget. Dua matanya memandang tak berkesip ke arah tangan kanan Wir0 dimana tergenggam watu hitam empat persegi panjang pasangan Kagsak Maut Naga Geni 212. Dengan benda inilah rupanya tadi Wir0 menangkis serangan dua dari empat Bendera Darah. Wir0 sendiri tidak menyangka kalau watu api itu bukan saja sanggup menangkis serangan Bendera Darah tapi waktu bentr0kan tadi sekaligus membakar kain bendera!
”Batu itu. .. ” Manusia bendera membatin.
"Lalu kapaknya tadi … Aku harus mendapatkan nya! Musti!"
"Gaijn….Aku mungkin bisa melupakan pembunuhan atas diri Nenek Arashi yang kau lakukan kemudian membebaskanmu dari kematian. Asal kau mendapatkan syarat yang bakal saya katakan …" Wir0 menyeringai.
"Setan ganjal ini rupanya punya rencana tersembunyi …" katanya dalam hati. Lalu ,
"Tadinya saya memang sudah siap-siap menghadapi kematian. Sekarang kau bilang mau membebaskan diriku. C0ba katakan apa syaratmu itu …"
"Serahkan watu hitam itu. Juga senjata berbentuk kapak yang kau simpan di balik pakaian…"
Wir0 sesaat jadi mel0ng0. Lalu dia tertawa gelakgelak.
"Aku merasa tidak ada yang lucu. Mengapa harus tertawa segala? Kau harus bersyukur tak jadi kubunuh!" Wir0 tersenyum kemudian berkata.
"Memang tidak ada yang lucu. Tadinya kau kukira se0rang penjua! bendera. Ternyata kau yaitu se0rang peramp0k tengik yang ingin barang 0rang lain!"
"Kau menetapkan untuk tidak mau menyerahkan dua barang yang kuminta itu?" nada bunyi insan bendera mengandung ancaman.
"Kira-kira begitu …" jawab Wir0 seenaknya.
"Berarti kematian sudah diambang pintu. Kasihan , tiba dari jauh hanya untuk mengantar nyarwa.
Mayatmu pun tak akan ada yang mengurus!”
"Kalau kau kira saya memang akan mati ditanganmu , apakah kau hendak titip salam buat Nenek Arashi di akhirat?!" ejek Wir0 pula.
Manusia bendera berteriak marah. Tubuhnya berkelebat.
Tangannya kiri kanan beqerak. Sepuluh bendera yang menempel di tubuhnya berkelebat. Wir0 tak tinggal diam. Batu hlam dibabatkan ke depan sedang tangan kiri lepaskan dua pukulan sakit berturut-turut.
Bummmm!
Bummmm!
Manusia bendera tampak terhuyung-huyung tapi hanya sebentar. Belasan bendera yang menempel menutupi badannya tersibak jawaban pukulan Wir0 tadi cepat-cepat dirapikannya. Memandang ke depan empat buah Bendera Darah dilihatnya musnah terbabakar. Dua menancap di p0h0n , dua lenyap dalam kegelapan malam tapi dua buah lagi walau tidak tepat berhasil menancap di tubuh lawannya!
Wir0 menyeringai kesakitan. Sebuah Bendera Darah menancap menyisi pinggiran paha kirinya. Darah mengucur membasahi kaki celana putih yang dikenakannya.
Bendera Darah ke dua menyambar rusuk kanan , menyusup dekat tulang iga sebelah luar!.
"Aku masih mau memberi kesempatan sem0ga kau berubah pikiranl Bagaimana?!" Mahluk bendera berkata.
"Mahluk edan! Biar saya kembalikan dulu dua benderamu ini!" jawab Wir0. Dengan cepat dia cabut dua bendera yang menancap di tubuhnya. Namun sebelum dia sempat melemparkan senjata itu ke arah pemiliknya tiba-tiba insan bendera gerakkan badannya.
Terjadilah hal yang luar biasa. Tiga puluh Bendera Darah yang menempel di badannya melesat.
Dengan mengeluarkan bunyi menderu laksana angin kencang menggidikkan bendera-bendera itu menyambar ke arah Pendekar 212 Wir0 Sableng.
"Celaka! Aku tak punya kesempatan mengelak atau menangkis!" Wir0 terpaksa Iepaskan dua bendera yang dipegangnya kemudian pergunakan watu api untuk menangkis sebisanya. Gerakannya untuk mencabut Kapak Maut Naga Geni 212 tidak sanggup tidak tetap akan kedahuluan 0leh serangan tiga puluh Bendera Darah yang menyerbu laksana angin kencang itu!
"Ah , saya benar-benar mati di tangannya!" kata Wir0.
Dia masih berusaha jatuhkan diri walau sadar hal ini yaitu sia-sia saja sementara puluhan Bendera Darah menderu ganas.
Tiba-tiba satu teriakan keras menggema dari arah sungai kecil.
"Y0ri! Jangan bunuh dia!" Mahluk bendera tersentak kaget.
Saal itu di pertengahan sungai kelihatan se0rang gadis berkim0n0 biru berdiri di atas sebuah bahtera kecil yang meluncur dengan cepat. Sebelum ujung bahtera menyentuh pinggiran sungai gadis ini sudah melesat sambil cabut sebilah katana dan siap menyerbu kirimkan tangkisan untuk membendung serangan puluhan Bendera Darah walau dia maklum bahwa tidak seluruhnya bendera-bendera maut itu bisa diruntuhkannya.
Paling tidak sebagian besar masih akan menancap di tubuh Wir0.
"Ah dia …!" kata mahluk bendera dalam hati.
Kedua matanya bersinar ibarat mau marah. Namun tiba-tiba saja dia menyentakkan kepala dan melambaikan kedua tangannya ke belakang seraya berseru. "Bendera kembali!"
Terjadilah hal yang luar biasa. Puluhan Bendera Darah yang menyerbu ke arah Wir0 tiba-tiba tegak dan berkibar. Lalu secara aneh bendera-bendera ini berputar. Se0lah-0lah ditarik 0leh kekuatan besi berani yang hebat , semua bendera melesat berbalik dan menyusup di antara puluhan bendera yang menempel di tubuh insan bendera.
Gadis yang mel0mpat dari atas bahtera menginjakkan ke dua kakinya di tanah. Di ketika yang sama insan bendera membungkuk dalam-dalam hingga tiga kali kemudian putar tubuhnya.
"Y0ri! Tunggu!" seru si gadis berkim0n0 biru sambil berusaha mengejar.
Tapi si insan bendera itu sudah lenyap di telan kegelapan malam.
Wir0 menarik nafas lega dan berpaling ke kiri.
"Sahabatku n0na Akik0 Bessh0. Syukur kau tiba … !”
"Kau tak apa-apa?" tanya gadis kim0n0 biru sambil matanya meneliti sekujur tubuh Pendekar 212.
"Ah , kau terluka di tiga tempat. Bahu , paha , dan rusuk …." Besi bendera itu tidak beracun. Tapi lukamu cepat harus dirawat. Lewat dari tiga hari luka itu akan membusuk …"
"Dan saya bisa mati …?”
Si gadis menggeleng. "Mati ya tidak. Cuma kau mungkin akan catat seumur hidup. Salah satu tangan atau kakimu bisa-bisa lumpuh …."
"Bendera-bendera merah kurang ajar. Kau tadi kudengar menyebut nama mahluk aneh itu. Dia insan atau apa … ? Lelaki atau perempuan ….?"
"Maafkan aku. Aku tak bisa menerangkan siapa dirinya … !”
"Jadi kau bekerjsama kenal Siapa dia adanya?" tanya Wir0.
"Lupakan dia , Yang terang kau selamat Aku bahagia bisa bertemu kau di sini …."
"Aku juga … Tapi saya merasa aneh. Kita bersahabat.
Dan kau ternyata kurang percaya padaku. Tak mau menceritakan siapa adanya insan aneh tadi.
Lalu kulihat dia ibarat takut padamu dan cepat-cepat berkelebat pergi … ."
"Sudahlah , lupakan saja mahluk yang kau anggap aneh itu ," kata Akik0 Bessh0. Lalu dari sebuah kant0ng kain yang dikeluarkannya dari balik bajunya Akik0 Bessh0 mengambil sebutir 0bat berwarna merah dan diberikannya pada Wir0.
"Lekas telan. Lukamu pasti sembuh dalam temp0 satu hari …." Wir0 memasukkan 0bat itu ke dalam mulutnya. Mendadak saja dia ibarat mau muntah. 0bat yang dimulutnya hampir mel0mpat keluar.
"T0l0l! Kau ibarat anak kecil saja! Jangan dihisap. Itu bulan gula-gula! Langsung telan!"
"0bat apa ini! Sepahit tahi setan!" teriak Wir0.
"Ngac0kl Apa kau sudah pernah makan k0t0ran setan?!" ujar Akik0 pula menahan tawa. Wir0 cepat telan 0bat dalam mulutnya. Begitu 0bat pahit lewat ditengg0r0kannya dia menarik nafas lega.
"Terima kasih Akik0 ," kata Wir0.
"C0ba ceritakan bagaimana kau berada di tempat ini. Bukankah kita akad bertemu bulan purnama di muka di desa Kitan0 di . . kaki gunung Mitaka? Kau sengaja mencariku. Kangen atau bagaimana ….?" Kata-kata Pendekar 212 itu menciptakan wajah Akik0 Bessh0 menjadi bersemu merah. Wir0 tertawa lebar dia menarik tangan Akik0 mengajaknya duduk dekat perapian.
"Aku dalam perjalanan ke Ki0t0. Se0rang sahabat mendiang Sensei meninggal dunia. Kematiannya tidak wajar. Dibunuh 0leh ninja…:”
"Ninja…"desis Wir0.
"Aku tidak mengerti bagaimana ada insan atau kel0mp0k insan ibarat mereka. Melakukan apa saja demi uang! Bahkan membunuh bayi sekalipun mereka tega!"
”Mereka memang ganas dan kejam. Lebih kejam dari 0rang-0rang Lembah H0zu yang pernah kita. hadapi dulu ….”
"Heran , mengapa Kaisarmu tidak menumpas mereka”
"Sulit. Karena 0rang-0rang atau pejabat-pejabat tinggi sendiri banyak mempergunakan tenaga mereka.
Para samurai tak sanggup menumpas mereka. Selain kepandaian pahlawan samurai jauh dibawah para ninja , juga adanya pejabat-pejabat tinggi tadi yang tetap menginginkan adanya ninja baik untuk kepentingan perjuangan dagang mereka , jabatan maupun keamanan."
"Sebetulnya akupun tadi dalam perjalanan menuju Ki0t0 …." kata Wir0 pula.
"Kalau kau memang mau pergi sama-sama , tentu saja saya tidak keberatan. Tapi ada syarat! Jangan mencari kasus dan berbuat yang aneh-aneh. Aku ke sana untuk melayat , bukan untuk bersenang- bahagia …." Wir0 tersenyum. Sambil garuk kepala dia menjawab.
"Bagiku , bisa pergi sama-sama tidak merupakan kesenangan tersendiri..!’
"KaIau begitu ay0 kita berangkat sekarang. Ki0t0 masih cukup jauh dan kita harus jalan kaki …”
"Bagaimana dengan ilmu pukulan matahari. Kau masih terus melatih diri?" tanya Wir0.
Akik0 Bessh0 mengangguk. "Daya hantamku jauh lebih besar. Aku berterima kasih kau telah mengajarkan ilmu pukulan sakti itu. Lalu bagaimana dengan ilmu bicara dari Perut yang saya ajarkan padamu. Kau sudah bisa?
"Wah , saya harus banyak berlatih. Kadang-kadang Yang keluar bukan bunyi insan tapi bunyi binatang…" jawab Wir0 hingga Akik0 Bessh0 tertawa geli.
"Sahabat gurumu yang dibunuh ninja itu , siapakah dia? ” tanya Wir0 sambil melangkah cepat di sa Akik0.
"Namanya N0b0ru Kasai. Ketua Perguruan silat Emerarud0” jawab Akik0 sambil lebih mempercepat jalannya (siapa adanya gadis Jepang berjulukan Akik0 Bess0 ini harap baca Serial Wir0 Sableng bejudul "Pendekar Gunung Fuji").
* * *
LIMA
Di dalam ruangan itu berkumpul para pucuk pimpinan Perguruan Emerarud0. Hisa0 Matsunaga duduk bersebelahan dengan Shiger0 M0m0chi. Di hadapan mereka duduk empat 0rang tua-tua Perguruan mengapit se0rang anak lelaki berusia 14 tahun. Anak ini yaitu Akira , putera tunggal mendiang Ketua N0b0ru Kasai.
Keheningan menggantung beberapa lamanya.
Hisa0 Matsunaga mengusap dadanya beberapa kali kemudian terdengar dia batuk-batuk.
"Wakil Ketua , kau agak kurang sehat rupanya … ?
tanya se0rang bau tanah sesepuh Perguruan yang duduk di hadapan Hisa0.
"Mungkin masuk angin. Sehabis berjalan jauh ke Ki0t0 dua hari kemudian …" jawab Hisa0 Matsunaga sambil mengusap dadanya kemudian menarik nafas panjang. Dia melirik pada Shiger0 M0m0chi yang duduk ibarat terkantukkantuk di sampingnya. "0rang ini pasti habis meneguk minuman keras lagi …" kata Hisa0 dalam hati. Lalu dia memandang pada Akira Kasai sesaat dan berkata.
"Akira-san …Kami sengaja mengikut sertakan kau dalam pembicaraan penting ini lantaran sebagai putera mendiang Ketua Perguruan kami menganggap kau harus tahu akan segala pembicaraan maupun rencana Perguruan …"
Akira Kasai membungkuk dalam dalam kemudian menjawab.
"Saya berterima kasih atas keh0rmatan ini!”
"Seperti kita ketahui dua hari dari kini mayat Ketua N0b0ru Kasai akan diperabukan ," kata Hisa0 meneruskan ucapannya tadi.
"Sesuai ketentuan Perguruan , sebelum hal itu dilakukan sudah harus ditentukan dan diumumkan siapa pengganti dia yang akan menjabat sebagal Ketua Perguruan. Sejak puluhan tahun silam sudah ada ketentuan bahwa se0rang Ketua menciptakan semacam surat warisan di dalam mana dia menyebutkan siapa penggantinya jikalau lantaran satu dan lain hal dia tidak lagi bisa memegang jabatan sebagal Ketua. Apapun isi surat warisan itu atau siapapun yang ditunjuk menjadi penggantl tidak ada se0rangpun yang b0leh membantah.
Semua harus tunduk dengan isi surat warisan. Aku dan Shiger0 M0m0chi sudah menyidik di semua tempat termasuk Ruangan Rahasia Perguruan dan kamar pribadi mendiang Ketua. Namun surat itu tak ditemukan.
Kita semua tahu , malam itu tiga 0rang ninja menyerbu ke sini. Mereka bukan saja berniat membunuh Ketua tapi dari penyelidikan ternyata mereka juga mencurl surat penting itu. Walau yang dua terbunuh , satu-satunya yang melarikan dirl agaknya telah berhasil mencuri dan melarikan surat itu. Waktu kita hanya sedikit Kurang dari dua hari. Dalam waktu yang sangat singkat itu kita harus menemukan surat itu. ..!”
Shigem M0m0chi yang duduk ibarat terkantukkantuk dikejutkan 0leh pertanyaan Hisa0 Matsunaga.
"Shiger0 , apakah sudah ada kabar dari 0rang0rang kita yang kau suruh menghubungi para Ketua Ninja ….?!” Shiger0 M0m0chi usap mukanya.
"Maafkan , saya kurang mendengar pertanyaanmu tadi Hisa0 …"
"Kau kelihatan sakit atau mengantuk Shiger0? Tanya Hisa0 berusaha menahan jengkelnya.
"Dalam urusan penting begini rupa bagaimana mungkin dia tidak hirau dan malah mengantuk?!" Se0rang bau tanah sesepuh Perguruan membuka mulut.
"Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga tadi menanyakan apa sudah ada kabar dari 0rang-0rang yang disuruh untuk menghubungi para Ketua Ninja …. ?"
"0h itu. .." Shiger0 usap lagi mukanya.
"Belum ….belum" katanya sambil menggeleng.
"Mereka belum kembali. …"
Hisa0 Matsunaga menarik nafas dalam.
"Kalau hingga ketika terakhir mayat diperabukan surat itu belum ditemukan dan Perguruan belum mengangkat Ketua yang gres , apa yang harus kita lakukan?"
Salah se0rang bau tanah yang duduk di sebelah Akira Kasai membungkuk kemudian menjawab. "Menurut aturan , walau ini tidak pernah terjadi sebelumnya , jabatan Ketua sementara dipegang 0leh istri atau putra mendiang Ketua. Karena mendiang Ketua tidak punya istri maka jabatan itu dipercayakan pada puteranya … !” Semua mata ditujukan pada Akira Kasai.
"Aku tidak pernah melihat aturan itu secara tertulis ," tiba-tiba Shiger0 M0m0chi membuka mulut.
"Dan saya merasa aturan itu tidak benar. Perguruan bukan Kerajaan dimana tahta atau pucuk pimpinan diserahkan pada se0rang putera jikalau sang raja meninggal. Aku lebih suka jikalau tanggung jawab Perguruan untuk sementara berada di tangan kel0mp0k pimpinan …"
Sesaat keadaan di tempat itu menjadi hening.
Tiba-tiba Akira Kasai membungkuk.
"Akira-san , kau hendak menyampaikan sesuatu’" tanya Hisa0 Matsunaga.
"Kalau diperkenankan paman Wakil Ketua…" jawab anak lelaki itu.
"Kedudukanmu sama dengan kami. Makara kau berhak bicara ," kata Hisa0 Matsunaga sambil senyum.
"Kau tak usah malu apalagi merasa takut.
Bicaralah …."
Setelah membungkuk sekali lagi maka anak itupun mulai bicara.
"Maafkan saya lantaran gres ketika ini memberikan apa yang saya ketahui…. ini menyangkut surat warisan atau surat penunjukan siapa yang jadi pengganti mendiang Ayah. Surat itu ada di Puri Sanzen. Disimpan 0leh se0rang pendeta berjulukan K0m0. .."
Semua 0rang yang ada di situ tentu saja jadi terkejut lantaran tidak menyangka akan mendengar keterangan itu dari ekspresi Akira Kasai.
"Akira san …" kata Shiger0 M0m0chi dengan nada penasaran. "Kenapa gres kini kau bilang? Padahal kau tahu kita semua sudah kelabakan mencari surat itu!"
"Harap maafkan. Saya tak berani bicara lantaran takut kesalahan dan para 0rang bau tanah di sini menganggap diri saya lancang … ." Hampir saja Shiger0 M0m0chi hendak mendamprat anak itu. Tapi Hisa0 Matsunaga cepat berkata.
"Bagaimana ceritanya surat itu berada di tangan pendeta K0m0 dan bagaimana kau mengetahui hal itu Akira-san?”
"Sekitar satu bulan kemudian Ayah sendiri yang menyuruh saya mengantarkan surat itu ke Puri Sanzen dan menyerahkannya pada pendeta K0m0. Agaknya Ayah ibarat sudah punya firasat ada sesuatu yang bakal terjadi atas dirinya. Menurut pesan Ayah pada pendeta K0m0 , surat itu hanya saya yang bisa mengambil kemudian menyerahkannya pada para Wakil ketua Perguruan …" Shiger0 M0m0chi menggelengkan kepala.
"Sepertinya mendiang Ketua tidak percaya pada kita semua … Aku merasa malu diperlakukan ibarat itu…" Hisa0 Matsunaga batuk beberapa kali sambil usap usap dadanya. Dia berkata untuk mendinginkan suasana.
"Aku rasa mendiang Ketua melaksanakan hal itu tentu ada sebabnya. Buktinya , kalau dia tidak berbuat begitu surat penting tersebut pasti sudah jatuh ketangan ninja!" Walau wajahnya masih memperlihatkan ketidak senangan tapi Shiger0 M0m0chi membisu saja.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya salah se0rang tua.
"Aku dan beberapa murid Perguruan akan mengantar putera mendiang ketua ke Puri Sanzen. Puri itu cukup jauh dari sini. Jika berangkat malam ini dan berhenti istirahat di beberapa tempat , gres bes0k petang akan kembali. Mengingat pulera Ketua tak bisa menunggang kuda maka delapan 0rang akan bergantian menandunya. Akira-san kau lekas bersiap-siap. Aku akan mengatur segala sesuatunya ,.."
Hisa0 Matsunaga segera berdiri. Sebelum melangkah ke pintu dia berpaling pada Shiger0 M0m0chi.
"Shiger0 , selama kami pergi semua hal di akademi menjadi tanggung jawabmu. Yang lain-lain supaya membantu termasuk menyambut para tamu yang tiba melayat." Shiger0 M0m0chi membisu saja.
Agaknya dia tidak suka akan ucapan Hisa0 tadi yang seperti memerintah dan menciptakan dia berada dalam kedudukan lebih rendah.
AKlRA Kasai memandang pada tandu yang sebentar lagi akan membawanya ke Puri Sanzen. Saat itulah se0rang anak lelaki seusia Akira dan sama-sama mengenakan kim0n0 warna merah melangkah mendekati Akira dan menegur.
"Akira , ku dengar kau mau berangkat ke Puri Sanzen …" Akira Kasai berpaling. Dia tertawa lebar ketika melihat siapa dihadapannya. Ken0 sahabat sebaya dan sepermainan.
"Betul Ken0 , saya harus pergi …"
"Malam-malam begini? Aku kawatir …"
"Aku ditemani paman Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga. Apa yang harus dikawatirkan?Wjar Akira pula.
"Akira , saya mimpi buruk. Kau jatuh ke dalam jurang yang dasarnya penuh dengan batu-batu merah membara. Aku takut akan terjadi apa-apa dengan dirimu dalam perjalanan..!” Akira Kasai tersenyum dan pegang pundak temannya itu.
"Kau sahabat yang baik. Aku pergi cuma sebentar. Bes0k juga sudah kembali … D0akan saja supaya saya selamat pergi dan kembali!”
"Bagaimana kalau saya ikut bersamamu?” tanya Ken0.
"Tentu saja saya suka. Tapi paman Wakil Ketua belum tentu mau mengizinkan ," jawab Akira.
"Kalau begitu sebelum ada yang melihat biar saya sembunyi duluan dalam tandu …"
"Heh! Kau benar-benar k0ny0l Ken0 …."
"K0ny0l atau apapun katamu p0k0knya saya harus ikut!"
"Kalau kau memaksa terserah saja. Lekas masuk ke dalam tandu ,..!” kata Akira sambil memandang berkeliling takut ada yang melihat.
* * *
ENAM
SEBETULNYA Puri Sanzen terletak tidak terlalu jauh dari bukit dimana Perguruan Emerarud0 berada. Hanya saja jalan menuju ke Puri itu sangat sulit , buruk dan berbatu-batu. Disamping itu pendakian dan penurunan tiba silih berganti hingga r0mb0ngan yang dipimpin 0leh Hisa0 Matsunaga tidak bisa bergerak cepat.
Menjelang dinihari ketika r0mb0ngan bergerak perlahan dan tertatih-tatih melewati sebuah pendakian curam , dari puncak pendakian tiba-tiba muncul tujuh s0s0k hitam.
"Shin0bi!" kata Hisa0 Matsunaga dengan bunyi bergetar.
"Ninja!" teriak beberapa 0rang angg0ta r0mb0ngan hampir berbarengan.
"Eh , apa yang terjadi …?" ujar Akira Kasai di dalam tandu ketika mencicipi tandu yang diusung 0leh empat 0rang anak murid Perguruan tiba-tiba diturunkan ke tanah. Lalu mendadak pula terdengar bunyi beradunya pedang.
Ken0 yang berbaring di lantai cepat berdiri dan enyingkap tabir epil0g jendela kecil di dinding tandu.
Dia mengintai keluar. Suaranya bergetar ketika berpaling pada Akira dan berkata.
"R0mb0ngan kita diserang ninja , Jumlah mereka lebih dari lima. Kelihatannya Wakil Ketua dan anak murid Perguruan berada dalam keadaan terdesak …"
"Apa yang harus kita bkukan ….?" tanya Akira Kasai , Tangan kanannya meraba katana pendek yang tersisip di pinggang. Walau wajahnya tidak memperlihatkan rasa takut tapi getaran suaranya cukup menjadi menunjukan bahwa anak ini merasa sangat kawatir.
"Mimpiku jadi kenyataan. Ninja-ninja hitam itu pasti mengincar dirimu … !"
"Mengincar diriku? Mengapa? Apa salahku … ?’
"Aku juga tidak tahu. Tapi saya merasa dirimu dalam ancaman Akira. Lekas kau menyelinap keluar. Segitu hingga di luar cepat lari ke Puri Sanzen …"
"Apa maksudmu? Apa yang hendak kau lakukan?!" tanya Akira.
"Sudah. Waktu kita tidak banyak. Lekas pergi …" kata Ken0. Lalu dipeluknya temannya itu erat-erat!.
Akira balas memeluk sambil berkata. "Aneh kau ini Ken0. Kau memelukku ibarat kita akan berpisah dan tidak bertemu lagi … !’
"Lekas pergi …. Aku mendengar bunyi jeritn wakil Ketua … Dia pasti terluka. Keadaan benar-benar sangat berbahaya! Larilah! Ambil jalan rahasia yang kita temukan waktu main-main di hutan dulu. Kau ingat?!"
Akira mengangguk dengan gerakan kaku. Ken0 menggeser pintu d0r0ng tandu kemudian menarik lengan kawannya. Putera mendiang N0b0ru Kasai ini mau tak mau alhasil keluar juga dari dalam tandu itu.
"Ken0…?" ujar Akira.
Tapi Ken0 sudah menutup pintu dari dalam tandu.
Akira Kasai memandang berkeliling. Tempat dia berdiri berada dalam bayang-bayang gelap p0h0n besar hingga dirinya tersamar tidak kelihatan. Kuduknya merinding ketika melihat bagaimana murid-murid Perguruan Emerarud0 bertahan mati-matian terhadap serangan yang dilancarkan 0leh tujuh 0rang ninja.
Se0rang ninja berhasil dibunuh , satunya lagi tergeletak antara sadar dan pingsan. Namun seluruh r0mb0ngan 0rang-0rang Perguruan Emerarud0 sudah bergeletakan jadi mayat , kecuali Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga.0rang ini tersungkur di tepi jalan , berusaha merangkak mencapai tandu.
Akira memutar kepalanya ke arah tandu dimana Ken0 berada. Sepasang mata anak ini terbeliak besar.
Pintu tandu berada dalam keadaan terbuka lebar. Dari tempat gelap dia berdiri anak ini sanggup melihat s0s0k tubuh Ken0. Matanya membeliak dan jantungnya ibarat hendak c0p0t ketika melihat bagaimana tubuh Ken0 tersandar di tempat duduk tandu. Sebilah katana menancap di dadanya!
Kalau tak cepat dia menutup mulutnya sendiri mungkin anak ini sudah berteriak lantaran ngeri.
"Ken0… Mimpimu …Ternyata kau yang menerima celaka. Seharusnya …. seharusnya saya yang menemui ajal. Ken0 sahabatku … Kini saya mengerti. Kau sengaja menyuruhku pergi. Kau menentukan tetap berada dalam tandu. untuk menipu ninja-ninja jahat itu. Ken0 …." Akira Kasai tak kuasa membendung air matanya. Di sebelah sana dilihatnya Wakil Ketua Perguruan Emerarud0 merangkak di tanah terbatuk-batuk dan pegangi dada kirinya. Tiba-tiba empat 0rang ninja mel0mpat mengurungnya. Masing-masing memegang ninjat0 berlumuran darah!
"Ninja-ninja itu … Mereka pasti membunuh Paman Hisa0. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana saya men0l0ngnya. Paman …"
Tiba-tiba terngiang di pendengaran Akira ucapan Ken0.
Mimpiku jadi kenyataan. Ninja-ninja hitam itu pasti mengincar dirimu…Aku merasa dirimu dalam ancaman Akira. Lekas menyelinap keluar. Begitu hingga di luar cepat lari ke Puri Sanzen..
"Ninja-ninja itu…apa mereka benar hendak membunuhku? Mengapa?!" Akira memperhatikan se0rang ninja lagi berkelebat mengurung Hisa0 Matsunaga.
"Aku merasa diriku ibarat se0rang pengecut! Aku ingin men0l0ngmu Paman Hisa0. Tapi apa dayaku.
Maafkan saya Paman …." Anak itu putar tubuhnya.
Kraaakkk!
Tak sengaja kaki kiri Akira menginjak sebatang kayu agak kering hingga mengeluarkan suara. Lima ninja berpaling ke arah kegelapan. Juga Paman Hisa0 Matsunaga.
Secepat kilat Akira mel0mpat ke balik sebuah p0h0n besar kemudian menghilang. Lima ninja berkelebat ke arah tandu kemudian ke jurusan dimana tadi mereka mendengar bunyi berderak disertai berkelebatnya satu bayangan. Kesempatan ini dipergunakan 0leh Hisa0 Matsunaga untuk bangun dan naik ke punggung seek0r kuda kemudian menggebrak hewan ini meninggalkan tempat itu. Lima ninja saling pandang.
Sesaat kemudian ke limanya serentak berkelebat ke arah lenyapnya Akira. HlSA0 Matsunaga belum usang memacu kudanya ketika tiba-tiba dalam kegelapan malam dua penunggang kuda tiba dari jurusan berlawanan. Karena jalan sempit dan Hisa0 Matsunaga agaknya tidak mau menghindar atau menepi maka dua penunggang kuda yang tiba dari arah depan terpaksa bersibak dan menepi.
"0rang itu menunggang kuda ibarat dikejar setan!" ujar penunggang kuda di kiri jalan. Dia berpakai an dan berikat kepala putih serla berambut g0ndr0ng.
Melirik ke kanan dia melihat sebuah jurang watu dalam kegelapan.
"Gila , sempat kaki kudaku terper0s0k , amblas diriku ke dalam jurang itu!"
"Wir0 …"
"Ada apa Akik0? Kau kelihatannya ibarat kaget."
"Penunggang kuda yang barusan lewat. Walau gelap tapi saya masih sempat melihat wajahnya. Dia Hisa0 Matsunaga …"
"Siapa insan berjulukan naga itu?’ tanya Wir0 hirau saja.
"Salah satu dari dua Wakil mendiang N0b0ru Kasai , Ketua Perguruan Emerarud0 yang hendak kita layati …"
"Eh , kalau benar berarti ada urusan penting menciptakan dia meninggalkan akademi …"
"Atau tengah dikejar sesuatu …" kata Akik0 pula.
"Aku …. Harap kau tunggu disini. Aku c0ba mengejarnya untuk mencari tahu apa yang terjadi."
"Terserah padamu. Tapi kau harus tahu menunggu di tempat ibarat ini tidak sama sedapnya dengan menunggu di rumah teh , ditemani 0leh geisha …"
"Aku tak bakal lama!" jawab Akik0 kemudian cepat memutar kudanya. Baru saja gadis itu lenyap Wir0 mendadak mendengar bunyi 0rang berlari. Dia berpaling ke kiri. Tampak satu s0s0k kecil dalam kegelapan.
S0s0k ini menyibak serumpunan semak belukar di kiri jalan kemudian lenyap dalam celah di antara dua buah watu besar. Pendekar 212 sesaat jadi tercengang.
"Anak kecil dalam rimba belantara malam-malam begini. Eh , apa ada tuyul di Jepang ini … ? Tapi kulihat kepalanya tidak b0tak. Atau mungkin tuyul Jepang memang pakai rambut tidak b0tak ibarat di Jawa …"
Memikir hingga di situ Wir0 turun dari kudanya dan melangkah ke arah semak belukar di mana si anak tadi dilihatnya lenyap.
Baru saja dia hingga di depan semak belukar tiba-tiba lima s0s0k hitam berkelebat. Dua tegak mendekam di depannya di atas watu besar di kiri kanan semak-semak tiga lainnya eksklusif mengurung di samping dan belakang.
"Ninja!"
Wir0 angkat tangan kanannya sambil tertawa lebar untuk memperlihatkan perilaku bersahabat. Tapi lima ninja pentang perilaku garang. Di samping itu mereka merasa heran tidak mengira akan menemukan se0rang perjaka asing di tempat itu. Mereka bicara cepat satu sama lain. Lalu yang berada di atas watu sebelah kanan membentak.
"Pemuda asing , dimana kau sembunyikan anak itu?!"
"Anak , anak apa?balik bertanya Pendekar 212.
"Anak lelaki pakai kim0n0 merah!" kata ninja di samping kanan.
"Maksudmu tuyul g0ndr0ng itu … ? Lima ninja saling berpandangan.
"Tuyul! Apa itu tuyul?!" Salah se0rang dari mereka bertanya.
"Ah , bagaimana ya saya menerangkannya ," ujar Wir0 pula sambil garuk-garuk kepala menciptakan lima ninja jadi tidak sabaran. Salah se0rang dari mereka berbisik pada sahabat disebelahnya. Yang satu ini memberikan pada temannya yang lain.
"Pemuda asing ini mencurigakan. Dari pada jadi urusan di kemudian hari lebih baik dibereskan saja …"
"Setuju …!” Lima ninja menciptakan gerakan menyerang.
Tubuh mereka merunduk. Pedang ditukikkan ke bawah. Yang di atas watu melayang turun.
"Eh , apa-apaan inil?!" Tadi bertanya kini malah menyerang!" seru Wir0. Lima katana mencuat ke udara. Murid Sint0 gendeng berteriak keras dan cepat berkelebat hindarkan serangan. Tapi dua senjata lawan masih sempat menggurat punggung dan perutnya.
Brettt!
Breettt!
Pakaian Pendekar 212 r0bek besar di dua tempat.
Dia jadi keluarkan keringat dingin. Lima ninja putar senjata masing-masing dari bawah ke arah pinggang.
Lalu untuk kedua kalinya mereka menyerang secara serentak.
Traaangggg!
Cahaya terang disertai bunyi menggaung mer0bek Kegelapan malam , dibarangi 0leh lima kali bunyi beradunya senjata dan percikan bunga api. Lima ninja keluarkan bunyi kaget dan mundur. Sepasang mata mereka memandang tak berkesip pada kapak bermata dua yang memancarkan sinar angker di tangan Wir0.
Biasanya jikalau lebih dari tiga 0rang ninja menghantam satu serangan mereka tak akan pernah luput. Tapi jikalau kali ini berlima mereka tidak bisa membunuh lawan dalam satu kejapan mata saja maka ini yaitu hal yang sangat luar biasa. Mereka saling melempar isyarat kemudian mulai bergerak memutari Pendekar 212. Tiba-tiba tanpa bentakan ataupun arahan ke limanya menyerbu.
Lima katana berkiblat ke arah murid Sint0 Gendeng. Wir0 salurkan tenaga dalamnya ke tangan kanan. Hawa sakti ini terus mengalir ke senjata yang dipegangnya. Dua mata kapak memancar sinar lebih terang. Ketika senjata itu diputarnya untuk menangkis lima serangan maut pedang ninja sinar panas menghampar. Suara yang keluar dari senjata mustika itu laksana gaungan ratusan taw0n. Lima ninja berteriak keras saling memberi semangat.
Tranggg! Trangggl
Dua katana mental ke udara. Dua ninja terjengkang ke tanah sambil pegangi tangannya yang terasa ibarat memegang benda panas. Ninja ke tiga di samping kiri ibarat kerbau melenguh sewaktu kaki kiri Wir0 menghantam perutnya. Namun gerakan murid Sint0 Gendeng hanya hingga di situ. Dari samping kiri ninja ke empat berhasil menyusupkan pedangnya ke arah pinggang. Wir0 sempat melihat serangan yang bisa mer0bek perutnya ini. Cepat dia lepaskan satu pukulan tangan k0s0ng. Ninja di samping kiri menjerit keras.
Tubuhnya mencelat mental dan terbanting di tanah mati , muntah darah. Namun sebelumnya katananya masih sempat mengg0res paha Wir0 hingga k0yak dan darah mengucur deras.
Selagi Wir0 terhuyung-huyung menahan sakit.
Dari samping kanan dan sebelah belakang dua ninja lagi tiba menyerbu. Sambil jatuhkan diri Pendekar 212 putar Kapak Maut Naga Geni 212 untuk lindungi diri.
Ternyata dua ninja lainnya yang tadi dihantam Wir0 hingga pedang masing-masing mental ketika itu telah bangun berdiri dan ikut menyerbu. Keduanya bukan mempergunakan pedang tetapi menyerang dengan lemparan shuriken yaitu senjata rahasia berbentuk bintang terbuat dari besi!
Putaran kapak sakti dalam jurus "dibalik gunung memukul halilintar’ yang dilancarkan Wir0 memang berhasil membabat putus tangan ninja di sebelah kanan namun dirinya sendiri untuk kedua kalinya terkena serangan lawan. Salah satu dari dua shuriken menancap tepat di lengan kanannya demikian kerasnya hingga Kapak Maut Naga Geni 212 terlepas dari genggaman nya. Senjata ini jatuh di tanah berbatu-batu dengan bunyi berker0ntangan. Di ketika itu pula serangan gres tiba dari kiri yaitu tusukan sebilah katana.
Wir0 yang terbaring di tanah cepat gulingkan diri.
Karena tanah sekitar situ banyak batu-batunya maka gerakannya berguling tidak bisa cepat. Malah tanpa disadari dia berguling ke arah ninja yang tangannya dibikin buntung dan berleriak kesakitan kalang kabut.
Penuh dendam dan amarah ninja ini tendangkan kaki kanannya ke dada Wir0.
Dukkkkl
Ujung runcing sebilah katana yang seharusnya menancap di perut Wir0 mengantam batu. Tendangan ninja buntung tadi menyelamatkan nyawanya dari tusukan pedang itu. Namun ini bukan berarti dia benar benar selamat lantaran tendangan ninja itu menciptakan tubuhnya mencelat ke arah jurang watu dan tak ampun lagi melayang jatuh ke dasar jurang dalam kegelapan malam Wir0 berusaha berjungkir balik dan mencari pegangan dalam gelapnya malam. Tapi keadaan kaki dan tangannya yang terluka menciptakan dia tidak bisa mencari plan untuk selamat. Malah tubuhnya semakin deras jatuh ke dasar jurang. Siap disambut 0leh watu batu keras yang berusia ratusan tahun.
* * *
TUJUH
KETlKA Akira hingga di Puri Sanzen rupanya sesuatu yang menggemparkan telah terjadi di tempat itu.
Di sebuah ruangan pendeta K0m0 terbujur di atas sebuah pembaringan dikelilingi 0leh belasan pendeta agama Zen. Begitu Akira masuk diantar 0leh se0rang pendeta muda semua yang ada di situ berpaling padanya. Serta merta semua mereka tunjukkan wajah kaget bahkan ada yang hingga keluarkan seruan tertahan. Se0rang pendeta lanjut usia , diikuti 0leh yang lain-lainnya cepat mendatangi.
"Anak , saya mungkin saja lupa. Tapi bukankah kau yang berjulukan Akira , putera N0b0ru Kasai yang dikabarkan telah meninggal dunia itu…!’
"Pendeta , kau benar. Saya memang Akira …" jawab si anak kemudian membungkuk memberi pengh0rmatan pada pendeta yang menyapanya dan juga pada pendeta lain yang ada di ruangan itu.
"Jadi ternyata kau masih hidup!" ujar se0rang pendeta sambil mengusap rambut Akira.
"Sese0rang memberi tahu bahwa kau ikut jadi k0rban keganasan ninja."
"Satu melapetaka besar menimpa r0mb0ngan kami. Hanya atas kekuasaan dan pr0teksi Dewa saya bisa selamat …"
"Akira , saya Pendeta Kamashaki. Menjelang dinihari tadi tiga 0rang ninja menyusup ke tempat ini dan membunuh Pendeta K0m0 …" Kagetnya Akira bukan kepalang. Dia berpaling ke arah pembaringan ditengah ruangan dan eksklusif saja lari. Dari n0da-n0da darah yang masih menempel di wajah dan leher pendeta ini Akira segera maklum bahwa sang pendeta menemui kematian memang lantaran dibunuh. Disamping mayat pendeta K0m0 usang Akira menundukkan kepala dan berd0a untuk arwahnya.
"Pendeta Kamashaki , siapa 0rangnya yang menyampaikan bahwa saya telah jadi k0rban pembunuhan 0leh ninja?’ bertanya Akira Kasai sambil berpaling pada pendeta Kamashaki.
"Hisa0 Matsunaga , Wakil Ketua Perguruan Emerarud0.."
"Dewa Maha besar..” kata si anak pula.
"Saya malah mengira dirinya juga telah dibunuh ninja. Rupanya dia sempat melarikan diri dan tiba ke sini lebih dulu dari saya. Dia tentu mengira saya telah jadi k0rban. Kami tiba ke sini untuk mengambil surat penting yang dulu pernah saya titipkan pada pendeta K0m0 …"
"Surat itu telah kami serahkan pada Hisa0 Matsunaga. Setelah dia memberi tahu kau tewas di tangan ninja , kami merasa memang haknya untuk mengambil surat itu. Apakah kami telah melaksanakan kesalahan …? tanya pendeta Kamashaki pula.
"Sebetulnya surat itu hanya saya yang b0leh mengambilnya. Tapi pendeta sama sekali tidak berbuat kekeliruan. Paman Hisa0 berhak mengambil surat itu lantaran tidak tahu kalau saya masih hidup. Kalau begitu saya minta diri , m0h0n kembali ke akademi kini juga…"
"Anak , kau tentu sangat capai. Di samping itu apa yang terjadi tentu telah menciptakan jiwamu terg0ncang. Kau perlu istirahat dulu di sini beberapa waktu lamanya."
"Terima kasih pendeta. Tapi jikalau kau tidak keberatan saya menentukan cepat-cepat kembali …"
"Kalau kami b0leh bertanya ," ujar se0rang pendeta pula.
"Apa isi surat penting dalam ampl0p kuning itu?"
"Surat pernyataan siapa yang akan menjadi pewaris jikalau Ayahanda berhalangan melanjutkan jabatan sebagai Ketua Perguruan …" Pendeta Kamashaki memegang pundak Akira.
"Anak ," katanya.
"Jika kau memang menentukan pulang kini juga , kami tidak bisa menahan. Hanya sebelum pergi c0ba kau ceritakan apa yang telah terjadi di Perguruan "Malam kemarin akademi kami diserbu ninja Ayah dibunuh..!” Akira kemudian menceritakan apa yang terjadi di Perguruan Emerarud0.
"Bes0k mayat Ayahanda akan diperabukan.
Saya juga sedih sekali melihat bahwa pendeta K0m0 ikut tewas di tangan ninja. Saya menduga keras ini ada sangkut pautnya dengan surat pewarisan itu. Dan saya merasa bersyukur paman Hisa0 telah mendapatkannya Mengenai sahabat saya Ken0 , lantaran puri Sanzen lebih dekat dari akademi , apakah saya b0leh minta t0l0ng sem0ga mayat sahabat saya itu diurus …?”
"Kau tak usah kawatir. Kami akan mengurusnya dan menyerahkan sebagian abunya padamu …" kata se0rang pendeta muda.
"Saya sangat berterima kasih ," kata Akira kemudian membungkuk dalam-dalam. Pendeta Kamashaki kemudian berkata.
"Hanya beberapa ketika setelah Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga mendapatkan surat itu , di puri tiba se0rang gadis berjulukan Akik0 Bessh0. Kau kenal padanya? ”
"Saya berusia sepuluh tahun ketika Ayah memperkenalkannya pada saya. Kalau tidak salah dia yaitu anak murid se0rang pandai yang membisu di Gunung Fuji .. ”
"Gadis itu melihat Wakil Ketua Perguruan di perjalanan kemudian mengikuti hingga ke puri. Karena dia memang dalam perjalanan menuju Perguruan untuk melayat maka Akik0 Bessh0 meninggalkan tempat ini bantu-membantu wakil Ketua Perguruan …"
"Pendeta Kamashaki , saya berterima kasih kau dan para pendeta di sini telah banyak membantu. Saya minta diri kini …"
"Dua 0rang pendeta akan mengantarkanmu. Sekaligus sebagai wakil kami untuk melayat dan menghadiri upacara perabuan…"
Akira Kasai membungkuk kemudian dia memegang tangan pendeta K0m0 yang telah hirau taacuh itu. Setelah membungkuk sekali lagi , diantar 0leh dua 0rang pendeta anak ini keluar dari ruangan itu.
* * *
MUNCULNYA Akira Kasai malam itu diantar 0leh dua pendeta Zen dari puri Sanzen menciptakan geger tapi juga. menggembirakan semua 0rang yang ada di Perguruan Emerarud0. Betapakan tidak. Semula , sesuai keterangan Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga anak itu ikut jadi k0rban penyerangan ninja. Satu r0mb0ngan khusus telah pula dikirim untuk mengambil jenazahnya. Ternyata dia masih hidup.
Hisa0 Matsunaga hingga berkaca-kaca kedua matanya dan memeluk erat-erat Akira Kasai.
"Dewa Maha Besar. Kami semua mengira kau sudah tewas Akira. Aku sendiri sempat melihat mayatmu di dalam tandu walau cuma dari kejauhan. Lalu saya cepat-cepat menuju Puri Sanzen , kawatir kalau- kalau ninja menyerbu pula ke sana. Ternyata memang betul.
Untung saja mereka tidak mendapatkan ampl0p kuning berisi surat warisan itu. Tetapi untuk itu pendeta K0m0 terpaksa meng0rbankan nyawanya …"
"Jadi benar rupanya mereka menginginkan surat warisan itu. Tapi untuk apa …?" tanya Akira dengan bunyi perlahan.
"Sekarang tak usah kawatir lagi. Surat itu sudah ada di tanganku. Sebentar lagi isinya akan dibacakan di depan semua pengurus dan angg0ta akademi serta para tamu yang tiba melayat. Sekarang kau perlu membersihkan diri dan istirahat sebentar. Masuklah ke kamarmu …"
Ketika Akira hendak menuju kamarnya , dua pendeta Zen segera mengikuti. Tapi ditegur 0leh Shiger0 M0m0chi dengan nada kasar. Salah se0rang pendeta membungkuk kemudian menjawab.
"Saya ditugasi 0leh pendeta Kamashaki untuk menjaga dan mengawal anak itu …" Marahlah Shiger0 M0m0chi mendengar kata-kata sang pendeta. Dengan bunyi lantang dia berkata.
"Pendeta , kau dengar baik-baik ya! Anak itu berada di akademi kami , di rumah sendiril Perlu apa dikawal dan dijaga? Ini tempat aman! Jangan memandang rendah kami 0rang-0rang Emerarud0. Tempat ini bukan Puri Sanzen dimana kalian bisa berlaku semaunya ..!’
Paras dua pendeta Zen itu tampak menjadi merah. Yang satu menjawab. "Kami hanya menjalankan perintah pimpinan ..!’
"Kalau menjalankan perintah pimpinan kalian cukup di puri kalian saja , bukan di sini! Kalian tidak punya hak dan kekuasaan apa-apa di tempat in?”
"Jika begitu harap maafkan kami …" Hisa0 Matsunaga tiba menghampiri. Sambil batuk-batuk dan mengusap dadanya dia berkata.
"Dua sahabat dari Puri Sanzen dan Wakil Ketua Shiger0 M0m0chi , kita semua ini hanya keliru prasangka belaka. Setelah apa yang terjadi dengan r0mb0ngan kita di tengah perjalanan menuju Puri Sanzen , kemudian ditambah dengan apa pula yang terjadi di puri sana , para sahabat pendeta Zen rupanya ingin ikut membantu menjaga keselamatan kita semua. Aku mewakili akademi mengucapkan terima kasih. Namun dengan segala kerendahan hati kami meminta sem0ga para pendeta yang yaitu tamu-tamu kami terh0rmat , tidak perlu mencapai kan diri ikut berjaga-jaga."
Dua pende!a Zen anggukkan kepala kemudian membungkuk dan kembali ke tempat duduk yang disediakan.
Hisa0 Matsunaga berpaling pada Akira dan memberi tanda sem0ga anak itu melanjutkan langkah menuju kamarnya.
Kemudian sambil memegang pundak Shiger0 M0m0chi dia berkata.
"Dua pendeta itu memang berlaku b0d0h. Tapi kita jangan ikut-ikutan b0d0h. Semua kasus bisa diselesaikan lebih baik kalau ditangani dengan sabar dan perilaku s0pan …"
"Aku 0rang pemab0kan jadi mana bisa sabar dan s0pan!" sahut Shiger0 M0m0chi seraya melangkah pergi.
Hisa0 Matsunaga hanya bisa tersenyum kemudian menghela nafas dalam sambil usap-usap dadanya. Menjelang tengah malam di hadapan para pengurus dan angg0ta akademi Emerarud0 serta semua tamu yang hadir , se0rang sesepuh akademi membacakan isi surat warisan yang diterima Hisa0 Matsunaga dari pendeta Kamashaki di Puri Sanzen. Sesuai apa yang terlulis di surat pewarisan yang ditetapkan 0leh almarhum N0b0ru Kasai sebagai Ketua pewaris yaitu Hisa0 Matsunaga.
Pengumuman ini diterima semua 0rang dengan perasaan lega dan gembira. Berarti bes0k upacara perabuan mayat N0b0ru Kasai sanggup dilaksanakan tanpa suatu halangan.
Ketika pengurus bau tanah akademi hendak memasuk kan surat warisan itu ke dalam ampl0p kuning kembali Akira Kasai menciptakan gerakan seperli hendak berdiri dari tempat duduknya dan melangkah ke mimbar. Hisa0 Matsunaga yang duduk di sebelahnya cepat mendampingi.
"Akira-san , apakah ada sesuatu yang hendak kau sampaikan … ?
"Paman Hisa0 ada sesuatu yang tidak benar …"
"Ah , hal apakah yang tidak benar itu Akira?"
"Saya tidak sanggup memastikan sebelum melihat sendiri surat warisan yang barusan dibacakan itu …"
"Tentu saja kau b0leh melihatnya. Aku akan meminta surat itu dari pengurus yang barusan membacanya. Begitu maumu … ?"
"Kalau Paman Hisa0 tidak keberatan …"
"Tentu saja saya tidali keberatan …" jawab Hisa0 Matsunaga kemudian menghampiri 0rang bau tanah yang membaca kan surat warisan itu dan mengambil suratnya. Hisa0 kembali pada Akira. Surat dalam ampl0p dikeluarkannya terus diserahkan pada Akira.
"Silahkan dibaca sendiri Akira. Lalu tunjukkan padaku dimana kesalahannya …"
Akira Kasai membaca surat itu hingga dua kali dan menelitinya depan belakang. Dalam hati anak ini berkata. "Aku ingat betul. Waktu ayah memasukkan surat ini ke dalam ampl0p kuning , setetes dawat tertumpah di sudut kiri surat. Tapi di surat ini sama sekali tidak ada n0da dawat itu..!’ (dawat = tinta)
"Akira-san , kau sudah membaca Surat itu …?"
"Sudah Paman Hisa0 …"
"Kau menemukan sesuatu …?
"Maafkan saya. Saya mungkin keliru. Mungkin bukan surat ini yang saya maksudkan …"
Hisa0 Matsunaga tersenyum. "Akira-san , kau mungkin masih terlalu capai. Bes0k akan ada upacara perabuan yang panjang. Sebaiknya kau masuk ke kamar tidur dan beristirahat."
"Saya rasa memang begitu..!’ kata Akira pula.
Lalu cepat-cepat anak ini meninggalkan tempat itu , menuju ke kamarnya.
Di dekat sebuah jambangan besar Akira Kasai hentikan langkahnya. Di situ dilihatnya tegak se0rang gadis berpakaian serba biru berwajah cantik. Agaknya gadis ini berdiri di situ sengaja menunggu Akira.
"Maafkan saya , bukankah saya berhadapan dengan n0na Akik0 Bessh0? berucap Akira begitu hingga di hadapan si gadis. Lalu dia membungkuk memberi
h0rmat.
"Adik Akira , kau rupanya masih ingat diriku. Akuturut berduka atas meninggalnya Ayahmu …" Akik0 Bessh0 kemudian membungkuk.
"Terima kasih..: jawab Akira. Lalu dia terdiam.
"Kau sepertl tengah memikirkan sesuatu atau ingin menyampaikan sesuatu..?"
Dalam hati Akira membatin. "Aku tidak tahu banyak ihwal gadis ini. Tapi mungkinkah dia bisa dipercaya?" "Adik Akira ,.kalau tak ada yang hendak kau katakan saya akan kembali ke tempat upacara …"
"Sebetulnya memang ada. Tapi di sini saya rasa tidak k0ndusif … Temui saya setelah pembacaan d0a kesembilan di samping gudang sebelah timur …"
"Saya akan menemuimu..!’ Baru saja Akik0 hendak melangkah tiba-tiba dari empat penjuru daerah akademi terdengar dentangan l0nceng.
"ltu l0nceng tanda bahaya!" kata Akira. Anak ini serta merta lari ke tempat. upacara sembahyang. Akik0 Bessh0 mengikuti. Di pelataran besar di depan meja sembahyang mereka melihat empat 0rang ninja tegak dengan kaki terkembang. Masing-masing mencekal katana. Dua 0rang diantara mereka memanggul ses0s0k tubuh yang agaknya sudah usang kaku alias sudah jadi mayat!
* * *
DELAPAN
PENDEKAR 212 Wir0 Sableng se0lah merasa sudah putus nyawanya padahal ketika itu tubuhnya masih melayang di udara dan yang pasti sesaat lagi gres akan menghantam dasar watu jurang sedalam hampir seratus kaki itu. Dalam kegelapan malam tiba-tiba entah dari mana datangnya puluhan benda berbentuk segitiga terbuat dari kain melesat ke arah Wir0. Kain segitiga ini tak bakal bisa melesat demikian derasnya kalau tidak dicanteli setangkai besi lancip. Sang pahlawan tidak tahu apa yang terjadi atas dirinya. Dia hanya mendengar bunyi sett… settt banyak sekali. Lalu dalam gelapnya malam kurang jelas dia melihat ada benda aneh berkelebat ke arah dirinya dan tahu-tahu sekujur pakaiannya sudah disisipi puluhan kain segitiga.
Puluhan kain-kain yang menempel dipakaiannya itu membentang dan berkibar deras. Bersamaan dengan itu Wir0 mencicipi kecepatan jatuhnya berkurang Tubuhnya ibarat melayang! Puluhan kain segitiga yang berkibar kencang se0lah melawan arus menahan jatuh dirinya. Ketika dia alhasil mencapai dasar jurang , tubuhnya memang masih terbanting sakit namun tak ada tulangnya yang patah , dan tak ada luka-luka dideritanya.
Sesaat Wir0 se0lah tak percaya. kalau dia masih hidup.
Perlahan-lahan dia menc0ba duduk. Dua buah benda runcing menyengat pantatnya hingga perjaka ini tersentak kesakitan. Dirabahnya cuilan belakang tubuhnya , kemudian dada dan perut. pakaiannya. Dua buah benda yang menempel di . pakaiannya dicabutnya. Dabm gelapnya dasar lubang perlahan-lahan matanya mulai bisa melihat dua benda yang barusan dicabutnya.
"Bendera Darah!" seru Pendekar 212 hampir tercekat. Dia memandang berkeliling. Dinding dan dasar jurang watu kelihatan menghitam.
"Tak ada gerakan , tak ada suara. Apa benarbenar tak ada insan di sini?" Wir0 mengg0s0k kedua matanya , memandang berkeliling sekali lagi.
"Dimana mahluk itu bersembunyi? Beberapa hari kemudian dia inginkan jiwaku , kini mengapa dia menyelamatkan diriku? Aku harus keluar dari jurang celaka ini! Tapi agaknya harus menunggu hingga pagi.
Sampai terang..!”
Satu persatu Wir0 cabut bendera segi tiga yang menyusup di sekujur pakaiannya sambil menghitung.
"Enam puluh sembilan bendera! Gila! Bagaimana mahluk itu bisa melemparkan sebanyak itu dalam waktu begitu singkat?! Luar biasa! Kalau tadi dia ingin membunuhku pasti gampang saja baginya." Wir0 garukgaruk kepalanya.
"Walau sebelumnya dia ingin membunuhku tapi ketika ini saya harus berterima kasih padanya!" Wir0 kemudian mel0mpat ke atas sebuah watu besar. Dari tempat ketinggian ini dia berputar , memandang kesetiap sudut jurang. Tetap saja dia tidak melihat apa-apa kecuali batu-batu menghitam.
"Manusia bendera , jikalau kau tidak mau muncul tak jadi apa! Aku benar-benar berterima kasih atas pert0l0nganmu!" Wir0 berseru. Dia jadi merinding ketika bunyi teriakannya itu menggema di dinding dan jurang watu kemudian bergaung berulang-ulang.
"Cukup sekali saja saya berteriak. Tak mau menjawab ya sudah. Terpaksa saya menunggu hingga pagi. Kalau tak ada jalan keluar dari dasar jurang berarti saya akan mati perlahan-lahan di tempat ini. Eh , janganjangan insan bendera itu sengaja hendak membunuhku dengan cara begini!" Wir0 garuk-garuk kepala lagi kemudian duduk di batu.
Sesaat dia memperhatikan puluhan Bendera Darah yang bertebaran di depannya. Tiba-tiba dia merasa ada hembusan angin halus disampingnya. Dia berpaling. Tak ada apa-apa. Lalu ada bau harum mas0k ke penciumannya. Wir0 ingat bau itu.
"Pasti dia!" katanya dalam hati. Dia berpaling ke kiri , ke kanan. Lalu diputarnya tubuhnya ke belakang!
Murid Shint0 Gendeng ini hampir berseru kaget – ketika di hadapannya kini dalam kegelapan malam tegak mahluk itu. Dia mel0mpat bangun dengan cepat.
Si insan bendera! Seperti keadaannya yang dilihat Wir0 temp0 hari , mahluk ini sekujur tubuh mulai dari kaki hingga kepala tertutup ratusan bendera merah berbentuk segi tiga. Hanya sepasang matanya saja yang tersembul. Berhadapan begitu dekat di atas watu Wir0 melihat sepasang mata bening memandang sedingin salju tepat-tepat ke arahnya.
Tanpa berani berlaku lengah Wir0 tundukkan kepala dan berkata. "Tuan pen0l0ng , saya berterima kasih kau telah menyelamatkan jiwaku , kalau tidak mati k0ny0l jatuh kedasar jurang watu ini!”
0rang yang diajak bicara tidak menjawab.
Wir0 membungkuk. Puluhan bendera yang bertebaran di watu diambilnya kemudian diserahkannya pada mahluk di hadapannya.
"Benderamu , ambillah. Sayang kalau dibuang begitu saja..!”
Manusia bendera keluarkan tawa mengekeh. Dua tangannya bergerak mengambil enam puluh sembilan buah bendera. Dengan kecepatan luar biasa , entah bagaimana caranya semua bendera itu disisipkannya ke pakaiannya. Diam membisu 0tak murid Sint0 Gendeng bekerja.
"Jika mahluk ini berada di dasar jurang berarti ada jalan keluar masuk tempat ini ," pikirnya. Di hadapannya mahluk bendera masih tertawa. Dengan perasaan heran dan tidak enak Wir0 bertanya.
"Kau masih tertawa terus. Ada apakah…?"
”Kau mengira saya telah menyelamatkan nyawamu…? mahluk itu bertanya.
"Dia masih saja mempergunakan bunyi dari perut.
Sengaja menyembunyikan suaranya yang 0risinil ," membatin Wir0. Lalu dia berkata.
"Kenyataannya memang begitu. Dengan benderabenderamu kau menciptakan saya tidak amblas jatuh ke dasar jurang ini!"
"0rang asing , saya sama sekali tidak menyelamatkan nyawamu. Aku hanya mengulur ketika kematianmu!"
Wir0 melengak kaget mendengar kata-kata itu.
"Apa maksudmu insan bendera?"
"Aku tidak ingin kau mati jatuh ke dalam jurang.
Aku ingin membunuhmu dengan kedua tanganku sendiri!
Kau dengar?!"
"Aku dengar , Kalau begitu mengapa tidak kau bunuh saja saya ketika ini?!" tanya Wir0 "Aku masih memandang sese0rang …" jawab insan bendera sambil memandang ke jurusan lain.
"N0na Akik0 Bessh0?" tanya Wir0 pula.
"Kau sudah tahu. Mengapa bertanya?
"Punya hutang budi apa kau dengan gadis itu hingga tidak segera membunuhku hanya lantaran memandang dirinya?"
"Urusanku dengan 0rang lain apa perdulimu?" jawab insan bendera.
"Pada pertemuan pertama kau bilang membunuhku lantaran saya membunuh nenek Arashi. Perempuan sakti itu memang nenekmu sungguhan?"
"Aku tiba kemari bukan untuk ng0br0l denganmu.
Tapi ada satu hal yang akan kukatakan. Kau telah
membunuh se0rang ninja dan menciptakan buntung tangan
ninja lainnya. Berarti kau tak bisa lari dari kematian.
Ninja akan mengejarmu hingga alhasil mereka berhasil membunuhmu!"
"Kalau begitu lebih enak mati di tangan ninja dari pada di tanganmu!"
Manusia bendera melengak dan menatap tajam pada Wir0. Lalu kembali dia tertawa mengekeh. Sambil mend0ngak insan bendera berkata. "Jangan harap kau bisa mati enak di tangan ninja. Mereka akan membunuhmu secara perlahan-lahan , sedikit demi sedikit…"
Manusia bendera tertawa panjang. Begitu hentikan tawanya dia berkata.
"Aku akan meninggalkan tempat ini. Kau mau mengikutiku …?"
"Jika kau tidak menjebak dan benar-benar ingin saya keluar dari sini tentu saja saya ikut. Tapi kenapa kau memberikan jasa baik lni …?"
"Bukankah kau lebih suka dan menentukan mati di tangan ninja dari pada di tanganku Hik … hik … hik …"
Manusia bendera tertawa lagi kemudian ibarat tidak hirau dia melangkah tinggalkan tempat itu. Wi0 gelengkan kepala , alhasil melangkah mengikuti. Tapi dari mulutnya keluar rintihan kesakitan. Dia haru sadar kalau paha kirinya luka besar dan di lengan kanan masih menancap senjata rahasia ninja berbentuk bintang.
Manusia bendera berpaling. "Kau terluka?"
Wir0 kertakkan rahang. Dia men0t0k urat besar di lengan kanannya sebelum mencabut shuriken yang menancap di situ. Ketika senjata rahasia itu dicabut dia memang merasa sakit yang bukan kepalang. Tetapi tak ada darah yang memancur. Dalam gelap Wir0 tak sanggup melihat keadaan lengannya hingga dia tak mengetahui apakah senjata rahasia itu beracun atau tidak.
Manusia bendera memperhatikan luka di paha kiri Wir0. Lalu berkata. "Aku ada 0bat untuk mempertautkan daging yang k0yak itu. Kau mau …?
"Kau mahluk aneh. Sebentar bicara hirau dan kejam. Sekarang malah berbaik hati mau meng0bati diriku. Kalau kau memang rela kuliner saya mau men0lak. …"
Manusia bendera cabut sebuah bendera yang tersisip di pundak kanannya. Lalu dia membungkuk dan dekatkan ujung lancip bendera ke luka di paha kiri.
"Astaga! Kau hendak menusuk lukaku!" seru Wir0 sambil cepat mundur.
"0rang asing , kau terlalu curiga …"
"Siapa yang tidak curiga pada 0rang yang hendak membunuhku!" jawab Wir0.
"Di dalam besi runcing ini ada r0ngga berisi 0bat.
Ujung lancip besi ada l0bangnya. Jika kutiup pangkal besi bendera , 0bat akan keluar …"
"Kalau begitu lakukanlah. Tapi awas kalau kau menipuku!" kata Wir0.
Ketika insan bendera itu membungkuk dan meniupkan 0bat dalam besi bendera , Wir0 sanggup mencium bau cuilan kepala 0rang ini yang sangat harum.
Sementara itu 0bat yang keluar dari besi bendera terasa sangat sejuk di pahanya yang luka hingga rasa sakit serta merta hilang.
"Terima kasih. Kau men0l0ngku untuk kesekian kalinya. Hidup ini sungguh aneh. Dibalik kebaikan ada hawa kematian. Di balik kematian ada kebaikan …"
Manusia bendera tak mau bicara lagi. Dia membalikkan tubuh dan siap melangkah.
"Astaga!" tiba-tiba Wir0 berseru kaget. Dirabanya cuilan tubuh sekitar pinggang. Apa yang dicarinya tidak ditemukan. Wajahnya menjadi sangat pucat. Manusia bendera tertawa.
"Kau mencari senjata mustika kapak bermata dua itu… Ninja telah merampasnya sebelum kau jatuh terjungkal ke dalam jurang ini …"
"Aku ingat. Kau betul! Tapi bagaimana kau bisa tahu? Yang ditanya tak menyahut melainkan melanjutkan langkahnya yang barusan terhenti. Berjalan kira-kira dua ratus kaki ke timur kelihatan sebuah ter0w0ngan gelap. Manusia bendera masuk ke dalam ter0w0ngan watu ini. Tak usang kemudian sekeluarnya dari ter0w0ngan pendek itu Wir0 dapatkan dirinya berada dalam rimba belantara.
"Dari sini kau bisa cari jalan sendiri …" Manusia bendera berkata kemudian siap berkelebat pergi.
"Tunggu dulu … !" panggil Wir0.
"Ada apa?!"
"N0na Akik0 Bessh0 memanggilmu dengan nama Y0ri. Apa betul itu namamu?"
"Kau bisa tanyakan sendiri padanya kalau bertemu nanti."
"Aku mencium bau wewangian di tubuhmu. Hanya 0rang perempuan yang pakai minyak wangi. Apakah kau….."
Manusia bendera tertawa panjang. "Jaman kini kaum lelaki juga banyak yang suka bers0lek dan pakai segala macam wewangian …!" Habis berkata begitu dia gerakkan kedua kakinya. Sesaat kemudian mahluk aneh itu lenyap dari hadapan Pendekar 212 Wir0 Sableng.
* * *
SEMBILAN
KITA kembali ke ruang besar Perguruan Emerarud0 , tempat pembicaraan d0a pengantar mayat menjelang diperabukan. Suara l0nceng yang bertalu-talu menciptakan sirap bunyi mereka yang berd0a. Ketegangan berat menggantung di udara. Di depan meja sembahyang besar dua 0rang ninja yang memanggul dua s0s0k mayat tiba-tiba melemparkan jenazah-jenazah itu ke atas lantai hingga mengeluarkan bunyi bergedebukan yang menciptakan 0rang – banyak jadi merinding.
Para pengurus dan semua angg0ta akademi yang ada di tempat itu sama keluarkan seruan keras ketika mereka mengenali bahwa mayat yang dibawa dan dilemparkan ninja ke lantai ternyata yaitu mayat dua 0rang murid akademi tingkat atas. Selain bekasbekas luka tusukan , pada kening kedua 0rang ini menancap sebuah shuriken. Warna biru yang menggembung pada daging dan kulit kening menandakan bahwa senjata rahasia itu mengandung racun mematikan.
Enam 0rang pengurus akademi secara serentak mel0mpat dari atas tatami yang mereka duduki. Yang paling beringas yaitu Wakil Ketua Shiger0 M0m0chi.
Dua 0rang anak murid akademi itu ada!ah yang disuruhnya untuk menemui pimpinan para ninja guna mencari keterangan siapa yang telah membunuh Ketua N0b0ru Kasai serta meng0brak-abrik ruangan rahasia.
Sekarang mereka di bawa kembali dalam keadaan ibarat itu 0leh empat 0rang ninja. Apa yang telah terjadi?
"Datang membawa mayat , melemparkan di depan perjamuan sembahyang ketika 0rang sedang berkabung!
Sungguh satu perbuatan kurang didik dan tidak beradab!
Apalagi kalau kalian yang telah membunuh mereka!"
Suara Shiger0 M0m0chi terdengar keras dan lantang.
Dia bicara sambil tangan kanannya memegang hulu katana yang tergantung di pinggang. Salah se0rang dari empat ninja maju satu langkah.
"Kami para ninja memang tidak mengenal s0pan santun dan peradaban. Tua-tua akademi mengirimkan 0rang untuk menyelidik. Hal itu sama saja dengan meragukan dan menuduh bahwa kami terlibat dalam pembunuhan Ketua kalian! Apakah itu satu tindakan s0pan?!”
Shiger0 M0m0chi mendengus. "Kau tahu apa ihwal kematian Ketua kami? Ser0mb0ngan ninja menyerbu kemari! Membunuh Ketua kami dan berusaha mencuri sebuah surat penting! Apa kami hanya berdiam diri?!"
"Shiger0 M0m0chi! Siapa yang tidak kenal denganmu? Pengurus Perguruan Emerarud0 yang suka menenggak minuman keras. Pantat b0t0l! Aku tahu kaulah yang memberi perintah pada ke dua 0rang itu untuk menyelidik! Kekurang ajaranmu tidak bisa dimaafkan hanya dengan kematian dua anak buahmu itu!"
"Ninja jahanam! Katakan apa maumu?!" Sang ninja ganti mendengus. "Kami tiba untuk meminta enam kepala angg0ta perguruan. Itu sebagai epil0g malu. Terserah apakah kalian akan melaksanakan harakiri sendiri atau kami terpaksa turun tangan mengambil enam kepala itu!"
"Kau b0leh punya nyali selangit! Kau tidak sadar sudah masuk ke sarang macan! Sekalipun Dewa men0l0ng kau dan tiga kawanmu tak bakal bisa keluar hiduphidup dari tempat ini!" Habis berkata begitu sret! Shiger0 M0m0chi cabut pedangnya. Bersamaan dengan itu sepuluh 0rang anak buah akademi mel0mpat pula dengan katana terhunus.
"Tahan!" tiba-tibe terdengar satu seruan. Satu bayangan berkelebat. Empat 0rang ninja di depan meja sembahyang mencicipi sambaran angin keras hingga mereka cepat mundur. Yang tegak di tengah ruangan ternyata yaitu Hisa0 Matsunaga , Ketua gres Perguruan Emerarud0.
"Semua harap menahan diri. Saat ini yaitu ketika sedih berkabung bagi kami 0rang-0rang perguruan.
Bahkan d0a pengantar mayat ke perabuan masih belum selesai dipanjatkan. Apakah diantara kita mustahil berbesar jiwa untuk tidak berbuat 0nar? Para ninja , kami merasa kalian berempat cukup berbaik hati untuk mau mengantar mayat murid-murid perguruan.
Aku tidak berusaha mencari tahu siapa pembunuh mereka. Aku tidak akan menuduh kalian sebagai pelaku.
Aku akan melupakan segala sesuatu yang bersilang diantara kita asalkan kalian berempat sudi meninggalkan tempat ini. Aku Ketua Perguruan Emerarud0 mem0h0n dengan h0rmat …….."
"Mana bisa ibarat itu aturannya. Enak betul!"
Yang berkata keras itu yaitu Shiger0 M0m0chi. "Ketua , jangan merendahkan derajat kita dengan alasan kita sedang berduka! K0mpl0tan manusia-manusia hitam berandal ini seharusnya sudah semenjak usang dibasmi!"
"Shiger0 M0m0chi , ucapanmu selain menghina juga terlalu takaburl Aku harap kau mau berlutut dan minta maaf!" kata ninja yang semenjak tadi bertindak sebagai juru bicara.
"Keparat kurang ajar! Kalau tidak kubuat menggelinding kepalamu rasanya tidak berkhasiat hidup ini!"
Dari dalam saku kim0n0nya Shiger0 M0m0chi keluarkan seb0t0l minuman keras. Minuman ini ditenggaknya hingga habis. B0t0l kaleng yang k0s0ng kemudian dibantingkannya ke lantai ruangan. Tampangnya kini kelihatan menjadi merah beringas. Bahunya naik ke atas. Dua tangannya menggenggam katana. Sepuluh 0rang murid akademi bergerak maju selangkah demi selangkah. Empat ninja tak tinggal diam. Empat bilah pedang mereka berkilauan dibawah s0r0tan lampu minyak.
Di ketika yang sangat menegangkan itu tiba-tiba dua 0rang pendeta Zen berdiri dan melangkah cepat ke depan meja sembahyang.
"Kami dua 0rang tamu yang tak ingin melihat tuan rumah dalam ketika berkabung harus turun tangan pula untuk menuntaskan kericuhan. lzinkan kami mewakili tuan rumah …." Pendeta Zen yang bicara berpaling pada Hisa0 Matsunaga kemudian membungkuk. Dua pendeta ini yaitu yang mengantarkan Akira kembali malam tadi ke perguruan.
"Pendeta tidak tahu diri! Pekerjaan kalian hanya menyangkut urusan keagamaan! Mengapa kini berlagak sepelti dua jag0 silat?! Kau dan kawanmu bertindak lancang! Tapi tidak apa! Kami sudah usang memperhatikan tindak tanduk para 0rang suci agama Zen yang sering mencampuri urusan dan kepentingan kami. Malam ini kalian rupanya mau menjadi tumbal pendahuluan mewakili kawan- mitra kalian!" hardik ninja hitam.
"Dua pendeta!" seru Hisa0 Matsunaga dengan cepat.
"Terima kasih atas perhatian kalian. Tapi semua ini yaitu urusan perguruan. Biar kami yang menuntaskan secara baik-baik." Mendengar ucapan Ketua pergunran itu , dua pendeta Zen segera menjura , menghaturkan ajakan maat kemudian cepat kembali ke tempat duduk masing-masing.
Ninja di sebelah depan menyeringai di balik kain hitam epil0g wajahnya. "Dua pendeta Zen. Kalian berhutang nyawa pada Ketua Perguruan! Kalau tidak dia yang men0lak , pasti kalian berdua sudah terkapar jadi bangkai tak berguna!"
Dua pendeta Zen kelihatan merah wajah masing masing. Tapi ke duanya tak berkata apa-apa dan mengambil perilaku menundukkan kepala.
"Mungkin ada lagi yang berbaik hati hendak mewakili tuan rumah?!" berseru ninja paling depan. Tiba tiba terdengar suitan keras disertai berkelebatnya satu bayangan. Di lain kejap satu s0s0k terbungkus pakaian serba merah mulai dari kaki hingga ke kepala tegak di tengah ruangan , menghadap ke arah empat 0rang ninja.
Dari wajahnya hanya sepasang matanya yang kelihatan , memandang tak berkesip. Sebilah katana menyembul dari balik punggungnya.
"Ninja Merah!" seruan itu keluar dari hampir semua mulut.
"Selama dunia terkembang gres sekali lni saya melihat ada ninja merah!" kata sese0rang dengan mata terbelalak. Shiger0 M0m0chi yang hendak meradang eksekusi alam merasa didahului 0rang juga ikut terkesima. Dia berpaling pada Hisa0 Matsunaga. Ketua gres Perguruan Emerarud0 ini sendiri tampak tegak tertegun.
"Siapa kau?!" hardik ninja hitam sementara tiga kawannya tegak dengan perilaku waspada penuh.
"Tadi kau bertanya siapa lagi wakil tuan rumah.
Nah saya yaitu wakil yang kau tanyakan itu! Aku sengaja capai-capai tiba ke sini , jadi jangan kecewakan diriku!"
"lni tidak masuk akal! Tak pernah ada ninja merah! Buka epil0g kepalamul Aku mau lihat tampangmu!" Ninja merah tertawa pendek.
"Apakah kau mau membuka epil0g kepalamu lebih dulu!"
"Kurang ajar! Bersiaplah untuk mati!" hardik ninja hitam kemudian dia mel0mpat ke arah ninja merah sambil hantamkan ninjat0nya. Tangan ninja merah bergerak ke punggung. Sebilah pedang berkiblat di udara , menangkis dengan keras pedang di tangan ninja hitam.
Kalau tidak merasa malu disentak lawan dalam satu kali gebrakan ninja hitam hampir mengeluarkan seruan tertahan. Bentr0kan senjata dengan ninja merah bukan saja menciptakan tangannya terasa pedas dan pedangnya hampir terlepas , tetapi juga menimbulkan kedua lututnya tertekuk. Dia merasa se0lah ada kekuatan besar menekan tubuhnya dari atas. Kalau tidak cepat dia mel0mpat mundur sambil memasang kudakuda gres , pasti dirinya jatuh terhenyak di depan meja sembahyang.
"Mahluk merah ini mempunyai tenaga luar biasa.
Jurus ilmu pedangnya aneh….." Ninja ini ibarat terpanggang ketika di depannya ninja merah tertawa mengekeh dan mengejek.
"Ninja buruk , masih mau terus atau berlutut saja minta ampun!"
"Mahluk takabur! Sekalipun kau punya tujuh kepala selusin tangan ninja tak pernah tunduk dan takut!" Pedang di tangan ninja hitam melesat ke udara , membeset ke dada , menusuk ke perut dan mer0bek lagi ke dada.
Serangan ninja sulit dikelit , hampir tak pernah gagal. Ninja merah berseru keras. Tubuhnya melesat ke atas , jungkir balik dan hantamkan kaki kanan ke arah kepala ninja hitam waktu melayang turun.
Meleset. Malah pedang ninja hitam membeset ke arah dada menciptakan ninja merah berseru kaget kemudian cepat membuang diri ke samping. Begitu kakinya menginjak lantai Satu tusukan menyambar dengan ganas.
"Hah!" Hebat sekali. Ninja merah masih bisa berkelit. Tapi ketika ujung pedang mencuat dan membalik ke arah dadanya , ninja merah terlambat mengelak. Ujung pedang menyambar r0bek dada pakaiannya. Masih untung kulit atau daging dadanya tidak ikut tersambar.
Dengan nafas agak mengengah ninja merah tegak sambil letakkan tangan kiri di pinggang. Kedua kakinya terkembang.
"Aneh …." kata Hisa0 Matsunaga dalam hati.
"Kuda-kudanya aneh. Dia memegang katana hanya dengan sebelah tangan. Siapa ninja tunggal ini sebenarnya." Keanehan yang dilihat 0leh Hisa0 itu juga diketahui 0leh semua 0rang yang ada di situ. Mereka sama bertanya-tanya dalam hati siapa adanya ninja merah ini.
"Ninja buruk , kau merasa sudah cukup atau masih mau terus?" Pertanyaan ninja merah benar-benar sangat merendahkan ninja hitam. Di dahului bunyi menggemb0r ninja hitam menyergap dengan serangan berantai.
Katana dalam genggamannya se0lah lenyap. Berubah menjadi sinar keputihan yang mencuat ke banyak sekali cuilan tubuh ninja merah. Setelah menghindar dengan sebat , ninja merah keluarkan bunyi suitan keras. Lalu tubuhnya berkelebat meny0ng00ng serangan lawan.
Trang …. trang …. trang!
Tiga kali dua katana bentr0kan di udara. Ninja hitam berseru kaget. Pedangnya lepas dari tangan. Dia cepat jatuhkan diri. Ketika bangun sebuah kusarigama tahu-tahu sudah tergenggam di tangannya. Rantai yang ujungnya dicanteli senjata berbentuk ganc0 ini diputar dua kali di atas kepala kemudian dengan kecepatan kilat membeset ke bawah.
"Jeb0l perutmu Br0j0l ususmul” teriak ninja hitam.
"Perut bapakmu!" Usus Ibumu!" balas berteriak ninja merah. Pedang di tangan kanannya meluncur ke depan. Sengaja disusupkan masuk ke dalam gelungan kusarigama.
"Ha … ha …. Kau menjebak diri sendiri!" teriak ninja hitam. Lalu dengan sekuat tenaga dia tarik kusarigama-nya. Maksudnya hendak membet0t lepas pedang di tangan lawan. Tapi alangkah terkejutnya ketika cepat sekali pedang ninja merah justru melesat terus dan tahu-tahu ujung katana itu sudah menempel di tengg0r0kan-nya , membuatnya melangkah mundur.
Wajahnya yang tersembunyi di balik kain hitam pucat pasi. Jantungnya ibarat mau tanggal. Langkah mundurnya tertahan ketika pinggangnya membentur meja sembahyang.
"Dasar ninja kurang ajar! Kalau mau sembahyang jangan memantati meja! Putar tubuhmu!” hardik ninja merah. Pedangnya digerakkan secara aneh , mambuat tubuh ninja hitam jadi terputar.
Dalam suasana lain mungkin semua 0rang akan tertawa membahak melihat kejadian yang lucu itu.
Namun ketika itu semua dihimpit 0leh rasa tegang hingga tak ada yang bersuara ataupun bergerak Ninja merah dekatkan kepalanya ke wajah ninja hitam. Tanpa didengar 0leh 0rang-0rang yang ada di situ , dengan bunyi perlahan dia berkata. "Se0rang sahabat kehilangan senjata berbentuk kapak bermata dua. Ada bukti senjata itu berada di tangan k0mpl0tanmu , Lekas jawab atau kug0r0k lehermu ketika ini juga!"
"Ninja tidak takut mati! Kau b0leh g0r0k leherku!" menyahuti ninja hitam.
"Kurang ajar! Nyalimu b0leh juga! Aku urung mengg0r0k lehermu! Kau akan kubiarkan hidup. Tapi kedua matamu kubuat buta lebih dulu!" Tangan ninja merah yang memegang pedang bergerak ke atas. Ninja hitam yang masih memegang ujung rantai besi c0ba bertahan. Dia mengerahkan seluruh tenaganya hingga tubuhnya keringatan. Ternyata dia tak bisa melawan tenaga lawan.
"Mata kananmu lebih dulu!" kata ninja merah.
Ujung pedang bergerak ke arah mata kanan ninja merah Tiba-tiba tangan kiri ninja hitam menyelinap ke sisi.
Sesaat kemudian sebuah belati kecil yang tergenggam di tangan kiri itu menghunjam deras ke perut ninja merah.
"Belati beracun!" teriak beberapa 0rang.
Ninja merah tampk tenang. Dia bukannya tidak tahu apa yang dilakukan lawan. Begitu ujung belati hampir menyentuh pakaian merahnya dan siap menjeb0l perutnya , tangan kiri ninja merah berkelebat. Ninja hitam berteriak kesakitan ketika lengannya yang memegang pisau dicekal lawan. Dia merasa ibarat dijepit dengan jepitan besi. Ketika dia c0ba ber0ntak terasa ada tekanan aneh pada urat besar di pergelangan tangan Lalu mendadak s0ntak sekujur tangan kirinya menjadi kaku! Sementara itu ujung katana di tangan ninja merah sudah rampal di depan mata kanannya.
"Bagaimana , kau mau memberi keterangan atau tidak?!" kertak ninja merah. Nyali ninja hitam jadi leleh.
"Aku tidak tahu menahu s0al senjata yang kau tanyakan itu. Ada tiga persekutuan besar ninja di daerah ini …."
"Sebutkan!"
"Ninja Nara , Ninja Iga dan Ninja 0kazaki…."
"Kau dari ninja mana?!"
"Nara ….:”
Ninja merah tertawa perlahan. "Manusia kentut busuk! Kau kira saya bisa kau akali! Setahuku ninja Nara tidak pernah mempunyai shuriken beracun ibarat yang kalian pergunakan untuk membunuh dua murid akademi itu!" Pedang di tangan ninja merah bergerak ke atas.
Craasss!
Ninja hitam meraung keras. Mata kirinya pecah. Darah muncrat.
"Kau masih punya kesempatan kurang dari sekejapan mata! Katakan kau gemb0ng ninja dari mana!"
"I ….. Iga…” jawab ninja hitam.
"Dasar ninja t0l0l kalau tadi-tadi kau beri tahu mata kananmu tak akan buta!" Tiba-tiba tiga buah senjata rahasia berbentuk bintang melesat ke arah ninja merah. Dari samping berkelebat satu bayangan. Lalu tring … tring …. !
Dua buah shuriken mental ke udara dan menancap di l0teng ruangan. Shuriken ke tiga ternyata melesat sangat sebat dan siap menembus dada ninja merah. 0rang banyak menahan nafas. Wajah ninja merah dibalik epil0g kepala menyeringai. Tangan kirinya mencengkram pundak ninja hitam. Tangan kanan yang masih memegang pedang dan tergelung dalam rantai besi ditarik kesamping. Tubuh ninja hitam bergeser keras ke kanan. Lalu terdengar jeritnya ketika shuriken beracun menancap amblas di punggungnya , terus menembus paru-paru sebelah kiri Ninja ini eksklusif mati berdiri!
Ninja merah memandang pada Shiger0 M0m0chi yang berdiri di tengah ruangan sembahyang. Dialah tadi yang telah mel0mpat dan menangkis dua buah senjata rahasia yang dilemparkan 0leh mitra ninja dari lga itu.
"Terima kasih …. Aku tidak melupakan bantuanmu tadi!" kata ninja merah pada Shiger0 M0m0chi. Tiga ninja hitam yang ada di tempat itu menjadi murka dan nekad melihat mitra mereka menemui kematian mengenas kan begitu rupa. Ketiganya mel0mpat dan eksklusif menyergap ninja merah dengan serangan ganas. Tiga bilah katana berkiblat di udara mengeluarkan bunyi berdesing mengerikan.
"Aha , selain kurang didik kalian juga ternyata curang!" teriak ninja merah. Sretttl Dia cabut pedangnya dari gelungan rantai besi berkepala ganc0. Tiga ninja yang menyerbu mengira lawan mereka akan pergunakan senjatanya untuk menangkis. Cepat-cepat mereka putar arah pedang. Tiga katana itu kini menderu ke arah tubuh sebelah bawah lawan. Tapi mereka kecele.
Ninja merah ternyata tidak pergunakan katananya untuk menangkis. Tapi tiba-tiba mengangkat tubuh ninja yang sudah mati dan memutarnya ibarat titiran kemudian dilempar ke arah tiga ninja yang menyerangnya.
Craasss! Craasss! Craasss!
Tiga pedang menghantam tubuh mayat di tiga tempat. Lantai ruangan sembahyang lagi-lagi dik0t0ri dengan darah! Tiga ninja hitam terkesiap kaget tidak mengira kalau pedang mereka akan menghantam tubuh mitra sendiri walaupun sudah jadi mayat. Hisa0 Matsunaga usap mukanya berulang kali sementara yang lainnya tertegun menyaksikan apa yang terjadi.
Tiga ninja hitam jadi tambah beringas. Mereka berteriak dahsyat kemudian kembali menyerbu ninja merah.
Yang diserang siap menunggu dengan pedang melintang di depan dada. Dan lagi-lagi dia memegang pedang dengan satu tangan yaitu tangan kanan tidak lazimnya cara ninja memegang senjata , Saat itu Shiger0 Mam0chi tidak mau tinggal diam. Begitu tiga ninja hendak menger0y0k lagi dia berkelebat masuk ke dalam kalangan pertempuran. Tapi dia jadi terdiam ketika mendapatkan hanya satu lawan yang tersisa.
Dua ninja lainnya telah lebih dulu menggeletak di tanah dengan perut dan dada r0bek. Keduanya melejang-lejang beberapa kali kemudian membisu tak berkutik lagi.
"Maafkan saya hanya meninggalkan satu k0rban untukmu!" kata ninja merah pula pada Shiger0 M0m0chi.
Lalu dia keluarkan suitan keras. Di lain kejap semua 0rang hanya sempat melihat 0rang itu berkelebat satu kali kemudian lenyap di ujung ruangan sembahyang.
Shiaer0 M0m0chl memandang mendelik pada satu-satunya ninja yang masih hidup. Ninja satu ini bekerjsama sudah hampir putus nyalinya. Namun dia sadar tak mungkin l0l0s hidup hidup dari tempat itu. Belasan anak murid akademi dilihatnya telah mengurung tempat itu. Dengan nekad dia kemudian menyerbu ke arah Shiger0. Wakil ketua akademi yang suka mab0k ini memang mempunyai ilmu pedang tinggi. Namun satu lawan satu menghadapi ninja hitam itu dia sempat dibentuk rep0t bahkan r0bek lengan kim0n0nya sebelum alhasil dia berhasil membac0k pangkal leher lawan hingga tewas.
AKIRA Kasai menghela natas lega. Tapi wajahnya masih gelisah. Dia berpaling pda Akik0 Bessh0 yang tegak di sebelahnya.
"Ada empat ninja terbunuh di perguruan. Keadaan semakin rumit…!” kata anak itu dengan bunyi perlahan.
"Aku tahu. ,." jawab Akik0.
"Kawan-kawan mereka bahkan mungkin semua persekutuan ninja dl negeri ini akan menyerbu. Menuntut balas! Aku sahabatmu , saya tidak akan membiarkan kalian diperlakukan semena-mena. Aku akan melaksanakan apa saja yang bisa membantu ….. Cuma ketika ini saya juga punya kesulitan …… ."
"Kesulitan apa?” tanya Akira Kasai.
"Dalam perjalanan ke sini bekerjsama saya bersama se0rang kawan. Se0rang perjaka asing berjulukan W ir0. Begitu melihat Ketua Hisa0 Matsunaga memacu kuda di malam buta , saya mengambil keputusan untuk mengikutinya. Pemuda asing itu saya suruh tunggu di satu tempat. Ketika saya kembalil dari puri bersama Ketua Hisa0 Matsunaga kawanku tak ada lagi di tempat penantian. Aku bersama Ketua menyelidik tapi tak bisa usang lantaran dia harus cepat-cepat kembali ke sini.
Sebelum pergi saya menemukan sebuah shuriken menancap di batu. Ninja …. Jangan-jangan kawanku ltu… .?. telah dibunuh atau diculik 0leh ninja …."
"Kau salah n0na Akik0. Aku ada di sini. …" satu bunyi terdengar. Se0rang perjaka berpakaian dekil dan r0bek serta berambut g0ndr0ng muncul dari balik sebuah tiang bangunan. Akik0 Bessh0 berpaling dan hampir berteriak ketika melihat Pendekar 212 Wir0 Sableng tegak di depannya.
"Wir0! Kukira kau…."
* * *
SEPULUH
Murid Sint0 Gendeng tersenyum. Tapi tiba-tiba wajahnya kelihatan mengernyit.
"Eh , kau ibarat kesakitan…." kata Akik0.
"Saya lihat ada luka di paha dan lengannya ," kata Akira pula.
"Aku diserang lima 0rang ninja. Satu berhasil kubunuh. Satunya lagi kubabat buntung tangan kanannya.
Yang tiga berhasil membuatku babak belur kemudian menendangku hingga jatuh ke dalam jurang watu …."
"Jatuh ke dalam jurang batu?! Saya tidak percaya!
Bagaimana mungkin kini kau masih hidup?!" kata Akira Kasa! pula.
"Wir0 , ini Akira Kasai , putera mendiang Ketua N0b0ru KasaI…." Akik0 memperkenalkan.
Wir0 mengangguk kemudian membungkuk. Akira Kasai balas menjura kemudian menutup mulutnya menahan tawa.
"S0bat kecil , mengapa kau tertawa ?” tanya Wir0.
"Caramu membungkuk ibarat 0rang menahan buang air besar!" jawab Akira pula yang menciptakan Wir0 tertawa lebar dan garuk-garuk kepala.
"Wir0 , apa yang dikatakan Akira benar. Jika kau jatuh ke dalam jurang watu bagaimana kau bisa hidup dan bisa tiba ke sini walau dalam keadaan masih terluka?"
"Kau mungkin tak percaya. Kawanmu berjulukan Y0ri itu yang men0l0ngku."
”Y0ri ….?’
"Manusia bendera …."
"Hah! Y0ri si Bendera Darah! Bukankah dia sebelumnya bermaksud hendak membunuhmu!?’
"Betul. Tapi agaknya dia begitu takut padamu hingga menangguhkan kematianku."
"Tak bisa kupercaya."
"Dia juga yang meng0batiku dan berkata bahwa setelah saya membunuh dan melukai se0rang ninja , nvawaku akan terancam kemanapun saya pergi. Melihat apa yang terjadi di tempat ini saya merasa beruntung.
Kalau saja saya tiba lebih cepat pasti saya yang jadi target balas dendam ninja-ninja itu. Walau saya l0l0s dari l0bang jarum kematian namun nasibku buruk Kapak Maut Naga Geni 212 milikku dirampas kawannya ninja!"
"Ah , senjata itu bagimu sama saja dengan nyawamu ," kata Akik0.
"N0na Akik0 , jangan lupakan diriku. Bukan kalian saja yang punya kesulitan. Saya juga…”’
"Adik Akira maatkan saya …."
"Apakah kita bisa bicara di tempat lain sekarang?"
"Baik , kita bicara di tempat aman. Kawanku ini akanikut menemani …"
"Tunggu dulu. Saya tidak kenal perjaka asing ini sebelumnya. Apa dia bisa dipercaya?” tanya Akira Kasai.
"Kau bisa mempercayai dirinya ibarat kau mempercayai diriku …."
"Terus terang saya tidak bisa menyampaikan apakah saya mempercayaimu dan juga 0rang ini. Tapi saya tidak punya 0rang lain yang bisa diajak bicara…." Lalu Akira Kasai memutar tubuhnya. Dia berjalan di depan sekali menuju ke arah timur daerah akademi yang luas. Di belakang sebuah bangunan yang dijadikan gudang dimana keadaan sepi dan agak gelap anak ini berhenti.
"Di sini aman. Kita bicara di sini saja …." kata Akira. Dia melirik pada Wir0 sebentar se0lah masih meragu. Pendekar 212 garuk-garuk kepalanya.
"B0cah … :’
"B0cah …. Apa itu?” tanya Akira.
"Di negeriku b0cah artinya anak kecil …"
"0h …"
"Kalau kau kurang percaya padaku , biar saya pergi saja. Nanti saya kembali lagi ," kata Wir0 pula. Lalu dia memutar tubuh hendak meiangkah pergi.
"Tunggu , saya kira saya bisa percaya padamu ibarat saya percaya pada n0na Akik0."
"Bagus , kini katakan apa yang hendak kau sampaikan padaku …. ."
"Ini menyangkut surat warisan pengakuan Ketua yang tadi dibaca 0leh salah sese0rang sesepuh perguruan…"
"Ada apa dengan surat itu?’ tanya Akik0. Anak usia 14 tahun itu memandang dulu ke kiri dan ke kanan se0lah takut ada 0rang laln mendengar pembicaraan.
Lalu dengan bunyi perlahan dia berkata.
"Saya yakin surat yang dibacakan itu yaitu surat palsu."
"Tapi saya melihat sendiri pendeta Kamashaki menyerahkannya dalam ampl0p kuning tertutup pada Hisa0 Matsunaga di Puri Sanzen …."
"ltu yang mengherankan ," sahut Akira Kasai.
"Lalu apakah kau punya alasan atau bukti menyampaikan surat itu palsu?" bertanya pahlawan 212.
Akira Kasai mengangguk. "Saya melihat Ayah membubuhkan tanda tangan dan cap akademi pada surat pengangkatan pewaris Ketua itu. Waktu itu setetes tinta jatuh men0dai sudut kiri bawah surat. Ayah memaki dirinya sendiri lantaran ket0t0lannya itu. Namun saya lihat Ayah terus saja memasukkan surat itu ke dalam ampl0p kuning. Mengikatnya dengan benang , diberi lem dan diberi lak besar. Surat itu diserahkan pada saya dengan pesan sem0ga saya bersama beberapa pembantunya menyerahkan surat itu pada pendeta K0m0 di Puri Sanzen …."
"Kapan hal itu tejadi?" tanya Akik0.
"Sekitar satu bulan lalu."
"Akira-san , kau banyak mengetahui kejadian pada malam waktu Ayahmu dibunuh?’ bertanya Wir0. Ketika anak itu mengangguk Wir0 dan Akik0 minta sem0ga dia menceritakan. Sesaat setelah mendengar d0ngeng Akira , Wir0 lantas berkata.
"Ada kemungkinan Ayahmu lantaran kurang bahagia dengan n0da tinta di surat warisan , kemudian menciptakan surat gres mengganti surat yang kau terima?"
"Saya tidak yakin. Karena surat yang bern0da tinta itu hanya saya simpan satu malam. Bes0knya eksklusif dikirimkan pada pendeta K0m0."
"Melihat gelagat , Ayahmu ibarat tidak mempercayai keamanan di akademi …" kata Wir0.
"Saya tidak mengerti dan saya tidak tahu mengapa Ayah berbuat begitu."
"Sekarang sudah ada Ketua akademi yang baru.
Apa yang masih kau risaukan?" tanya Akik0 Bessh0.
"Siapa saja yang jadi Ketua saya tidak perduli.
Tapi saya mengira telah terjadi kecurangan. Pemalsuan surat warisan Ketua."
"Selain Hisa0 Matsunaga , siapa lagi pengurus di akademi yang berhak untuk jabatan itu?" tanya Wir0.
"Paman Shiger0 M0m0chi. Tapi syukur Ayah tidak mewariskan jabatan Ketua padanya …."
"Memangnya kenapa?’ tanya Wir0 lagi.
"Sifatnya kasar. Pemab0k. Walau hatinya baik , mana mungkin 0rang ibarat dia bisa diangkat jadi Ketua. Saya kira memang tepat kalau Ayah mewariskan jabatan Ketua pada paman Hisa0 Matsunaga. Hanya saja saya masih mencicipi ada sesuatu yang tidak beres …"
"Akira-san sudahlah. Hal itu tak perlu kau pikirkan berpanjang-panjang. Perguruan sudah punya Ketua baru. Bes0k mayat Ayahmu akan diperabukan …."
Akira terdiam. Baik Akik0 maupun Wir0 sama maklum kalau si anak masih belum puas. Agaknya belum seluruh unek-uneknya dikeluarkan.
"Adik Akira , mungkin masih ada yang hendak kau katakan?"Tanya Akik0.
Wir0 menguap lebar-lebar. Selain letih luka di kaki dan di lengannya terasa berdenyut sakit. Dia kemudian pergi duduk di sebuah kursi kayu dekat dinding gudang.
"Memang ada. Mungkin ini bisa dijadikan petunjuk siapa yang membunuh Ayah …."
"Kita semua tahu Ayahmu dibunuh 0leh ninja. Ada tiga kel0mp0k besar ninja di negeri ini. Tidak gampang untuk menyelidiki. Buktinya kau saksikan sendiri bagaimana mereka berani mendatangi tempat ini hanya lantaran tersinggung …."
Si anak tidak perdulikan ucapan gadis itu. Dia mem0t0ng. ‘Waktu saya melihat mayat Ayah pertama kali , saya melihat ada kelainan pada lima jari tangan kanan beliu …"
"Kelainan bagaimana?"
"Lima jarinya berada dalam keadaan ibarat habis mencengkeram. Setahu saya Ayah memang mempunyai ilmu pukulan disebut Lima Jari Dewa. Untuk mendapatkan ilmu itu Ayah harus melaksanakan perjalanan selama tujuh bulan ke sebuah pegunungan di Tibet. ltupun belum tepat betul. Menurut Ayah dia harus kembali lagi ke sana. Siapa saja yang terkena pukulan Lima Jari Dewa pasti menemui kematian atau cacat bertanda seumur hidup tubuhnya , tak bisa dihilangkan. Saya yakin sebelum terbunuh Ayah sempat melepaskan pukulan itu ke tubuh ninja. Kalau tidak mengapa jari-jari tangannya berada dalam keadaan mencengkeram. Saya mengerti tidak gampang mencari tahu siapa ninja yang terkena pukulan itu. Namun paling tidak kita sudah punya petunjuk …"
"Selain Ayahmu , apa ada pengurus akademi lainnya mempunyai ilmu Lima Jari Dewa itu?" bertanya Akik0. Akira Kasai menggeleng.
”’Cuma Ayah satu-satunya yang menguasai ilmu itu!” Akik0 memandang pada Wir0.
"Apa yang bisa kita lakukan?"
"Semua yang diceritakan anak ini dan semua yang terjadi yaitu urusan dalam perguruan. Kita tak bisa mencampuri dan melibatkan diri. Aku sendiri sedang resah lantaran menderita luka dan kehilangan kapak mustika. Namun mungkin semua yang terjadi di sini merupakan satu jalan bagiku untuk menyelidik ninja mana yang mencuri senjataku itu…!’” Wir0 memandang pada Akira kemudian berkata.
"S0batku kecil , saya akan melaksanakan apa saja untuk membantu menyingkap siapa pembunuh Ayahmu….."
Akira Kasai membungkuk. "Terima kasih gaijin …" katanya perlahan kemudian dia berpaling pada Akik0.
"Ada satu hal yang tidak saya mengerti dan ingin saya bicarakan denganmu!’
"Katakan saja …"
"lni menyangkut kejadian sewaktu r0mb0ngan kami dicegat ninja dalam perjalanan ke Puri Sanzen … ."
"Apa yang tidak kau mengerti Akira!”
"Ninja berlaku ganas. Mereka menumpas hampir semua angg0ta r0mb0ngan. Termasuk sahabat saya Ken0. Yang selamat hanya saya dan Paman Hisa0.
Namun waktu itu saya … !” Akira Kasai tidak meneruskan kata-katanya. Dari balik bangunan gudang terdengar bunyi 0rang batuk. Sesaat kemudian Hisa0 Matsunaga yang kini menjadi Ketua Perguruan Emerarud0 muncul di tempat itu.
"Maafkan kalau kedatanganku menggangu pembicaraan kalian. Jika memang ada urusan penting yang perlu dibicarakan , dalam bangunan besar ada beberapa ruangan bisa dipergunakan …."
"Kami kebetulan bertemu dan tidak bicara hal-hal penting ," kata Akik0 pula sambil tersenyum kemudian membungkuk.
Begitu juga Akira dan Wir0.
"Akira-san ," Hisa0 menegur , "Kau butuh istirahat lngat bes0k akan ada upacara panjang sebelum Ayahmu diperabukan. Mengapa tidak segera saja masuk kamar dan istirahat?"
"Maafkan saya paman Hisa0. Selamat malam untuk kalian semua ," jawab Akira. Sekali lagi anak ini membungkuk kemudian cepat-cepat ditinggalkannya tempat itu.
Hisa0 Mastunaga perpaling pada Akik0. "N0na Akik0 , bagimu telah kusediakan sebuah kamar untuk istirahat. Jika kau suka akan kuantar kesana kini juga …."
"Terima kasih. Ketua terlalu memperhatikan saya”
Hisa0 Matsunaga kini memandang pada Wir0. Rambut g0ndr0ng , kening diikat kain putih , pakaian r0bek serta luka di paha dan lengan.
"N0na Akik0 siapa pengemis asing ini?" Mulut Pendekar 212 hingga bergerak penc0ng mendengar 0rang menyebutnya sebagai pengemis. Dalam hati dia memaki panjang pendek.
"Dia sahabat saya. Maafkan kalau keadaannya m0rat marit. Dia barusan diramp0k 0rang di tengah jalan..!” dusta Akik0.
"Hemmm …. Banyak uang atau hartamu yang dirampas?" tanya Hisa0 Matsunaga pada Wir0 dengan senyum memperlihatkan ketidak percayaan.
"Sedikit. Cuma lima tail emas dan lima tail perak ,"
jawab Wir0 terpaksa berdusta sem0ga karangan Akik0 c0c0k dengan ucapannya.
"Ck …. ck …. ck …" Hisa0 Matsunaga berdecak.
"ltu bukan sedikit" katanya lagi-lagi dengan tersenyum tanda dia tidak percaya ucapan si g0ndr0ng tadi.
"N0na Akik0 , saya siap mengantarkanmu….."
"Terima kasih Ketua. Saya tak mau merep0tkan 0rang. Biar saya bergabung dengan para tamu lainnya di ruang besar upacara sembahyang …."
"Kalau begitu kemauan N0na saya tidak bisa memaksa ," kata Hisa0 Matsunaga pula. Lalu dia melangkah. Namun berhenti di hadapan Wir0 dan berkata.
"Saya menghargai kehadiranmu untuk melayat.
Tapi sesuai aturan , kau hanya diperkenankan duduk di barisan paling belakang tempat upacara …." Wir0 tersenyum.
"Saya sudah tahu. Tempat pengemis ibarat saya memang di situ …. Lagi pula saya kawatir duduk ramairamai di depan ….."
"Apa yang kau kawatirkan?" tanya Hisa0 Matsunaga heran.
"Saya kawatir beberapa tail emas yang masih ada dalam kant0ng pakaianku disambar 0rang …" jawab Wir0.
"Selamat malam ketua ," katanya kemudian Sambil membungkuk. Tanpa berkata apa-apa lagi Hisa0 Matsunaga tinggalkan tempat itu dengan cepat. Begitu 0rang pergi Wir0 berpaling pada Akik0 yang memandang padanya sambil tertawa geli.
"Nasibku buruk amat. Disangka pengemis 0leh Ketua Perguruan…!’
"Sudahlan. Dia cuma salah menduga dan menilai 0rang ," menyahuti Akik0 Bessh0.
"Bagaimana pendapatmu mengenai Akira Kasai…?
"Dia anak baik. Tapi saya punya firasat keselamatannya terancam." Jawab Wir0 p0l0s.
"Kalau begitu saya akan mengawasi dirinya secara diam-diam."
"Malam ini biar saya saja yang berjaga-jaga. Apa lagi tak ada gunanya saya berada di ruangan pembacaan d0a. Aku mana pandai berd0a cara kalian …" Habis berkata begitu Pendekar 212 Wir0 Sableng melangkah ke arah bangunan di mana tadi dilihatnya Akira masuk.
Dia melambaikan tangan pada Akik0 Bessh0 kemudian berkelebat naik ke atas atap bangunan lain di seberangnya.
* * *
SEBELAS
LAPAT-lapat dari ruang besar tempat upacara d0a dilangsungkan terdengar bunyi 0rang membaca d0a tak berkeputusan. Tanpa diketahui 0leh 0rang-0rang akademi Emerarud0 , dua s0s0k hitam berkelebat cepat di kegelapan malam. Seperti cecak keduanya merayap cepat menaiki temb0k tinggi.
Ketika dua s0s0k hitam itu menyelinap naik ke atas atap kamar tempat tidur Akira Kasai , di suatu bukit kecil di dalam sebuah bangunan berbentuk kuil sese0rang menyalakan lilin di atas sebuah meja watu berlumut. Di atas meja terdapat aebuah b0k0r tembaga Di dalam b0k0r ini tersimpan bubuk mayat sese0rang.
Nyala api lilin yang menari-nari tertiup angin menciptakan bayang-bayang menakutkan di dinding ruangan.
0rang yang menyalakan lilin membungkuk di hadapan meja watu hingga tiga kali kemudian perlahan-lahan jatuhkan diri berlutut. Sepuluh jari-jari tangannya dirangkapkan satu sama lain. Lalu diantara siliran angin malam terdengar dia berucap.
"Nenek …. Cucu telah menciptakan kesalahan besar.
Dua kali cucu berhasil menemuinya. Tapi dua kali pula cucu gagal membunuhnya. Kali pertama lantaran ajakan 0rang yang pernah menyelamatkan keh0rmatan cucu. Kali ke dua lantaran keb0d0han cucu sendiri. Yaitu cucu tidak bisa , tidak tega melakukannya. Setiap cucu melihat wajahnya ada perasaan aneh dalam hati cucu. Nenek Arashi Cucu m0h0n maafmu. Agaknya cucu tidak akan pernah bisa membunuhnya. Kalau ini satu d0sa besar , mulai dari kini hukumlah diriku …."
0rang yang berucap di depan meja watu yang dijadikannya meja sembahyang itu terdiam sesaat , berusaha membendung air mata yang hendak keluar dari kedua matanya.
Tiba-tiba bunyi hatinya ibarat ber0ntak dan di telinganya se0lah mengiang kata-kata. Cucu tidak berbudi. Mana keberanian yang kutempa selama dua belas tahun dalam dirimu! Mana kekuatan batin yang kutanamkan dalam tubuhmu! Mana hawa sakti yang mengalir dalam darah dan setiap denyut jantungmu!
Jangan perasaan menguasai pikiranmu. Aku tahu kau tiba-tiba jatuh cinta padanya. Cinta! ltulah kelemahan pangkal bahala yang akan membunuhmu! Aku tidak meminta banyak padamu. Hanya satu! Bunuh perjaka asing itu! Atau arwahku akan membayangi selama hidupmu!
0rang di depan meja watu katupkan jari-jari tangannya satu sama lain hingga mengeluarkan bunyi berkereketan. Di kejauhan tiba-tiba terdengar bunyi l0l0ngan anjing menciptakan dia tercekat. Laiu dia berdiri lurus-lurus memandangi b0k0r di atas meja watu berlumut. Setelah membungkuk tiga kali dia berkata.
"Nenek Arashi , saya harus pergi sekarang. Lain kesempatan saya akan menyambangimu lagi di sini …."
Sampai di luar kuil dia tegak tertegun. Dia tidak tahu harus pergi kemana. Akhirnya dia menuruni bukit sepembawa kakinya Angin dan udara malam yang hirau taacuh tidak diacuhkannya.
KEMBALI ke Perguruan Emerarud0. Suara 0rang membaca d0a masih terdengar wabu kini mulai mengalun perlahan. Dua s0s0k hitam di ganjal bangunan dengan cepat menyelinap ke bawah cucuran atap.
Sretttt…. sretttt!
Mereka mer0bek dinding kertas dengan sebuah alat berbentuk pisau kecil. Di lain kejap tanpa ada yang mengetahui keduanya telah menyelinap masuk ke dalam kamar tidur Akira Kasai.
Saat itu putera mendiang bekas Ketua Perguruan N0b0ru Kasai memang telah bersiap untuk istirahat membaringkan diri di atas selembar kasur tipis. Sebelum berbaring dia merasa perlu memanjatkan d0a terlebih dulu bagi arwah Ayahnya. Pada ketika itulah tiba-tiba dia melihat dua s0s0k hitam mener0b0s masuk ke dalam kamar dan tanpa bunyi mereka menjejakkan kaki di atas tatami.
"Shin0bi!" seru Akira Kasai dengan pengecap kelu.
Wajahnya menjadi pucat. Ninja di sebelah kanan menganggukkan kepala. Melihat tanda ini ninja di samping kiri segera menghunus katananya. Cahaya maut berkilau dari tubuh pedang. Rasa takut yang menyelubungi diri Akira tiba-tiba saja lenyap. Berubah dengan dendam kebencian.
"Kalian pasti persekutuan ninja yang membunuh Ayah! Saat ini kalian pasti juga hendak membunuhku!
Kalian kira saya takut mati?!"
Dua ninja tak menjawab.
Tiba-tiba Akira jatuhkan diri diri di lantai. Dia berguling ke kepala kasur di mana terletak pedang miliknya.
Namun sebelum dia bisa menyentuh senjata itu , ninja di sebelah kanan cepat mel0mpat kemudian menginjak lengan anak ini.
Akira Kasai menjerit keras. Dengan bunyi bergetar lantaran amarah dan juga kesakitan anak ini berkata.
"Aku tidak takut mati! Ay0 bunuh!"
Ninja yang memegang pedang tidak tunggu lebih lama. Senjata di tangannya di tetakkan ke kepala Akira Kasai.
Wutttt!
Sesaat lagi kepala anak itu akan terbelah tiba-tiba dinding kiri kamar jeb0l. Satu bayangan merah berkelebat dan trang! Sebilah katana melesat ke depan menangkis tusukan pedang ninja.
"Ninja merah!" teriak dua ninja hitam hampir bersamaan. Kejut keduanya bukan 0lah-0lah. Terutama ninja yang senjatanya kena tangkis. Lengannya bergeletar.
Jan-jarinya terasa pedas panas. Selagi dia masih dilanda kaget tiba-tiba satu tusukan menderu ke dadanya. cepat ninja ini berkelit ke samping sambil menangkis. Dari samping kawannya ikut membantu.
Tranggg!
Tiga pedang beradu keras. Bunga api memercik terang dalam kamar. Dua pedang di tangan ninja menjepit pedang ke tiga hingga tak bisa bergerak.
Namun yang punya senjata malah keluarkan bunyi tertawa.
"Kau inginkan pedangku silahkan ambil!" Pedang dilepas. Bersama dengan itu s0s0k ninja merah melesat ke atas. Dua ninja hitam memburu dengan pedang mereka. Dari atas ninja merah melepaskan pukulan tangan k0s0ng. Serangkum angin dahsyat menderu.
Dua ninja hitam berseru kaget begitu senjata mereka bergetar keras dan tak bisa ditusuk atau dibac0kkan.
"Lepaskan senjata rahasia!" teriak ninja sebelah kanan. Serentak dia dan kawannya gerakkan tangan kiri melepaskan senjata rahasia berbentuk bintang. Lawan yang diserang jatuhkan diri ke lantai sambil ulurkan tangan menjangkau pedang yang tadi dilepaskannya dan ketika itu hampir jatuh di atas tatami.
Gerakannya ini sungguh luar biasa cepatnya hingga dua buah senjata rahasia yang dilemparkan ke arahnya tak berhasil menemui target , satu menembus dinding kamar terus melesat keluar satunya menancap di tiang kayu.
Ninja sebelah kanan keluarkan jeritan maut begitu pedang ninja merah menjeb0l perutnya. Tubuhnya eksklusif r0b0h. Darah bergenang cepat di atas tatami.
Ninja satunya menggemb0r marah. Sekali berkelebat pedangnya menyambar ke leher ninja merah yang masih berbaring di lantai. Dalam keadaan menelentang ninja merah tangkis serangan ganas itu. Dalam waktu bersamaan kaki kanannya menendang ke atas.
Dukkkk!
Ninja hitam meraung keras. Pedang lepas dari tangannya Sambil terbungkuk-bungkuk dia pegangi cuilan bawah perutnya yang hancur. Matanya membeliak terbalik-balik. Mati! Ninja merah sarungkan pedangnya. Ketika melewati tiang dimana menancap satu dari dua senjata rahasia tadi ninja merah mencabut dan memeriksanya.
"Hemmmm …. shuriken beracun …." gumamnya.
Lalu dia . cepat-cepat tinggalkan tempat itu. Ketika 0rang banyak memasuki kamar ltu Akira Kasai tertunduk di ganjal tatami sambil pegangi lengan kanannya yang sakit. Keringat hirau taacuh membasahi tubuhnya.
Yang muncul di tempt itu yaitu Shiger0 M0m0chi , Akik0 Bessh0 kemudian se0rang bau tanah pengurus akademi , ditambah delapan 0rang murid perguruan. Akik0 cepat memberikan pert0l0ngan. Se0rang andal urut cepat dipanggil. Atas pertanyaan Shiger0 M0m0chi , Akira kemudian menerangkan apa yang terjadi.
"Luar biasa malam ini. Ninja merah muncul hingga dua kali untuk men0l0ng kita ," kata 0rang bau tanah yang jadi pengurus perguruan.
"Pertama waktu empat ninja muncul di ruang pembacaan d0a. Lalu di sini."
"Aku merasa malu. Kejadian di tempat ini memperlihatkan kelemahan kita. Perguruan bisa diter0b0s begitu saja!" Kembali Shiger0 M0m0chi bicara. Dia berkata sambil memandang berkeliling. Murid-murid akademi tak ada yang berani melihat wajahnya.
Ada bunyi batuk-batuk. Ketua Hisa0 Matsunaga yang telah diberi kabar apa yang terjadi segera tiba ke tempat itu.
"Akira-san ," katanya.
"Mulai ketika ini kuharap kau pindah ke bangunan tempat kediamanku. Aku minta selusin angg0ta akademi menjaga kamarnya!
Satu hal kalian ingat. Jangan hingga 0rang luar tahu apa yang terjadi di sini. Kecuali kalau kalian semua mau dianggap 0rang-0rang t0l0l!"
Akira kemudian digend0ng , di bawa ke tempat yang dikatakan Hisa0 Matsunaga. Yang , lain-lain kecuali Shiger0 M0m0chi tinggalkan tempat itu.
"Ninja merah … ." desis Shiger0 M0m0chi sambil usap-usap dagunya.
"Siapa mahluk ini sebenarnya. Jika dia bisa muncul dalam waktu cepat berarti dia tadi masih berada di dekat-dekat sini …. Mungkin se0rang gagah salah satu dari para tamu……" Sementara Shiger0 M0m0chi melangkah menuju ruang besar tempat pembacaan d0a , Akik0 Bessh0 juga akal-akalan pergi ke ruangan itu.
Namun di satu tempat dia berputar , bergegas kembali.
Hanya saja kali ini dia tidak menuju bangunan dimana kamar Akira Kasai terletak , tapi ke bangunan di depannya dimana yaitu Pendekar 212 Wir0 Sableng bersembunyi di atap.
"Aku punya dugaan. Jangan-jangan gaijin ini yang menyaru jadi ninja merah …. !” tiba-tiba di atas atap bangunan tampak ada s0s0k tubuh bergerak.
"Huh itu dia! Mengg0s0k-g0s0k mata. Kelihatannya ibarat habis bangun tidur!" S0s0k di atas atap mel0mpat turun.
"Aku melihat kelainan pada wajahmu. Ada apakah.?"
"Wir0 , kau tadi berkata hendak mengawasi keselamatan Akira Kasai. Pecuma saja kau bermulut besar!"
"Eh , memangnya kenapa?" tanya Wir0.
"Dua ninja menyusup masuk hendak membunuh anak itu. Apa kau tidak lihat ….?”
"Astaga!"
"Ninja merah muncul lagi menyelamatkan anak itu….. ."
"Astaga!"
"Astaga! Astaga! Kau hanya bilang astaga! Apa saja kerjamu di atas atap sana?" Akik0 Bessh0 jadi kesal.
"Maafkan diriku. Aku ketiduran. Aku benar-benar latih dan luka- luka ditubuhku menciptakan saya rasanya kurang enak tubuh …. Tapi bagaimana bisa 0rang 0rang akademi keb0b0lan lagi ….. ?"
"Jangan salahkan mereka. Kau sendiri juga sudah keb0b0lan. Masih untungan anak itu tidak mati dibunuh Hanya cidera tangan kanannya…:”
"Astaga Kasihan betul …."
"Astaga lagi! Sudah tidur saja kau di atas atap sana!” saking kesalnya Akik0 Bessh0 kemudian tinggalkan Wir0.
"Ternyata bukan dia. Lalu siapa ninja merah itu?
Mungkin y0ri….? Atau Kamashaki pendeta Zen itu? “
Selagi Akik0 Bessh0 melangkah sambil berpikir-pikir itu dua s0s0k berjubah melangkah tanpa bunyi di belakangnya. Ternyata dua 0rang ini tidak mengikuti si gadis , melainkan menyelinap ke arah bangunan dimana tadi Akira Kasai dibawa.
Di ruang besar pembacaan d0a Hisa0 Matsunaga membaca d0a dengan khusuk. Kedua matanya dipejamkan. Sesekali matanya dibuka. Kali kesekian dia membuka mata dan menyapu para hadirin yang ada di ruangan itu , gres dia menyadari Sesuatu. Maka perlahan sekali dia berbisik pada Shiger0 M0m0chi yang ada di sebelahnya.
"Shiger0 , saya tidak melihat dua 0rang pendeta Zen yang tiba bersama Akira itu…."
shiger0 M0m0chi yang juga asyik membaca d0a buka kedua matanya. Lalu dipejamkan kembali. Seperti tak hirau dia berkata. "Mungkin mereka sudah pulang…"
Kalau betul berarti sungguh tidak s0pan per-buatan mereka. Tidak minta diri pada tuan rumah Apalagi upacara pembacaaan d0a belum selesai. Disamping itu mereka selayaknya menunggu hingga selesai upacara perabuan jenazah. Jangan-jangan mereka berkeliaran ke mana-maria..:”
"Mungkin saja mereka lelah membaca d0a kemudian jalan melihat-lihat bangunan akademi kias ," jawab Shiger0 lagi.
”melihat-lihat malam-malam begini? Hatiku merasa kurang enak." kata Hisa0 Matsunaga.
Kalau begitu biar saya mencari di mana mereka berada."
Shiger0 hendak hangkit berdiri. Padahal bekerjsama ketika itu dia ingin kembali ke kamarnya untuk meneguk minuman keras. Mulutnya terasa pahit dan tengg0r0kannya se0lah kering.
"Biar saya saja yang pergi. Kau tetap di sini ," kata Hisa0 Matsunaga kemudian mendahului berdiri.
Shiger0 M0m0chi memperhatikan kepergian sang ketua sambil berkata-kata sendiri dalam hati. "Anak itu menciptakan keadaan menjengkelkan. tiba-tiba saja dia menjadi sangat Penting. Mengapa ada persekutuan ninja yang menginginkan nyawanya? Ninja bekerja hanya atas dasar bayaran. Kalau dibayar berarti ada yang membayar. Siapa? Mengapa …. ?"
Dua pendeta Zen mendekam di balik sebuah p0t besar Memandang ke depan mereka melihat sekitar dua belas 0rang angg0ta akademi berjaga-jaga di dekat bangunan di mana Akira Kasai berada. Di ruangan dalam masih ada empat 0rang lagi melaksanakan pengawalan.
Sambil memandang berkeliling salah se0rang pedeta Zen berbisik pada temannya. " Aku sebetulnya tidak suka pekerjaan macam begini. Kalau bukan pendeta Kamashaki yang menyuruh saya lebih enak membisu di kamarku , berd0a sambil tidur-tiduran …"
Mendiang Ketua N0b0ru Kasai punya hubungan sangat baik dengan kita. Sangat pantas kalau pendeta Kamashaki meminta kita menyelamatkan anak itu , Pendeta agaknya telah punya firasat atau bisa melihat apa Yang bakal dialami anak itu. Ini semua berdasar pada kenyataan bahwa Ayahnya meninggal secara tidak wajar. Sese0rang telah menyuruh membunuhnya , Lalu mungkin 0rang yang sama pula yang menginginkan surat warisan jabatan Ketua itu..”
"Kalau saya b0leh menuduh dan m0h0n ampun pada Dewa atas ucapan dan jalan pikiranku ini , saya punya dugaan Wakil Ketua Shiger0 M0m0chi lah yang jadi biang keladi dibalik semua ini.agaknya dia maklum kalau kelakuan dan tindak tanduknya selama ini tidak memungkinkan dirinya diangkat jadi Ketua. Dia berusaha mencuri surat warisan untuk mengubah isinya. Ternyata Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga bertindak lebih cepat mengamankan surat itu …."
Pendeta Zen yang satu lagi terdiam sesaat. Dia memandang berkeliling sekali lagi. "Kurasa aman. Lekas kau bertindak , jangan ng0m0ng saja. Kita tak punya waktu banyak…."
Kawannya kemudian mengeruk saku jubah. Dia mengeluarkan sebuah k0tak kecil yang ujungnya berbentuk pipa r0k0k. Ujung ini didekatkannya ke mulut. Penutup k0tak dibuka kemudian dia meniup. Dari dalam k0tak berhembus keluar asap tipis bewarna kelabu. Begitu terkena siliran angin asap ini terus menyebar dan menyungkup bangunan di depan sana cepat sekali.
Dua belas 0rang anak murid akademi tiba-tiba saja merasa mengantuk. Mereka menguap berulang kali kemudian satu demi satu jatuh terkapar , tertidur pulas. Di dalam bangunan empat 0rang pengawal lainnya menyusul karam dalam kantuk yang tidak tertahankan lagi hingga alhasil jatuh pulas. Akira Kasai yang ada dalam kamar lebih cepat tertidur. Anak ini melingkar dl atas kasur tipis tak tahu apa-apa lagi.
"Sekarang.. " bisik pendeta Zen di sebelah kanan.
Lalu mendahului berlari ke arah bangunan. Kawannya berkelebat mengikuti. Akira Kasai yang mereka temui dalam kamar segera saja digend0ng. Keduanya kemudian keluar dari bangunan , sengaja melewati pintu belakang.
Begitu mereka hingga di tangga terbawah satu bunyi menegur dari tempat gelap.
"Bukan main Dua pendeta Zen ternyata penculikpenculik busuk Hendak kalian bawa kemana anak itu.?!”
* * *
DUABELAS
DUA pendeta Zen tersentak kaget. Yang berada di depan segera bergerak melindungi temannya yang membawa Akira Kasai.
0rang yang menegur keluar dari kegelapan.
Ternyata dia yaitu Hisa0 Matsunaga Ketua Perguruan Emerarud0 yang baru.
"Ketua Matsunaga , harap kau jangan salah paham.." kata pendeta Zen yang berdiri di sebelah depan.
"Aku tak pernah salah paham. Kalian yang salah paham! Perguruan Emerarud0 selama puluhan tahun telah menggalang tali persaudaraan dengan Puri SanZen. Ternyata di antara kalian ada manusia-manusia culas. Atau mungkin pimpinan Puri yang memberi perintah ….?”
Hisa0 Matsunaga bicara dengan seringai sinis dan sebentar-sebentar tangan kanannya mengusap dada kiri.
"Ketua Matsunaga , kami hanya menjalankan tugas. Kami bukan menculik anak . ini , tapi justru mau menyelamatkannya. Kau sendiri tahu bagaimana berturut turut dia hendak dibunuh …."
Hisa0 Matsunaga kembali menyeringai kemudian batukbatuk beberapa kali. "Tidak disangka para pendeta pandai berdusta mencari dalih …."
"Kami tidak berdusta. Kami benar-benar ingin menyelamatkan anak ini …"
”Turunkan anak itu , letakkan di tanah!" hardik Hisa0 Matsunaga. Lalu dia batuk-batuk kembali. Tangan kanannya lagi-lagi digunakan untuk mengusap dada.
"Kami tidak bisa melakukannya …." Marahlah Ketua Perguruan Emerarud0 itu. Sekali l0mpat saja dia sudah berada di hadapan pendeta yang menggend0ng Akira. Tangan kanannya bergerak ke punggung dimana menjulur gagang pedang.
"Cabut pedang kalian!"
"Kami para pendeta mana pernah membawa senjata? !"
"Bagus! Kalau begitu biar kupatahkan batang lehermu dengan tangan k0s0ng!" Habis berkata begitu Hisa0 Matsunaga eksklusif menyerang pendeta di sebelah belakang. Tapi kawannya di sebelah depan cepat memapasi seraya berkata :
"Lekas larikan anak itu. Biar saya menghadapi Ketua Perguruan barang sejurus dua jurus!"
"Pendeta kurang ajar!" hardik Hisa0 Matsunaga kemudian hantamkan tangan kanannya ke tengg0r0kan sang pendeta. Perkelahian tak sanggup dihindari lagi.
Para pendeta di Puri Sanzen selain mendalami ilmu agama juga banyak yang mempunyai ninjutsu atau kepandaian silat serta kesaktian yang cukup tinggi. Dua diantara mereka yaitu yang kini berada di akademi itu. Gerakan pendeta yang eksklusif menghadapi sang Ketua kelihatan lemah gemulai ibarat penari. Namun setiap gerakan yang dibuatnya mengeluarkan hawa hirau taacuh hingga Hisa0 Matsunaga berlaku hati-hati.
Berlawanan dengan sang pendeta gerakan gerakan Hisa0 Matsunaga justru cepat , deras dan ganas. Hanya dalam waktu lima jurus pendeta itu dibentuk terjengkang ke tanah muntah darah. Satu j0t0san mengandung hawa sakti yang dihantamkan Hisa0 Matsunaga dengan telak mengenai dadanya.
Berhasil mer0b0hkan pendeta satu itu Hisa0 Matsunaga segera mengejar pendeta satunya yang membawa kabur Akira Kasai. Sadar kalau dia tak bisa mel0l0skan diri pendeta ini terpaksa turunkan anak yang di gend0ngnya ke tanah kemudian menghadapi Hisa0 Matsunaga. Ternyata pendeta ini kepandaiannya jauh lebih rendah dari temannya tadi. Hantaman tepi telapak tangan Hisa0 Matsunaga tak sanggup dikelitnya.
Krakkk!
Lehernya patah. Nyawanya lepas sebelum tubuhnya rubuh menyentuh tanah!
Saat itu Akira Kasai telah terjaga dari tidurnya jawaban sirapan asap aneh pendeta Zen tadi. Sambil mengucak-ucak kedua matanya dia memandang berkeliling dan dapatkan dirinya terbujur di atas tanah.
"Eh , di mana diriku inl?’ dia bertanya sendiri kemudian memandang berkeliling. Saat itulah dia melihat Ketua Hisa0 Matsunaga tengah mengayunkan tangan memukul patah batang leher pendeta Zen. Dengan terkejut si anak mel0mpat berdiri.
"Paman Ketua ……"
Hisa0 Matsunaga memandang berkeliling. Dilihatnya ada beberapa 0rang mendatangi dari jurusan tempat pembacaan d0a. Di depan sekali Shiger0 M0m0chi.
"Lekas masuk ke kamarmu!" teriak Hisa0 Matsunaga. Tapi untuk sesaat lamanya si anak masih tegak tertegun. Saat itulah tiba-tiba dari salah satu atap bangunan melayang turun satu s0s0k merah. Hisa0 Matsunaga terkejut sekali lantaran sambil melayang 0rang ini lepaskan pukulan tangan k0s0ng yang mengeluarkan bunyi angin menderu , menciptakan Ketua Perguruan ini terhuyung-huyung kalau tidak lekas mel0mpat ke samping.
"Nlnja merah!" seru Hisa0 Matsunaga. Sementara itu Shiger0 M0m0chi dan bebera 0rang yang mendatangi hanya tinggal belasan langkah dari tempat itu. Di antara mereka kelihatan pula Akik0 Bessh0.
"Hai!" teriak Shiger0. Hisa0 Matsunaga juga membentak keras ketika keduanya melihat bagaimana nlnja merah dengan satu gerakan kilat menyambar tubuh Akira Kasai. Ketika dia hendak berkelebat pergi memb0y0ng si anak Shiger0 M0m0chi menghadang dengan tebasan pedang.
Ninja meran mel0mpat ke kiri. Dari jurusan ini dia mendengar bunyi berdesir. Sebilah katana menyambar ke arah punggungnya. Serta merta ninja merah hunus pedangnya pula. Tanpa men0leh dia sapukan senjatanya ke belakang.
Tranggg!
Dua katana saling beradu memercikkan bunga api. Ninja merah jatuhkan diri ke tanah. Sambil mengepit tubuh Akira dia bergulingan. Tiga katana tiba menyambar.
Satu dari Shiger0 M0m0chi , satu dan Hisa0 Matsunaga dan yang ketiga dari Akik0 Bessh0. Tiga kali terdengar bunyi berdentrangan. Walau dia sanggup menangkis tiga hantaman pedang namun pedang di tangan ninja merah tergetar keras.
"Cincang bedebah inil Selamatkan Akira-san!" teriak Hisa0 Matsunaga.
"Tunggu dulu!" Yang berseru yaitu Shiger0 M0m0chi.
"Tahan semua serangan!"
"Shiger0 apa maksudmu?!" tanya Hisa0 Matsunaga hampir berteriak dan berusaha menahan marahnya.
"Sebelumnya ninja merah ini men0l0ng kita sewaktu empat ninja hitam muncul. Sekarang dia hendak melarikan anak itu! Aku perlu menanyai siapa dirinya bekerjsama dan mengapa dia melaksanakan semua ini?!"
"Si pemab0k t0l0l!" maki Hisa0 dalam hati Hati dia berkata.
"Shiger0 , 0rang jelas-jelas hendak menculik putera mendiang Ketua! Kau masih hendak bicara berbaik-baik …. Sungguh aneh!" Dia terbatuk-batuk lagi.
"Kau benar Ketua! Justru lantaran semua terasa aneh saya ingin menyingkapkan tabir kecacatan ini! Dua pendeta Zen juga melaksanakan keanehan! Apa kau tak. .."
"Shiger0! Kau kembali saja ke ruang pembacaan d0a. Biar mahluk merah ini saya yang membereskan!
Adalah t0l0l kalau dalam keadaan ibarat ini kau mau ng0br0l dengan musuh!" Mendengar kata-kata Hisa0 Matsunaga itu Shiger0 Makara meradang.
"Kalau itu mau Ketua terserah saja!" katanya. Lalu dia membalikkan tubuh. Matanya membentur Akik0 Bessh0. Dia mendelik pada si gadis.
"Kau juga aneh! Kau 0rang luar! Mengapa ikut campur urusan kami?!"
"Wakil Ketua Shiger0. Maafkan kalau saya telah bertindak lancang. Tapi bagiku Akira sudah ibarat adik sendiri mengingat hubungan Ayahnya dengan mendiang guruku. Lagi pu la…" Si gadis tidak meneruskan ucapannya. Saat itu dalam amarah yang tak terbendung lagi Hisa0 Matsunaga mel0mpat dan menyergap ninja merah dengan satu serangan kilat. Untungnya yang diserang tidak berlaku lengah. Sekali tangan kanannya bergerak pedangnya menangkis pertengahan tubuh pedang Hisa0 hingga tangan masing-masing tergetar keras.
Hisa0 berlaku cerdik. Begitu pedang saling menempel dengan cepat dia mend0r0ng. Ketua gres akademi Emerarud0 ini memang dikenal sebagai mempunyai hawa sakti yang sanggup mengeluarkan tenaga luar biasa kuatnya. Tetapi alangkah kagetnya dia ketika tibatiba tenaga d0r0ngannya seperti berbalik menggempur dirinya sendiri. Semakin dic0banya semakin terd0r0ng dia kebelakang.
Selagi Hisa0 Matsunaga berusaha mempertahankan diri dari tekanan lawan tiba-tiba ninja merah hentakkan kaki kanannya menghantam tanah. Ketua akademi itu mencicipi tanah yang dipijaknya ibarat dilanda gempa. Tubuhnya terhuyung-huyung. Dia bertahan mati-matian dengan sekuat tenaga sem0ga tidak jatuh.
Tapi bukan saja dia kalah tenaga malah dari mulutnya kelihatan ada darah meleleh! Tenaganya se0lah punah. Tubuhnya terhuyung ke belakang beberapa langkah. Saat itulah pedang di tangan ninja merah berkelebat. Hisa0 Matsunaga c0ba menangkis tapi meleset.
Breetttl
Dada kim0n0 Hisa0 Matsunaga r0bek besar mulai dari pertengahan perut hingga ke pundak kiri. Perut dan dadanya tersingkap lebar tubuhnya jatuh terlentang di tanah. Pedang di tangan ninja merah menyusul berkelebat mengikuti arah jatuhnya sedetik kemudian ujung pedang telah menempel di tengg0r0kan Hisa0 Matsunaga.
Saat Itu Shiger0 M0m0chi sudah tak ada lagi di situ. Beberapa 0rang murid akademi dan juga Akik0 Bess0 tertegun tegang. Agaknya nyawa sang Ketua tidak tert0l0ng lagl. Namun rupanya ninja merah tidak bermaksud membunuhnya. Karena dengan cepat dia memasukkan pedangnya ke dalam sarung kemudian dengan cepat pula dia berkelebat lenyap dari tempat itu. Akira Kasai ikut lenyap bersamanya.
"Ninja merahl Tunggu!" seru Akik0.
Yang diteriaki sudah lenyap dari pemandangan. Tapi si gadis dengan nekad berusaha mengejar.
* * *
TIGABELAS
AKlRA Kasai merasa ibarat mau tanggal jantungnya dibawa iari sekencang itu.
"Nin …. ninja merah …. Kau mau membawa saya kemana? Kau juga mau membunuhku..? Untuk bertanya begitu anak ini berusaha menindih rasa takutnya hingga suaranya tersendat bergetar.
"Siap bilang saya mau membunuhmu. Malah saya ingin kau selamat ..:” ninja merah menjawab.
"Aku membawamu ke tempat aman.
"Ah , gadis itu masih saja mengikutiku!" Ninja merah membatin.
"Anak , kau tahu tempat yang baik dimana kau bisa tinggal sementara dengan aman!?”
"Eh , bagaimana ini? Kau bilang mau membawa saya ke tempat aman. Mau menyelamatkan diriku.
Sekarang mengapa malah bertanya? Dan mau meninggalkan saya?!"
Kau usang tinggal di daerah ini. Pasti tahu seluk beluk daerah ini. Aku tak ingin ada 0rang mendatangimu lagi dengan maksud keji mau membunuhmu. Disamping itu ada satu urusan besar yang harus saya selesaikan …"
"Kalau begitu kau turunkan saja saya di tengah jalan ini!" kata Akira Kasai pula.
"B0leh saja! Tapi c0ba kau lihat ke belakang. Ada sese0rang mengejar. Jika kau kuturunkan apa kau merasa pasti si pengejar itu tidak akan memisahkan tubuh dan kepalamu?!" Mendengar hal itu Akira Kasai jadi bergeming juga.
"Saya rasa lebih baik ikut kemana kau pergi saja ," kata si anak kemudian. Ninja merah tersenyum dan berlari terus. Makin usang makin kencang. Akira melihat p0h0n-p0h0n yang mereka Iewati laksana hantu-hantu hitam berkelebat
C0ba kau lihat. Apa 0rang yang mengejar masih ada di belakang?" ninja meminta sumbangan anak yang dikepit di sisi kirinya itu.
"Masih. Malah kini ada dua ," jawab Akira Kasai.
"Hah?! Apa katamu?!" Ninja merah berpaling.
Memang benar. Di belakangnya kini ada dua 0rang yang mengejarnya. Tak terang siapa satunya. Ninja kertakkan rahang. Kedua tumit kakinya tidak menginjak tanah lagi.
Larinya benar-benar kilat laksana hembusan angin hingga beberapa waktu kemudian dia bisa l0l0s dari dua pengejar.
"lni daerah 0kaza. Tak Jauh dari sini ada sungai kecil … !” tiba-tiba Akira berkata.
"Kau anak pandai ," ujar ninja merah.
"Kalau kita menuju ke sana apa ada tempat yang k0ndusif bagimu? ”
"Sepanjang sisi sungai daerah peladangan.
Biasanya ada beberapa buah gudang sayur di sekiar situ!”
"Kita menuju ke sana! Kau tunjukkan saja jalan nya!" Ninja merah mempercepat larinya. Tak usang kemudian sungai yang dikatakan Akira Kasai kelihatan memanjang dalam ke gelapan di lamping sebuah lembah subur. Di kiri kanan sungai merupakan daerah peladangan.
Memang benar di situ terlihat beberapa buah bangunan gudang tempat penimbunan sayur sebelum diambil 0leh para tengkulak. Ninja membawa Akira ke sebuah gudang terdekat. Keadaan di sini sunyi dan gelap.
"Kau berani kutinggal sendiri di sini?” tanya ninja merah setelah menurunkan si anak dari kempitannya.
Akira Kasai memandang berkeliling. Hatinya berdebar juga.
"Ninja merah , apa bekerjsama yang hendak kau lakukan hingga kau tega- teganya meninggalkan diri saya sendirian di sini?"
"lni bukan s0al tega atau tidak ," jawab ninja merah.
"Aku tidak bisa membawamu justru saya kawatir jiwamu terancam!"
"Kau tidak mau menyampaikan mau pergi kemana?"
"Kalau saya katakan kau pasti tidak percaya …."
"Bilang saja …."
"Aku mau menyerbu ke markas persekutuan ninja Nara!"
"Apa …. ? si anak terkejut dan mel0t0t.
"Saya melihat kau mer0b0hkan tiga ninja. Itu hebat! Tapi kalau kau mau menyerbu markas ninja itu yaitu gila!"
"Eh , gila kenapa?”
"Kau mau bunuh diri?!" tukas si anak.
"Hanya 0rang gila yang mau bunuh diri!" sahut ninja merah.
"Karena itu saya katakan kau gila. Kau tak bakal sanggup mener0b0s masuk markas mereka. Kalaupun bisa , tak mungkin sanggup keluar hidup-hidup!"
"Kau mau taruhan?!" tantang ninja merah.
"B0leh saja! Kalau saya kalah akan kuserahkan padamu katana yang tergantung di pinggangku. Kalau kau kalah saya minta pakaian ninja merahmu!"
"Hah?!" ninja merah berseru , tidak menyangka si anak akan meminta pakaiannya. Setelah berpikir sejenak dia berkata.
"Baik! Taruhan jadi!" Akira tertawa perlahan.
"Eh , kenapa kau tertawa? Ada yang lucu?!" tanya ninja merah.
"Kalau saya menang taruhan saya tak akan pernah sanggup pakaian merahmu. Karena kau sudah tewas di markas ninja Nara …."
"Ah , kau betul juga. Kalau begitu menyusul saja nanti ke sana …. Nah kini kau kutinggal dulu!
Masuk ke dalam gudang! Jangan sekali-kali berani keluar apapun yang terjadi. Kalau ada petani masuk sembunyi di balik tumpukan sayuran. Mengerti….?!"
"Hai!" jawab Akira Kasai. Ninja merah putar tubuhnya tapi si anak memegang lengannya.
"Tunggu dulu … ."
"Apalagi? Kalau mau bicara cepatlah. Waktuku tidak banyak. Sebentar lagi pagi tiba …."
"Ninja merah , saya tidak tahu siapa kau sebenarnya.
Tapi apakah saya bisa mempercayaimu?"
"Anak , kenapa kau bertanya begitu?’
"S0alnya ada hal penting yang harus kubicarakan.
Saat ini hanya ada kau …."
"Apa yang hendak kau bicarakan?"
"Banyak!”
"Waktuku sangat sedikit. Nanti saja kita bicara …."
"lni menyangkut surat warisan dan …"
"Kalau itu bisa kau bicarakan nanti dengan Ketua Perguruan …."
"Justru saya tidak mau bicara dengan dia …."
"Bicara dengan Wakilnya. Eh , kenapa kau tidak mau bicara dengan Hisa0 Matsunaga? “
"Karena saya tidak percaya padanya. Saya sangat curiga! Saya yakin dia yang jadi biang keladi kematian Ayah!” Ninja merah. terkejut mendengar kata-kata Akira Kasai itu. Dia menarik si anak ke dekat sebuah kursi panjang terbuat dari kayu dekat dinding gudang.
"Duduk. Kau bicaralah. Jika kau curiga pada 0rang kau harus punya bukti atau saksi."
"Saksi saya tidak punya. Tapi bukti ada!"
"ltu b0leh juga …."
“Mengenai surat warisan pengangkatan Paman Hisa0 Matsunaga. Saya yakin surat itu palsu. Waktu Ayah membuatnya ada tinta menetes di sudut kiri bawah surat. Saya diperkenankan menyidik surat itu. Ternyata n0da tinta itu tidak ada … ."
"Mmmmmm …." ninja merah bergumam.
"Mengapa hal itu tidak kau katakan terus terang pada Ketua Hisa0?
"Saya takut."
"Lanjutkan bicaramu."
"Saya yakin surat yang 0risinil disembunyikan 0leh Paman Hisa0. Atau sudah dimusnahkannya. Waktu Ayah memasukkan surat ke dalam ampl0p , saya sempat membaca bahwa yang diangkat Ayah sebagai pewaris jabatan Ketua yaitu Paman Shiger0 M0m0chi bukan Paman Hisa0 Matsunaga …."
"Kalau penglihatanmu betul rasanya tidak masuk nalar Ayahmu melaksanakan hal itu. 0rang pemabuk dan punya sifat kasar seperki Shiger0 mana mungkin dijadikan Ketua?!"
"Saya juga tidak mengerti. Tapi saya yakin Ayah punya alasan berbuat begitu. Semua 0rang memang tahu Paman Shiger0 punya sifat buruk. Banyak yang tidak suka. Terus terang saja saya juga tidak suka padanya. Tapi semua 0rang tahu hatinya baik …."
"Kalau kau tidak bisa mendapatkan surat warisan yang 0risinil , sulit untuk menciptakan urusan…."
"Siapa yang jadi Ketua kini bagi saya tidak s0al ," kata Akira Kasai.
“Tapi saja juga yakin bahwa Paman Hisa0 yaitu pelaku pembunuh Ayah saya …." Ninja merah tersentak 0leh rasa terkejut.
"Bagaimana kau bisa menuduh begitu? Bukankah Ayahmu mati dibunuh 0leh ninja?"
"Kelihatannya begitu. Tapi mungkin juga 0leh ninja b0h0ngan. Karena waktu Ayah meninggal , saya lihat kedudukan lima jari tangannya seperki habis melancarkan ilmu pukulan Lima Jari Dewa. Itu ilmu pukulan paling hebat di Jepang ketika ini. Siapa yang terkena pasti akan mati , kalaupun selamat akan cacat atau sakit-sakitan seumur hidupnya. Agaknya Ayah masih sempat melancarkan serangan itu pada pembunuhnya …."
"Lalu ….?
"Sejak malam terjadinya pembunuhan itu saya lihat Paman Hisa0 selalu batuk-batuk dan sering mengusap dada kirinya … ."
"Anak , hal itu tidak bisa kau jadikan bukti bahwa Ayahmu telah menghantamnya dengan pukulan Lima Jari Dewa dan bahwa Hisa0 Matsunaga yang membunuh Ayahmu …"
"Saya punya bukti lain. Waktu kau mer0bek pakaian Paman Hisa0 dengan ujung pedang , saya sempat melihat dada kirinya. Saya menyaksikan ada lima titik besar berwarna merah yang membengkak di dada kirinya. Itu yaitu bekas pukulan Lima Jari Dewa!"
Sepasang mata ninja merah tampak mendelik.
"Berarti Paman Hisa0lah yang dipukul Ayah dengan ilmu Lima Jari Dewa. Berarti dialah yang menyamar jadi ninja kemudian menyerbu akademi dan membunuh Ayah …."
"Aku ingat waktu berkelahi dengan Ketua Perguru-an itu. Ada kejadian yang mengherankan. Ketika dia menggemb0r tenaga untuk menahan tekanan pedangku , dari mulutnya keluar darah. Pertanda dia memang terluka di dalam. Akibat pukulan Ayahmu."
"Satu lagi ," menyambung si anak.
"Waktu r0mb0ngan kami diserang persekutuan ninja , semua anak murid akademi mati dibunuh. Mengapa Paman Hisa0 bisa menyelamatkan diri padahal terang saya lihat ketika itu dia sudah dikurung 0leh lima 0rang ninja. Tapi dia tidak dibunuh lantaran ninja-ninja itu memang 0rang bayarannya!"
"Akira , saya kagum dengan kecerdikanmu berpikir…" kata ninja merah pula.
"Kagum saja tidak ada artinya. Apakah kau juga bersedia men0l0ng mengungkapkan kekejian ini pada para pengurus Perguruan Emerarud0?
"Aku berjanji!" jawab ninja merah.
"Terima kasih …." kata Akira Kasai. Anak ini membungkuk dalam-dalam kemudian menyelinap masuk ke dalam gudang sayur. Tak usang setelah ninja merah lenyap dalam kegelapan malam , dari atas atap gudang sayur dua s0s0k tubuh melayang turun ke tanah.
"Kita menyebarkan kiprah ," kata s0s0k di samping kanan.
"Aku tetap di sini menjaga anak itu. Kau mengikuti ninja merah." Kawannya mengangguk.
"Hati-hatilah. K0mpl0tan ninja atau 0rang- 0rang dari Perguruan bisa muncul setiap ketika di tempat ini.
Sayang tadi kita tidak sempat mendengar apa yang dibicarakan anak itu dengan ninja merah. …"
* * *
EMPATBELAS
DINIHARI menjelang pagi. Di dua tempat.
Tempat pertama yaitu Perguruan Emerarud0. Upacara pembacaan d0a gres saja selesai dan akan dilakukan lagi pada ketika menjelang perabuan jenazah. Ketua akademi berada dalam kamarnya. Selesai berganti pakaian dia keluar menuju ke ruangan di mana telah menunggu beberapa pengurus termasuk Shiger0 M0m0chi.
"Ketua , bagaimana keadaanmu?" tanya Shiger0.
"Aku sudah minum 0bat. Keadaanku cukup sehat.
Apakah dua 0rang yang kusuruh menguntit kemana larinya ninja merah sudah kembali?" tanya Hisa0 Matsunaga.
"Belum Ketua …"
"Kita harus menyelamatkan dan mendapatkan anak itu kembali …" kata sang Ketua sambil pegangi dada kirinya. Di luar tiba-tiba ada bunyi derap kaki kuda.
Tak usang kemudian dua 0rang anak murid akademi yang mempunyai keahlian menunggang kuda secara luar biasa masuk. Setelah membungkuk salah se0rang dari mereka memberi lap0ran.
"Ninja merah lenyap , tak berhasil kami ketahui kemana perginya. Tapi putera mendiang Ketua N0b0ru Kasai kami ketahui bersembunyi di sebuah gudang sayur dekat sungai 0kaza. Di dekat gudang kami lihat n0na Akik0 Bessh0 berjaga-jaga."
"Gadis murid Hir0t0 Yamazaki itu memang sudah kucurigai. Kecurigaanku ternyata betul. Dia berk0mpl0t dengan pendeta dari Puri Sanzen , berk0mpl0t juga dengan ninja merah dalam menculik Akira Kasai! Aku akan menangani tuntas kasus ini!" Hisa0 Matsunaga masuk ke dalam kamarnya. Ketika keluar dipinggangnya kelihatan tersisip sebilah katana panjang yang gagangnya ada batu-batu permatanya. Ini yaitu pedang kebesaran milik Perguruan Emerarud0 yang telah berumur lebih dari tiga ratus tahun.
"Ketua ," tiba-tiba Shiger0 M0m0chi berkata sambil melangkah.
"Kau harus tetap berada di sini. Di antara para tamu. Upacara perabuan segera akan dilakukan siang nanti. Biar saya dan bawah umur yang turun tangan .. ."
"Tidak bisa Shiger0l Aku mempunyai kewajiban untuk menyelamatkan anak itu dan menghukum Akik0 Bessh0. Selesai upacara perabuan mayat saya bersumpah untuk mencari sendiri ninja merah hingga sanggup .. ."
"Tapi kau kelihatannya masih kurang sehat Ketua!"
"Siapa bilang saya kurang sehat” jawab Hisa0 Matsunaga kemudian srettt!
Pedang di pinggangnya dicabut. Sinar menyilaukan bertaburan. Dess… dess … dessssl Tiga buah patung yang terbuat dari watu dan terletak di atas sebuah meja panjang putus disambar pedang. Tiga kepala patung jatuh ke lantai tapi cuilan bawahnya tetap berada di atas meja. llmu kend0 yang dlmiliki sang Ketua memang hebat. Namun kehebatannya ini menjadi tanda tanya ketika dia bisa dir0b0hkan 0leh ninja merah sebelumnya.
Karena tak bisa dicegah Shiger0 M0m0chi alhasil hanya bisa membisu saja ketika Hisa0 Matsunaga dengan cepat meninggalkan akademi lewat jalan belakang.
Mereka memacu kuda masing-masing menuju daerah 0kaza. Hisa0 Matsunaga di depan sekali.
* * *
Tempat kedua ibarat biasanya setiap pagi d0y0 besar di markas ninja Nara selalu ramai dipergunakan untuk latihan banyak sekali macam senjata. Mereka hanya mengenakan celana panjang hitam tanpa baju dan epil0g wajah. Tubuh mereka mempunyai 0t0t-0t0t k0k0h.
Gerakan memainkan senjata ataupun ninjutsu sangat gesit dan ringan. Setiap gerakan mengeluarkan desiran angin.
Se0rang lelaki berusia setengah kurun dengan inezumi bergambar naga kepala tiga di dada kanannya berjalan seputar d0j0. Sesekali dia mendekati 0rang0rang yang berlatih untuk membetulkan kuda-kuda atau memberi tahu cara yang tepat melemparkan shuriken ataupun memainkan kusarigama dan kend0. 0rang ini yaitu Shimada Kagami. Dialah pimpinan tertinggi ninja kel0mp0k Nara , satu dari tiga kel0mp0k ninja yang paling ditakuti pada masa itu.
Di tengah ruangan tiba-tiba Shimada Kagami hentikan langkahnya. Dia memandang berkeliling kemudian berseru.
"Hentikan latihanl Apakah kalian tidak mencicipi ada kecacatan dalam ruangan ini?” Semua ninja yang ada dalam d0j0 ltu hentikan latihan mereka kemudian memandang pada pemimpin mereka. Salah se0rang dari mereka mend0ngak kemudian berkata.
"Memang ada keanehan. Ruangan ini terasa semakin hirau taacuh …" Ninja yang lainnya se0lah gres menyadari ikut mengiyakan. Lalu mendadak saja tubuh mereka mulai bergetar. Rahang menggembung dan geraham bergemeletukan. Hawa dlngin menyerang dengan hebat. Di tengah ruangan Shimada Kagami c0ba bertahan.Tapi tidak sanggup.
"Pada ekspresi d0minan hirau taacuh sekalipun tak pernah kejadian sedingin ini. Apa lagi ekspresi d0minan hirau taacuh sudah lewat!
Lekas kenakan pakaian kalian! Kembali ke tempat ini dalam hitungan ke tiga puluh!" Serta merta d0j0 itu menjadi k0s0ng. Shimada Kagami juga ikut lenyap. Tak usang kemudian dia muncul lagi dalam keadaan sudah berpakaian serba hitam mulai dari kaki hingga kepala.
Ninja-ninja lainnya menyusul muncul pula.
Semua lengkap dengan katana di pinggang atau di belakang punggung. Mereka tegak menyebar di ruangan latihan. Jari-jari tangan dikepal membentuk tinju. Lengan diluruskan ke depan sejajar pinggang.
"Kerahkan hawa sakti dari perut! Panaskan aliran darah!" teriak Shimada Kagami. Semua ninja melaksanakan apa yang dikatakan. Tapi hawa hirau taacuh yang menyerang bukannya berkurang malah semakin bertambah hingga banyak di antara mereka tertegak membisu ibarat membeku. Shimada Kagami membentak keras.
Tubuhnya melesat keatas langit- langit ruangan. Ada cuilan atap yang bergeser. Sesaat kemudian ketika dia melayang turun sebilah senjata yang memancarkan sinar perak menyilaukan tergenggam di tangannya.
Hawa panas yang keluar dari senjata ini ternyata bisa mengurangi dinginnya udara di dalam d0j0.
"Senjata luar biasal Benar-benar luar biasa!" kata Shimada Kagami. Senjata itu diputarnya di atas kepala.
Sinar putih berkiblat ke seluruh penjuru. Suara menggema ibarat ratusan taw0n mengamuk memenuhi ruangan dan bersamaan dengan itu hawa panas terasa semakin santar. Pada ketika inilah atap ruangan di ujung kiri tiba-tiba jeb0l. Satu s0s0k merah melayang ke bawah.
"Ninja merah!"
Seluruh angg0ta kel0mp0k ninja Nara termasuk pimpinannya menjadi gegerl Semua tidak bergerak.
Hanya mata masing-masing diarahkan tak berkesip pada ninja merah yang mereka lihat berdiri secara aneh.
Mahluk ini tegak dengan kaki terkembang. Dua tangan diangkat ke atas , telapak mengembang. Sepasang lengannya tidak berhenti menciptakan gerakan berputar.
Dari ke dua telapak tangan ninja merah inilah membersit keluar angin tajam sedingin es!
Semua ninja anak buah Shimada Kagami se0lah0lah telah menjadi beku tak sanggup lagi menggerakkan tangan atau kaki ataupun kepala mereka. Mereka tegak ibarat patung es!
Dalam murka mereka hendak membentak namun yang keluar hanya bunyi erang 0rang kedinginan! Hanya sang pimpinan yang masih sanggup bertahan. Namun lama-lama diapun tak sanggup memutar senjata yang dipegangnya. Perlahan-lahan tangan kanannya jatuh terkulai kesisi.
Ninja merah melangkah maju dan berhenti kirakira lima tindak dari hadapan Shimada Kagami.
"Aku tidak mau mendengar bantahan atau kedustaan! Ucapan ninja yaitu ucapan kesatria!
Beberapa anak buahmu menyerang se0rang pahlawan asing dekat sebuah jurang batu. Mereka merampas senjata berbentuk kapak milik pahlawan itu yang kini kau pegang.
Serahkan senjata itu , saya akan menyerahkannya pada sang pendekar. Lalu saya akan pergi dari sini tanpa menciptakan urusan jadi panjang! Kalau tidak kalian semua akan saya jadikan patung es!!"
"Ninja keparat! Kau pasti mahluk jadi-jadian!
Mempergunakan ilmu sihir untuk menciptakan kami tidak berdaya! Pengecut"
"Kau mau serahkan kapak sakti itu atau tidak!"
"Kau b0leh mengambil senjata ini setelah melangkahi mayatku!"
"Ninja s0mb0ng! Mari kita berkelahi dengan pedang. Kalau saya kalah kau b0leh bunuh diriku. Kalau kau kalah kau harus menyerahkan kapak bermata dua itu!" Sambil berkata begitu ninja merah cabut katananya.
Ujung senjata ini di usapkannya ke wajah dada dan perut Shimada Kagami. Aneh , ada hawa panas yang mengalir dari pedang terus masuk ke dalam tubuhnya hingga Shimada kini merasa hangat dan terbebas dari hawa sangat hirau taacuh yang menguasainya.
"Kau mendapatkan perjanjian atau tidak?!" tanya ninja merah begitu dilihatnya Shimada Kagami mulai bisa menggerakkan badan. Pimpinan ninja ini keluarkan bunyi mendengus. Kapak di tangan kanannya di lemparkan ke atas. Senjata ini menancap di salah satu bal0k penyanggah atap ruangan latihan. Lalu didahului dengan bentakan bergairah dia cabut katananya eksklusif menyerang ninja merah.
Dalam waktu singkat sepuluh jurus berlalu.
Shimada Kagami yang merasa berada di atas angin menggempur terus-terusan. Pedangnya bermetam0rf0sis bayang-bayang. Mendesak ninja merah habishabisan hingga 0rang ini kelihatan p0ntang panting menghindar atau menangkis cari selamat.
Lima jurus lagi berlalu. Shimada Kagami jadi penasaran. Semua anak buahnya juga jadi heran melihat pimpinan mereka tak sanggup mengalahkan lawan padahal perkelahian sudah berjalan lebih dari lima belas jurus. Padahal lagi sang lawan hanya memegang katananya dengan satu tangan , cara memegang pedang yang tak pernah mereka lihat selama ini!
Shimada berleriak keras. Pedangnya menetak deras dari atas ke bawah. Dari perutnya dia alirkan tenaga dalam.
Tranggg!
Dua katana beradu keras. Katana di tangan ninja merah terlepas dan mencelat ke atas.
"Saatmu mendapatkan kematian!" teriak Shimada Kagami. Ninja merah jatuhkan diri ke lantai d0j0 begitu pedang membabat.
Bretttl
Pinggang pakaiannya r0bek. Pedang di tangan Shimada menancap di lantai d0j0. Selagi dia berusaha mencabutnya ninja merah gulingkan diri ke samping.
Kaki kanannya berkelebat.
Bukkk!
Shimada Kagami mengeluh tinggi ketika tulang kering kaki kanannya dibabat tendangan lawan.
Pedangnya terlepas. Tubuhnya r0b0h ke lantai. Ketika dia menc0ba bangun dengan cepat , gerakannya kalah cepat dengan gerakan ninja merah. Saat itu lawan sudah tegak di atasnya. Kaki kanan ninja merah menginjak angg0ta rahasia dibawah perutnya.
"Kalau kau tidak mengaku kalah , kuhancurkan kemaluanmu!" mengancam ninja merah. Kaki kanannya ditekankan sedikit hingga Shimada Kagami mengerenyit kesakitan. Tangan kanannya ditepukkan berkali-kali ke lantai d0j0.
"Aku mengaku kalah! Kau b0leh ambil kapak itu Setelah mengambil kapak kau b0leh pergi dengan aman!" kata Shimada Kagami.
Ninja merah lepaskan pijakannya di selangkangan 0rang. Sekali l0mpat saja dia melesat ke atas untuk menyambar kapak mustika yang menancap di tiang penyanggah atap. Se0rang anak buah Shimada cepat mend0r0ng pintu geser , memberi jalan keluar pada ninja merah.
Ketika dia melangkah pergi tiba-tiba ada bunyi berdesir di belakangnya. Bersamaan dengan itu terdengar bunyi 0rang berteriak memberi ingat.
"Awas serangan pedang terbang!"
Ninja merah membalik sambil putar kapak di tangan kanan.
Traaaanggg!
Suara berdentrangan terdengar lima kali berturutturut.
Lima katana yang dilemparkan 0leh lima anak buah Shimada yang telah terlepas dari imbas hawa hirau taacuh mencelat berpatahan di udara.
Shimada Kagami berteriak murka pada lima anak buahnya yang telah melaksanakan kecurangan itu. Dia mel0mpat sambil membabatkan katananya. Namun eksekusi dari ninja merah tiba lebih dulu. Tiga kali kapak bermata dua menderu di udara. Tiga ninja terkapar mandi darah di lantai d0j0 , dua temannya menggelepar dengan leher hampir putus!
Keheningan dan ketegangan berdarah menggantung di tempat itu. Lalu terdengar bunyi serak Shimada Kagami.
"Kau telah menjatuhkan hukuman. Aku merelakan kematian mereka …" Lalu pimpinan ninja kel0mp0k Nara itu menjura dalam-dalam hingga tiga kali. Ninja merah balas membungkuk tiga kali kemudian tinggalkan tempat itu.
Sampai di luar bangunan dia memandang berkeliling mencari-cari.
Apa yang dicarinya itu segera memperlihatkan diri.
Dari atas atap bangunan satu s0s0k merah melayang turun.
"Mahluk Bendera Darah!" ujar ninja merah.
"Jadi kau tadi yang berteriak memberi peringatan.
Aku berterima kasih kau telah menyelamatkanku dari serangan maut lima katana tadi. Aku heran bagaimana kau tahu saya berada di markas ninja ini?"
"Aku dan Akik0 menguntitmu. Aku sulit mempercayai ilmu apa yang kau keluarkan hingga semua ninja itu termasuk pemimpinnya hampir kaku kedinginan?" Ninja merah tersenyum.
"Kau menyebut Akik0. Dimana gadis itu sekarang? “
"Di gudang di tepi sungai 0kaza … Kita harus ke sana sekarang. Aku ibarat punya firasat buruk …" Ninja merah melihat dua ek0r kuda dekat sebuah p0h0n. Dia memberi isyarat pada mahluk bendera kemudian berpaling ke arah bangunan dan berteriak.
"Pimpinan ninja Nara! Kami pinjam dulu dua ek0r kudamu!" Di dalam bangunan Shimada Kagami menjawab perlahan.
"Untung kau meminjam kudaku , kalau kau meminjam nyawaku berarti saya akan menghadap Dewa Kematian!"
* * *
LIMABELAS
KETIKA ninja merah dan insan Bendera Darah hingga di gudang sayur di tepi sungai 0kaza mereka terkejut mendapatkan Akik0 Bessh0 tengah bertempur mati-matian melawan Hisa0 Matsunaga dibantu 0leh enam 0rang murid Perguruan Emerarud0.
Gadis ini telah terluka di beberapa cuilan tubuhnya.
Tapi ibarat seek0r harimau betina dia menahan serangan lawan bahkan sesekali balas menyerang dengan sebat. Gadis ini berkelahi dengan membelakangi satu-satunya pintu gudang sayur. Dia sengaja mengambil kedudukan di pintu yang terbuka itu untuk mencegah lawan masuk ke dalam di mana bersembunyi Akira Kasai.
"N0na Akik0! Aku tidak segan-segan membunuhmu kalau kau tidak segera menyerah!" teriak Hisa0 Matsunaga.
"Ketua Perguruan Emerarud0! Antara kita tidak ada silang sengketa! Kalau kau tidak menyembunyikan sesuatu mengapa kau begitu nekad hendak membunuh diriku! Kau juga bertindak pengecut! Menger0y0k se0rang perempuan hingga tujuh 0rang!"
Hisa0 Matsunaga menyeringai buruk.
"Jelas-jelas kau ikut terlibat dalam penculikan putera mendiang Ketua kami! Masih bisa bilang tidak ada silang sengketa!"
"Kau salah sangka.."
"Diam!" hardik Hisa0 Matsunaga. Dia putar pedangnya dengan sebat kemudian kirimkan dua tusukan ganas berturut-turut. Dua kali terdengar bunyi berdentrangan sewaktu Akik0 berusaha menangkis serangan lawan.
Kali ke dua pedang di tangannya terpental lepas. Gadis ini terpekik kemudian mel0mpat mundur.
"Jangan harap saya akan mengampuni nyawamu!"
kertak Hisa0 Matsunaga kemudian menyergap dengan satu tusukan.
Akik0 Bessh0 masih sempat berkelit walau lagilagi ujung pedang sempat melukai pundak kirinya. Tangan gadis ini tiba-tiba terpentang mengeluarkan cahaya perak menyilaukan. Hisa0 Matsunaga dan enam anak murid akademi terkejut. Serentak mereka menyerbu bersamaan. Akik0 hantamkan tangan kanannya.
Wusssl
Sinar putih berkiblat. Hawa sangat panas menerpa para penger0y0k. Mereka cepat mel0mpat menjauh. Namun dua 0rang murid akademi terlambat bergerak. Tubuhnya terpental sampal lima kaki kemudian menggeletak mati di tanah dalam keadaan hangus!
"llmu iblis apa yang kau miliki?!" teriak Hisa0 Matsunaga dengan wajah berubah sementara empat murid akademi yang ada di situ menjadi pucat tak berani mendekat.
Akik0 Bessh0 tertawa tinggi.
"Kalau kau ingin tahu mendekatlah kemari!" katanya sambil siapkan "pukulan sinar matahari!" yang dipelajarinya dari Pendekar 212 Wir0 Sableng. Sekali ini tidak tanggung-tanggung. Dia kerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya.
Ditantang begitu rupa Ketua Perguruan Emerarud0 menjadi kalap. Dengan pedang terhunus dan berteriak keras dia menusukkan senjatanya kearah dada Akik0 Bessh0. Si gadis siap menyambut dengan pukulan sinar matahari. Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda mendatangi dari dua arah.
Dari selatan gudang menyusuri sungai yaitu Shiger0 M0m0chi bersama dua 0rang pengurus dan tiga 0rang murid perguruan. Dari sebelah timur gudang muncul ninja merah dan mahluk Bendera Darah.
"Tahan serangan!"
"Hentikan perkelahian!"
Tapi Hisa0 Matsunaga tidak mau perduli. Pedang nya terus ditusukkan. Akik0 menghantam.
"Akik0l Jangan!" satu teriakan terdengar begitu keras. Lalu satu sambaran cahaya menerpa ke arah pedang Hisa0 Matsunaga.
Trang!
Katana milik Perguruan Emerarud0 yang telah berumur ratusan tahun itu mental ke udara. Jatuh tepat ketika Shiger0 M0m0chi hingga di tempt itu. Dengan satu gerakan cekatan dia berhasil menangkapnya. Wakil Ketua akademi ini cepat mel0mpat turun. Sesaat dia memandang ke jurusan ninja merah yang tadi menangkis pedang Hisa0 Matsunaga dengan senjata berbentuk kapak mata dua. Lalu dia melirik pada insan Bendera Darah. Setelah itu dia berpaling pada Akik0 Bessh0.
"N0na Akik0!" hardik Shiger0 M0m0chi.
"Kau terang bersalah dikarenakan telah menculik putera mendiang Ketua kami..!” Pintu gudang sayur tiba-tiba terbuka. Satu bunyi terdengar menyahuti ucapan Shiger0 M0m0chi tadi.
"Paman Shiger0 , tak ada yang menculik diri saya.
Mereka semua malah berusaha menyelamatkan saya dari tangan berdarah Paman Hisa0 Matsunaga!"
Dari dalam gudang keluarlah s0s0k Akira Kasai.
Paras Hisa0 Matsunaga mendadak s0ntak berubah.
Namun dia cepat menguasai diri.
"Akira! Syukur Dewa kau dalam keadaan selamat!" Akira Kasai tidak perdulikan ucapan sang Ketua. Dia melangkah ke arah Shiger0 M0m0chi.
Sampai di hadapan 0rang ini si anak berkata.
"Paman Shiger0 , saya mau memberi tahu bahwa Paman Hisa0 telah meniru surat warisan.
Seharusnya kaulah yang diangkat Ayah sebagai pewaris Ketua Perguruan..!” Beberapa pasang mata tampak mel0t0t.
"Akira! Kau ini bicara apa? Berani kau memfitnah dan memberi malu Ketua kita?! ujar Shiger0.
"Dia tidak memfitnah dan tidak memberi malu siapapun! Akira , katakan semua apa yang kau ketahui!"
kata Akik0 Bessh0 sambil bersandar ke dinding gudang sayur.
Akira Kasai memandang penuh kebencian pada Hisa0 Matsunaga kemudian anak ini berkata dengan bunyi lantang.
"Paman Hisa0! Kau juga yang membunuh Ayah!
Menyamar sebagai ninja Kau juga yang membunuh sahabatku Ken0!"
"Anak , kau jangan mengada-ada. Masakan aku.."
Hisa0 Matsunaga melangkah mendekati anak itu. Tibatiba cepat sekali tangannya menjambak rambut Akira. Si anak dibembengnya hingga menempel ke dadanya. Lalu sebuah pisau beracun yang tahu-tahu sudah ada di tangan kirinya diarahkan ke leher Akira.
"Siapa berani mendekat kug0r0k leher anak ini!"
kertak Hisa0 Matsunaga dengan wajah sebengis setan.
"Paman Shiger0 , saya tidak takut matil Ada bukti tanda pukulan Lima Jari Dewa yang dilepaskan ayah di dada kirinya!" berteriak Akira Kasai.
Shiger0 M0m0chi berteriak keras. "Hisa0! Apa benar yang dikatakan anak ini?”
"Benar atau tidak saya tak punya waktu buat menerangkan!" jawab Hisa0 Matsunaga. Lalu dia mundur ke arah seek0r kuda.
"Awas jikalau ada yang berani menghalangiku!" Dia mundur lagi dan hampir hingga ke kuda yang akan dipergunakannya melarikan diri sambil menyandera Akira Kasai.
Tapi tiba-tiba sekali ninja merah mel0mpat ke arahnya. Tangannya bergerak dua kali. Hisa0 Matsunaga mengeluarkan bunyi ibarat tercekik. Mulutnya tak bisa bersuara lagil Bersamaan dengan itu sekujur tubuhnya menjadi kaku jawaban dua t0t0kkan yang dilakukan ninja merah tadi. Semua 0rang yang ada di situ kecuali Akik0 Bessh0 jadi terkejut. Mereka memang pernah mendengar ihwal ilmu t0t0kan yang bisa membungkam bunyi dan melumpuhkan 0rang tapi seumur hidup gres sekali itu melihatnya.
Akira Kasai menggeliat. Dengan susah payah dia melepaskan diri dari rangkulan Hisa0 Matsunaga begitu turun di tanah anak ini hunus pedangnya. Semua 0rang menyangka anak ini akan menusukkan senjata itu ke tubuh Hisa0 Matsunaga ternyata dia hanya mer0bek kim0n0nya di cuilan dada kiri.
Bretttttt
Kim0n0 r0bek besar. Dada kiri Hisa0 Matsunaga tersingkap lebar Kelihatan lima bintilan merah di dadanya. Shiger0 M0m0chi medatangi sang Ketua dan memperhatikan dekat-dekat dada itu.
"ini memang bekas pukulan Lima Jari Dewa…." katanya.
"Hisa0! Kau benar-benar keji!" Shiger0 M0m0chi tampak sangat kecewa. 0rang ini putar tubuhnya membelakangi Hisa0 Matsunaga seperli hendak melangkah pergi. Tapi tiba-tiba dia membalik. Satu cahaya putih berkiblat.
Craassss!
Katana yang diayunkan Shiger0 M0m0chi membabat perut dan dada Hisa0 Matsunaga. Darah basahi kim0n0nya yang r0bek besar. Tubuhnya huyung kemudian r0b0h terlentang di tanah. Tak bergerak lagi , mati dengan mata mel0t0t.
Dari balik r0bekan pakaian tersembul sebuah benda berwarna kuning Akira Kasai tercekat. Anak ini mel0mpat kemudian mencabut benda kuning itu. Ternyata sebuah ampl0p.
Dengan tangan gemetar Akira membuka ampl0p kemudian mengeluarkan sehelai kertas yang ada di dalamnya.
Anak ini tidak membaca lagi apa yang tertulis di kertas itu tapi matanya eksklusif memperhatikan cuilan sudut bawah kiri. Di situ dilihatnya n0da tinta yang sangat dikenalinya. Dengan mata berlinangan Akira Kasai melangkah mendekati Shiser0 M0m0chi. Surat yang dipegangnya diserahkan pada 0rang ini. Shiger0 M0m0chi membaca surat itu.
Tiba-tiba tangannya tampak ber-getar. Mulutnya berhenti membaca. Sepasang matanya memandang pada Akira Kasai. Seperti tidak Percaya apa yang barusan dilihat dan dibacanya. Sebaliknya Akira Kasai mengusut air matanya dan memandang padanya dengan tersenyum
" Paman Shiger0 , itu surat warisan 0risinil yang dibentuk Ayah , Kaulah Pewaris jabatan Ketua Perguruan Emerarud0 yang syah.” Ketika dia hendak meluruskan tubuhnya. Shiger0 M0m0chi Cepat merangkulnya dan berbisik.
"Aku tidak percaya. Bagaimana saya insan kasar dan t0l0l ini diberi kepercayaan begitu besar 0leh ayahmu…"
"Ayah tahu apa yang dilakukannya. Asal saja kau jangan suka mab0k lagi Paman Shiger0 …"
Dua mata Shiger0 M0m0chi tampak berkata-kaca.
"S0al minuman itu. Hisa0 Matsunaga yang mengajarkan padaku. Dia mengirimkan banyak sekali minuman keras ke kamarku. Setiap hari. Sejak lima tahun yang lalu…..”
"Ah , berarti dia memang sudah mengatur jauhjauh hari. Sengaja menjadikan kau 0rang buruk dimata semua 0rang di perguruan. Kami semua tahu kau memang buruk rupa dan buruk sifat. Namun hatimu Seputih Salju di puncak Fuji dan jiwamu higienis sebersih bunga sakura yang mulai bersemi….”
Ucapan Akira Kasai itu sangat menyentuh perasaan Shiger0 M0m0chi hingga dia memeluk anak itu erat-erat sementara air mata jatuh membasahi pipinya.
"Paman Shiger0 , sembunyikan air matamu. Jangan Sampai ada 0rang lain yang melihat. Masakan Ketua Perguruan besar menangis ibarat anak kecil.."
Shiger0 M0m0chi mau tak mau jadi tersenyum.
Sambil mendukung Akira dia mendatangi ninja merah , mahluk Bendera Darah dan Akik0 Bessh0.
"Kalau tidak dengan sumbangan kalian bertiga , entah apa jadinya dengan Akira dan akademi kami. Aku atas nama Pribadi dan akademi Emerarud0 mengucapkan terima kasih besar…..”
Lalu Shiger0 M0m0chi membungkuk tiga kali.
Setelah itu dia berpaling pada Akik0 Bessh0.
"N0na Akik0 , kami harap kau suka ikut ke akademi untuk meng0bati luka-lukamu. Kau kelihatan pucat. Tubuhnya tentu lemas lantaran banyak mengeluarkan darah .. !”
Lalu Shiger0 berkata pada Bendera Darah dan ninja merah.
"Aku juga mengundang kalian berdua kembali ke perguruan…"
Sepantasnya saya mendapatkan undangan keh0rmatan dan peng0batan itu. Hanya dua temanku ini mungkin akan menyusul kemudian. Ada urusan penting yang harus mereka selesaikan.."
Habis berkata begitu Akik0 Bessh0 naik ke atas punggung seek0r kuda dibantu 0leh ninja merah Shiger0 juga naik ke atas kudanya sambil terus menggend0ng Akira.
"N0na Akik0.. Urusan pada maksudmu…?" Ninja merah tiba-tiba bertanya.
"Aku tidak merasa ada urusan apa-apa dengan mahluk aneh ini!"
Akik0 Bessh0 tertawa lebar. Dia dekatkan kudanya pada ninja merah kemudian membungkuk berbisik.
"Dia mencintaimu. Jangan kecewakan hatinya …"
"Kau gila… Masakan aku.. Lelaki atau perempuan nya pun saya tidak tahu …"
Ninja merah tak bisa meneruskan ucapannya lantaran ketika itu Akik0 Bessh0 sudah menggebrak kudanya dan tinggalkan tempat itu.
Tiba-tiba kelihatkan kuda yang membawa Shiger0 M0m0chi dan Akira berbalik mendatangi.
"Ada apakah?" tanya ninja merah. Dari atas punggung kuda Akira Kasai meluncur turun. Dia menanggalkan katana yang tergantung di pinggangnya kemudian menyerahkan pada ninja merah seraya berkata.
"Aku kalah taruhan. Kau b0leh ambil pedang ini..!”
"Heh ,. saya tidak sungguhan….." jawab ninja merah agak sungkan mendapatkan senjata itu.
"Sungguhan atau tidak terimalah sebagai tanda terima kasih saya …"
Ninja merah mau tidak mau mengambil pedang itu. Akira Kasai membungkuk kemudian dibantu Shiger0 anak ini naik kembali ke atas kuda.
Di ketika hari mulai terang-terang tanah kini di tempat itu hanya tinggal ninja merah dan insan Bendera Darah berdua saja yang tegak saling berhadap-hadapan.
"Gadis itu mencintaimu …" tiba-tiba meluncur ucapan itu dari ekspresi Bendera Darah.
"A … apa?!" Paras di balik epil0g wajah ninja merah jadi bersemu merah.
"Justru tadi dia bilang kau mencintaiku!" Kini wajah yang tersembunyi dibalik bendera- bendera merah itu yang jadi jengah kemerahan.
"Kau ini … siapa kau sebenarnya?" tanya ninja merah.
"Wajah dan sekujur tubuhmu tersembunyi di balik ratusan bendera."
"Kau sendiri siapa? bukankah kau Pendekar 212 Wir0 Sableng? Gaijin itu …?" balik berucap mahluk Bendera Darah.
"Aku tak kenal 0rang yang kau sebutkan itu!"
"Jangan berdusta! C0ba buka epil0g kepalamu!
Perlihatkan wajahnya! Jika kau memang se0rang ninja kesatria!"
"Aku tidak keberatan memperlihatkan diri ," jawab ninja merah. Lalu dengan tangan kanannya dibukanya kain merah yang menutupi kepala dan wajahnya.
Melihat wajah yang kini terpampang di depannya , mahluk Bendera Darah keluarkan seruan tertahan.
"Bukan dia! Makara kau memang bukan pahlawan asing berjulukan Wir0 itu..? "
“Kau kecewa….?” tanya ninja merah.
Mahluk bendera Darah tidak menjawab. Se0lah pada dirinya sendiri terdengar dia berkata perlahan.
"Lalu … kemudian kemana perginya perjaka itu …?" 0rang di depan Bendera Darah tertawa lebar.
"Jika kau mau memperlihatkan dirimu sendiri saya bersedia memberi tahu dimana perjaka itu berada!”
"Aku tidak percaya …"
‘Kalau begitu kau tidak ingin bertemu dengannya?" Bendera Darah tampak meragu. Dia menyerah.
"Baiklah , kau b0leh melihat diriku …" Lalu dia menciptakan gerakan cepat sekali ibarat 0rang membuka epil0g kepala dan pakaian. Ternyata ratusan bendera merah yang menancap ditubuhnya itu tersisip pada sebuah jubah tebal. Ketika jubah dibuka kelihatanlah wajah dan tubuhnya.
Ninja merah hingga ternganga terkesiap begitu melihat siapa yang tegak di depannya. Se0rang gadis bagus berambut c0klat , mengenakan sehelai pakaian kuning tipis sehingga lekuk tubuhnya yang bagus membayang.
"Namamu Y0ri… Benar…?" ninja merah bertanya.
Gadis bagus di hadapan ninja merah mengangguk.
"Sekarang tepati janjimu. Katakan dimana kau bisa menemui gaijin berjulukan Wir0 itu …"
"Dia ada di dekatmu ," jawab ninja merah. Ketika si gadis memandang berkeliling mencari-cari ninja merah cepat-cepat lepaskan t0peng tipis yang menutupi kepala dan mukanya.
"Tak ada siapa-siapa di sini. Kau berdusta!" kata si gadis seraya balik memandang ke depan kembali.
Lalu berubahlah parasnya. Merah terkejut tapi disusul dengan senyum gembira.
"Kau …!” katanya dengan pengecap ibarat kelu.
"Jadi selama ini kau menyamar menjadi ninja merah..!” Ninja merah garuk-garuk kepalanya.
"Aku hanya menuruti nasihatmu temp0 hari. Katamu setelah saya membunuh ninja maka kemanapun saya akan dikejar hingga mereka bisa membunuhku! Apakah kini setelah tahu siapa diriku kau akan memberitahu ninja? Atau mungkin kau sendiri yang hendak membunuhku lantaran masih dendam atas kematian nenek Arashi?" Si gadis geleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa.
"Wir0 ," katanya ,
"apakah kau akan cepat-cepat pergi ke Perguruan Emerarud0 memenuhi undangan Shiger0 M0m0chi tadi”
"Bersamaku ketika ini ada se0rang gadis bagus jelita. Adalah t0l0l kalau saya malah pergi melihat 0rang mati….."
Y0ri alias gadis Bendera. Darah tertawa cekikikan.
Wir0 mengembangkan ke dua tangannya. Tanpa ragu-ragu si gadis menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan perjaka itu. Ke duanya saling peluk dan masih terus bercumbu berangkulan walaupun hari mulai terang tanda malam telah berganti siang.
* * *
TAMAT
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tit0
EP : PETUALANGAN WIR0 DINEGERI SAKURA/JEPANG
(NINJA MERAH)
ARTI KATA-KATA JEPANG DALAM KISAH INI:
Ninjat0 = Pedang khas yang biasa menjadi senjata ninja
Kusarigama = senjaja berupa rantai dengan uiung pisau bentuk ganc0 , ujung lain diberi bandulan besi
Tatami = ganjal lantai berbentuk persegi empat
Shin0bi = sebutan 0risinil untuk ninja
Shuriken = senjata rahasia yang dilemparkan , kebanyakan berbentuk bintang , ada yang beracun
shakuhachi = suling dari bambu
shamisen = instrumen musik mempunyai tiga buah senar
seppuku = bunuh diri secara terh0rmat
Sake = minuman keras khas Jepang (sejenis anggur dari beras)
d0nburi = nasi dalam mangk0k
gaijin = 0rang asing
geisha = perempuan pelayan pada tempat-tempat tertentu terkadang juga menjadi penghibur)
katana = pedang panjang
ninjutsu = ilmu bela diri
hai! = Ya! , siap! , baik!
D0y0/D0j0 = tempat berlatih silat (ruang tertutup)
inezumi = rajah atau tat0
sensei = guru
SATU
SAAT itu telah memasuki ekspresi d0minan semi. Namun udara hirau taacuh masih terasa mencucuk dimana-mana.
Salju tipis masih tampak menyapu puncak-puncak pep0h0nan , juga pada kuntum-kuntum bunga Sakura Yang pucuk-pucuknya mulai mengembang.
Jauh di sebelah Timur Ki0t0 terdapat sebuah bukit kecil.
Saat itu gres taja lewat tengah malam. Dalam gelap dan dinginnya udara tiga s0s0k berpakaian dan bertutup kepala serba hitam bergerak cepat menuju puncak bukit.
Di punggung masing-masing menyembul hulu ninjat0.
Lalu pada pinggang mereka tergantung kusarigama.
Mereka tidak mengikuti jalan watu Yang berliku-liku melainkan mengendap dan berkelebat di balik semak belukar dan pep0h0nan.
Puncak bukit merupakan daerah perumahan Perguruan Emerarud0 atau Perguruan Zamrud. Ke tempat inilah agaknya tiga 0rang itu tengah menuju.
Di dalam salah satu ruangan pada sebuah bangunan di puncak bukit se0rang lelaki berusia setengah kurun duduk di lantai sedang tekun membaca sebuah kitab tebal. Kantuknya yang tadi sempat menyerang terpupus sirna 0leh daya tarik kitab yang tengah dibacanya.
0rang ini mengenakan kim0n0 tebal berwarna biru tua. Pada cuilan dada kim0n0 sebelah kanan tersulam gambar watu permata zamrud bewarna kuning terang , lengkap dengan garis-garis kilauan cahaya sekeliling permata. 0rang ini yaitu N0b0ru Kasai pimpinan tertinggi atau Ketua Utama Perguruan Emerarud0.
Saat itu terdengar perlahan suaranya membaca.
Kebersihan aurat yaitu sangat penting dalam ilmu Peng0batan. Bagaimana sese0rang bisa meng0bati 0rang lain kalau tubuhnya tidak bersih.
akan tetapi di atas semua itu kebersihan jiwa atau kebersihan batin yaitu yang paling utama.
Dengan batin yang higienis sese0rang akan berada dalam keadaan lebih andal untuk menyalurkan hawa sakti yang dimilikinya ke dalam tubuh 0rang yang akan di0batinya. Karena itu …
Suara N0b0ru Kasai membaca terhenti 0leh bunyi pintu bergesek di belakangnya.
"Hisa0 … Kaukah itu? tanya N0b0ru Kasai tanpa berpaling. Tak ada jawaban..
Se tttt… settt… setttt! Teppp … tepppp … tepppp!
Malah Ketua Perguruan Emerarud0 ini mendengar bunyi berkelebat tiga kali berturut-turut dibarengi 0leh siuran angin halus.
N0b0ru Kasai letakkan kitab di pangkuannya ke atas tatami. Lalu perlahan-lahan palingkan kepala.
Sepasang mata sang Ketua terbuka lebar melihat siapa yang ada di dalam ruangan itu.
"Shin0bi…!"
Shin0bi yaitu panggilan 0risinil untuk ninja. Dan memang ketika itu di dalam kamarnya tegak tiga s0s0k ninja , muncul dalam penampilan mereka yang angker.
Bertubuh tinggi kukuh dibungkus pakaian serba hitam mulai dari ujung kaki hingga ke kepala. Di cuilan muka hanya sepasang mata mereka yang kelihatan , memandang tak berkesip ke arah N0b0ru Kasai dengan pandangan sedingin salju di puncak gunung Fuji.
Di belakang punggung mereka tersembul gagang ninjat0 yang juga dikenal sebagai katana pendek , pedang khas para ninja. Lalu seuntai rantai yang salah satu ujungnya merupakan senjata berbentuk ganc0 dan ujung satu lagi diberi gandulan pemberat kelihatan melilit di pinggang. N0b0ru Kasai perhatikan tangan ke tiga ninja ini. Masing-masing menggunakan shuk0 yaitu cakar pemanjat yang sekaligus merupakan senjata sangat berbahaya.
Dalam hati N0b0ru Kasai membatin "Pasti ke tiganya mener0b0s masuk dengan memanjat temb0k. Jika tidak satu murid akademi pun memerg0ki mereka , berarti ke tiganya yaitu ninja-ninja dari tingkat sangat tinggi …"
Perlahan-lahan N0b0ru Kasai berdiri. Sreettt! Sreetttt!
Dua kali terdengar bunyi berdesir ketika dua 0rang ninja yang berdiri dekat pintu dan di sebelah kanan N0b0ru Kasai mencabut ninjat0 pedang pendek masing-masing.
Ninja berbadan paling tinggi di sebelah tengah memberi isyarat dengan tangan kiri. Dua 0rang temannya yang hendak mendekati N0b0ru Kasai hentikan langkah. Ninja yang di tengah maju dua langkah.
"Sahabat-sahabat tak diundang. Kalian masuk secara tidak s0pan …"
Ninja di dekat pintu mendengus. Mulut dibalik epil0g wajahnya berucap.
"Ninja tidak kenal s0pan santun. Ninja hanya kenal darah dan nyawa!"
Daun pendengaran kiri N0b0ru Kasai bergerak.
"Hemmm.. saya tidak mengenali suaranya. Berarti dia memang ninja asli. Bukan 0rang dalam .. ."
"Katakan apa maksud kalian masuk ke tempatku!"
bentak N0b0ru Kasai. Sekilas matanya melirik ke arah lantai di sebelah kiri di mana tergeletak katana miliknya.
Ninja bertubuh paling tinggi sanggup membaca apa yang ada dalam benak Ketua Perguruan Emerarud0 itu. Dia cepat melangkah dan menginjak katana di lantai dengan kaki kanannya.
"Aku memberi waktu lima detik pada kalian sem0ga segera keluar dari tempat ini!" N0b0ru Kasai beri peringatan.
Ke dua tangannya diturunkan ke sisi sedang sepasang kaki tegak merenggang cepat.
Apa yang terjadi kemudian berlangung sangat Ninja di sebelah tengah hunus ninjat0nya. Melihat ini dua temannya segera menggebrak maju. Tiga pedang maut berkelebat ke arah N0b0ru Kasai. Ketua Perguruan Emerarud0 ini keluarkan bunyi menggemb0r.
Dengan tangan k0s0ng dia hadapi tiga penyerangnya.
N0b0ru menciptakan gerakan yang disebut "dewa tanah mengeb0r bumi." Tubuhnya menukik , jatuh ke atas lantai tatami. Tiga pedang lewat di atasnya. Lalu dia susul dengan jurus "penguasa langit membelah angkasa" Tangan kanannya menghantam ke atas disusul dengan tendangan kaki kiri kanan.
Wuuuutt! Wuuuut!
Pukulan dan tendangan kaki kiri N0b0ru Kasai hanya mengenai tempat k0s0ng. Tapi bukkkk!
Tendangan kaki kanannya mampir dengan telak di dada salah se0rang penyerang hingga ninja satu ini mencelat ke dinding. Dinding yang hanya terbuat dari kertas itu eksklusif jeb0l dan ninja itu sendiri terlempar ke luar. Untuk sesaat dia tak kuasa bangun , hanya mengerang sambil pegangi dada.
Dua 0rang ninja yang ada di dalam ruangan mendengus marah. Serangan pedang mereka membuntal-buntal ganas. .Walau Ketua Perguruan Emerarud0 menyandang nama besar dan berkepandaian tinggi namun para ninja bukanlah lawan yang gampang dihadapi.
Gerakan mereka secepat setan , serangan pedang mereka seganas iblis. Apalagi ketika itu N0b0ru Kasai bertangan k0s0ng pula.
Setelah mengelak dua kali berturut-turut N0b0ru melejit ke arah kanan. Maksudnya hendak mengambil hanb0 , yaitu t0ngkat kayu yang biasa digunakan untuk melatih murid-murid. Namun gerakannya berhasil di papas 0leh ninja di sebelah kiri. Selagi dia c0ba menghantam penyerang ini dengan pukulan tangan k0s0ng mengandung hawa sakti , dari samping ninja bertubuh tinggi kiblatkan ninjat0nya.
Breetttttl
Bahu kim0n0 N0b0ru Kasai r0bek besar. Dia mencicipi perih pada pundak kanannya kemudian ada cairan panas mengucur. Darah! Meski menderita sakit bukan main dan kemarahan mendidih namun Ketua Perguruan Emerarud0 ini tampak bersikap tenang. Tapi sebaliknya dua ninja tak mau memberi kesempatan. Pedang pendek mereka kembali menggempur dengan ganas hingga N0b0ru Kasai terdesak ke sudut sebelah kanan.
Breeetttt!
Breetttt!
Kim0n0 sang Ketua r0bek lagi. Kali ini di cuilan dada dan perut. N0b0ru Kasai terjajar ke belakang. Dia berusaha berpegangan pada sebuah rak tapi tidak terjangkau. Selagi tubuhnya tersandar ke dinding , ninja berbadan tinggi tusukkan pedangnya ke lambung N0b0ru Kasai. Ketua Perguruan ini keluarkan keluhan pendek kemudian r0b0h ke lantai. Sebagian dari badannya yaitu cuilan dada ke atas berada di luar kamar.
Ninja berbadan tinggi mendatangi dengan cepat dan membungkuk seraya bertanya.
"Lekas katakan! Di laci n0m0r berapa kau simpan surat-surat penting Perguruan!"
Dalam keadaan sekarat N0b0ra Kasai membuka mulutnva. Suaranya tersendat perlahan.
"Aku … saya ibarat mengenali suaramu … Bukan kah kau..”
"Kurang ajar!" hardik ninja bertubuh tinggi. Pedang di tangan kanannya dihunjamkan ke tengg0r0kan N0b0ru Kasai. Sebelum maut menyergap Ketua Perguruan Emerarud0 itu tiba-tiba angkat tangan kanannya.
Lima jari tangannya terpentang. Tulang- tulang jari keluarkan bunyi berderak.
Cleeeppp!
Pedang menembus tengg0r0kan N0b0ru Kasai.
Dalam ketika yang bersamaan lima ujung jari sang Ketua menghunjam di dada kiri ninja yang membunuhnya.
Pakaian hitam tebal yang dikenakan ninja tembus di lima bagian. Ninja itu sendiri terjajar ke belakang. Dadanya serasa ditusuk lima paku panas! Wajahnya di balik epil0g kepala sesaat jadi pucat.
"Lima jari dewa… Makara dia memang benar-benar mempunyai ilmu kepandaian itu..!” katanya dengan mata mel0t0t memandang pada N0b0ru Kasai yang sudah tak bernyawa lagi. Sambil pegangi dada kirinya ninja ini melangkah mundur. Dia memberi isyarat pada ninja yang ada di dekatnya.
”T0l0ng kawanmu. Lari ke temb0k sebelah timur.
Tunggu saya di tempat pertemuan!" Sehabis berkata begitu ninja berbadan tinggl ini melesat ke pintu. Dia berlari cepat sepanjang l0r0ng pendek kemudian mener0b0s masuk ke dalam sebuah ruangan sangat rahasia yang tidak sembarang 0rang b0leh masuk ke tempat ini. Di pintu masuk ruangan berjaga-jaga se0rang murid Perguruan dalam keadaan terkantuk-kantuk. Pedang di tangan ninja berkelebat menghantam pertengahan kening murid penjaga. Murid ini tak pernah tahu apa yang menimbulkan kematiannya. Tubuhnya r0b0h mandi darah dengan kepala hampir terbelah.
Ninja pembunuh mel0mpat masuk ke dalam ruangan rahasia. Sesaat dia tegak tertegun. Di dalam ruangan itu ada dua buah lemari besar merapat ke dinding. Di situ terdapat dua ratus laci-laci kecil yang diberi n0m0r mulai dari 1 hingga 200.
"Aku tak mungkin menyidik semua laci celaka itu! Aku harus bisa mengingat! Harus bisa!” Ninja itu kemudian menarik laci-laci pada derstan angka mulai dari 150 hingga 160.
Sementara itu diluar sana ninja yang diperintahkan men0l0ng temannya yang terluka bertindak cepat.
Sang sahabat rupanya menderita luka dalam yang sangat parah jawaban tendangan N0b0ru Kasai tadi. Darah tampak mengucur dari mulutnya. Begitu tahu kawannya tak sanggup berdiri , dengan cepat di segera memanggulnya.
Akan tetapi sebelum dia sempat berkelebat pergi di sekelilingnya terdengar bunyi langkah-langkah kaki.
Sesaat kemudian sekitar dua puluh 0rang murid akademi muncul mengurung tempat itu. Di depan sekali se0rang lelaki berkim0n0 merah darah berambut pendek berwajah beringas. Mukanya merah. Gerakannya cepat dan enteng tetapi langkah kakinya tidak tetap.
Sesekali tubuhnya tampak ibarat terhuyung.
Bagaimanapun tinggi ilmu yang dimilikinya tapi ninja itu segera menyadari bahwa dia tak mungkin l0l0s dari sekian banyak 0rang yang mengurung. Apalagi si kim0n0 merah berwajah merah beringas di sebelah depan dikenalinya yaitu Shiger0 M0m0chi salah se0rang dari dua Wakil Ketua Perguruan. Begitu Shiger0 M0m0chl mendekat ninja jatuhkan mitra yang dipanggulnya ke lantai. Sekali menusukkan pedangnya ke dada kawannya sendiri , ninja yang sudah terluka parah itu eksklusif meregang nyawa.
"Tangkap dia hidup-hidup!" teriak Shiger0 M0m0chi.
Tapi mana mungkin menangkap se0rang ninja hidup-hidup. Apalagi dalam keadaan terperangkap ibarat itu. Sang ninja keluarkan bunyi mendegus dari balik kain hitam epil0g wajahnya. Dua tangan memegang gagang pedang erat-erat. Begitu kel0mp0k anak murid Perguruan Emerarud0 menyerbu dibawah pimpinan Shiger0 M0m0chi dengan banyak sekali macam senjata ninja ini cepat meny0ngs0ng dengan ninjat0nya.
Beberapa kali terdengar bunyi berdentrangan beradunya senjata. Gel0mbang serangan anak murid Perguruan Emerarud0 tidak bisa dibendung. Shiger0 M0m0chi yang masih berusaha menangkap hidup-hidup ninja itu untuk dimintai keterangan tak bisa berbuat banyak. Setelah memukul lepas pedang ditangan ninja dia hanya bisa menyaksikan bagaimana puluhan anak muridnya membantai sang ninja hingga alhasil menemui kematian dengan keadaan tubuh hancur lumat mengerikan.
Shiger0 M0m0chi ibarat mau muntah. Dia palingkan kepala , memandang ke ruangan dalam bangunan.
"Ketua N0b0ru Kasai …" bisiknya. Secepat kilat dia lari masuk ke dalam rumah. Lututnya g0yah ketika dia menemukan N0b0ru Kasai telah jadi mayat , tergeletak di atas tatami dengan tubuh bergelimang darah.
"Ketua …" kata Shiger0 M0m0chi sambil jatuhkan diri , berlutut di samping mayat N0b0ru Kasai. Dia merasa ibarat ingin berteriak , tapi juga ingin menangis.
Tiba-tiba telinganya mendengar bunyi dari arah ujung l0r0ng pendek di luar sana dimana terletak ruangan rahasia. Sambil menggenggam pedangnya Shiger0 M0m0chi cepat berdiri.
* * *
DUA
Di dalam ruangan rahasia ninja menyidik f0rmasi laci bern0m0r 150 hingga 160. Tapi dia tidak menemukan apa yang dicarinya. Dalam hati dia memaki setengah mati.
"Aku harus ingat! Harus ingat!" katanya berulangulang.
Pada ketika itu dia mendengar bunyi 0rang berlari dari ujung l0r0ng. Sebelumnya dia juga telah mendengar bunyi ramai di luar ruangan tempat N0b0ru Kasai terbunuh.
"0rang-0rang Perguruan sudah tahu apa yang terjadi …" desis ninja. Matanya kembali memandang f0rmasi laci-laci. Dia ibarat hendak memukul kepalanya sendiri ketika tiba-tiba dia ingat.
"Laci 168 katanya setengah berseru.
Segera laci n0m0r 166 dibukanya. Sepasang mata ninja membesar. Apa yang dicarinya alhasil ditemui juga. Dalam laci itu kelihatan sebuah ampl0p besar berwarna kuning. Secepat kilat ninja menyambar ampl0p itu. Lalu mel0mpat memb0b0l dinding kiri ruangan rahasia. Ternyata dinding ruangan ini tidak terbuat dari kertas biasa melainkan dari sejenis papan al0t. Ninja terpaksa pergunakan j0t0sannya untuk menjeb0l. Baru saja dia hendak berkelebat kabur lewat l0bang di dinding tiba-tiba pintu kamar rahasia terbuka.
Satu bentakan menggeledek di belakangnya.
"Jangan lari!"
Yang berteriak yaitu Shiger0 M0m0chi. Wakil Ketua Perguruan ini cepat mengejar dengan pedang terhunus. Gerakannya mengejar tertahan ketika di sebelah depan ninja dilihatnya gerakkan tangan kiri. Dua buah benda berbentuk bintang melesat ke arahnya.
Shiger0 memaki setengah mati.
"Shuriken!" teriaknya.
Pedangnya di putar ke depan.
Trang … trang …!
Dua senjata rahasia bintang besi beracun yang dilepaskan ninja mental dan menancap di dinding ruangan. Begitu Shiger0 memandang ke depan sang ninja sudah lenyap.
"Mahluk iblis! Kau kira kau bisa l0l0s dari tanganku…!"
bentak Shiger0 M0m0chi kemudian mengejar. Larinya tidak tetap , agak menghuyung. Sampai di taman gelap di belakang bangunan besar 0rang yang dikejarnya tak kelihatan lagi. Belasan murid Perguruan muncul mendatangi.
"Percuma… Ninja keparat itu berhasil melarikan diri!" kata Shiger0 M0m0chi sambil menghentakkan kakinya.
"Aku bersumpah akan membalaskan kematian Ketua. Kalian lekas mengatur hubungan dengan para Ketua Ninja! Beri tahu apa yang telah terjadi. Minta mereka menyelidik dan memberi tahu siapa angg0taangg0ta mereka yang terlibat kejahatan keji ini! Mereka harus berani mengakui! Kalau tidak saya bersumpah akan menumpas semua ninja di negeri ini! Sejak dulu mereka hanya menimbulkan ke0naran dan tragedi saja! Melakukan kejahatan hanya untuk sejumlah uang! Mahlukmahluk durjana! Pembunuh bayaran!"
"Wakil Ketua M0m0chi!" se0rang murid Perguruan berkata sambil maju mendekati Shiger0 M0m0chi.
"Ninja bukan cuma membunuh tapi juga mencuri surat-surat penting dari ruangan rahasia.
"Aku sudah tahu! Kalian periksa surat apa yang hilang! Aku akan mengurus mayat Ketua …" Shiger0 M0m0chi memandang berkeliling.
"Siapa diantara kalian yang membawa minuman….?" Tak ada satupun yang menjawab.
"Kalau begitu satu 0rang dari kalian lekas pergi kekamarku , ambil b0t0l sake dan antarkan padaku …"
"Tapi Wakil Ketua M0m0chi …" kata se0rang murid kepala.
"Dalam keadaan ibarat ini tidak sepantasnya Wakil Ketua meneguk minuman keras itu lagi …"
"Kurang ajarl Kau memerintah saya atau bagaimana … ?!" hardik Shiger0 M0m0chi dengan mata membelalang.
Semua murid Perguruan yang ada di situ unjukkan wajah tidak seneng. Satu persatu mereka tinggalkan tempat itu. Salah se0rang dari mereka berbisik pada temannya.
"Seharusnya dia yang dibunuh ninja , bukan Ketua N0b0ru Kasai … Pimpinan tak berkhasiat , Pemabuk , pemarah … semua yang buruk ada padanya. Mau jadi apa Perguruan kita ini kelak … !"
"Aku kawatir setelah Ketua tiada , dia yang akan menjabat jadi Ketua. Celakalah kita semua!" sahut temannya.
"Hal itu tak mungkin terjadi. Para Dewa tak bakal merestui!" kata se0rang murid Perguruan lain yang ikut mendengar percakapan dua temannya tadi.
DALAM dinginnya udara menjelang pagi itu sayup sayup terdengar bunyi shakuhachi ditiup dalam senandung yang menyayat hati. Tiupan seruling bambu ini diikuti dengan petikan shamisen yang menghiba-hiba.
Suara bebunyian ini tiba dari serambi bangunan besar Perguruan Emerarud0 di puncak bukit.
Di serambi rumah besar , di bawah penerangan lampu minyak redup , diatas tatami duduk dua 0rang perempuan. Se0rang sudah agak lanjut , satunya masih gadis. Perempuan yang lebih bau tanah duduk meramkan mata sambil meniup shakuchaki. Gadis di sebelahnya memetik shamisen. Masing-masing memainkan bebunyian itu penuh perasaan. Sepasang mata perempuan yang lebih bau tanah tampak berkaca-kaca sedang si gadis tak sanggup menahan larutnya kesedihan hingga air mata yang tak terbendung menetes jatuh kepipinya.
Di dalam rumah besar hampir seratus anak murid Perguruan Emerarud0 tegak rangkapkan tangan di atas dada. Sikap berdiri mereka tampak gagah. Namun dari kepala-kepala yang ditundukkan serta sepasang mata.
yang dipejamkan terang ibarat dua perempuan tadi merekapun sedang karam dalam rasa sedih yang mendalam.
Rasa dukacita atas tewasnya N0b0ru Kasai Ketua Perguruan Emerarud0 menciptakan puncak bukit itu karam dalam kesedihan. Gadis pemetik shamisen tak sanggup menahan kesedihannya alhasil berhenti memetik bebunyian itu kemudian bersujud dan menangis tersedu-sedu. Perempuan peniup seruling ikut tergugah dan tiupan sakuhachinya jadi tersendat-sendat.
Menjelang malam memasuki pagi , selagi udara terang-terang tanah tiba-tiba terdengar derap kaki kuda mendatangi. Tak usang kemudian se0rang lelaki separuh baya berwajah gagah muncul menunggang kuda putih.
Di atas punggung kuda dia memandang ibarat tidak percaya pada keadaan yang dilihatnya. Matanya menyipit ketika dia berpaling ke serambi dan melihat gadis pemetik shamisen jatuhkan diri kemudian menangis keras. 0rang ini mel0mpat dari kudanya.
"Apa yang terjadi …. ?!" Dia bertanya sambil melangkah cepat melewati berisan para murid Perguruan.
Dadanya mendadak bergej0lak , tapi perilaku dan suaranya kelihatan lembut.
Se0rang murid kepala mendatangi dan berkata.
"Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga syukur kau cepat kembali. Wakil Ketua Shiger0 M0m0chi ada di dalam bangunan utama. Sudah usang menunggu …."
"Tiupan shakuhachi dan petikan shamisen tadi. .. membawakan lagu pengantar jenazah. Katakan apa yang terjadi?!" tanya 0rang yang barusan turun dari kuda. Ternyata dia yaitu salah se0rang dari Wakil Ketua Perguruan.
"Saya tidak berani menerangkan. Lebih baik Wakil Ketua menemui Wakil Ketua Shiger0 M0m0chi saja …."
Mendengar jawab murid kepala itu , ibarat terbang Hisa0 Matsunaga mel0mpat dan masuk ke dalam rumah besar. Di dalam ruangan dimana mayat N0b0ru Kasai dibaringkan di atas selembar kasur tipis yang diberi ganjal kain w00l tebal , Hisa0 Matsunaga jatuhkan diri berlutut. Sesaat dia menatap wajah Ketua Perguruan yang sudah jadi mayat itu. Kain putih yang menutupi tubuh mayat tampak berair 0leh darah di beberapa bagian. Lalu ke dua matanya dipejamkan.
Ketika mata itu dibuka kembali pandangan Hisa0 Matsunaga tertuju pada Shiger0 M0m0chi. Baru disadari nya kalau ketika itu di ruangan itu terdapat juga beberapa 0rang pengurus dan tua-tua perguruan. Lalu se0rang anak lelaki berusia empat belas tahun yang duduk dengan kepala tertunduk dekat kepala jenazah.
Wajah Hisa0 Matsunaga terang memperlihatkan keperihan ketika dia memperhatikan anak ini. Karena si anak yaitu Akira Kasai , putera dan anak tunggal mendiang Ketua N0b0ru Kasai. Ibu Akira meninggal dunia pada ketika anak ini dilahirkan. Sejak itu N0b0ru Kasai tak mengambil perempuan lain pengganti istrinya ataupun memelihara gundik. Agaknya Ketua Perguruan Emerarud0 ini sengaja menjauhi kehidupan duniawi hingga alhasil kematian tiba menjemput.
Hisa0 Matsunaga berpaling kembali pada Shiger0 M0m0chi kemudian berkata dengan bunyi perlahan.
"Shiger0 , ceritakan padaku bagaimana semua ini terjadi!”
"Kita bicara di kamar sebelah saja.." bisik Shiger0.
Waktu bicara Hisa0 Matsunaga sanggup mencium nafas Shiger0 yang berbau minuman keras. Perlahan-lahan dia bangun mengikuti Shiger0 menuju sebuah ruangan yang terletak bersebelahan dengan ruangan dimana mayat Ketua Perguruan disemayamkan.
"Aku tidak melihat sendiri bagaimana kejadiannya.
Ketika saya masuk ke kamar Ketua , dia sudah menggeletak di atas tatami dalam keadaan berlumuran darah. Sudah tidak bernafas lagi ….." Lalu Shiger0 M0m0chi menuturkan apa yang diketahuinya.
"Sebelum insiden itu terjadi , kau berada di mana Shiger0? Selama ini jangankan insan , lalat seek0rpun jikalau menyusup ke tempat ini pasti kau ketahui …"
"Kau betul Hisa0 …" jawab Shiger0 M0m0chi dengan wajah merah.
"Malam tadi entah mengapa nyenyak sekali tidurku.
Sampai tidak mendengar suam apa-apa. Bahkan para muridpun tidak sempat mengetahui …. !”
"Aku yakin kau pasti minum banyak lagi malam tadi. Kalau tidak , mungkin insiden ini bisa dihindari….
Harap maafkan saya Shiger0. Bukan maksudku menyalahkanmu.
Kalau Dewa sudah menakdirkan hal ini akan terjadi , pasti terjadi tanpa bisa dihalangi. Aku sendiri merasa menyesal pergi ke Ki0t0 walau saya kesana ditugaskan secara pribadi 0leh Ketua untuk menemui se0rang Sh0gun …."
"Sampai ketika ini saya memang belum bisa menghilangkan kebiasaan minum sake keras itu .. ."
"Kudengar kini malah kau mencampurnya dengan wiski yang dibawa pelaut-pelaut kulit putih …" mem0t0ng Hisa0 Matsunaga tetap dengan bunyi lembut.
"Kuharap saja kau bisa mawas diri dan menghenti kan kebiasaan minum."
Tampang Shiger0 M0m0chi tampak jadi beringas.
Dia hendak menyempr0tkan ucapan. Tapi dengan lembut Hisa0 Matsunaga berkata.
"Siapa diantara kita yang tidak suka meneguk sake. Tapi minum secara berlebihan bisa membawa hal-hal tak diingin bagi sese0rang. Musibah ini kiranya bisa dijadikan nasihat ….."
Wajah Shiger0 M0m0chi nampak menjadi merah.
Sambil berdiri dia berkata. "Kalau Perguruan menganggap hal ini terjadi lantaran kesalahanku , saya bersedia mendapatkan eksekusi dan melaksanakan seppuku!"
Shiger0 M0m0chi segera hendak mencabut pedangnya.
Hisa0 Matsunaga cepat memegang pundak Shiger0 dan berkata. "Bagi kita 0rang-0rang Jepang melaksanakan seppuku atau harakiri yaitu kematian paling terh0rmat.
Tapi tidak jikalau kita bekerjsama bisa melaksanakan sesuatu yang jauh lebih terh0rmat .. ."
"Katakan apa yang harus saya lakukan!" kata Shiger0 beringas.
"Bukan kau , saja Shiger0. Tapi kita. Semua yang ada di Perguruan ini …”
"Ya.. ya , katakan saja apa yang harus kita lakukan?"
"Pertama , kita harus mengurus mayat Ketua …."
"ltu memang menjadi kewajiban kita para pengurus dan murid Perguruanl Lalu ….?"
"Selanjutnya .kita harus menyelidik siapa pelaku pembunuhan ini…."
"Dan pelaku pencurian!" sambung Shiger0 M0m0chi.
Hisa0 Matsunaga tampak terkejut. "Pencurian? Apa maksudmu?’
"Ada sebuah ampl0p rahasia berisi surat-surat penting lenyap dari laci di ruang rahasia …." Paras Hisa0 Matsunaga jadi berubah.
"Berarti ini bukan pembunuhan biasa. Pasti banyak kaitannya pada hal-hal lain yang tidak terduga ….."
"Aku sudah meminta beberapa 0rang untuk menghubungi para Ketua Ninja guna ikut menyelidik.
Aku juga telah bersumpah jikalau mereka tidak bisa memberikan jawaban atau tidak sanggup membuktikan bahwa kel0mp0k masing-masing tidak terlibat , maka saya akan menumpas semua Ninja di negeri ini hingga habis!"
"Kesetiaanmu untuk membela kematian Ketua sangat saya hargakan Shiger0. Tapi kita harus hati-hati menghadapi para ninja. Jika mereka bergabung kekuatan mereka jauh lebih besar dari kita …"
"Kita bisa menggunakan tangan kel0mp0k 0da N0bunaga untuk membasmi mereka …"
"Betul , tapi ingat … Perguruan punya ketentuan untuk tidak terlibat dan melibatkan diri dengan 0rang0rang Pemerintahan …"
"Lalu mengapa kau sendiri pergi menemui Sh0gun , walau katamu itu atas perintah Ketua ….."
Hisa0 Matsunaga mengangguk pendek. "Justru hal itu diperintahkannya sem0ga saya memberi tahu bahwa Perguruan kita mengh0rmati pihak angkatan perang , para Jenderal , tapi tidak mau melibatkan diri dalam urusan pemerintahan …"
"Kalau begitu kita harus punya cara sendiri untuk menghajar para ninja itu …"
"Jika benar mereka yang membunuh Ketua..:” Shiger0 M0m0chi menatap tajam dengan matanya yang merah pada Hisa0 Matsunaga.
"Apa maksudmu dengan ucapan itu Hisa0? Jelas mereka muncul di sini mengenakan seragam ninja.
Membawa senjata ninja. Bahkan ada dua ninja yang sudah lumat di luar sana bisa kau lihat sendiri keadaan mereka. Dan tampaknya kau hendak meragukan bahwa kematian guru bukan disebabkan 0leh para ninja keparat itu!"
"Tenang Saudaraku …" kata Hisa0 Matsunaga dengan bunyi lembut.
"Sebagai akademi besar , tidak semua 0rang di luar sana suka terhadap kita. Mungkin saja memang ada yang menggunakan tangan ninja untuk menghancurkan kita.
Mungkin juga ada para t0k0h silat kaki tangan pemerintah yang melakukannya lantaran tidak ingin melihat kita sebagai satu kekuatan yang membahayakan mereka …"
"Ah , saya 0rang terbelakang yang tidak bisa mencerna dan berpikir sepintarmu …."
"Kau 0rang pandai. 0takmu cerdik. Aku tahu hal itu. Jangan terlalu merendah Shiger0. Sekarang mari temani saya untuk menyidik ruangan rahasia. Surat penting apa yang telah dicuri ninja …."
Memeriksa 200 laci di ruangan rahasia Perguruan Emerarud0 bukan pekerjaan gampang dan memakan waktu lama. Mereka memang menemui sebuah laci dalam keadaan k0s0ng yaitu laci n0m0r 166. Tapi baik Hisa0 maupun Shiger0 tidak sanggup memastikan surat atau benda apa yang telah lenyap dicuri dari laci tersebut.
Menjelang pagi ke dua pucuk pimpinan Perguruan tersebut keluar dari ruangan rahasia , bergabung dengan pengurus Perguruan lainnya untuk mengatur persiapan upacara perabuah jenarah N0b0ru Kasai.
Sementara itu beberapa tamu yang sudah diberi tahu atas tragedi alam yang menimpa Perguruan telah mulai kelihatan berdatangan.
Kita kembali dulu pada kejadian beberapa waktu sebelumnya setelah ninja memasuki ruangan rahasia Perguruan Emerarud0 , mencuri sebuah ampl0p kuning kemudian melarikan diri setelah lebih dulu mementahkan pengejaran yang dilakukan Shiger0 M0m0chi.
Kelihatan se0rang ninja melarikan diri dan menghilang bersama kepekatan malam b0leh dikatakan tak sanggup ditandingi 0leh siapapun. Di lereng bukit sebelah Selatan ninja yang telah membunuh Ketua Perguruan Emerarud0 itu menyelinap ke balik sebatang p0h0n besar.
dia tegak bersandar ke batang p0h0n. Tangan kanannya mendekap dada kirinya yang terasa mendenyut saki. Dada itulah yang sebelumnya menerima serangan "Lima Jari Dewa" yang sempat dilakukan 0leh N0b0ru Kasai. Dalam gelap ninja membuka pakaian hitamnya.
Jantungnya berdenyut keras ketika dilihatnya ada lima bintik hitam membekas di dada kirinya.
"Celaka ….. ! Tanda ini tidak bisa hilang sekalipun kulitku dikelupas!" Sesaat sang ninja nampak masgul.
Namun bila dia ingat pada ampl0p kuning itu , rasa kawatirnya segera lenyap. Dengan cepat ampl0p kuning dikeluarkannya dari balik pakaiannya. Bagian depan ampl0p ada g0resan pena dalam aksara kanji berbunyi : "Sangat Rahasia. Risalah Pewarisan Pimpinan Perguruan." Ampl0p dibalikkan. Bagian epil0g ampl0p di sebelah belakang selain diikat dengan benang juga disegel dengan lak tebal berwarna merah.
Dengan tangan agak gemetar ninja mer0bek epil0g ampl0p. Dari dalam ampl0p dikeluarkannya lembaran tebal kertas berwarna merah.
"Hah?!”
Sang ninja berseru kaget. Sepuluh lembar kertas merah yang barusan dikeluarkannya dari dalam ampl0p dib0lak-baliknya.
"Aneh! Mengapa semua kertas ini k0s0ng? Tak ada g0resan pena , tak ada apa-apanya! Jangan-jangan saya tertipu! Siapa yang menipu? Sang Ketua ….?" Tak mungkin …. !" Se0lah-0lah tak percaya ninja menyidik kembali kertas-kertas merah itu , melihat ke dalam ampl0p kalau-kalau ada kertas lain yang tertinggal.
Kemudian dengan kesal ampl0p dan kertas merah itu diremasnya hingga lumat. Setelah itu sambil memaki panjang pendek ampl0p dan kertas merah itu dibantingkannya ke tanah! "Kurang didik Benar-benar sialan!"
* * *
TIGA
PENDEKAR 212 Wir0 Sableng tarik kerah baju tebal-nya tinggi- tinggi. Sesaat dipandanginya air sungai kecil di hadapannya yang dalam kegelapan malam seperti membisu tidak mengalir. Barusan dengan susah payah dia mengumpulkan beberapa p0t0ng kayu. Dalam udara lembab dan hirau taacuh begitu rupa hampir tak mungkin mendapatkan kayu kering. Dia telah menghabiskan sek0tak geretan untuk membakar kayu menyalakan api.
Namun sia-sia saja. Sesekali matanya melirik ke arah sebuah watu di atas mana terbaring seek0r kelinci dalam keadaan terikat keempat kakinya..
Dari saku baju tebalnya Wir0 keluarkan b0t0l kaleng berisi sake. Setelah meneguk minuman keras ini dua kali dia merasa tubuhnya menjadi hangat.
"Badanku hangat tapi perutku tetap saja ker0nc0ngan." Dia memandang lagi pada kelinci di atas batu.
"lngin sekali saya cepat-cepat mencicipi bagaimana lezatnya daging kelinci Jepang. Tapi api sialan tak mau hidup …" Apa saya harus mempergunakan senjata mustika itu hanya untuk menyalakan api?" Wir0 garukgaruk kepala.
"Kelihatannya memang tak ada jalan lain …." Murid Sint0 gendeng alhasil keluarkan Kapak Maut Naga Geni 212 dari balik pakaiannya. Dia juga mengeluarkan watu hitam pasangan senjata sakti itu.
Ketika cahaya yang memancar ,dari dua mata kapak menerangi tempat itu , sepasang mata yang semenjak tadi mengintip dibalik kerapatan serumpunan batangbatang bambu membesar lantaran terkejut dan juga kagum. Dalam hati 0rang yang bersembunyi itu berkata.
"Belum pernah saya melihat senjata ibarat itu.
Dari sinarnya saja terang senjata itu mempunyai hawa sakti luar biasa. Pasti inilah senjata yang dipakainya untuk membunuh Arashi si Nenek Badai. Pemuda dari negeri ribuan pulau itu … Aku harus merampas senjata itu. Batu hitamnya sekalian … !"
Di depan tumpukan kayu yang disilang-silang di tanah Wir0 g0s0kkan keras-keras salah satu mata kapak dengan watu hitam di tangan kanannya. Bersamaan dengan itu dia kerahkan tenaga dalamnya.
Wussss!
Lidah api menyambar ke arah tumpukan kayu.
Krekkkk … Terdengar bunyi berkeretakan. Kayu-kayu lembab itu bermetam0rf0sis merah. Sesaat kemudian apipun berk0bar. Ketika api padam , kayu-kayu yang tadinya berair telah bermetam0rf0sis arang merah.
Di balik batang-batang bambu , 0rang yang semenjak tadi mengintip berdecak dalam hati.
"Benar-benar luar biasa. Bagaimanapun saya harus dapatkan senjata itu. Batu hitamnya juga….." Lalu tanpa bunyi dia bergeser dari balik batang-batang bambu itu.
Wir0 simpan kembali kapak sakti dan watu hitam.
Lalu dia melangkah ke arah kelinci. Binatang ini mencicit keras se0lah tahu kalau dirinya sebentar lagi akan dipesiangi.
"Ya … ya kini kau b0leh mencicit , berteriak sesukamu. Asal saja jangan sudah masuk ke perutku kau nanti masih mencicit!"
Wir0 mulai membuka ikatan pada keempat kaki hewan itu. Kalau tadi kelinci ini mencicit keras terus menerus , kini tiba-tiba diam.
"Eh , kenapa membisu … ? ujar Wir0. Dilihatnya sepasang mata kelinci itu memandang sayu dan sesekali berkedip-kedip. Telinganya bergerak-gerak , begitu juga cuping hidungnya. Dari mulutnya yang bergigi-gigi putih kecil terdengar bunyi desah halus.
Tiba-tiba saja ada perasaan tidak enak dalam diri Pendekar 212. "Aneh , mengapa mendadak saya jadi tidak tega membunuh hewan ini …." Wir0 perhatikan lagi kelinci itu. Masih memandang padanya dengan mata sayu dan berkedip.
"Semakin kupandang semakin kasihan saya jadinya … Ah sudahlah. Biar kulepas saja …" Wir0 membungkuk , letakkan kelinci itu di tanah kemudian berkata.
"Kelinci , kau tentu punya emak , punya bapak.
Punya saudara punya sahabat dan hutan belantara. Kau b0leh pergi. Aku tak jadi menyantanmu. Walau perutku ker0nc0ngan kurasa saya masih bisa menahan lapar..Kau bebas. Pergilah …."
Setelah dilepas , kelinci itu tidak segera lari.
Se0lah-0lah berterima kasih dia berpaling ke arah Wir0 , mencicit beberapa kali sambil mengedipkan kedua matanya.
"Ya … ya.. . Pergi sana. .." kata Wir0 pula.
Binatang itu mencicit lagi dan mengedip dua kali kemudian menciptakan l0mpatan tinggi. Namun dia tak pernah masuk lagi ke dalam hutan , bahkan setelah mel0mpat tak sempat lagi menginjakkan kaki-kakinya di tanah.
Sebuah benda melesat dari kegelapan , menyambar ke kepala kelinci itu. Binatang ini mencicit keras kemudian jatuh terhempas ke tanah.
"Astaga!" Wir0 berseru dan cepat mel0mpat.
Kelinci diambilnya dari tanah. Sepasang mata Pendekar 212 mel0t0t besar. Sebuah besi lancip lebih besar dari lidi . menancap tepat di kening kelinci. Pada besi ini menempel sebuah bendera berbentuk segi tiga berwarna merah. Di cuilan tengah bendera , ada g0resan pena Kanji warna hitam berbunyi "Bendera Darah."
"Binatang malang …." desis Wir0. "Aku segaja melepaskanmu. Sekarang ternyata ada 0rang jahat membunuhmu. Kalau memang nasibmu ibarat ini kan lebih baik kau kupanggang dan kusantap saja tadi …"
Wir0 garuk-garuk kepalanya dengan tangan kiri. Lalu diusapnya kepala kelinci itu beberapa kali. Darah yang mengucur dari kepala kelinci meng0t0ri jari-jari tangannya. Perlahan-lahan Wir0 letakkan hewan itu di tanah kemudian dia tegak kembali , memandang berkeliling.
"0rang jahat! Siapa kau yang tega-teganya membunuh kelinciku?!” Aku tahu kau masih berada di sekitar sini! Perlihatkan dirimu!"
Dalam keheningan dan dinginnya udara malam tiba-tiba terdengar bunyi tertawa. Suara tawa ini melengking keras tapi pendek.
"Kurang didik …" kertak Pendekar 212. Dia terang mendegar bunyi tertawa itu. Keras dan dekat tapi anehnya dia tidak bisa mengetahui dari arah mana datangnya.
"0rang itu tampaknya mempunyai ilmu memindahkan suara!" pikir Wir0.
"Hemmm …. Kau tidak berani unjukkan diri ya?!
Apa kau se0rang pengecut atau mungkin tampangmu buruk ibarat d0nburi basi?!"
Tetap hening. Kali ini tampaknya juga tak ada bunyi jawaban. Tapi tidak. Karena tiba-tiba jawaban yang diterima Wir0 yaitu melesatnya sebuah benda merah ke arah kaki kirinya. Sang pahlawan cepat mel0mpat.
Seeettttl Cleeeppp!
Breettt!
Sebuah bendera merah menancap di tanah , tepat di atas mana tadi kaki Wir0 meminjak. Gerakan Wir0 mengelak tadi cepat sekali. Namun sebelum menancap di tanah besi bendera masih sempat mer0bek ujung kaki celana putihnya!
"Bendera aneh itu lagi!" desis Wir0 dengan mata mendelik.
"Si pelempar terang sengaja mencari tantaran.
Bukan cuma mau membunuh kelinci tapi juga mau membunuh diriku!"
Sambil mundur mendekati sebuah p0h0n besar Wir0 memandang berkeliling. Dia sengaja berdiri di depan p0h0n untuk mempersempit ruang serang musuh yang tersembunyi.
"Pemb0k0ng gelap! Apa kau masih tidak mau memperlihatkan diri?!" teriak Wir0.
Baru saja dia berteriak begitu tiba-tiba setttt…. setttt Dua buah Bendera Darah melesat dalam gelapnya malam den menancap di batang p0h0n , hanya seujung kuku jari dari pendengaran kiri kanan sang pendekar! Walau udara hirau taacuh tapi murid Sint0 Gendeng sempat keluarkan keringat dan tengkuknya jadi merinding.
Dia sadar kalau pun dia masih berdiri di sekitar situ , cepat atau lambat dirinya bakal jadi tancapan bendera aneh itu. Walau besi bendera tidak mengandung racun tapi daya bunuhnya tidak bisa dibentuk main.
Memikir hingga di situ Wir0 keluarkan seruan keras.
Kedua kakinya menjejak tanah sambil kerahkan ilmu meringankan tubuhnya. Tubuhnya melesat ke atas.
Settttt …. setttt …. setttt …. sefflt!
Empat Bendera Darah dengan sebat mengikuti gerakan Wir0. Satu mengarah perut , satu mencari target di basian dada dan dua menyambar ke arah kepala.
"Kurang ajar!" rutuk Pendekar 212.
"Si pemb0k0ng benar-benar inginkan nyawaku!
Siapa dia … Kaki tangan 0rang-0rang lembah H0zu?’ (Mengenai silang sengketa Pendekar 212 dengan 0rang0rang Lembah H0zu , ikuti serial Wir0 Sableng berjudul "Pendekar Gunung Fuji")
Masih melayang di udara Wir0 menciptakan gerakan jungkir balik. Ke dua tangannya serentak lepaskan pukulan tangan k0s0ng yang menghamburkan angin deras.
Empat Beqaera Darah bukan saja berhasil dihindar tap!
malah dibentuk mental. Tetapi murid Sint0 Gendeng jadi tersentak kaget ketika melihat apa yang terjadi. Empat buah Bendera Darah yang kena hantaman pukulan tangan k0s0ngnya tadi tiba-tiba berbalik. Dua diantaranya kelihatan r0bek. Empat bendera merah Empat bendera merah ini berkibar aneh. Lalu ibarat did0r0ng 0leh kekuatan hebat , empat bendera itu melesat berpencaran dan kembali menyerang Wir0 di empat sasaran!.
"Kurang ajar! ini bukan main-main!” Wir0 Cepat mel0mpat kebalik serumpun semak belukar. Sambil mel0mat dia lepaskan pukulan ”Tameng Sakti Menerpa Hujan”.
Dua buah Bendera Darah r0bek dan menancap pada rerumpunan semak belukar. Satu diantaranya malah tepat di depan hidung Pendekar 212 hingga kembali murid Sint0 Gendeng keluarkan keringat dingin.
Yang dua lagi berhsrsil dihantam luruh ke tanah.
Hebatnya meski jatuh namun dua bendera ini tidak tergeletak begitu saja melainkan jatuh dengan tetap menancap di tanah!.
Di balik kerapatan batang-batang bambu di tepi sungai terdengar bunyi 0rang berdesah. Sepasang pendengaran Wir0 menangkap bunyi desah itu. Tanpa Pikir panjang dia segera menghantam ke arah P0h0n bambu.
Pukulan yang dilepaskannya kali ini yaitu dalam jurus "segulung 0mbak menerpa karang." Terdengar bunyi ibarat 0mbak besar bergulung di Pantai. Lalu wusss…. braaakkkk ….. ! Rumpunan batang bambu di depan sana laksana dihantam angin kencang , hancur rambas berantakan.
"K0s0ng! Tak ada siapa-siapa di tempat itu!” seru Wir0 dengan pandangan kaget.
Baru saja dia berseru demikian dan belum habis rasa kagetnya tiba-tiba dari atas terdengar Suara seek0r berkesiuran.
"Bendera keparat!" teriak Wir0.
Tiga buah Bendera Darah melesat dengan kecepatan setan dari atas p0h0n besar. Membuat dia lagi-lagi dipaksa jungkir balik selamatkan diri.
Cleeppp!
Bendera Darah pertama menancap amblas ke dalam tanah.
Kraakkkk!
Bendera Darah ke dua menghantam watu kali dan menancap di watu itu!.
“Gila! Kalau benar benda itu bisa menancap di watu , kekuatannya benar-benar luar biasa! Bat0k kepala pasti tembus!”
Namun Wir0 tidak sempat berpikir panjang. Dia merasa lututnya g0yah ketika menyadari Bendera Darah ketiga menyusup di bahunya , mer0bek baju tebalnya kemudian ada rasa sakit dikulit pundak sebelah kiri. Pertanda ada daging bahunya yang kena ditembus besi bendera.
Rasa sakit mula-mula tidak terasa lantaran saking cepatnya gerakan besi itu menembus. Wir0 ulurkan tangan kanannya ke pundak kiri dan cabut bendera yang menancap di bahunya itu sementara baju tebalnya kelihatan merah 0leh darah yang keluar dari luka.
Sambil menggenggam bendera merah yang dicabutnya dari pundak kiri Wir0 mend0ngak ke atas. Dalam kegelapan kurang jelas dilihatnya satu s0s0k aneh tegak di cabang terendah.
"Mahluk apa di atas p0h0n pikir Wir0.
"S0s0knya ibarat manusia…. tapi tak terang kepala tak kelihatan mukanya …."
"Setan ganjal di atas p0h0n! Apa kau tak berani turun ke tanah?!"
S0s0k di atas p0h0n keluarkan tawa melengking keras tapi pendek. Tubuhnya kemudian tampak melesat ke atas kemudian berputar jungkir balik. Di lain kejap dia mel0mpat ke bawah , menukik laksana seek0r alap-alap menyambar mangsanya.
"Makan benderamu sendiri!" hardik Wir0.
Tangan kanannya yang memegang bendera merah melempar ke atas. Bendera Darah menderu ke arah Ubun-ubun kepala s0s0k yang ketika itu melayang sebat ke bawah.
"Huh!"
0rang yang melayang turun keluarkan bunyi terkejut ketika melihat bendera miliknya sendiri kini dilempar 0rang ke arah bat0k kepalanya. Dalam kejutnya dia bertindak damai sekali. Sambil miringkan tubuh ke kiri dia malah sengaja menyambut Serangan bendera dengan dada kirinya. Cleppp! Bendera itu menyusup dan lenyap di tubuhnya se0lah seek0r burung yang melesat masuk ke sarangnya!
Rasa heran Pendekar 212 berubah jadi terkejut besar ketika sesaat kemudian dia melihat s0s0k Yang tegak di hadapannya. "Gila! Seumur hidup gres sekali ini saya melihat mahluk macam begini!"
* * *
EMPAT
Di hadapan Wir0 ketika itu tegak ses0s0k tubuh yang mulai dari kaki hingga ke kepala tertutup 0leh puluhan , mungkin ratusan bendera-bendera kecil berwarna merah. Dari wajahnya hanya sepasang matanya saja yang kelihatan. Memandang tajam tak berkesip pada Pendekar 212 Wir0 Sableng.
"Aneh , mahluk ini terbungkus bendem kaki tangan , tubuh hingga kepala. Apakah dia tidakmengenakan pakaian? Tak bisa kuterka apa dia lelaki atau perempuan …."
Diam-diam Wir0 mencium ibarat ada bau harum muncul di tempat itu bersamaan dengan kemunculan mahluk aneh ini.
Untuk sesaat lamanya dua 0rang itu hanya berdiri . tegak saling pandang tanpa bicara.
"Hemmm …" Murid Sint0 Gendeng alhasil bergumam.
"Rupanya saya berhadapan dengan hantu penjual bendera!"
Diejek ibarat itu sepasang mata 0rang yang bekujur tubuh dan mukanya tertutup bendera-bendera merah kelihatan membesar. Walau terang murka namun dia tetap membisu , tak menciptakan gerakan apa-apa.
"Tukang bendera! Kau membunuh kelinci itu , Kau juga menyerang dengan maksud membunuh. Padahal antara kita tidak ada silang sengketa. Bertemu pun gres kali ini! Bahkan tampangmu yang tersembunyi dibalik kain-kain p0p0k merah itu tak pernah kulihat!"
Dari tengg0r0kan 0rang dl hadapan Wir0 terdengar bunyi menggeru. Lalu dia membentak.
"0rang asing! Lagakmu s0mb0ng! Penghinaanmu keliwatan. Kau b0leh menghina diriku! Tapi menghina bendera-benderaku sebagai kain p0p0k tak sanggup kuterima! Penghinaan atas Bendera Darah berarti mati!"
Wir0 segara saja maklum kalau mahluk yang ada dihadapannya itu tidak bicara dengan bunyi aslinya tapi mempergunakan bunyi perut. Dia lantas ingat Akik0 Bessh0 , murid mendiang Hir0t0 Yamazaki dari Gunung Fuji yang juga andal mempergunakan ilmu bunyi dari perut. Wir0 sendiri sempat berguru cara bicara dengan perut itu dari Akik0 walaupun belum tuntas. Maka diapun rubah suaranya. kerahkan tenaga dalam ke perut dan bicara menirukan bunyi ibarat kambing.
"0h , jadi yang kukira kain p0p0k itu yaitu Bendera Darah! Pantas ganas amat!" Mahluk yang terbungkus bendera jadi murka dan juga kaget. Marah lantaran lagi-lagi Wir0 menghina Bendera Darahnya.
Terkejut lantaran tidak menyangka perjaka asing itu juga bisa menggunakan bunyi perut malah meniru bunyi kambing!
"Dengar …. Sebelum kubunuh katakan dulu dari mana kau berguru bicara dengan bunyi perut itu?!”
"Eh , perlu apa kau bertanya? Aku mau berguru dari hantu atau jin atau dari siapa saia apa urusanmu?!"
"Hemmm begitu …… Berarti kau mempercepat ketika kematianmu!" Mahluk bendera gerakkan kedua tangannya.
"Tunggu dulu!" seru Pendekar 212.
"Katakan mengapa kau ingin membunuhku!"
"Sekedar untuk menebus nyawa Nenek Arashi yang kau bunuh beberapa waktu kemudian …" Wir0 terkejut.
”Apa hubunganmu dengan nenek jahat itu?!" tanya Wir0.
"Kau bisa tanyakan sendiri padanya nanti di alam abadi ltupun kalau kau bisa ketemu dia…!" 0rang itu menjawab kemudian tertawa keras.
Dua tangannya bergerak. Terdengar bunyi settt….
settt…. Empat kali berturut-turut. Wir0 hampir tak melihat kapan 0rang itu mencabut bendera-bendera kecil di tubuhnya tahu-tahu empat Bendera Darah melesat ke arahnya!
Murid Eyang Sint0 Gendeng berseru keras. Tubuhnya berkelebat lenyap. Bersamaan dengan itu dia menghantam ke depan dengan tangan kiri. Lepaskan pukulan "kunyuk melempar buah." Dua buah Bendera Darah mental dan r0bek kemudian menancap di tanah. Dua lainnya terus meluncur mengejar ke arah mana perginya sasaran.
Wir0 kertakkan gerahamnya ketika melihat dua Bendera Darah secara luar biasa bisa mengejar dan menyambar ke arah perut dan dadanya.
Trang …. bang …. !
Terdengar dua kali bunyi berdentrangan. Dua kali berturut-turut bunga api memancar terang dalam kegelapan malam.
Lalu wusss …. wusss!
Dua Bendera Darah terbakar di udara. Begitu punah dua batang besi kecil yang jadi tiang bendera luruh ke tanah. Sekali ini tak bisa menancap ibarat sebelumnya!
Mahluk kendera terkesiap kaget. Dua matanya memandang tak berkesip ke arah tangan kanan Wir0 dimana tergenggam watu hitam empat persegi panjang pasangan Kagsak Maut Naga Geni 212. Dengan benda inilah rupanya tadi Wir0 menangkis serangan dua dari empat Bendera Darah. Wir0 sendiri tidak menyangka kalau watu api itu bukan saja sanggup menangkis serangan Bendera Darah tapi waktu bentr0kan tadi sekaligus membakar kain bendera!
”Batu itu. .. ” Manusia bendera membatin.
"Lalu kapaknya tadi … Aku harus mendapatkan nya! Musti!"
"Gaijn….Aku mungkin bisa melupakan pembunuhan atas diri Nenek Arashi yang kau lakukan kemudian membebaskanmu dari kematian. Asal kau mendapatkan syarat yang bakal saya katakan …" Wir0 menyeringai.
"Setan ganjal ini rupanya punya rencana tersembunyi …" katanya dalam hati. Lalu ,
"Tadinya saya memang sudah siap-siap menghadapi kematian. Sekarang kau bilang mau membebaskan diriku. C0ba katakan apa syaratmu itu …"
"Serahkan watu hitam itu. Juga senjata berbentuk kapak yang kau simpan di balik pakaian…"
Wir0 sesaat jadi mel0ng0. Lalu dia tertawa gelakgelak.
"Aku merasa tidak ada yang lucu. Mengapa harus tertawa segala? Kau harus bersyukur tak jadi kubunuh!" Wir0 tersenyum kemudian berkata.
"Memang tidak ada yang lucu. Tadinya kau kukira se0rang penjua! bendera. Ternyata kau yaitu se0rang peramp0k tengik yang ingin barang 0rang lain!"
"Kau menetapkan untuk tidak mau menyerahkan dua barang yang kuminta itu?" nada bunyi insan bendera mengandung ancaman.
"Kira-kira begitu …" jawab Wir0 seenaknya.
"Berarti kematian sudah diambang pintu. Kasihan , tiba dari jauh hanya untuk mengantar nyarwa.
Mayatmu pun tak akan ada yang mengurus!”
"Kalau kau kira saya memang akan mati ditanganmu , apakah kau hendak titip salam buat Nenek Arashi di akhirat?!" ejek Wir0 pula.
Manusia bendera berteriak marah. Tubuhnya berkelebat.
Tangannya kiri kanan beqerak. Sepuluh bendera yang menempel di tubuhnya berkelebat. Wir0 tak tinggal diam. Batu hlam dibabatkan ke depan sedang tangan kiri lepaskan dua pukulan sakit berturut-turut.
Bummmm!
Bummmm!
Manusia bendera tampak terhuyung-huyung tapi hanya sebentar. Belasan bendera yang menempel menutupi badannya tersibak jawaban pukulan Wir0 tadi cepat-cepat dirapikannya. Memandang ke depan empat buah Bendera Darah dilihatnya musnah terbabakar. Dua menancap di p0h0n , dua lenyap dalam kegelapan malam tapi dua buah lagi walau tidak tepat berhasil menancap di tubuh lawannya!
Wir0 menyeringai kesakitan. Sebuah Bendera Darah menancap menyisi pinggiran paha kirinya. Darah mengucur membasahi kaki celana putih yang dikenakannya.
Bendera Darah ke dua menyambar rusuk kanan , menyusup dekat tulang iga sebelah luar!.
"Aku masih mau memberi kesempatan sem0ga kau berubah pikiranl Bagaimana?!" Mahluk bendera berkata.
"Mahluk edan! Biar saya kembalikan dulu dua benderamu ini!" jawab Wir0. Dengan cepat dia cabut dua bendera yang menancap di tubuhnya. Namun sebelum dia sempat melemparkan senjata itu ke arah pemiliknya tiba-tiba insan bendera gerakkan badannya.
Terjadilah hal yang luar biasa. Tiga puluh Bendera Darah yang menempel di badannya melesat.
Dengan mengeluarkan bunyi menderu laksana angin kencang menggidikkan bendera-bendera itu menyambar ke arah Pendekar 212 Wir0 Sableng.
"Celaka! Aku tak punya kesempatan mengelak atau menangkis!" Wir0 terpaksa Iepaskan dua bendera yang dipegangnya kemudian pergunakan watu api untuk menangkis sebisanya. Gerakannya untuk mencabut Kapak Maut Naga Geni 212 tidak sanggup tidak tetap akan kedahuluan 0leh serangan tiga puluh Bendera Darah yang menyerbu laksana angin kencang itu!
"Ah , saya benar-benar mati di tangannya!" kata Wir0.
Dia masih berusaha jatuhkan diri walau sadar hal ini yaitu sia-sia saja sementara puluhan Bendera Darah menderu ganas.
Tiba-tiba satu teriakan keras menggema dari arah sungai kecil.
"Y0ri! Jangan bunuh dia!" Mahluk bendera tersentak kaget.
Saal itu di pertengahan sungai kelihatan se0rang gadis berkim0n0 biru berdiri di atas sebuah bahtera kecil yang meluncur dengan cepat. Sebelum ujung bahtera menyentuh pinggiran sungai gadis ini sudah melesat sambil cabut sebilah katana dan siap menyerbu kirimkan tangkisan untuk membendung serangan puluhan Bendera Darah walau dia maklum bahwa tidak seluruhnya bendera-bendera maut itu bisa diruntuhkannya.
Paling tidak sebagian besar masih akan menancap di tubuh Wir0.
"Ah dia …!" kata mahluk bendera dalam hati.
Kedua matanya bersinar ibarat mau marah. Namun tiba-tiba saja dia menyentakkan kepala dan melambaikan kedua tangannya ke belakang seraya berseru. "Bendera kembali!"
Terjadilah hal yang luar biasa. Puluhan Bendera Darah yang menyerbu ke arah Wir0 tiba-tiba tegak dan berkibar. Lalu secara aneh bendera-bendera ini berputar. Se0lah-0lah ditarik 0leh kekuatan besi berani yang hebat , semua bendera melesat berbalik dan menyusup di antara puluhan bendera yang menempel di tubuh insan bendera.
Gadis yang mel0mpat dari atas bahtera menginjakkan ke dua kakinya di tanah. Di ketika yang sama insan bendera membungkuk dalam-dalam hingga tiga kali kemudian putar tubuhnya.
"Y0ri! Tunggu!" seru si gadis berkim0n0 biru sambil berusaha mengejar.
Tapi si insan bendera itu sudah lenyap di telan kegelapan malam.
Wir0 menarik nafas lega dan berpaling ke kiri.
"Sahabatku n0na Akik0 Bessh0. Syukur kau tiba … !”
"Kau tak apa-apa?" tanya gadis kim0n0 biru sambil matanya meneliti sekujur tubuh Pendekar 212.
"Ah , kau terluka di tiga tempat. Bahu , paha , dan rusuk …." Besi bendera itu tidak beracun. Tapi lukamu cepat harus dirawat. Lewat dari tiga hari luka itu akan membusuk …"
"Dan saya bisa mati …?”
Si gadis menggeleng. "Mati ya tidak. Cuma kau mungkin akan catat seumur hidup. Salah satu tangan atau kakimu bisa-bisa lumpuh …."
"Bendera-bendera merah kurang ajar. Kau tadi kudengar menyebut nama mahluk aneh itu. Dia insan atau apa … ? Lelaki atau perempuan ….?"
"Maafkan aku. Aku tak bisa menerangkan siapa dirinya … !”
"Jadi kau bekerjsama kenal Siapa dia adanya?" tanya Wir0.
"Lupakan dia , Yang terang kau selamat Aku bahagia bisa bertemu kau di sini …."
"Aku juga … Tapi saya merasa aneh. Kita bersahabat.
Dan kau ternyata kurang percaya padaku. Tak mau menceritakan siapa adanya insan aneh tadi.
Lalu kulihat dia ibarat takut padamu dan cepat-cepat berkelebat pergi … ."
"Sudahlah , lupakan saja mahluk yang kau anggap aneh itu ," kata Akik0 Bessh0. Lalu dari sebuah kant0ng kain yang dikeluarkannya dari balik bajunya Akik0 Bessh0 mengambil sebutir 0bat berwarna merah dan diberikannya pada Wir0.
"Lekas telan. Lukamu pasti sembuh dalam temp0 satu hari …." Wir0 memasukkan 0bat itu ke dalam mulutnya. Mendadak saja dia ibarat mau muntah. 0bat yang dimulutnya hampir mel0mpat keluar.
"T0l0l! Kau ibarat anak kecil saja! Jangan dihisap. Itu bulan gula-gula! Langsung telan!"
"0bat apa ini! Sepahit tahi setan!" teriak Wir0.
"Ngac0kl Apa kau sudah pernah makan k0t0ran setan?!" ujar Akik0 pula menahan tawa. Wir0 cepat telan 0bat dalam mulutnya. Begitu 0bat pahit lewat ditengg0r0kannya dia menarik nafas lega.
"Terima kasih Akik0 ," kata Wir0.
"C0ba ceritakan bagaimana kau berada di tempat ini. Bukankah kita akad bertemu bulan purnama di muka di desa Kitan0 di . . kaki gunung Mitaka? Kau sengaja mencariku. Kangen atau bagaimana ….?" Kata-kata Pendekar 212 itu menciptakan wajah Akik0 Bessh0 menjadi bersemu merah. Wir0 tertawa lebar dia menarik tangan Akik0 mengajaknya duduk dekat perapian.
"Aku dalam perjalanan ke Ki0t0. Se0rang sahabat mendiang Sensei meninggal dunia. Kematiannya tidak wajar. Dibunuh 0leh ninja…:”
"Ninja…"desis Wir0.
"Aku tidak mengerti bagaimana ada insan atau kel0mp0k insan ibarat mereka. Melakukan apa saja demi uang! Bahkan membunuh bayi sekalipun mereka tega!"
”Mereka memang ganas dan kejam. Lebih kejam dari 0rang-0rang Lembah H0zu yang pernah kita. hadapi dulu ….”
"Heran , mengapa Kaisarmu tidak menumpas mereka”
"Sulit. Karena 0rang-0rang atau pejabat-pejabat tinggi sendiri banyak mempergunakan tenaga mereka.
Para samurai tak sanggup menumpas mereka. Selain kepandaian pahlawan samurai jauh dibawah para ninja , juga adanya pejabat-pejabat tinggi tadi yang tetap menginginkan adanya ninja baik untuk kepentingan perjuangan dagang mereka , jabatan maupun keamanan."
"Sebetulnya akupun tadi dalam perjalanan menuju Ki0t0 …." kata Wir0 pula.
"Kalau kau memang mau pergi sama-sama , tentu saja saya tidak keberatan. Tapi ada syarat! Jangan mencari kasus dan berbuat yang aneh-aneh. Aku ke sana untuk melayat , bukan untuk bersenang- bahagia …." Wir0 tersenyum. Sambil garuk kepala dia menjawab.
"Bagiku , bisa pergi sama-sama tidak merupakan kesenangan tersendiri..!’
"KaIau begitu ay0 kita berangkat sekarang. Ki0t0 masih cukup jauh dan kita harus jalan kaki …”
"Bagaimana dengan ilmu pukulan matahari. Kau masih terus melatih diri?" tanya Wir0.
Akik0 Bessh0 mengangguk. "Daya hantamku jauh lebih besar. Aku berterima kasih kau telah mengajarkan ilmu pukulan sakti itu. Lalu bagaimana dengan ilmu bicara dari Perut yang saya ajarkan padamu. Kau sudah bisa?
"Wah , saya harus banyak berlatih. Kadang-kadang Yang keluar bukan bunyi insan tapi bunyi binatang…" jawab Wir0 hingga Akik0 Bessh0 tertawa geli.
"Sahabat gurumu yang dibunuh ninja itu , siapakah dia? ” tanya Wir0 sambil melangkah cepat di sa Akik0.
"Namanya N0b0ru Kasai. Ketua Perguruan silat Emerarud0” jawab Akik0 sambil lebih mempercepat jalannya (siapa adanya gadis Jepang berjulukan Akik0 Bess0 ini harap baca Serial Wir0 Sableng bejudul "Pendekar Gunung Fuji").
* * *
LIMA
Di dalam ruangan itu berkumpul para pucuk pimpinan Perguruan Emerarud0. Hisa0 Matsunaga duduk bersebelahan dengan Shiger0 M0m0chi. Di hadapan mereka duduk empat 0rang tua-tua Perguruan mengapit se0rang anak lelaki berusia 14 tahun. Anak ini yaitu Akira , putera tunggal mendiang Ketua N0b0ru Kasai.
Keheningan menggantung beberapa lamanya.
Hisa0 Matsunaga mengusap dadanya beberapa kali kemudian terdengar dia batuk-batuk.
"Wakil Ketua , kau agak kurang sehat rupanya … ?
tanya se0rang bau tanah sesepuh Perguruan yang duduk di hadapan Hisa0.
"Mungkin masuk angin. Sehabis berjalan jauh ke Ki0t0 dua hari kemudian …" jawab Hisa0 Matsunaga sambil mengusap dadanya kemudian menarik nafas panjang. Dia melirik pada Shiger0 M0m0chi yang duduk ibarat terkantukkantuk di sampingnya. "0rang ini pasti habis meneguk minuman keras lagi …" kata Hisa0 dalam hati. Lalu dia memandang pada Akira Kasai sesaat dan berkata.
"Akira-san …Kami sengaja mengikut sertakan kau dalam pembicaraan penting ini lantaran sebagai putera mendiang Ketua Perguruan kami menganggap kau harus tahu akan segala pembicaraan maupun rencana Perguruan …"
Akira Kasai membungkuk dalam dalam kemudian menjawab.
"Saya berterima kasih atas keh0rmatan ini!”
"Seperti kita ketahui dua hari dari kini mayat Ketua N0b0ru Kasai akan diperabukan ," kata Hisa0 meneruskan ucapannya tadi.
"Sesuai ketentuan Perguruan , sebelum hal itu dilakukan sudah harus ditentukan dan diumumkan siapa pengganti dia yang akan menjabat sebagal Ketua Perguruan. Sejak puluhan tahun silam sudah ada ketentuan bahwa se0rang Ketua menciptakan semacam surat warisan di dalam mana dia menyebutkan siapa penggantinya jikalau lantaran satu dan lain hal dia tidak lagi bisa memegang jabatan sebagal Ketua. Apapun isi surat warisan itu atau siapapun yang ditunjuk menjadi penggantl tidak ada se0rangpun yang b0leh membantah.
Semua harus tunduk dengan isi surat warisan. Aku dan Shiger0 M0m0chi sudah menyidik di semua tempat termasuk Ruangan Rahasia Perguruan dan kamar pribadi mendiang Ketua. Namun surat itu tak ditemukan.
Kita semua tahu , malam itu tiga 0rang ninja menyerbu ke sini. Mereka bukan saja berniat membunuh Ketua tapi dari penyelidikan ternyata mereka juga mencurl surat penting itu. Walau yang dua terbunuh , satu-satunya yang melarikan dirl agaknya telah berhasil mencuri dan melarikan surat itu. Waktu kita hanya sedikit Kurang dari dua hari. Dalam waktu yang sangat singkat itu kita harus menemukan surat itu. ..!”
Shigem M0m0chi yang duduk ibarat terkantukkantuk dikejutkan 0leh pertanyaan Hisa0 Matsunaga.
"Shiger0 , apakah sudah ada kabar dari 0rang0rang kita yang kau suruh menghubungi para Ketua Ninja ….?!” Shiger0 M0m0chi usap mukanya.
"Maafkan , saya kurang mendengar pertanyaanmu tadi Hisa0 …"
"Kau kelihatan sakit atau mengantuk Shiger0? Tanya Hisa0 berusaha menahan jengkelnya.
"Dalam urusan penting begini rupa bagaimana mungkin dia tidak hirau dan malah mengantuk?!" Se0rang bau tanah sesepuh Perguruan membuka mulut.
"Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga tadi menanyakan apa sudah ada kabar dari 0rang-0rang yang disuruh untuk menghubungi para Ketua Ninja …. ?"
"0h itu. .." Shiger0 usap lagi mukanya.
"Belum ….belum" katanya sambil menggeleng.
"Mereka belum kembali. …"
Hisa0 Matsunaga menarik nafas dalam.
"Kalau hingga ketika terakhir mayat diperabukan surat itu belum ditemukan dan Perguruan belum mengangkat Ketua yang gres , apa yang harus kita lakukan?"
Salah se0rang bau tanah yang duduk di sebelah Akira Kasai membungkuk kemudian menjawab. "Menurut aturan , walau ini tidak pernah terjadi sebelumnya , jabatan Ketua sementara dipegang 0leh istri atau putra mendiang Ketua. Karena mendiang Ketua tidak punya istri maka jabatan itu dipercayakan pada puteranya … !” Semua mata ditujukan pada Akira Kasai.
"Aku tidak pernah melihat aturan itu secara tertulis ," tiba-tiba Shiger0 M0m0chi membuka mulut.
"Dan saya merasa aturan itu tidak benar. Perguruan bukan Kerajaan dimana tahta atau pucuk pimpinan diserahkan pada se0rang putera jikalau sang raja meninggal. Aku lebih suka jikalau tanggung jawab Perguruan untuk sementara berada di tangan kel0mp0k pimpinan …"
Sesaat keadaan di tempat itu menjadi hening.
Tiba-tiba Akira Kasai membungkuk.
"Akira-san , kau hendak menyampaikan sesuatu’" tanya Hisa0 Matsunaga.
"Kalau diperkenankan paman Wakil Ketua…" jawab anak lelaki itu.
"Kedudukanmu sama dengan kami. Makara kau berhak bicara ," kata Hisa0 Matsunaga sambil senyum.
"Kau tak usah malu apalagi merasa takut.
Bicaralah …."
Setelah membungkuk sekali lagi maka anak itupun mulai bicara.
"Maafkan saya lantaran gres ketika ini memberikan apa yang saya ketahui…. ini menyangkut surat warisan atau surat penunjukan siapa yang jadi pengganti mendiang Ayah. Surat itu ada di Puri Sanzen. Disimpan 0leh se0rang pendeta berjulukan K0m0. .."
Semua 0rang yang ada di situ tentu saja jadi terkejut lantaran tidak menyangka akan mendengar keterangan itu dari ekspresi Akira Kasai.
"Akira san …" kata Shiger0 M0m0chi dengan nada penasaran. "Kenapa gres kini kau bilang? Padahal kau tahu kita semua sudah kelabakan mencari surat itu!"
"Harap maafkan. Saya tak berani bicara lantaran takut kesalahan dan para 0rang bau tanah di sini menganggap diri saya lancang … ." Hampir saja Shiger0 M0m0chi hendak mendamprat anak itu. Tapi Hisa0 Matsunaga cepat berkata.
"Bagaimana ceritanya surat itu berada di tangan pendeta K0m0 dan bagaimana kau mengetahui hal itu Akira-san?”
"Sekitar satu bulan kemudian Ayah sendiri yang menyuruh saya mengantarkan surat itu ke Puri Sanzen dan menyerahkannya pada pendeta K0m0. Agaknya Ayah ibarat sudah punya firasat ada sesuatu yang bakal terjadi atas dirinya. Menurut pesan Ayah pada pendeta K0m0 , surat itu hanya saya yang bisa mengambil kemudian menyerahkannya pada para Wakil ketua Perguruan …" Shiger0 M0m0chi menggelengkan kepala.
"Sepertinya mendiang Ketua tidak percaya pada kita semua … Aku merasa malu diperlakukan ibarat itu…" Hisa0 Matsunaga batuk beberapa kali sambil usap usap dadanya. Dia berkata untuk mendinginkan suasana.
"Aku rasa mendiang Ketua melaksanakan hal itu tentu ada sebabnya. Buktinya , kalau dia tidak berbuat begitu surat penting tersebut pasti sudah jatuh ketangan ninja!" Walau wajahnya masih memperlihatkan ketidak senangan tapi Shiger0 M0m0chi membisu saja.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya salah se0rang tua.
"Aku dan beberapa murid Perguruan akan mengantar putera mendiang ketua ke Puri Sanzen. Puri itu cukup jauh dari sini. Jika berangkat malam ini dan berhenti istirahat di beberapa tempat , gres bes0k petang akan kembali. Mengingat pulera Ketua tak bisa menunggang kuda maka delapan 0rang akan bergantian menandunya. Akira-san kau lekas bersiap-siap. Aku akan mengatur segala sesuatunya ,.."
Hisa0 Matsunaga segera berdiri. Sebelum melangkah ke pintu dia berpaling pada Shiger0 M0m0chi.
"Shiger0 , selama kami pergi semua hal di akademi menjadi tanggung jawabmu. Yang lain-lain supaya membantu termasuk menyambut para tamu yang tiba melayat." Shiger0 M0m0chi membisu saja.
Agaknya dia tidak suka akan ucapan Hisa0 tadi yang seperti memerintah dan menciptakan dia berada dalam kedudukan lebih rendah.
AKlRA Kasai memandang pada tandu yang sebentar lagi akan membawanya ke Puri Sanzen. Saat itulah se0rang anak lelaki seusia Akira dan sama-sama mengenakan kim0n0 warna merah melangkah mendekati Akira dan menegur.
"Akira , ku dengar kau mau berangkat ke Puri Sanzen …" Akira Kasai berpaling. Dia tertawa lebar ketika melihat siapa dihadapannya. Ken0 sahabat sebaya dan sepermainan.
"Betul Ken0 , saya harus pergi …"
"Malam-malam begini? Aku kawatir …"
"Aku ditemani paman Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga. Apa yang harus dikawatirkan?Wjar Akira pula.
"Akira , saya mimpi buruk. Kau jatuh ke dalam jurang yang dasarnya penuh dengan batu-batu merah membara. Aku takut akan terjadi apa-apa dengan dirimu dalam perjalanan..!” Akira Kasai tersenyum dan pegang pundak temannya itu.
"Kau sahabat yang baik. Aku pergi cuma sebentar. Bes0k juga sudah kembali … D0akan saja supaya saya selamat pergi dan kembali!”
"Bagaimana kalau saya ikut bersamamu?” tanya Ken0.
"Tentu saja saya suka. Tapi paman Wakil Ketua belum tentu mau mengizinkan ," jawab Akira.
"Kalau begitu sebelum ada yang melihat biar saya sembunyi duluan dalam tandu …"
"Heh! Kau benar-benar k0ny0l Ken0 …."
"K0ny0l atau apapun katamu p0k0knya saya harus ikut!"
"Kalau kau memaksa terserah saja. Lekas masuk ke dalam tandu ,..!” kata Akira sambil memandang berkeliling takut ada yang melihat.
* * *
ENAM
SEBETULNYA Puri Sanzen terletak tidak terlalu jauh dari bukit dimana Perguruan Emerarud0 berada. Hanya saja jalan menuju ke Puri itu sangat sulit , buruk dan berbatu-batu. Disamping itu pendakian dan penurunan tiba silih berganti hingga r0mb0ngan yang dipimpin 0leh Hisa0 Matsunaga tidak bisa bergerak cepat.
Menjelang dinihari ketika r0mb0ngan bergerak perlahan dan tertatih-tatih melewati sebuah pendakian curam , dari puncak pendakian tiba-tiba muncul tujuh s0s0k hitam.
"Shin0bi!" kata Hisa0 Matsunaga dengan bunyi bergetar.
"Ninja!" teriak beberapa 0rang angg0ta r0mb0ngan hampir berbarengan.
"Eh , apa yang terjadi …?" ujar Akira Kasai di dalam tandu ketika mencicipi tandu yang diusung 0leh empat 0rang anak murid Perguruan tiba-tiba diturunkan ke tanah. Lalu mendadak pula terdengar bunyi beradunya pedang.
Ken0 yang berbaring di lantai cepat berdiri dan enyingkap tabir epil0g jendela kecil di dinding tandu.
Dia mengintai keluar. Suaranya bergetar ketika berpaling pada Akira dan berkata.
"R0mb0ngan kita diserang ninja , Jumlah mereka lebih dari lima. Kelihatannya Wakil Ketua dan anak murid Perguruan berada dalam keadaan terdesak …"
"Apa yang harus kita bkukan ….?" tanya Akira Kasai , Tangan kanannya meraba katana pendek yang tersisip di pinggang. Walau wajahnya tidak memperlihatkan rasa takut tapi getaran suaranya cukup menjadi menunjukan bahwa anak ini merasa sangat kawatir.
"Mimpiku jadi kenyataan. Ninja-ninja hitam itu pasti mengincar dirimu … !"
"Mengincar diriku? Mengapa? Apa salahku … ?’
"Aku juga tidak tahu. Tapi saya merasa dirimu dalam ancaman Akira. Lekas kau menyelinap keluar. Segitu hingga di luar cepat lari ke Puri Sanzen …"
"Apa maksudmu? Apa yang hendak kau lakukan?!" tanya Akira.
"Sudah. Waktu kita tidak banyak. Lekas pergi …" kata Ken0. Lalu dipeluknya temannya itu erat-erat!.
Akira balas memeluk sambil berkata. "Aneh kau ini Ken0. Kau memelukku ibarat kita akan berpisah dan tidak bertemu lagi … !’
"Lekas pergi …. Aku mendengar bunyi jeritn wakil Ketua … Dia pasti terluka. Keadaan benar-benar sangat berbahaya! Larilah! Ambil jalan rahasia yang kita temukan waktu main-main di hutan dulu. Kau ingat?!"
Akira mengangguk dengan gerakan kaku. Ken0 menggeser pintu d0r0ng tandu kemudian menarik lengan kawannya. Putera mendiang N0b0ru Kasai ini mau tak mau alhasil keluar juga dari dalam tandu itu.
"Ken0…?" ujar Akira.
Tapi Ken0 sudah menutup pintu dari dalam tandu.
Akira Kasai memandang berkeliling. Tempat dia berdiri berada dalam bayang-bayang gelap p0h0n besar hingga dirinya tersamar tidak kelihatan. Kuduknya merinding ketika melihat bagaimana murid-murid Perguruan Emerarud0 bertahan mati-matian terhadap serangan yang dilancarkan 0leh tujuh 0rang ninja.
Se0rang ninja berhasil dibunuh , satunya lagi tergeletak antara sadar dan pingsan. Namun seluruh r0mb0ngan 0rang-0rang Perguruan Emerarud0 sudah bergeletakan jadi mayat , kecuali Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga.0rang ini tersungkur di tepi jalan , berusaha merangkak mencapai tandu.
Akira memutar kepalanya ke arah tandu dimana Ken0 berada. Sepasang mata anak ini terbeliak besar.
Pintu tandu berada dalam keadaan terbuka lebar. Dari tempat gelap dia berdiri anak ini sanggup melihat s0s0k tubuh Ken0. Matanya membeliak dan jantungnya ibarat hendak c0p0t ketika melihat bagaimana tubuh Ken0 tersandar di tempat duduk tandu. Sebilah katana menancap di dadanya!
Kalau tak cepat dia menutup mulutnya sendiri mungkin anak ini sudah berteriak lantaran ngeri.
"Ken0… Mimpimu …Ternyata kau yang menerima celaka. Seharusnya …. seharusnya saya yang menemui ajal. Ken0 sahabatku … Kini saya mengerti. Kau sengaja menyuruhku pergi. Kau menentukan tetap berada dalam tandu. untuk menipu ninja-ninja jahat itu. Ken0 …." Akira Kasai tak kuasa membendung air matanya. Di sebelah sana dilihatnya Wakil Ketua Perguruan Emerarud0 merangkak di tanah terbatuk-batuk dan pegangi dada kirinya. Tiba-tiba empat 0rang ninja mel0mpat mengurungnya. Masing-masing memegang ninjat0 berlumuran darah!
"Ninja-ninja itu … Mereka pasti membunuh Paman Hisa0. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana saya men0l0ngnya. Paman …"
Tiba-tiba terngiang di pendengaran Akira ucapan Ken0.
Mimpiku jadi kenyataan. Ninja-ninja hitam itu pasti mengincar dirimu…Aku merasa dirimu dalam ancaman Akira. Lekas menyelinap keluar. Begitu hingga di luar cepat lari ke Puri Sanzen..
"Ninja-ninja itu…apa mereka benar hendak membunuhku? Mengapa?!" Akira memperhatikan se0rang ninja lagi berkelebat mengurung Hisa0 Matsunaga.
"Aku merasa diriku ibarat se0rang pengecut! Aku ingin men0l0ngmu Paman Hisa0. Tapi apa dayaku.
Maafkan saya Paman …." Anak itu putar tubuhnya.
Kraaakkk!
Tak sengaja kaki kiri Akira menginjak sebatang kayu agak kering hingga mengeluarkan suara. Lima ninja berpaling ke arah kegelapan. Juga Paman Hisa0 Matsunaga.
Secepat kilat Akira mel0mpat ke balik sebuah p0h0n besar kemudian menghilang. Lima ninja berkelebat ke arah tandu kemudian ke jurusan dimana tadi mereka mendengar bunyi berderak disertai berkelebatnya satu bayangan. Kesempatan ini dipergunakan 0leh Hisa0 Matsunaga untuk bangun dan naik ke punggung seek0r kuda kemudian menggebrak hewan ini meninggalkan tempat itu. Lima ninja saling pandang.
Sesaat kemudian ke limanya serentak berkelebat ke arah lenyapnya Akira. HlSA0 Matsunaga belum usang memacu kudanya ketika tiba-tiba dalam kegelapan malam dua penunggang kuda tiba dari jurusan berlawanan. Karena jalan sempit dan Hisa0 Matsunaga agaknya tidak mau menghindar atau menepi maka dua penunggang kuda yang tiba dari arah depan terpaksa bersibak dan menepi.
"0rang itu menunggang kuda ibarat dikejar setan!" ujar penunggang kuda di kiri jalan. Dia berpakai an dan berikat kepala putih serla berambut g0ndr0ng.
Melirik ke kanan dia melihat sebuah jurang watu dalam kegelapan.
"Gila , sempat kaki kudaku terper0s0k , amblas diriku ke dalam jurang itu!"
"Wir0 …"
"Ada apa Akik0? Kau kelihatannya ibarat kaget."
"Penunggang kuda yang barusan lewat. Walau gelap tapi saya masih sempat melihat wajahnya. Dia Hisa0 Matsunaga …"
"Siapa insan berjulukan naga itu?’ tanya Wir0 hirau saja.
"Salah satu dari dua Wakil mendiang N0b0ru Kasai , Ketua Perguruan Emerarud0 yang hendak kita layati …"
"Eh , kalau benar berarti ada urusan penting menciptakan dia meninggalkan akademi …"
"Atau tengah dikejar sesuatu …" kata Akik0 pula.
"Aku …. Harap kau tunggu disini. Aku c0ba mengejarnya untuk mencari tahu apa yang terjadi."
"Terserah padamu. Tapi kau harus tahu menunggu di tempat ibarat ini tidak sama sedapnya dengan menunggu di rumah teh , ditemani 0leh geisha …"
"Aku tak bakal lama!" jawab Akik0 kemudian cepat memutar kudanya. Baru saja gadis itu lenyap Wir0 mendadak mendengar bunyi 0rang berlari. Dia berpaling ke kiri. Tampak satu s0s0k kecil dalam kegelapan.
S0s0k ini menyibak serumpunan semak belukar di kiri jalan kemudian lenyap dalam celah di antara dua buah watu besar. Pendekar 212 sesaat jadi tercengang.
"Anak kecil dalam rimba belantara malam-malam begini. Eh , apa ada tuyul di Jepang ini … ? Tapi kulihat kepalanya tidak b0tak. Atau mungkin tuyul Jepang memang pakai rambut tidak b0tak ibarat di Jawa …"
Memikir hingga di situ Wir0 turun dari kudanya dan melangkah ke arah semak belukar di mana si anak tadi dilihatnya lenyap.
Baru saja dia hingga di depan semak belukar tiba-tiba lima s0s0k hitam berkelebat. Dua tegak mendekam di depannya di atas watu besar di kiri kanan semak-semak tiga lainnya eksklusif mengurung di samping dan belakang.
"Ninja!"
Wir0 angkat tangan kanannya sambil tertawa lebar untuk memperlihatkan perilaku bersahabat. Tapi lima ninja pentang perilaku garang. Di samping itu mereka merasa heran tidak mengira akan menemukan se0rang perjaka asing di tempat itu. Mereka bicara cepat satu sama lain. Lalu yang berada di atas watu sebelah kanan membentak.
"Pemuda asing , dimana kau sembunyikan anak itu?!"
"Anak , anak apa?balik bertanya Pendekar 212.
"Anak lelaki pakai kim0n0 merah!" kata ninja di samping kanan.
"Maksudmu tuyul g0ndr0ng itu … ? Lima ninja saling berpandangan.
"Tuyul! Apa itu tuyul?!" Salah se0rang dari mereka bertanya.
"Ah , bagaimana ya saya menerangkannya ," ujar Wir0 pula sambil garuk-garuk kepala menciptakan lima ninja jadi tidak sabaran. Salah se0rang dari mereka berbisik pada sahabat disebelahnya. Yang satu ini memberikan pada temannya yang lain.
"Pemuda asing ini mencurigakan. Dari pada jadi urusan di kemudian hari lebih baik dibereskan saja …"
"Setuju …!” Lima ninja menciptakan gerakan menyerang.
Tubuh mereka merunduk. Pedang ditukikkan ke bawah. Yang di atas watu melayang turun.
"Eh , apa-apaan inil?!" Tadi bertanya kini malah menyerang!" seru Wir0. Lima katana mencuat ke udara. Murid Sint0 gendeng berteriak keras dan cepat berkelebat hindarkan serangan. Tapi dua senjata lawan masih sempat menggurat punggung dan perutnya.
Brettt!
Breettt!
Pakaian Pendekar 212 r0bek besar di dua tempat.
Dia jadi keluarkan keringat dingin. Lima ninja putar senjata masing-masing dari bawah ke arah pinggang.
Lalu untuk kedua kalinya mereka menyerang secara serentak.
Traaangggg!
Cahaya terang disertai bunyi menggaung mer0bek Kegelapan malam , dibarangi 0leh lima kali bunyi beradunya senjata dan percikan bunga api. Lima ninja keluarkan bunyi kaget dan mundur. Sepasang mata mereka memandang tak berkesip pada kapak bermata dua yang memancarkan sinar angker di tangan Wir0.
Biasanya jikalau lebih dari tiga 0rang ninja menghantam satu serangan mereka tak akan pernah luput. Tapi jikalau kali ini berlima mereka tidak bisa membunuh lawan dalam satu kejapan mata saja maka ini yaitu hal yang sangat luar biasa. Mereka saling melempar isyarat kemudian mulai bergerak memutari Pendekar 212. Tiba-tiba tanpa bentakan ataupun arahan ke limanya menyerbu.
Lima katana berkiblat ke arah murid Sint0 Gendeng. Wir0 salurkan tenaga dalamnya ke tangan kanan. Hawa sakti ini terus mengalir ke senjata yang dipegangnya. Dua mata kapak memancar sinar lebih terang. Ketika senjata itu diputarnya untuk menangkis lima serangan maut pedang ninja sinar panas menghampar. Suara yang keluar dari senjata mustika itu laksana gaungan ratusan taw0n. Lima ninja berteriak keras saling memberi semangat.
Tranggg! Trangggl
Dua katana mental ke udara. Dua ninja terjengkang ke tanah sambil pegangi tangannya yang terasa ibarat memegang benda panas. Ninja ke tiga di samping kiri ibarat kerbau melenguh sewaktu kaki kiri Wir0 menghantam perutnya. Namun gerakan murid Sint0 Gendeng hanya hingga di situ. Dari samping kiri ninja ke empat berhasil menyusupkan pedangnya ke arah pinggang. Wir0 sempat melihat serangan yang bisa mer0bek perutnya ini. Cepat dia lepaskan satu pukulan tangan k0s0ng. Ninja di samping kiri menjerit keras.
Tubuhnya mencelat mental dan terbanting di tanah mati , muntah darah. Namun sebelumnya katananya masih sempat mengg0res paha Wir0 hingga k0yak dan darah mengucur deras.
Selagi Wir0 terhuyung-huyung menahan sakit.
Dari samping kanan dan sebelah belakang dua ninja lagi tiba menyerbu. Sambil jatuhkan diri Pendekar 212 putar Kapak Maut Naga Geni 212 untuk lindungi diri.
Ternyata dua ninja lainnya yang tadi dihantam Wir0 hingga pedang masing-masing mental ketika itu telah bangun berdiri dan ikut menyerbu. Keduanya bukan mempergunakan pedang tetapi menyerang dengan lemparan shuriken yaitu senjata rahasia berbentuk bintang terbuat dari besi!
Putaran kapak sakti dalam jurus "dibalik gunung memukul halilintar’ yang dilancarkan Wir0 memang berhasil membabat putus tangan ninja di sebelah kanan namun dirinya sendiri untuk kedua kalinya terkena serangan lawan. Salah satu dari dua shuriken menancap tepat di lengan kanannya demikian kerasnya hingga Kapak Maut Naga Geni 212 terlepas dari genggaman nya. Senjata ini jatuh di tanah berbatu-batu dengan bunyi berker0ntangan. Di ketika itu pula serangan gres tiba dari kiri yaitu tusukan sebilah katana.
Wir0 yang terbaring di tanah cepat gulingkan diri.
Karena tanah sekitar situ banyak batu-batunya maka gerakannya berguling tidak bisa cepat. Malah tanpa disadari dia berguling ke arah ninja yang tangannya dibikin buntung dan berleriak kesakitan kalang kabut.
Penuh dendam dan amarah ninja ini tendangkan kaki kanannya ke dada Wir0.
Dukkkkl
Ujung runcing sebilah katana yang seharusnya menancap di perut Wir0 mengantam batu. Tendangan ninja buntung tadi menyelamatkan nyawanya dari tusukan pedang itu. Namun ini bukan berarti dia benar benar selamat lantaran tendangan ninja itu menciptakan tubuhnya mencelat ke arah jurang watu dan tak ampun lagi melayang jatuh ke dasar jurang dalam kegelapan malam Wir0 berusaha berjungkir balik dan mencari pegangan dalam gelapnya malam. Tapi keadaan kaki dan tangannya yang terluka menciptakan dia tidak bisa mencari plan untuk selamat. Malah tubuhnya semakin deras jatuh ke dasar jurang. Siap disambut 0leh watu batu keras yang berusia ratusan tahun.
* * *
TUJUH
KETlKA Akira hingga di Puri Sanzen rupanya sesuatu yang menggemparkan telah terjadi di tempat itu.
Di sebuah ruangan pendeta K0m0 terbujur di atas sebuah pembaringan dikelilingi 0leh belasan pendeta agama Zen. Begitu Akira masuk diantar 0leh se0rang pendeta muda semua yang ada di situ berpaling padanya. Serta merta semua mereka tunjukkan wajah kaget bahkan ada yang hingga keluarkan seruan tertahan. Se0rang pendeta lanjut usia , diikuti 0leh yang lain-lainnya cepat mendatangi.
"Anak , saya mungkin saja lupa. Tapi bukankah kau yang berjulukan Akira , putera N0b0ru Kasai yang dikabarkan telah meninggal dunia itu…!’
"Pendeta , kau benar. Saya memang Akira …" jawab si anak kemudian membungkuk memberi pengh0rmatan pada pendeta yang menyapanya dan juga pada pendeta lain yang ada di ruangan itu.
"Jadi ternyata kau masih hidup!" ujar se0rang pendeta sambil mengusap rambut Akira.
"Sese0rang memberi tahu bahwa kau ikut jadi k0rban keganasan ninja."
"Satu melapetaka besar menimpa r0mb0ngan kami. Hanya atas kekuasaan dan pr0teksi Dewa saya bisa selamat …"
"Akira , saya Pendeta Kamashaki. Menjelang dinihari tadi tiga 0rang ninja menyusup ke tempat ini dan membunuh Pendeta K0m0 …" Kagetnya Akira bukan kepalang. Dia berpaling ke arah pembaringan ditengah ruangan dan eksklusif saja lari. Dari n0da-n0da darah yang masih menempel di wajah dan leher pendeta ini Akira segera maklum bahwa sang pendeta menemui kematian memang lantaran dibunuh. Disamping mayat pendeta K0m0 usang Akira menundukkan kepala dan berd0a untuk arwahnya.
"Pendeta Kamashaki , siapa 0rangnya yang menyampaikan bahwa saya telah jadi k0rban pembunuhan 0leh ninja?’ bertanya Akira Kasai sambil berpaling pada pendeta Kamashaki.
"Hisa0 Matsunaga , Wakil Ketua Perguruan Emerarud0.."
"Dewa Maha besar..” kata si anak pula.
"Saya malah mengira dirinya juga telah dibunuh ninja. Rupanya dia sempat melarikan diri dan tiba ke sini lebih dulu dari saya. Dia tentu mengira saya telah jadi k0rban. Kami tiba ke sini untuk mengambil surat penting yang dulu pernah saya titipkan pada pendeta K0m0 …"
"Surat itu telah kami serahkan pada Hisa0 Matsunaga. Setelah dia memberi tahu kau tewas di tangan ninja , kami merasa memang haknya untuk mengambil surat itu. Apakah kami telah melaksanakan kesalahan …? tanya pendeta Kamashaki pula.
"Sebetulnya surat itu hanya saya yang b0leh mengambilnya. Tapi pendeta sama sekali tidak berbuat kekeliruan. Paman Hisa0 berhak mengambil surat itu lantaran tidak tahu kalau saya masih hidup. Kalau begitu saya minta diri , m0h0n kembali ke akademi kini juga…"
"Anak , kau tentu sangat capai. Di samping itu apa yang terjadi tentu telah menciptakan jiwamu terg0ncang. Kau perlu istirahat dulu di sini beberapa waktu lamanya."
"Terima kasih pendeta. Tapi jikalau kau tidak keberatan saya menentukan cepat-cepat kembali …"
"Kalau kami b0leh bertanya ," ujar se0rang pendeta pula.
"Apa isi surat penting dalam ampl0p kuning itu?"
"Surat pernyataan siapa yang akan menjadi pewaris jikalau Ayahanda berhalangan melanjutkan jabatan sebagai Ketua Perguruan …" Pendeta Kamashaki memegang pundak Akira.
"Anak ," katanya.
"Jika kau memang menentukan pulang kini juga , kami tidak bisa menahan. Hanya sebelum pergi c0ba kau ceritakan apa yang telah terjadi di Perguruan "Malam kemarin akademi kami diserbu ninja Ayah dibunuh..!” Akira kemudian menceritakan apa yang terjadi di Perguruan Emerarud0.
"Bes0k mayat Ayahanda akan diperabukan.
Saya juga sedih sekali melihat bahwa pendeta K0m0 ikut tewas di tangan ninja. Saya menduga keras ini ada sangkut pautnya dengan surat pewarisan itu. Dan saya merasa bersyukur paman Hisa0 telah mendapatkannya Mengenai sahabat saya Ken0 , lantaran puri Sanzen lebih dekat dari akademi , apakah saya b0leh minta t0l0ng sem0ga mayat sahabat saya itu diurus …?”
"Kau tak usah kawatir. Kami akan mengurusnya dan menyerahkan sebagian abunya padamu …" kata se0rang pendeta muda.
"Saya sangat berterima kasih ," kata Akira kemudian membungkuk dalam-dalam. Pendeta Kamashaki kemudian berkata.
"Hanya beberapa ketika setelah Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga mendapatkan surat itu , di puri tiba se0rang gadis berjulukan Akik0 Bessh0. Kau kenal padanya? ”
"Saya berusia sepuluh tahun ketika Ayah memperkenalkannya pada saya. Kalau tidak salah dia yaitu anak murid se0rang pandai yang membisu di Gunung Fuji .. ”
"Gadis itu melihat Wakil Ketua Perguruan di perjalanan kemudian mengikuti hingga ke puri. Karena dia memang dalam perjalanan menuju Perguruan untuk melayat maka Akik0 Bessh0 meninggalkan tempat ini bantu-membantu wakil Ketua Perguruan …"
"Pendeta Kamashaki , saya berterima kasih kau dan para pendeta di sini telah banyak membantu. Saya minta diri kini …"
"Dua 0rang pendeta akan mengantarkanmu. Sekaligus sebagai wakil kami untuk melayat dan menghadiri upacara perabuan…"
Akira Kasai membungkuk kemudian dia memegang tangan pendeta K0m0 yang telah hirau taacuh itu. Setelah membungkuk sekali lagi , diantar 0leh dua 0rang pendeta anak ini keluar dari ruangan itu.
* * *
MUNCULNYA Akira Kasai malam itu diantar 0leh dua pendeta Zen dari puri Sanzen menciptakan geger tapi juga. menggembirakan semua 0rang yang ada di Perguruan Emerarud0. Betapakan tidak. Semula , sesuai keterangan Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga anak itu ikut jadi k0rban penyerangan ninja. Satu r0mb0ngan khusus telah pula dikirim untuk mengambil jenazahnya. Ternyata dia masih hidup.
Hisa0 Matsunaga hingga berkaca-kaca kedua matanya dan memeluk erat-erat Akira Kasai.
"Dewa Maha Besar. Kami semua mengira kau sudah tewas Akira. Aku sendiri sempat melihat mayatmu di dalam tandu walau cuma dari kejauhan. Lalu saya cepat-cepat menuju Puri Sanzen , kawatir kalau- kalau ninja menyerbu pula ke sana. Ternyata memang betul.
Untung saja mereka tidak mendapatkan ampl0p kuning berisi surat warisan itu. Tetapi untuk itu pendeta K0m0 terpaksa meng0rbankan nyawanya …"
"Jadi benar rupanya mereka menginginkan surat warisan itu. Tapi untuk apa …?" tanya Akira dengan bunyi perlahan.
"Sekarang tak usah kawatir lagi. Surat itu sudah ada di tanganku. Sebentar lagi isinya akan dibacakan di depan semua pengurus dan angg0ta akademi serta para tamu yang tiba melayat. Sekarang kau perlu membersihkan diri dan istirahat sebentar. Masuklah ke kamarmu …"
Ketika Akira hendak menuju kamarnya , dua pendeta Zen segera mengikuti. Tapi ditegur 0leh Shiger0 M0m0chi dengan nada kasar. Salah se0rang pendeta membungkuk kemudian menjawab.
"Saya ditugasi 0leh pendeta Kamashaki untuk menjaga dan mengawal anak itu …" Marahlah Shiger0 M0m0chi mendengar kata-kata sang pendeta. Dengan bunyi lantang dia berkata.
"Pendeta , kau dengar baik-baik ya! Anak itu berada di akademi kami , di rumah sendiril Perlu apa dikawal dan dijaga? Ini tempat aman! Jangan memandang rendah kami 0rang-0rang Emerarud0. Tempat ini bukan Puri Sanzen dimana kalian bisa berlaku semaunya ..!’
Paras dua pendeta Zen itu tampak menjadi merah. Yang satu menjawab. "Kami hanya menjalankan perintah pimpinan ..!’
"Kalau menjalankan perintah pimpinan kalian cukup di puri kalian saja , bukan di sini! Kalian tidak punya hak dan kekuasaan apa-apa di tempat in?”
"Jika begitu harap maafkan kami …" Hisa0 Matsunaga tiba menghampiri. Sambil batuk-batuk dan mengusap dadanya dia berkata.
"Dua sahabat dari Puri Sanzen dan Wakil Ketua Shiger0 M0m0chi , kita semua ini hanya keliru prasangka belaka. Setelah apa yang terjadi dengan r0mb0ngan kita di tengah perjalanan menuju Puri Sanzen , kemudian ditambah dengan apa pula yang terjadi di puri sana , para sahabat pendeta Zen rupanya ingin ikut membantu menjaga keselamatan kita semua. Aku mewakili akademi mengucapkan terima kasih. Namun dengan segala kerendahan hati kami meminta sem0ga para pendeta yang yaitu tamu-tamu kami terh0rmat , tidak perlu mencapai kan diri ikut berjaga-jaga."
Dua pende!a Zen anggukkan kepala kemudian membungkuk dan kembali ke tempat duduk yang disediakan.
Hisa0 Matsunaga berpaling pada Akira dan memberi tanda sem0ga anak itu melanjutkan langkah menuju kamarnya.
Kemudian sambil memegang pundak Shiger0 M0m0chi dia berkata.
"Dua pendeta itu memang berlaku b0d0h. Tapi kita jangan ikut-ikutan b0d0h. Semua kasus bisa diselesaikan lebih baik kalau ditangani dengan sabar dan perilaku s0pan …"
"Aku 0rang pemab0kan jadi mana bisa sabar dan s0pan!" sahut Shiger0 M0m0chi seraya melangkah pergi.
Hisa0 Matsunaga hanya bisa tersenyum kemudian menghela nafas dalam sambil usap-usap dadanya. Menjelang tengah malam di hadapan para pengurus dan angg0ta akademi Emerarud0 serta semua tamu yang hadir , se0rang sesepuh akademi membacakan isi surat warisan yang diterima Hisa0 Matsunaga dari pendeta Kamashaki di Puri Sanzen. Sesuai apa yang terlulis di surat pewarisan yang ditetapkan 0leh almarhum N0b0ru Kasai sebagai Ketua pewaris yaitu Hisa0 Matsunaga.
Pengumuman ini diterima semua 0rang dengan perasaan lega dan gembira. Berarti bes0k upacara perabuan mayat N0b0ru Kasai sanggup dilaksanakan tanpa suatu halangan.
Ketika pengurus bau tanah akademi hendak memasuk kan surat warisan itu ke dalam ampl0p kuning kembali Akira Kasai menciptakan gerakan seperli hendak berdiri dari tempat duduknya dan melangkah ke mimbar. Hisa0 Matsunaga yang duduk di sebelahnya cepat mendampingi.
"Akira-san , apakah ada sesuatu yang hendak kau sampaikan … ?
"Paman Hisa0 ada sesuatu yang tidak benar …"
"Ah , hal apakah yang tidak benar itu Akira?"
"Saya tidak sanggup memastikan sebelum melihat sendiri surat warisan yang barusan dibacakan itu …"
"Tentu saja kau b0leh melihatnya. Aku akan meminta surat itu dari pengurus yang barusan membacanya. Begitu maumu … ?"
"Kalau Paman Hisa0 tidak keberatan …"
"Tentu saja saya tidali keberatan …" jawab Hisa0 Matsunaga kemudian menghampiri 0rang bau tanah yang membaca kan surat warisan itu dan mengambil suratnya. Hisa0 kembali pada Akira. Surat dalam ampl0p dikeluarkannya terus diserahkan pada Akira.
"Silahkan dibaca sendiri Akira. Lalu tunjukkan padaku dimana kesalahannya …"
Akira Kasai membaca surat itu hingga dua kali dan menelitinya depan belakang. Dalam hati anak ini berkata. "Aku ingat betul. Waktu ayah memasukkan surat ini ke dalam ampl0p kuning , setetes dawat tertumpah di sudut kiri surat. Tapi di surat ini sama sekali tidak ada n0da dawat itu..!’ (dawat = tinta)
"Akira-san , kau sudah membaca Surat itu …?"
"Sudah Paman Hisa0 …"
"Kau menemukan sesuatu …?
"Maafkan saya. Saya mungkin keliru. Mungkin bukan surat ini yang saya maksudkan …"
Hisa0 Matsunaga tersenyum. "Akira-san , kau mungkin masih terlalu capai. Bes0k akan ada upacara perabuan yang panjang. Sebaiknya kau masuk ke kamar tidur dan beristirahat."
"Saya rasa memang begitu..!’ kata Akira pula.
Lalu cepat-cepat anak ini meninggalkan tempat itu , menuju ke kamarnya.
Di dekat sebuah jambangan besar Akira Kasai hentikan langkahnya. Di situ dilihatnya tegak se0rang gadis berpakaian serba biru berwajah cantik. Agaknya gadis ini berdiri di situ sengaja menunggu Akira.
"Maafkan saya , bukankah saya berhadapan dengan n0na Akik0 Bessh0? berucap Akira begitu hingga di hadapan si gadis. Lalu dia membungkuk memberi
h0rmat.
"Adik Akira , kau rupanya masih ingat diriku. Akuturut berduka atas meninggalnya Ayahmu …" Akik0 Bessh0 kemudian membungkuk.
"Terima kasih..: jawab Akira. Lalu dia terdiam.
"Kau sepertl tengah memikirkan sesuatu atau ingin menyampaikan sesuatu..?"
Dalam hati Akira membatin. "Aku tidak tahu banyak ihwal gadis ini. Tapi mungkinkah dia bisa dipercaya?" "Adik Akira ,.kalau tak ada yang hendak kau katakan saya akan kembali ke tempat upacara …"
"Sebetulnya memang ada. Tapi di sini saya rasa tidak k0ndusif … Temui saya setelah pembacaan d0a kesembilan di samping gudang sebelah timur …"
"Saya akan menemuimu..!’ Baru saja Akik0 hendak melangkah tiba-tiba dari empat penjuru daerah akademi terdengar dentangan l0nceng.
"ltu l0nceng tanda bahaya!" kata Akira. Anak ini serta merta lari ke tempat. upacara sembahyang. Akik0 Bessh0 mengikuti. Di pelataran besar di depan meja sembahyang mereka melihat empat 0rang ninja tegak dengan kaki terkembang. Masing-masing mencekal katana. Dua 0rang diantara mereka memanggul ses0s0k tubuh yang agaknya sudah usang kaku alias sudah jadi mayat!
* * *
DELAPAN
PENDEKAR 212 Wir0 Sableng se0lah merasa sudah putus nyawanya padahal ketika itu tubuhnya masih melayang di udara dan yang pasti sesaat lagi gres akan menghantam dasar watu jurang sedalam hampir seratus kaki itu. Dalam kegelapan malam tiba-tiba entah dari mana datangnya puluhan benda berbentuk segitiga terbuat dari kain melesat ke arah Wir0. Kain segitiga ini tak bakal bisa melesat demikian derasnya kalau tidak dicanteli setangkai besi lancip. Sang pahlawan tidak tahu apa yang terjadi atas dirinya. Dia hanya mendengar bunyi sett… settt banyak sekali. Lalu dalam gelapnya malam kurang jelas dia melihat ada benda aneh berkelebat ke arah dirinya dan tahu-tahu sekujur pakaiannya sudah disisipi puluhan kain segitiga.
Puluhan kain-kain yang menempel dipakaiannya itu membentang dan berkibar deras. Bersamaan dengan itu Wir0 mencicipi kecepatan jatuhnya berkurang Tubuhnya ibarat melayang! Puluhan kain segitiga yang berkibar kencang se0lah melawan arus menahan jatuh dirinya. Ketika dia alhasil mencapai dasar jurang , tubuhnya memang masih terbanting sakit namun tak ada tulangnya yang patah , dan tak ada luka-luka dideritanya.
Sesaat Wir0 se0lah tak percaya. kalau dia masih hidup.
Perlahan-lahan dia menc0ba duduk. Dua buah benda runcing menyengat pantatnya hingga perjaka ini tersentak kesakitan. Dirabahnya cuilan belakang tubuhnya , kemudian dada dan perut. pakaiannya. Dua buah benda yang menempel di . pakaiannya dicabutnya. Dabm gelapnya dasar lubang perlahan-lahan matanya mulai bisa melihat dua benda yang barusan dicabutnya.
"Bendera Darah!" seru Pendekar 212 hampir tercekat. Dia memandang berkeliling. Dinding dan dasar jurang watu kelihatan menghitam.
"Tak ada gerakan , tak ada suara. Apa benarbenar tak ada insan di sini?" Wir0 mengg0s0k kedua matanya , memandang berkeliling sekali lagi.
"Dimana mahluk itu bersembunyi? Beberapa hari kemudian dia inginkan jiwaku , kini mengapa dia menyelamatkan diriku? Aku harus keluar dari jurang celaka ini! Tapi agaknya harus menunggu hingga pagi.
Sampai terang..!”
Satu persatu Wir0 cabut bendera segi tiga yang menyusup di sekujur pakaiannya sambil menghitung.
"Enam puluh sembilan bendera! Gila! Bagaimana mahluk itu bisa melemparkan sebanyak itu dalam waktu begitu singkat?! Luar biasa! Kalau tadi dia ingin membunuhku pasti gampang saja baginya." Wir0 garukgaruk kepalanya.
"Walau sebelumnya dia ingin membunuhku tapi ketika ini saya harus berterima kasih padanya!" Wir0 kemudian mel0mpat ke atas sebuah watu besar. Dari tempat ketinggian ini dia berputar , memandang kesetiap sudut jurang. Tetap saja dia tidak melihat apa-apa kecuali batu-batu menghitam.
"Manusia bendera , jikalau kau tidak mau muncul tak jadi apa! Aku benar-benar berterima kasih atas pert0l0nganmu!" Wir0 berseru. Dia jadi merinding ketika bunyi teriakannya itu menggema di dinding dan jurang watu kemudian bergaung berulang-ulang.
"Cukup sekali saja saya berteriak. Tak mau menjawab ya sudah. Terpaksa saya menunggu hingga pagi. Kalau tak ada jalan keluar dari dasar jurang berarti saya akan mati perlahan-lahan di tempat ini. Eh , janganjangan insan bendera itu sengaja hendak membunuhku dengan cara begini!" Wir0 garuk-garuk kepala lagi kemudian duduk di batu.
Sesaat dia memperhatikan puluhan Bendera Darah yang bertebaran di depannya. Tiba-tiba dia merasa ada hembusan angin halus disampingnya. Dia berpaling. Tak ada apa-apa. Lalu ada bau harum mas0k ke penciumannya. Wir0 ingat bau itu.
"Pasti dia!" katanya dalam hati. Dia berpaling ke kiri , ke kanan. Lalu diputarnya tubuhnya ke belakang!
Murid Shint0 Gendeng ini hampir berseru kaget – ketika di hadapannya kini dalam kegelapan malam tegak mahluk itu. Dia mel0mpat bangun dengan cepat.
Si insan bendera! Seperti keadaannya yang dilihat Wir0 temp0 hari , mahluk ini sekujur tubuh mulai dari kaki hingga kepala tertutup ratusan bendera merah berbentuk segi tiga. Hanya sepasang matanya saja yang tersembul. Berhadapan begitu dekat di atas watu Wir0 melihat sepasang mata bening memandang sedingin salju tepat-tepat ke arahnya.
Tanpa berani berlaku lengah Wir0 tundukkan kepala dan berkata. "Tuan pen0l0ng , saya berterima kasih kau telah menyelamatkan jiwaku , kalau tidak mati k0ny0l jatuh kedasar jurang watu ini!”
0rang yang diajak bicara tidak menjawab.
Wir0 membungkuk. Puluhan bendera yang bertebaran di watu diambilnya kemudian diserahkannya pada mahluk di hadapannya.
"Benderamu , ambillah. Sayang kalau dibuang begitu saja..!”
Manusia bendera keluarkan tawa mengekeh. Dua tangannya bergerak mengambil enam puluh sembilan buah bendera. Dengan kecepatan luar biasa , entah bagaimana caranya semua bendera itu disisipkannya ke pakaiannya. Diam membisu 0tak murid Sint0 Gendeng bekerja.
"Jika mahluk ini berada di dasar jurang berarti ada jalan keluar masuk tempat ini ," pikirnya. Di hadapannya mahluk bendera masih tertawa. Dengan perasaan heran dan tidak enak Wir0 bertanya.
"Kau masih tertawa terus. Ada apakah…?"
”Kau mengira saya telah menyelamatkan nyawamu…? mahluk itu bertanya.
"Dia masih saja mempergunakan bunyi dari perut.
Sengaja menyembunyikan suaranya yang 0risinil ," membatin Wir0. Lalu dia berkata.
"Kenyataannya memang begitu. Dengan benderabenderamu kau menciptakan saya tidak amblas jatuh ke dasar jurang ini!"
"0rang asing , saya sama sekali tidak menyelamatkan nyawamu. Aku hanya mengulur ketika kematianmu!"
Wir0 melengak kaget mendengar kata-kata itu.
"Apa maksudmu insan bendera?"
"Aku tidak ingin kau mati jatuh ke dalam jurang.
Aku ingin membunuhmu dengan kedua tanganku sendiri!
Kau dengar?!"
"Aku dengar , Kalau begitu mengapa tidak kau bunuh saja saya ketika ini?!" tanya Wir0 "Aku masih memandang sese0rang …" jawab insan bendera sambil memandang ke jurusan lain.
"N0na Akik0 Bessh0?" tanya Wir0 pula.
"Kau sudah tahu. Mengapa bertanya?
"Punya hutang budi apa kau dengan gadis itu hingga tidak segera membunuhku hanya lantaran memandang dirinya?"
"Urusanku dengan 0rang lain apa perdulimu?" jawab insan bendera.
"Pada pertemuan pertama kau bilang membunuhku lantaran saya membunuh nenek Arashi. Perempuan sakti itu memang nenekmu sungguhan?"
"Aku tiba kemari bukan untuk ng0br0l denganmu.
Tapi ada satu hal yang akan kukatakan. Kau telah
membunuh se0rang ninja dan menciptakan buntung tangan
ninja lainnya. Berarti kau tak bisa lari dari kematian.
Ninja akan mengejarmu hingga alhasil mereka berhasil membunuhmu!"
"Kalau begitu lebih enak mati di tangan ninja dari pada di tanganmu!"
Manusia bendera melengak dan menatap tajam pada Wir0. Lalu kembali dia tertawa mengekeh. Sambil mend0ngak insan bendera berkata. "Jangan harap kau bisa mati enak di tangan ninja. Mereka akan membunuhmu secara perlahan-lahan , sedikit demi sedikit…"
Manusia bendera tertawa panjang. Begitu hentikan tawanya dia berkata.
"Aku akan meninggalkan tempat ini. Kau mau mengikutiku …?"
"Jika kau tidak menjebak dan benar-benar ingin saya keluar dari sini tentu saja saya ikut. Tapi kenapa kau memberikan jasa baik lni …?"
"Bukankah kau lebih suka dan menentukan mati di tangan ninja dari pada di tanganku Hik … hik … hik …"
Manusia bendera tertawa lagi kemudian ibarat tidak hirau dia melangkah tinggalkan tempat itu. Wi0 gelengkan kepala , alhasil melangkah mengikuti. Tapi dari mulutnya keluar rintihan kesakitan. Dia haru sadar kalau paha kirinya luka besar dan di lengan kanan masih menancap senjata rahasia ninja berbentuk bintang.
Manusia bendera berpaling. "Kau terluka?"
Wir0 kertakkan rahang. Dia men0t0k urat besar di lengan kanannya sebelum mencabut shuriken yang menancap di situ. Ketika senjata rahasia itu dicabut dia memang merasa sakit yang bukan kepalang. Tetapi tak ada darah yang memancur. Dalam gelap Wir0 tak sanggup melihat keadaan lengannya hingga dia tak mengetahui apakah senjata rahasia itu beracun atau tidak.
Manusia bendera memperhatikan luka di paha kiri Wir0. Lalu berkata. "Aku ada 0bat untuk mempertautkan daging yang k0yak itu. Kau mau …?
"Kau mahluk aneh. Sebentar bicara hirau dan kejam. Sekarang malah berbaik hati mau meng0bati diriku. Kalau kau memang rela kuliner saya mau men0lak. …"
Manusia bendera cabut sebuah bendera yang tersisip di pundak kanannya. Lalu dia membungkuk dan dekatkan ujung lancip bendera ke luka di paha kiri.
"Astaga! Kau hendak menusuk lukaku!" seru Wir0 sambil cepat mundur.
"0rang asing , kau terlalu curiga …"
"Siapa yang tidak curiga pada 0rang yang hendak membunuhku!" jawab Wir0.
"Di dalam besi runcing ini ada r0ngga berisi 0bat.
Ujung lancip besi ada l0bangnya. Jika kutiup pangkal besi bendera , 0bat akan keluar …"
"Kalau begitu lakukanlah. Tapi awas kalau kau menipuku!" kata Wir0.
Ketika insan bendera itu membungkuk dan meniupkan 0bat dalam besi bendera , Wir0 sanggup mencium bau cuilan kepala 0rang ini yang sangat harum.
Sementara itu 0bat yang keluar dari besi bendera terasa sangat sejuk di pahanya yang luka hingga rasa sakit serta merta hilang.
"Terima kasih. Kau men0l0ngku untuk kesekian kalinya. Hidup ini sungguh aneh. Dibalik kebaikan ada hawa kematian. Di balik kematian ada kebaikan …"
Manusia bendera tak mau bicara lagi. Dia membalikkan tubuh dan siap melangkah.
"Astaga!" tiba-tiba Wir0 berseru kaget. Dirabanya cuilan tubuh sekitar pinggang. Apa yang dicarinya tidak ditemukan. Wajahnya menjadi sangat pucat. Manusia bendera tertawa.
"Kau mencari senjata mustika kapak bermata dua itu… Ninja telah merampasnya sebelum kau jatuh terjungkal ke dalam jurang ini …"
"Aku ingat. Kau betul! Tapi bagaimana kau bisa tahu? Yang ditanya tak menyahut melainkan melanjutkan langkahnya yang barusan terhenti. Berjalan kira-kira dua ratus kaki ke timur kelihatan sebuah ter0w0ngan gelap. Manusia bendera masuk ke dalam ter0w0ngan watu ini. Tak usang kemudian sekeluarnya dari ter0w0ngan pendek itu Wir0 dapatkan dirinya berada dalam rimba belantara.
"Dari sini kau bisa cari jalan sendiri …" Manusia bendera berkata kemudian siap berkelebat pergi.
"Tunggu dulu … !" panggil Wir0.
"Ada apa?!"
"N0na Akik0 Bessh0 memanggilmu dengan nama Y0ri. Apa betul itu namamu?"
"Kau bisa tanyakan sendiri padanya kalau bertemu nanti."
"Aku mencium bau wewangian di tubuhmu. Hanya 0rang perempuan yang pakai minyak wangi. Apakah kau….."
Manusia bendera tertawa panjang. "Jaman kini kaum lelaki juga banyak yang suka bers0lek dan pakai segala macam wewangian …!" Habis berkata begitu dia gerakkan kedua kakinya. Sesaat kemudian mahluk aneh itu lenyap dari hadapan Pendekar 212 Wir0 Sableng.
* * *
SEMBILAN
KITA kembali ke ruang besar Perguruan Emerarud0 , tempat pembicaraan d0a pengantar mayat menjelang diperabukan. Suara l0nceng yang bertalu-talu menciptakan sirap bunyi mereka yang berd0a. Ketegangan berat menggantung di udara. Di depan meja sembahyang besar dua 0rang ninja yang memanggul dua s0s0k mayat tiba-tiba melemparkan jenazah-jenazah itu ke atas lantai hingga mengeluarkan bunyi bergedebukan yang menciptakan 0rang – banyak jadi merinding.
Para pengurus dan semua angg0ta akademi yang ada di tempat itu sama keluarkan seruan keras ketika mereka mengenali bahwa mayat yang dibawa dan dilemparkan ninja ke lantai ternyata yaitu mayat dua 0rang murid akademi tingkat atas. Selain bekasbekas luka tusukan , pada kening kedua 0rang ini menancap sebuah shuriken. Warna biru yang menggembung pada daging dan kulit kening menandakan bahwa senjata rahasia itu mengandung racun mematikan.
Enam 0rang pengurus akademi secara serentak mel0mpat dari atas tatami yang mereka duduki. Yang paling beringas yaitu Wakil Ketua Shiger0 M0m0chi.
Dua 0rang anak murid akademi itu ada!ah yang disuruhnya untuk menemui pimpinan para ninja guna mencari keterangan siapa yang telah membunuh Ketua N0b0ru Kasai serta meng0brak-abrik ruangan rahasia.
Sekarang mereka di bawa kembali dalam keadaan ibarat itu 0leh empat 0rang ninja. Apa yang telah terjadi?
"Datang membawa mayat , melemparkan di depan perjamuan sembahyang ketika 0rang sedang berkabung!
Sungguh satu perbuatan kurang didik dan tidak beradab!
Apalagi kalau kalian yang telah membunuh mereka!"
Suara Shiger0 M0m0chi terdengar keras dan lantang.
Dia bicara sambil tangan kanannya memegang hulu katana yang tergantung di pinggang. Salah se0rang dari empat ninja maju satu langkah.
"Kami para ninja memang tidak mengenal s0pan santun dan peradaban. Tua-tua akademi mengirimkan 0rang untuk menyelidik. Hal itu sama saja dengan meragukan dan menuduh bahwa kami terlibat dalam pembunuhan Ketua kalian! Apakah itu satu tindakan s0pan?!”
Shiger0 M0m0chi mendengus. "Kau tahu apa ihwal kematian Ketua kami? Ser0mb0ngan ninja menyerbu kemari! Membunuh Ketua kami dan berusaha mencuri sebuah surat penting! Apa kami hanya berdiam diri?!"
"Shiger0 M0m0chi! Siapa yang tidak kenal denganmu? Pengurus Perguruan Emerarud0 yang suka menenggak minuman keras. Pantat b0t0l! Aku tahu kaulah yang memberi perintah pada ke dua 0rang itu untuk menyelidik! Kekurang ajaranmu tidak bisa dimaafkan hanya dengan kematian dua anak buahmu itu!"
"Ninja jahanam! Katakan apa maumu?!" Sang ninja ganti mendengus. "Kami tiba untuk meminta enam kepala angg0ta perguruan. Itu sebagai epil0g malu. Terserah apakah kalian akan melaksanakan harakiri sendiri atau kami terpaksa turun tangan mengambil enam kepala itu!"
"Kau b0leh punya nyali selangit! Kau tidak sadar sudah masuk ke sarang macan! Sekalipun Dewa men0l0ng kau dan tiga kawanmu tak bakal bisa keluar hiduphidup dari tempat ini!" Habis berkata begitu sret! Shiger0 M0m0chi cabut pedangnya. Bersamaan dengan itu sepuluh 0rang anak buah akademi mel0mpat pula dengan katana terhunus.
"Tahan!" tiba-tibe terdengar satu seruan. Satu bayangan berkelebat. Empat 0rang ninja di depan meja sembahyang mencicipi sambaran angin keras hingga mereka cepat mundur. Yang tegak di tengah ruangan ternyata yaitu Hisa0 Matsunaga , Ketua gres Perguruan Emerarud0.
"Semua harap menahan diri. Saat ini yaitu ketika sedih berkabung bagi kami 0rang-0rang perguruan.
Bahkan d0a pengantar mayat ke perabuan masih belum selesai dipanjatkan. Apakah diantara kita mustahil berbesar jiwa untuk tidak berbuat 0nar? Para ninja , kami merasa kalian berempat cukup berbaik hati untuk mau mengantar mayat murid-murid perguruan.
Aku tidak berusaha mencari tahu siapa pembunuh mereka. Aku tidak akan menuduh kalian sebagai pelaku.
Aku akan melupakan segala sesuatu yang bersilang diantara kita asalkan kalian berempat sudi meninggalkan tempat ini. Aku Ketua Perguruan Emerarud0 mem0h0n dengan h0rmat …….."
"Mana bisa ibarat itu aturannya. Enak betul!"
Yang berkata keras itu yaitu Shiger0 M0m0chi. "Ketua , jangan merendahkan derajat kita dengan alasan kita sedang berduka! K0mpl0tan manusia-manusia hitam berandal ini seharusnya sudah semenjak usang dibasmi!"
"Shiger0 M0m0chi , ucapanmu selain menghina juga terlalu takaburl Aku harap kau mau berlutut dan minta maaf!" kata ninja yang semenjak tadi bertindak sebagai juru bicara.
"Keparat kurang ajar! Kalau tidak kubuat menggelinding kepalamu rasanya tidak berkhasiat hidup ini!"
Dari dalam saku kim0n0nya Shiger0 M0m0chi keluarkan seb0t0l minuman keras. Minuman ini ditenggaknya hingga habis. B0t0l kaleng yang k0s0ng kemudian dibantingkannya ke lantai ruangan. Tampangnya kini kelihatan menjadi merah beringas. Bahunya naik ke atas. Dua tangannya menggenggam katana. Sepuluh 0rang murid akademi bergerak maju selangkah demi selangkah. Empat ninja tak tinggal diam. Empat bilah pedang mereka berkilauan dibawah s0r0tan lampu minyak.
Di ketika yang sangat menegangkan itu tiba-tiba dua 0rang pendeta Zen berdiri dan melangkah cepat ke depan meja sembahyang.
"Kami dua 0rang tamu yang tak ingin melihat tuan rumah dalam ketika berkabung harus turun tangan pula untuk menuntaskan kericuhan. lzinkan kami mewakili tuan rumah …." Pendeta Zen yang bicara berpaling pada Hisa0 Matsunaga kemudian membungkuk. Dua pendeta ini yaitu yang mengantarkan Akira kembali malam tadi ke perguruan.
"Pendeta tidak tahu diri! Pekerjaan kalian hanya menyangkut urusan keagamaan! Mengapa kini berlagak sepelti dua jag0 silat?! Kau dan kawanmu bertindak lancang! Tapi tidak apa! Kami sudah usang memperhatikan tindak tanduk para 0rang suci agama Zen yang sering mencampuri urusan dan kepentingan kami. Malam ini kalian rupanya mau menjadi tumbal pendahuluan mewakili kawan- mitra kalian!" hardik ninja hitam.
"Dua pendeta!" seru Hisa0 Matsunaga dengan cepat.
"Terima kasih atas perhatian kalian. Tapi semua ini yaitu urusan perguruan. Biar kami yang menuntaskan secara baik-baik." Mendengar ucapan Ketua pergunran itu , dua pendeta Zen segera menjura , menghaturkan ajakan maat kemudian cepat kembali ke tempat duduk masing-masing.
Ninja di sebelah depan menyeringai di balik kain hitam epil0g wajahnya. "Dua pendeta Zen. Kalian berhutang nyawa pada Ketua Perguruan! Kalau tidak dia yang men0lak , pasti kalian berdua sudah terkapar jadi bangkai tak berguna!"
Dua pendeta Zen kelihatan merah wajah masing masing. Tapi ke duanya tak berkata apa-apa dan mengambil perilaku menundukkan kepala.
"Mungkin ada lagi yang berbaik hati hendak mewakili tuan rumah?!" berseru ninja paling depan. Tiba tiba terdengar suitan keras disertai berkelebatnya satu bayangan. Di lain kejap satu s0s0k terbungkus pakaian serba merah mulai dari kaki hingga ke kepala tegak di tengah ruangan , menghadap ke arah empat 0rang ninja.
Dari wajahnya hanya sepasang matanya yang kelihatan , memandang tak berkesip. Sebilah katana menyembul dari balik punggungnya.
"Ninja Merah!" seruan itu keluar dari hampir semua mulut.
"Selama dunia terkembang gres sekali lni saya melihat ada ninja merah!" kata sese0rang dengan mata terbelalak. Shiger0 M0m0chi yang hendak meradang eksekusi alam merasa didahului 0rang juga ikut terkesima. Dia berpaling pada Hisa0 Matsunaga. Ketua gres Perguruan Emerarud0 ini sendiri tampak tegak tertegun.
"Siapa kau?!" hardik ninja hitam sementara tiga kawannya tegak dengan perilaku waspada penuh.
"Tadi kau bertanya siapa lagi wakil tuan rumah.
Nah saya yaitu wakil yang kau tanyakan itu! Aku sengaja capai-capai tiba ke sini , jadi jangan kecewakan diriku!"
"lni tidak masuk akal! Tak pernah ada ninja merah! Buka epil0g kepalamul Aku mau lihat tampangmu!" Ninja merah tertawa pendek.
"Apakah kau mau membuka epil0g kepalamu lebih dulu!"
"Kurang ajar! Bersiaplah untuk mati!" hardik ninja hitam kemudian dia mel0mpat ke arah ninja merah sambil hantamkan ninjat0nya. Tangan ninja merah bergerak ke punggung. Sebilah pedang berkiblat di udara , menangkis dengan keras pedang di tangan ninja hitam.
Kalau tidak merasa malu disentak lawan dalam satu kali gebrakan ninja hitam hampir mengeluarkan seruan tertahan. Bentr0kan senjata dengan ninja merah bukan saja menciptakan tangannya terasa pedas dan pedangnya hampir terlepas , tetapi juga menimbulkan kedua lututnya tertekuk. Dia merasa se0lah ada kekuatan besar menekan tubuhnya dari atas. Kalau tidak cepat dia mel0mpat mundur sambil memasang kudakuda gres , pasti dirinya jatuh terhenyak di depan meja sembahyang.
"Mahluk merah ini mempunyai tenaga luar biasa.
Jurus ilmu pedangnya aneh….." Ninja ini ibarat terpanggang ketika di depannya ninja merah tertawa mengekeh dan mengejek.
"Ninja buruk , masih mau terus atau berlutut saja minta ampun!"
"Mahluk takabur! Sekalipun kau punya tujuh kepala selusin tangan ninja tak pernah tunduk dan takut!" Pedang di tangan ninja hitam melesat ke udara , membeset ke dada , menusuk ke perut dan mer0bek lagi ke dada.
Serangan ninja sulit dikelit , hampir tak pernah gagal. Ninja merah berseru keras. Tubuhnya melesat ke atas , jungkir balik dan hantamkan kaki kanan ke arah kepala ninja hitam waktu melayang turun.
Meleset. Malah pedang ninja hitam membeset ke arah dada menciptakan ninja merah berseru kaget kemudian cepat membuang diri ke samping. Begitu kakinya menginjak lantai Satu tusukan menyambar dengan ganas.
"Hah!" Hebat sekali. Ninja merah masih bisa berkelit. Tapi ketika ujung pedang mencuat dan membalik ke arah dadanya , ninja merah terlambat mengelak. Ujung pedang menyambar r0bek dada pakaiannya. Masih untung kulit atau daging dadanya tidak ikut tersambar.
Dengan nafas agak mengengah ninja merah tegak sambil letakkan tangan kiri di pinggang. Kedua kakinya terkembang.
"Aneh …." kata Hisa0 Matsunaga dalam hati.
"Kuda-kudanya aneh. Dia memegang katana hanya dengan sebelah tangan. Siapa ninja tunggal ini sebenarnya." Keanehan yang dilihat 0leh Hisa0 itu juga diketahui 0leh semua 0rang yang ada di situ. Mereka sama bertanya-tanya dalam hati siapa adanya ninja merah ini.
"Ninja buruk , kau merasa sudah cukup atau masih mau terus?" Pertanyaan ninja merah benar-benar sangat merendahkan ninja hitam. Di dahului bunyi menggemb0r ninja hitam menyergap dengan serangan berantai.
Katana dalam genggamannya se0lah lenyap. Berubah menjadi sinar keputihan yang mencuat ke banyak sekali cuilan tubuh ninja merah. Setelah menghindar dengan sebat , ninja merah keluarkan bunyi suitan keras. Lalu tubuhnya berkelebat meny0ng00ng serangan lawan.
Trang …. trang …. trang!
Tiga kali dua katana bentr0kan di udara. Ninja hitam berseru kaget. Pedangnya lepas dari tangan. Dia cepat jatuhkan diri. Ketika bangun sebuah kusarigama tahu-tahu sudah tergenggam di tangannya. Rantai yang ujungnya dicanteli senjata berbentuk ganc0 ini diputar dua kali di atas kepala kemudian dengan kecepatan kilat membeset ke bawah.
"Jeb0l perutmu Br0j0l ususmul” teriak ninja hitam.
"Perut bapakmu!" Usus Ibumu!" balas berteriak ninja merah. Pedang di tangan kanannya meluncur ke depan. Sengaja disusupkan masuk ke dalam gelungan kusarigama.
"Ha … ha …. Kau menjebak diri sendiri!" teriak ninja hitam. Lalu dengan sekuat tenaga dia tarik kusarigama-nya. Maksudnya hendak membet0t lepas pedang di tangan lawan. Tapi alangkah terkejutnya ketika cepat sekali pedang ninja merah justru melesat terus dan tahu-tahu ujung katana itu sudah menempel di tengg0r0kan-nya , membuatnya melangkah mundur.
Wajahnya yang tersembunyi di balik kain hitam pucat pasi. Jantungnya ibarat mau tanggal. Langkah mundurnya tertahan ketika pinggangnya membentur meja sembahyang.
"Dasar ninja kurang ajar! Kalau mau sembahyang jangan memantati meja! Putar tubuhmu!” hardik ninja merah. Pedangnya digerakkan secara aneh , mambuat tubuh ninja hitam jadi terputar.
Dalam suasana lain mungkin semua 0rang akan tertawa membahak melihat kejadian yang lucu itu.
Namun ketika itu semua dihimpit 0leh rasa tegang hingga tak ada yang bersuara ataupun bergerak Ninja merah dekatkan kepalanya ke wajah ninja hitam. Tanpa didengar 0leh 0rang-0rang yang ada di situ , dengan bunyi perlahan dia berkata. "Se0rang sahabat kehilangan senjata berbentuk kapak bermata dua. Ada bukti senjata itu berada di tangan k0mpl0tanmu , Lekas jawab atau kug0r0k lehermu ketika ini juga!"
"Ninja tidak takut mati! Kau b0leh g0r0k leherku!" menyahuti ninja hitam.
"Kurang ajar! Nyalimu b0leh juga! Aku urung mengg0r0k lehermu! Kau akan kubiarkan hidup. Tapi kedua matamu kubuat buta lebih dulu!" Tangan ninja merah yang memegang pedang bergerak ke atas. Ninja hitam yang masih memegang ujung rantai besi c0ba bertahan. Dia mengerahkan seluruh tenaganya hingga tubuhnya keringatan. Ternyata dia tak bisa melawan tenaga lawan.
"Mata kananmu lebih dulu!" kata ninja merah.
Ujung pedang bergerak ke arah mata kanan ninja merah Tiba-tiba tangan kiri ninja hitam menyelinap ke sisi.
Sesaat kemudian sebuah belati kecil yang tergenggam di tangan kiri itu menghunjam deras ke perut ninja merah.
"Belati beracun!" teriak beberapa 0rang.
Ninja merah tampk tenang. Dia bukannya tidak tahu apa yang dilakukan lawan. Begitu ujung belati hampir menyentuh pakaian merahnya dan siap menjeb0l perutnya , tangan kiri ninja merah berkelebat. Ninja hitam berteriak kesakitan ketika lengannya yang memegang pisau dicekal lawan. Dia merasa ibarat dijepit dengan jepitan besi. Ketika dia c0ba ber0ntak terasa ada tekanan aneh pada urat besar di pergelangan tangan Lalu mendadak s0ntak sekujur tangan kirinya menjadi kaku! Sementara itu ujung katana di tangan ninja merah sudah rampal di depan mata kanannya.
"Bagaimana , kau mau memberi keterangan atau tidak?!" kertak ninja merah. Nyali ninja hitam jadi leleh.
"Aku tidak tahu menahu s0al senjata yang kau tanyakan itu. Ada tiga persekutuan besar ninja di daerah ini …."
"Sebutkan!"
"Ninja Nara , Ninja Iga dan Ninja 0kazaki…."
"Kau dari ninja mana?!"
"Nara ….:”
Ninja merah tertawa perlahan. "Manusia kentut busuk! Kau kira saya bisa kau akali! Setahuku ninja Nara tidak pernah mempunyai shuriken beracun ibarat yang kalian pergunakan untuk membunuh dua murid akademi itu!" Pedang di tangan ninja merah bergerak ke atas.
Craasss!
Ninja hitam meraung keras. Mata kirinya pecah. Darah muncrat.
"Kau masih punya kesempatan kurang dari sekejapan mata! Katakan kau gemb0ng ninja dari mana!"
"I ….. Iga…” jawab ninja hitam.
"Dasar ninja t0l0l kalau tadi-tadi kau beri tahu mata kananmu tak akan buta!" Tiba-tiba tiga buah senjata rahasia berbentuk bintang melesat ke arah ninja merah. Dari samping berkelebat satu bayangan. Lalu tring … tring …. !
Dua buah shuriken mental ke udara dan menancap di l0teng ruangan. Shuriken ke tiga ternyata melesat sangat sebat dan siap menembus dada ninja merah. 0rang banyak menahan nafas. Wajah ninja merah dibalik epil0g kepala menyeringai. Tangan kirinya mencengkram pundak ninja hitam. Tangan kanan yang masih memegang pedang dan tergelung dalam rantai besi ditarik kesamping. Tubuh ninja hitam bergeser keras ke kanan. Lalu terdengar jeritnya ketika shuriken beracun menancap amblas di punggungnya , terus menembus paru-paru sebelah kiri Ninja ini eksklusif mati berdiri!
Ninja merah memandang pada Shiger0 M0m0chi yang berdiri di tengah ruangan sembahyang. Dialah tadi yang telah mel0mpat dan menangkis dua buah senjata rahasia yang dilemparkan 0leh mitra ninja dari lga itu.
"Terima kasih …. Aku tidak melupakan bantuanmu tadi!" kata ninja merah pada Shiger0 M0m0chi. Tiga ninja hitam yang ada di tempat itu menjadi murka dan nekad melihat mitra mereka menemui kematian mengenas kan begitu rupa. Ketiganya mel0mpat dan eksklusif menyergap ninja merah dengan serangan ganas. Tiga bilah katana berkiblat di udara mengeluarkan bunyi berdesing mengerikan.
"Aha , selain kurang didik kalian juga ternyata curang!" teriak ninja merah. Sretttl Dia cabut pedangnya dari gelungan rantai besi berkepala ganc0. Tiga ninja yang menyerbu mengira lawan mereka akan pergunakan senjatanya untuk menangkis. Cepat-cepat mereka putar arah pedang. Tiga katana itu kini menderu ke arah tubuh sebelah bawah lawan. Tapi mereka kecele.
Ninja merah ternyata tidak pergunakan katananya untuk menangkis. Tapi tiba-tiba mengangkat tubuh ninja yang sudah mati dan memutarnya ibarat titiran kemudian dilempar ke arah tiga ninja yang menyerangnya.
Craasss! Craasss! Craasss!
Tiga pedang menghantam tubuh mayat di tiga tempat. Lantai ruangan sembahyang lagi-lagi dik0t0ri dengan darah! Tiga ninja hitam terkesiap kaget tidak mengira kalau pedang mereka akan menghantam tubuh mitra sendiri walaupun sudah jadi mayat. Hisa0 Matsunaga usap mukanya berulang kali sementara yang lainnya tertegun menyaksikan apa yang terjadi.
Tiga ninja hitam jadi tambah beringas. Mereka berteriak dahsyat kemudian kembali menyerbu ninja merah.
Yang diserang siap menunggu dengan pedang melintang di depan dada. Dan lagi-lagi dia memegang pedang dengan satu tangan yaitu tangan kanan tidak lazimnya cara ninja memegang senjata , Saat itu Shiger0 Mam0chi tidak mau tinggal diam. Begitu tiga ninja hendak menger0y0k lagi dia berkelebat masuk ke dalam kalangan pertempuran. Tapi dia jadi terdiam ketika mendapatkan hanya satu lawan yang tersisa.
Dua ninja lainnya telah lebih dulu menggeletak di tanah dengan perut dan dada r0bek. Keduanya melejang-lejang beberapa kali kemudian membisu tak berkutik lagi.
"Maafkan saya hanya meninggalkan satu k0rban untukmu!" kata ninja merah pula pada Shiger0 M0m0chi.
Lalu dia keluarkan suitan keras. Di lain kejap semua 0rang hanya sempat melihat 0rang itu berkelebat satu kali kemudian lenyap di ujung ruangan sembahyang.
Shiaer0 M0m0chl memandang mendelik pada satu-satunya ninja yang masih hidup. Ninja satu ini bekerjsama sudah hampir putus nyalinya. Namun dia sadar tak mungkin l0l0s hidup hidup dari tempat itu. Belasan anak murid akademi dilihatnya telah mengurung tempat itu. Dengan nekad dia kemudian menyerbu ke arah Shiger0. Wakil ketua akademi yang suka mab0k ini memang mempunyai ilmu pedang tinggi. Namun satu lawan satu menghadapi ninja hitam itu dia sempat dibentuk rep0t bahkan r0bek lengan kim0n0nya sebelum alhasil dia berhasil membac0k pangkal leher lawan hingga tewas.
AKIRA Kasai menghela natas lega. Tapi wajahnya masih gelisah. Dia berpaling pda Akik0 Bessh0 yang tegak di sebelahnya.
"Ada empat ninja terbunuh di perguruan. Keadaan semakin rumit…!” kata anak itu dengan bunyi perlahan.
"Aku tahu. ,." jawab Akik0.
"Kawan-kawan mereka bahkan mungkin semua persekutuan ninja dl negeri ini akan menyerbu. Menuntut balas! Aku sahabatmu , saya tidak akan membiarkan kalian diperlakukan semena-mena. Aku akan melaksanakan apa saja yang bisa membantu ….. Cuma ketika ini saya juga punya kesulitan …… ."
"Kesulitan apa?” tanya Akira Kasai.
"Dalam perjalanan ke sini bekerjsama saya bersama se0rang kawan. Se0rang perjaka asing berjulukan W ir0. Begitu melihat Ketua Hisa0 Matsunaga memacu kuda di malam buta , saya mengambil keputusan untuk mengikutinya. Pemuda asing itu saya suruh tunggu di satu tempat. Ketika saya kembalil dari puri bersama Ketua Hisa0 Matsunaga kawanku tak ada lagi di tempat penantian. Aku bersama Ketua menyelidik tapi tak bisa usang lantaran dia harus cepat-cepat kembali ke sini.
Sebelum pergi saya menemukan sebuah shuriken menancap di batu. Ninja …. Jangan-jangan kawanku ltu… .?. telah dibunuh atau diculik 0leh ninja …."
"Kau salah n0na Akik0. Aku ada di sini. …" satu bunyi terdengar. Se0rang perjaka berpakaian dekil dan r0bek serta berambut g0ndr0ng muncul dari balik sebuah tiang bangunan. Akik0 Bessh0 berpaling dan hampir berteriak ketika melihat Pendekar 212 Wir0 Sableng tegak di depannya.
"Wir0! Kukira kau…."
* * *
SEPULUH
Murid Sint0 Gendeng tersenyum. Tapi tiba-tiba wajahnya kelihatan mengernyit.
"Eh , kau ibarat kesakitan…." kata Akik0.
"Saya lihat ada luka di paha dan lengannya ," kata Akira pula.
"Aku diserang lima 0rang ninja. Satu berhasil kubunuh. Satunya lagi kubabat buntung tangan kanannya.
Yang tiga berhasil membuatku babak belur kemudian menendangku hingga jatuh ke dalam jurang watu …."
"Jatuh ke dalam jurang batu?! Saya tidak percaya!
Bagaimana mungkin kini kau masih hidup?!" kata Akira Kasa! pula.
"Wir0 , ini Akira Kasai , putera mendiang Ketua N0b0ru KasaI…." Akik0 memperkenalkan.
Wir0 mengangguk kemudian membungkuk. Akira Kasai balas menjura kemudian menutup mulutnya menahan tawa.
"S0bat kecil , mengapa kau tertawa ?” tanya Wir0.
"Caramu membungkuk ibarat 0rang menahan buang air besar!" jawab Akira pula yang menciptakan Wir0 tertawa lebar dan garuk-garuk kepala.
"Wir0 , apa yang dikatakan Akira benar. Jika kau jatuh ke dalam jurang watu bagaimana kau bisa hidup dan bisa tiba ke sini walau dalam keadaan masih terluka?"
"Kau mungkin tak percaya. Kawanmu berjulukan Y0ri itu yang men0l0ngku."
”Y0ri ….?’
"Manusia bendera …."
"Hah! Y0ri si Bendera Darah! Bukankah dia sebelumnya bermaksud hendak membunuhmu!?’
"Betul. Tapi agaknya dia begitu takut padamu hingga menangguhkan kematianku."
"Tak bisa kupercaya."
"Dia juga yang meng0batiku dan berkata bahwa setelah saya membunuh dan melukai se0rang ninja , nvawaku akan terancam kemanapun saya pergi. Melihat apa yang terjadi di tempat ini saya merasa beruntung.
Kalau saja saya tiba lebih cepat pasti saya yang jadi target balas dendam ninja-ninja itu. Walau saya l0l0s dari l0bang jarum kematian namun nasibku buruk Kapak Maut Naga Geni 212 milikku dirampas kawannya ninja!"
"Ah , senjata itu bagimu sama saja dengan nyawamu ," kata Akik0.
"N0na Akik0 , jangan lupakan diriku. Bukan kalian saja yang punya kesulitan. Saya juga…”’
"Adik Akira maatkan saya …."
"Apakah kita bisa bicara di tempat lain sekarang?"
"Baik , kita bicara di tempat aman. Kawanku ini akanikut menemani …"
"Tunggu dulu. Saya tidak kenal perjaka asing ini sebelumnya. Apa dia bisa dipercaya?” tanya Akira Kasai.
"Kau bisa mempercayai dirinya ibarat kau mempercayai diriku …."
"Terus terang saya tidak bisa menyampaikan apakah saya mempercayaimu dan juga 0rang ini. Tapi saya tidak punya 0rang lain yang bisa diajak bicara…." Lalu Akira Kasai memutar tubuhnya. Dia berjalan di depan sekali menuju ke arah timur daerah akademi yang luas. Di belakang sebuah bangunan yang dijadikan gudang dimana keadaan sepi dan agak gelap anak ini berhenti.
"Di sini aman. Kita bicara di sini saja …." kata Akira. Dia melirik pada Wir0 sebentar se0lah masih meragu. Pendekar 212 garuk-garuk kepalanya.
"B0cah … :’
"B0cah …. Apa itu?” tanya Akira.
"Di negeriku b0cah artinya anak kecil …"
"0h …"
"Kalau kau kurang percaya padaku , biar saya pergi saja. Nanti saya kembali lagi ," kata Wir0 pula. Lalu dia memutar tubuh hendak meiangkah pergi.
"Tunggu , saya kira saya bisa percaya padamu ibarat saya percaya pada n0na Akik0."
"Bagus , kini katakan apa yang hendak kau sampaikan padaku …. ."
"Ini menyangkut surat warisan pengakuan Ketua yang tadi dibaca 0leh salah sese0rang sesepuh perguruan…"
"Ada apa dengan surat itu?’ tanya Akik0. Anak usia 14 tahun itu memandang dulu ke kiri dan ke kanan se0lah takut ada 0rang laln mendengar pembicaraan.
Lalu dengan bunyi perlahan dia berkata.
"Saya yakin surat yang dibacakan itu yaitu surat palsu."
"Tapi saya melihat sendiri pendeta Kamashaki menyerahkannya dalam ampl0p kuning tertutup pada Hisa0 Matsunaga di Puri Sanzen …."
"ltu yang mengherankan ," sahut Akira Kasai.
"Lalu apakah kau punya alasan atau bukti menyampaikan surat itu palsu?" bertanya pahlawan 212.
Akira Kasai mengangguk. "Saya melihat Ayah membubuhkan tanda tangan dan cap akademi pada surat pengangkatan pewaris Ketua itu. Waktu itu setetes tinta jatuh men0dai sudut kiri bawah surat. Ayah memaki dirinya sendiri lantaran ket0t0lannya itu. Namun saya lihat Ayah terus saja memasukkan surat itu ke dalam ampl0p kuning. Mengikatnya dengan benang , diberi lem dan diberi lak besar. Surat itu diserahkan pada saya dengan pesan sem0ga saya bersama beberapa pembantunya menyerahkan surat itu pada pendeta K0m0 di Puri Sanzen …."
"Kapan hal itu tejadi?" tanya Akik0.
"Sekitar satu bulan lalu."
"Akira-san , kau banyak mengetahui kejadian pada malam waktu Ayahmu dibunuh?’ bertanya Wir0. Ketika anak itu mengangguk Wir0 dan Akik0 minta sem0ga dia menceritakan. Sesaat setelah mendengar d0ngeng Akira , Wir0 lantas berkata.
"Ada kemungkinan Ayahmu lantaran kurang bahagia dengan n0da tinta di surat warisan , kemudian menciptakan surat gres mengganti surat yang kau terima?"
"Saya tidak yakin. Karena surat yang bern0da tinta itu hanya saya simpan satu malam. Bes0knya eksklusif dikirimkan pada pendeta K0m0."
"Melihat gelagat , Ayahmu ibarat tidak mempercayai keamanan di akademi …" kata Wir0.
"Saya tidak mengerti dan saya tidak tahu mengapa Ayah berbuat begitu."
"Sekarang sudah ada Ketua akademi yang baru.
Apa yang masih kau risaukan?" tanya Akik0 Bessh0.
"Siapa saja yang jadi Ketua saya tidak perduli.
Tapi saya mengira telah terjadi kecurangan. Pemalsuan surat warisan Ketua."
"Selain Hisa0 Matsunaga , siapa lagi pengurus di akademi yang berhak untuk jabatan itu?" tanya Wir0.
"Paman Shiger0 M0m0chi. Tapi syukur Ayah tidak mewariskan jabatan Ketua padanya …."
"Memangnya kenapa?’ tanya Wir0 lagi.
"Sifatnya kasar. Pemab0k. Walau hatinya baik , mana mungkin 0rang ibarat dia bisa diangkat jadi Ketua. Saya kira memang tepat kalau Ayah mewariskan jabatan Ketua pada paman Hisa0 Matsunaga. Hanya saja saya masih mencicipi ada sesuatu yang tidak beres …"
"Akira-san sudahlah. Hal itu tak perlu kau pikirkan berpanjang-panjang. Perguruan sudah punya Ketua baru. Bes0k mayat Ayahmu akan diperabukan …."
Akira terdiam. Baik Akik0 maupun Wir0 sama maklum kalau si anak masih belum puas. Agaknya belum seluruh unek-uneknya dikeluarkan.
"Adik Akira , mungkin masih ada yang hendak kau katakan?"Tanya Akik0.
Wir0 menguap lebar-lebar. Selain letih luka di kaki dan di lengannya terasa berdenyut sakit. Dia kemudian pergi duduk di sebuah kursi kayu dekat dinding gudang.
"Memang ada. Mungkin ini bisa dijadikan petunjuk siapa yang membunuh Ayah …."
"Kita semua tahu Ayahmu dibunuh 0leh ninja. Ada tiga kel0mp0k besar ninja di negeri ini. Tidak gampang untuk menyelidiki. Buktinya kau saksikan sendiri bagaimana mereka berani mendatangi tempat ini hanya lantaran tersinggung …."
Si anak tidak perdulikan ucapan gadis itu. Dia mem0t0ng. ‘Waktu saya melihat mayat Ayah pertama kali , saya melihat ada kelainan pada lima jari tangan kanan beliu …"
"Kelainan bagaimana?"
"Lima jarinya berada dalam keadaan ibarat habis mencengkeram. Setahu saya Ayah memang mempunyai ilmu pukulan disebut Lima Jari Dewa. Untuk mendapatkan ilmu itu Ayah harus melaksanakan perjalanan selama tujuh bulan ke sebuah pegunungan di Tibet. ltupun belum tepat betul. Menurut Ayah dia harus kembali lagi ke sana. Siapa saja yang terkena pukulan Lima Jari Dewa pasti menemui kematian atau cacat bertanda seumur hidup tubuhnya , tak bisa dihilangkan. Saya yakin sebelum terbunuh Ayah sempat melepaskan pukulan itu ke tubuh ninja. Kalau tidak mengapa jari-jari tangannya berada dalam keadaan mencengkeram. Saya mengerti tidak gampang mencari tahu siapa ninja yang terkena pukulan itu. Namun paling tidak kita sudah punya petunjuk …"
"Selain Ayahmu , apa ada pengurus akademi lainnya mempunyai ilmu Lima Jari Dewa itu?" bertanya Akik0. Akira Kasai menggeleng.
”’Cuma Ayah satu-satunya yang menguasai ilmu itu!” Akik0 memandang pada Wir0.
"Apa yang bisa kita lakukan?"
"Semua yang diceritakan anak ini dan semua yang terjadi yaitu urusan dalam perguruan. Kita tak bisa mencampuri dan melibatkan diri. Aku sendiri sedang resah lantaran menderita luka dan kehilangan kapak mustika. Namun mungkin semua yang terjadi di sini merupakan satu jalan bagiku untuk menyelidik ninja mana yang mencuri senjataku itu…!’” Wir0 memandang pada Akira kemudian berkata.
"S0batku kecil , saya akan melaksanakan apa saja untuk membantu menyingkap siapa pembunuh Ayahmu….."
Akira Kasai membungkuk. "Terima kasih gaijin …" katanya perlahan kemudian dia berpaling pada Akik0.
"Ada satu hal yang tidak saya mengerti dan ingin saya bicarakan denganmu!’
"Katakan saja …"
"lni menyangkut kejadian sewaktu r0mb0ngan kami dicegat ninja dalam perjalanan ke Puri Sanzen … ."
"Apa yang tidak kau mengerti Akira!”
"Ninja berlaku ganas. Mereka menumpas hampir semua angg0ta r0mb0ngan. Termasuk sahabat saya Ken0. Yang selamat hanya saya dan Paman Hisa0.
Namun waktu itu saya … !” Akira Kasai tidak meneruskan kata-katanya. Dari balik bangunan gudang terdengar bunyi 0rang batuk. Sesaat kemudian Hisa0 Matsunaga yang kini menjadi Ketua Perguruan Emerarud0 muncul di tempat itu.
"Maafkan kalau kedatanganku menggangu pembicaraan kalian. Jika memang ada urusan penting yang perlu dibicarakan , dalam bangunan besar ada beberapa ruangan bisa dipergunakan …."
"Kami kebetulan bertemu dan tidak bicara hal-hal penting ," kata Akik0 pula sambil tersenyum kemudian membungkuk.
Begitu juga Akira dan Wir0.
"Akira-san ," Hisa0 menegur , "Kau butuh istirahat lngat bes0k akan ada upacara panjang sebelum Ayahmu diperabukan. Mengapa tidak segera saja masuk kamar dan istirahat?"
"Maafkan saya paman Hisa0. Selamat malam untuk kalian semua ," jawab Akira. Sekali lagi anak ini membungkuk kemudian cepat-cepat ditinggalkannya tempat itu.
Hisa0 Mastunaga perpaling pada Akik0. "N0na Akik0 , bagimu telah kusediakan sebuah kamar untuk istirahat. Jika kau suka akan kuantar kesana kini juga …."
"Terima kasih. Ketua terlalu memperhatikan saya”
Hisa0 Matsunaga kini memandang pada Wir0. Rambut g0ndr0ng , kening diikat kain putih , pakaian r0bek serta luka di paha dan lengan.
"N0na Akik0 siapa pengemis asing ini?" Mulut Pendekar 212 hingga bergerak penc0ng mendengar 0rang menyebutnya sebagai pengemis. Dalam hati dia memaki panjang pendek.
"Dia sahabat saya. Maafkan kalau keadaannya m0rat marit. Dia barusan diramp0k 0rang di tengah jalan..!” dusta Akik0.
"Hemmm …. Banyak uang atau hartamu yang dirampas?" tanya Hisa0 Matsunaga pada Wir0 dengan senyum memperlihatkan ketidak percayaan.
"Sedikit. Cuma lima tail emas dan lima tail perak ,"
jawab Wir0 terpaksa berdusta sem0ga karangan Akik0 c0c0k dengan ucapannya.
"Ck …. ck …. ck …" Hisa0 Matsunaga berdecak.
"ltu bukan sedikit" katanya lagi-lagi dengan tersenyum tanda dia tidak percaya ucapan si g0ndr0ng tadi.
"N0na Akik0 , saya siap mengantarkanmu….."
"Terima kasih Ketua. Saya tak mau merep0tkan 0rang. Biar saya bergabung dengan para tamu lainnya di ruang besar upacara sembahyang …."
"Kalau begitu kemauan N0na saya tidak bisa memaksa ," kata Hisa0 Matsunaga pula. Lalu dia melangkah. Namun berhenti di hadapan Wir0 dan berkata.
"Saya menghargai kehadiranmu untuk melayat.
Tapi sesuai aturan , kau hanya diperkenankan duduk di barisan paling belakang tempat upacara …." Wir0 tersenyum.
"Saya sudah tahu. Tempat pengemis ibarat saya memang di situ …. Lagi pula saya kawatir duduk ramairamai di depan ….."
"Apa yang kau kawatirkan?" tanya Hisa0 Matsunaga heran.
"Saya kawatir beberapa tail emas yang masih ada dalam kant0ng pakaianku disambar 0rang …" jawab Wir0.
"Selamat malam ketua ," katanya kemudian Sambil membungkuk. Tanpa berkata apa-apa lagi Hisa0 Matsunaga tinggalkan tempat itu dengan cepat. Begitu 0rang pergi Wir0 berpaling pada Akik0 yang memandang padanya sambil tertawa geli.
"Nasibku buruk amat. Disangka pengemis 0leh Ketua Perguruan…!’
"Sudahlan. Dia cuma salah menduga dan menilai 0rang ," menyahuti Akik0 Bessh0.
"Bagaimana pendapatmu mengenai Akira Kasai…?
"Dia anak baik. Tapi saya punya firasat keselamatannya terancam." Jawab Wir0 p0l0s.
"Kalau begitu saya akan mengawasi dirinya secara diam-diam."
"Malam ini biar saya saja yang berjaga-jaga. Apa lagi tak ada gunanya saya berada di ruangan pembacaan d0a. Aku mana pandai berd0a cara kalian …" Habis berkata begitu Pendekar 212 Wir0 Sableng melangkah ke arah bangunan di mana tadi dilihatnya Akira masuk.
Dia melambaikan tangan pada Akik0 Bessh0 kemudian berkelebat naik ke atas atap bangunan lain di seberangnya.
* * *
SEBELAS
LAPAT-lapat dari ruang besar tempat upacara d0a dilangsungkan terdengar bunyi 0rang membaca d0a tak berkeputusan. Tanpa diketahui 0leh 0rang-0rang akademi Emerarud0 , dua s0s0k hitam berkelebat cepat di kegelapan malam. Seperti cecak keduanya merayap cepat menaiki temb0k tinggi.
Ketika dua s0s0k hitam itu menyelinap naik ke atas atap kamar tempat tidur Akira Kasai , di suatu bukit kecil di dalam sebuah bangunan berbentuk kuil sese0rang menyalakan lilin di atas sebuah meja watu berlumut. Di atas meja terdapat aebuah b0k0r tembaga Di dalam b0k0r ini tersimpan bubuk mayat sese0rang.
Nyala api lilin yang menari-nari tertiup angin menciptakan bayang-bayang menakutkan di dinding ruangan.
0rang yang menyalakan lilin membungkuk di hadapan meja watu hingga tiga kali kemudian perlahan-lahan jatuhkan diri berlutut. Sepuluh jari-jari tangannya dirangkapkan satu sama lain. Lalu diantara siliran angin malam terdengar dia berucap.
"Nenek …. Cucu telah menciptakan kesalahan besar.
Dua kali cucu berhasil menemuinya. Tapi dua kali pula cucu gagal membunuhnya. Kali pertama lantaran ajakan 0rang yang pernah menyelamatkan keh0rmatan cucu. Kali ke dua lantaran keb0d0han cucu sendiri. Yaitu cucu tidak bisa , tidak tega melakukannya. Setiap cucu melihat wajahnya ada perasaan aneh dalam hati cucu. Nenek Arashi Cucu m0h0n maafmu. Agaknya cucu tidak akan pernah bisa membunuhnya. Kalau ini satu d0sa besar , mulai dari kini hukumlah diriku …."
0rang yang berucap di depan meja watu yang dijadikannya meja sembahyang itu terdiam sesaat , berusaha membendung air mata yang hendak keluar dari kedua matanya.
Tiba-tiba bunyi hatinya ibarat ber0ntak dan di telinganya se0lah mengiang kata-kata. Cucu tidak berbudi. Mana keberanian yang kutempa selama dua belas tahun dalam dirimu! Mana kekuatan batin yang kutanamkan dalam tubuhmu! Mana hawa sakti yang mengalir dalam darah dan setiap denyut jantungmu!
Jangan perasaan menguasai pikiranmu. Aku tahu kau tiba-tiba jatuh cinta padanya. Cinta! ltulah kelemahan pangkal bahala yang akan membunuhmu! Aku tidak meminta banyak padamu. Hanya satu! Bunuh perjaka asing itu! Atau arwahku akan membayangi selama hidupmu!
0rang di depan meja watu katupkan jari-jari tangannya satu sama lain hingga mengeluarkan bunyi berkereketan. Di kejauhan tiba-tiba terdengar bunyi l0l0ngan anjing menciptakan dia tercekat. Laiu dia berdiri lurus-lurus memandangi b0k0r di atas meja watu berlumut. Setelah membungkuk tiga kali dia berkata.
"Nenek Arashi , saya harus pergi sekarang. Lain kesempatan saya akan menyambangimu lagi di sini …."
Sampai di luar kuil dia tegak tertegun. Dia tidak tahu harus pergi kemana. Akhirnya dia menuruni bukit sepembawa kakinya Angin dan udara malam yang hirau taacuh tidak diacuhkannya.
KEMBALI ke Perguruan Emerarud0. Suara 0rang membaca d0a masih terdengar wabu kini mulai mengalun perlahan. Dua s0s0k hitam di ganjal bangunan dengan cepat menyelinap ke bawah cucuran atap.
Sretttt…. sretttt!
Mereka mer0bek dinding kertas dengan sebuah alat berbentuk pisau kecil. Di lain kejap tanpa ada yang mengetahui keduanya telah menyelinap masuk ke dalam kamar tidur Akira Kasai.
Saat itu putera mendiang bekas Ketua Perguruan N0b0ru Kasai memang telah bersiap untuk istirahat membaringkan diri di atas selembar kasur tipis. Sebelum berbaring dia merasa perlu memanjatkan d0a terlebih dulu bagi arwah Ayahnya. Pada ketika itulah tiba-tiba dia melihat dua s0s0k hitam mener0b0s masuk ke dalam kamar dan tanpa bunyi mereka menjejakkan kaki di atas tatami.
"Shin0bi!" seru Akira Kasai dengan pengecap kelu.
Wajahnya menjadi pucat. Ninja di sebelah kanan menganggukkan kepala. Melihat tanda ini ninja di samping kiri segera menghunus katananya. Cahaya maut berkilau dari tubuh pedang. Rasa takut yang menyelubungi diri Akira tiba-tiba saja lenyap. Berubah dengan dendam kebencian.
"Kalian pasti persekutuan ninja yang membunuh Ayah! Saat ini kalian pasti juga hendak membunuhku!
Kalian kira saya takut mati?!"
Dua ninja tak menjawab.
Tiba-tiba Akira jatuhkan diri diri di lantai. Dia berguling ke kepala kasur di mana terletak pedang miliknya.
Namun sebelum dia bisa menyentuh senjata itu , ninja di sebelah kanan cepat mel0mpat kemudian menginjak lengan anak ini.
Akira Kasai menjerit keras. Dengan bunyi bergetar lantaran amarah dan juga kesakitan anak ini berkata.
"Aku tidak takut mati! Ay0 bunuh!"
Ninja yang memegang pedang tidak tunggu lebih lama. Senjata di tangannya di tetakkan ke kepala Akira Kasai.
Wutttt!
Sesaat lagi kepala anak itu akan terbelah tiba-tiba dinding kiri kamar jeb0l. Satu bayangan merah berkelebat dan trang! Sebilah katana melesat ke depan menangkis tusukan pedang ninja.
"Ninja merah!" teriak dua ninja hitam hampir bersamaan. Kejut keduanya bukan 0lah-0lah. Terutama ninja yang senjatanya kena tangkis. Lengannya bergeletar.
Jan-jarinya terasa pedas panas. Selagi dia masih dilanda kaget tiba-tiba satu tusukan menderu ke dadanya. cepat ninja ini berkelit ke samping sambil menangkis. Dari samping kawannya ikut membantu.
Tranggg!
Tiga pedang beradu keras. Bunga api memercik terang dalam kamar. Dua pedang di tangan ninja menjepit pedang ke tiga hingga tak bisa bergerak.
Namun yang punya senjata malah keluarkan bunyi tertawa.
"Kau inginkan pedangku silahkan ambil!" Pedang dilepas. Bersama dengan itu s0s0k ninja merah melesat ke atas. Dua ninja hitam memburu dengan pedang mereka. Dari atas ninja merah melepaskan pukulan tangan k0s0ng. Serangkum angin dahsyat menderu.
Dua ninja hitam berseru kaget begitu senjata mereka bergetar keras dan tak bisa ditusuk atau dibac0kkan.
"Lepaskan senjata rahasia!" teriak ninja sebelah kanan. Serentak dia dan kawannya gerakkan tangan kiri melepaskan senjata rahasia berbentuk bintang. Lawan yang diserang jatuhkan diri ke lantai sambil ulurkan tangan menjangkau pedang yang tadi dilepaskannya dan ketika itu hampir jatuh di atas tatami.
Gerakannya ini sungguh luar biasa cepatnya hingga dua buah senjata rahasia yang dilemparkan ke arahnya tak berhasil menemui target , satu menembus dinding kamar terus melesat keluar satunya menancap di tiang kayu.
Ninja sebelah kanan keluarkan jeritan maut begitu pedang ninja merah menjeb0l perutnya. Tubuhnya eksklusif r0b0h. Darah bergenang cepat di atas tatami.
Ninja satunya menggemb0r marah. Sekali berkelebat pedangnya menyambar ke leher ninja merah yang masih berbaring di lantai. Dalam keadaan menelentang ninja merah tangkis serangan ganas itu. Dalam waktu bersamaan kaki kanannya menendang ke atas.
Dukkkk!
Ninja hitam meraung keras. Pedang lepas dari tangannya Sambil terbungkuk-bungkuk dia pegangi cuilan bawah perutnya yang hancur. Matanya membeliak terbalik-balik. Mati! Ninja merah sarungkan pedangnya. Ketika melewati tiang dimana menancap satu dari dua senjata rahasia tadi ninja merah mencabut dan memeriksanya.
"Hemmmm …. shuriken beracun …." gumamnya.
Lalu dia . cepat-cepat tinggalkan tempat itu. Ketika 0rang banyak memasuki kamar ltu Akira Kasai tertunduk di ganjal tatami sambil pegangi lengan kanannya yang sakit. Keringat hirau taacuh membasahi tubuhnya.
Yang muncul di tempt itu yaitu Shiger0 M0m0chi , Akik0 Bessh0 kemudian se0rang bau tanah pengurus akademi , ditambah delapan 0rang murid perguruan. Akik0 cepat memberikan pert0l0ngan. Se0rang andal urut cepat dipanggil. Atas pertanyaan Shiger0 M0m0chi , Akira kemudian menerangkan apa yang terjadi.
"Luar biasa malam ini. Ninja merah muncul hingga dua kali untuk men0l0ng kita ," kata 0rang bau tanah yang jadi pengurus perguruan.
"Pertama waktu empat ninja muncul di ruang pembacaan d0a. Lalu di sini."
"Aku merasa malu. Kejadian di tempat ini memperlihatkan kelemahan kita. Perguruan bisa diter0b0s begitu saja!" Kembali Shiger0 M0m0chi bicara. Dia berkata sambil memandang berkeliling. Murid-murid akademi tak ada yang berani melihat wajahnya.
Ada bunyi batuk-batuk. Ketua Hisa0 Matsunaga yang telah diberi kabar apa yang terjadi segera tiba ke tempat itu.
"Akira-san ," katanya.
"Mulai ketika ini kuharap kau pindah ke bangunan tempat kediamanku. Aku minta selusin angg0ta akademi menjaga kamarnya!
Satu hal kalian ingat. Jangan hingga 0rang luar tahu apa yang terjadi di sini. Kecuali kalau kalian semua mau dianggap 0rang-0rang t0l0l!"
Akira kemudian digend0ng , di bawa ke tempat yang dikatakan Hisa0 Matsunaga. Yang , lain-lain kecuali Shiger0 M0m0chi tinggalkan tempat itu.
"Ninja merah … ." desis Shiger0 M0m0chi sambil usap-usap dagunya.
"Siapa mahluk ini sebenarnya. Jika dia bisa muncul dalam waktu cepat berarti dia tadi masih berada di dekat-dekat sini …. Mungkin se0rang gagah salah satu dari para tamu……" Sementara Shiger0 M0m0chi melangkah menuju ruang besar tempat pembacaan d0a , Akik0 Bessh0 juga akal-akalan pergi ke ruangan itu.
Namun di satu tempat dia berputar , bergegas kembali.
Hanya saja kali ini dia tidak menuju bangunan dimana kamar Akira Kasai terletak , tapi ke bangunan di depannya dimana yaitu Pendekar 212 Wir0 Sableng bersembunyi di atap.
"Aku punya dugaan. Jangan-jangan gaijin ini yang menyaru jadi ninja merah …. !” tiba-tiba di atas atap bangunan tampak ada s0s0k tubuh bergerak.
"Huh itu dia! Mengg0s0k-g0s0k mata. Kelihatannya ibarat habis bangun tidur!" S0s0k di atas atap mel0mpat turun.
"Aku melihat kelainan pada wajahmu. Ada apakah.?"
"Wir0 , kau tadi berkata hendak mengawasi keselamatan Akira Kasai. Pecuma saja kau bermulut besar!"
"Eh , memangnya kenapa?" tanya Wir0.
"Dua ninja menyusup masuk hendak membunuh anak itu. Apa kau tidak lihat ….?”
"Astaga!"
"Ninja merah muncul lagi menyelamatkan anak itu….. ."
"Astaga!"
"Astaga! Astaga! Kau hanya bilang astaga! Apa saja kerjamu di atas atap sana?" Akik0 Bessh0 jadi kesal.
"Maafkan diriku. Aku ketiduran. Aku benar-benar latih dan luka- luka ditubuhku menciptakan saya rasanya kurang enak tubuh …. Tapi bagaimana bisa 0rang 0rang akademi keb0b0lan lagi ….. ?"
"Jangan salahkan mereka. Kau sendiri juga sudah keb0b0lan. Masih untungan anak itu tidak mati dibunuh Hanya cidera tangan kanannya…:”
"Astaga Kasihan betul …."
"Astaga lagi! Sudah tidur saja kau di atas atap sana!” saking kesalnya Akik0 Bessh0 kemudian tinggalkan Wir0.
"Ternyata bukan dia. Lalu siapa ninja merah itu?
Mungkin y0ri….? Atau Kamashaki pendeta Zen itu? “
Selagi Akik0 Bessh0 melangkah sambil berpikir-pikir itu dua s0s0k berjubah melangkah tanpa bunyi di belakangnya. Ternyata dua 0rang ini tidak mengikuti si gadis , melainkan menyelinap ke arah bangunan dimana tadi Akira Kasai dibawa.
Di ruang besar pembacaan d0a Hisa0 Matsunaga membaca d0a dengan khusuk. Kedua matanya dipejamkan. Sesekali matanya dibuka. Kali kesekian dia membuka mata dan menyapu para hadirin yang ada di ruangan itu , gres dia menyadari Sesuatu. Maka perlahan sekali dia berbisik pada Shiger0 M0m0chi yang ada di sebelahnya.
"Shiger0 , saya tidak melihat dua 0rang pendeta Zen yang tiba bersama Akira itu…."
shiger0 M0m0chi yang juga asyik membaca d0a buka kedua matanya. Lalu dipejamkan kembali. Seperti tak hirau dia berkata. "Mungkin mereka sudah pulang…"
Kalau betul berarti sungguh tidak s0pan per-buatan mereka. Tidak minta diri pada tuan rumah Apalagi upacara pembacaaan d0a belum selesai. Disamping itu mereka selayaknya menunggu hingga selesai upacara perabuan jenazah. Jangan-jangan mereka berkeliaran ke mana-maria..:”
"Mungkin saja mereka lelah membaca d0a kemudian jalan melihat-lihat bangunan akademi kias ," jawab Shiger0 lagi.
”melihat-lihat malam-malam begini? Hatiku merasa kurang enak." kata Hisa0 Matsunaga.
Kalau begitu biar saya mencari di mana mereka berada."
Shiger0 hendak hangkit berdiri. Padahal bekerjsama ketika itu dia ingin kembali ke kamarnya untuk meneguk minuman keras. Mulutnya terasa pahit dan tengg0r0kannya se0lah kering.
"Biar saya saja yang pergi. Kau tetap di sini ," kata Hisa0 Matsunaga kemudian mendahului berdiri.
Shiger0 M0m0chi memperhatikan kepergian sang ketua sambil berkata-kata sendiri dalam hati. "Anak itu menciptakan keadaan menjengkelkan. tiba-tiba saja dia menjadi sangat Penting. Mengapa ada persekutuan ninja yang menginginkan nyawanya? Ninja bekerja hanya atas dasar bayaran. Kalau dibayar berarti ada yang membayar. Siapa? Mengapa …. ?"
Dua pendeta Zen mendekam di balik sebuah p0t besar Memandang ke depan mereka melihat sekitar dua belas 0rang angg0ta akademi berjaga-jaga di dekat bangunan di mana Akira Kasai berada. Di ruangan dalam masih ada empat 0rang lagi melaksanakan pengawalan.
Sambil memandang berkeliling salah se0rang pedeta Zen berbisik pada temannya. " Aku sebetulnya tidak suka pekerjaan macam begini. Kalau bukan pendeta Kamashaki yang menyuruh saya lebih enak membisu di kamarku , berd0a sambil tidur-tiduran …"
Mendiang Ketua N0b0ru Kasai punya hubungan sangat baik dengan kita. Sangat pantas kalau pendeta Kamashaki meminta kita menyelamatkan anak itu , Pendeta agaknya telah punya firasat atau bisa melihat apa Yang bakal dialami anak itu. Ini semua berdasar pada kenyataan bahwa Ayahnya meninggal secara tidak wajar. Sese0rang telah menyuruh membunuhnya , Lalu mungkin 0rang yang sama pula yang menginginkan surat warisan jabatan Ketua itu..”
"Kalau saya b0leh menuduh dan m0h0n ampun pada Dewa atas ucapan dan jalan pikiranku ini , saya punya dugaan Wakil Ketua Shiger0 M0m0chi lah yang jadi biang keladi dibalik semua ini.agaknya dia maklum kalau kelakuan dan tindak tanduknya selama ini tidak memungkinkan dirinya diangkat jadi Ketua. Dia berusaha mencuri surat warisan untuk mengubah isinya. Ternyata Wakil Ketua Hisa0 Matsunaga bertindak lebih cepat mengamankan surat itu …."
Pendeta Zen yang satu lagi terdiam sesaat. Dia memandang berkeliling sekali lagi. "Kurasa aman. Lekas kau bertindak , jangan ng0m0ng saja. Kita tak punya waktu banyak…."
Kawannya kemudian mengeruk saku jubah. Dia mengeluarkan sebuah k0tak kecil yang ujungnya berbentuk pipa r0k0k. Ujung ini didekatkannya ke mulut. Penutup k0tak dibuka kemudian dia meniup. Dari dalam k0tak berhembus keluar asap tipis bewarna kelabu. Begitu terkena siliran angin asap ini terus menyebar dan menyungkup bangunan di depan sana cepat sekali.
Dua belas 0rang anak murid akademi tiba-tiba saja merasa mengantuk. Mereka menguap berulang kali kemudian satu demi satu jatuh terkapar , tertidur pulas. Di dalam bangunan empat 0rang pengawal lainnya menyusul karam dalam kantuk yang tidak tertahankan lagi hingga alhasil jatuh pulas. Akira Kasai yang ada dalam kamar lebih cepat tertidur. Anak ini melingkar dl atas kasur tipis tak tahu apa-apa lagi.
"Sekarang.. " bisik pendeta Zen di sebelah kanan.
Lalu mendahului berlari ke arah bangunan. Kawannya berkelebat mengikuti. Akira Kasai yang mereka temui dalam kamar segera saja digend0ng. Keduanya kemudian keluar dari bangunan , sengaja melewati pintu belakang.
Begitu mereka hingga di tangga terbawah satu bunyi menegur dari tempat gelap.
"Bukan main Dua pendeta Zen ternyata penculikpenculik busuk Hendak kalian bawa kemana anak itu.?!”
* * *
DUABELAS
DUA pendeta Zen tersentak kaget. Yang berada di depan segera bergerak melindungi temannya yang membawa Akira Kasai.
0rang yang menegur keluar dari kegelapan.
Ternyata dia yaitu Hisa0 Matsunaga Ketua Perguruan Emerarud0 yang baru.
"Ketua Matsunaga , harap kau jangan salah paham.." kata pendeta Zen yang berdiri di sebelah depan.
"Aku tak pernah salah paham. Kalian yang salah paham! Perguruan Emerarud0 selama puluhan tahun telah menggalang tali persaudaraan dengan Puri SanZen. Ternyata di antara kalian ada manusia-manusia culas. Atau mungkin pimpinan Puri yang memberi perintah ….?”
Hisa0 Matsunaga bicara dengan seringai sinis dan sebentar-sebentar tangan kanannya mengusap dada kiri.
"Ketua Matsunaga , kami hanya menjalankan tugas. Kami bukan menculik anak . ini , tapi justru mau menyelamatkannya. Kau sendiri tahu bagaimana berturut turut dia hendak dibunuh …."
Hisa0 Matsunaga kembali menyeringai kemudian batukbatuk beberapa kali. "Tidak disangka para pendeta pandai berdusta mencari dalih …."
"Kami tidak berdusta. Kami benar-benar ingin menyelamatkan anak ini …"
”Turunkan anak itu , letakkan di tanah!" hardik Hisa0 Matsunaga. Lalu dia batuk-batuk kembali. Tangan kanannya lagi-lagi digunakan untuk mengusap dada.
"Kami tidak bisa melakukannya …." Marahlah Ketua Perguruan Emerarud0 itu. Sekali l0mpat saja dia sudah berada di hadapan pendeta yang menggend0ng Akira. Tangan kanannya bergerak ke punggung dimana menjulur gagang pedang.
"Cabut pedang kalian!"
"Kami para pendeta mana pernah membawa senjata? !"
"Bagus! Kalau begitu biar kupatahkan batang lehermu dengan tangan k0s0ng!" Habis berkata begitu Hisa0 Matsunaga eksklusif menyerang pendeta di sebelah belakang. Tapi kawannya di sebelah depan cepat memapasi seraya berkata :
"Lekas larikan anak itu. Biar saya menghadapi Ketua Perguruan barang sejurus dua jurus!"
"Pendeta kurang ajar!" hardik Hisa0 Matsunaga kemudian hantamkan tangan kanannya ke tengg0r0kan sang pendeta. Perkelahian tak sanggup dihindari lagi.
Para pendeta di Puri Sanzen selain mendalami ilmu agama juga banyak yang mempunyai ninjutsu atau kepandaian silat serta kesaktian yang cukup tinggi. Dua diantara mereka yaitu yang kini berada di akademi itu. Gerakan pendeta yang eksklusif menghadapi sang Ketua kelihatan lemah gemulai ibarat penari. Namun setiap gerakan yang dibuatnya mengeluarkan hawa hirau taacuh hingga Hisa0 Matsunaga berlaku hati-hati.
Berlawanan dengan sang pendeta gerakan gerakan Hisa0 Matsunaga justru cepat , deras dan ganas. Hanya dalam waktu lima jurus pendeta itu dibentuk terjengkang ke tanah muntah darah. Satu j0t0san mengandung hawa sakti yang dihantamkan Hisa0 Matsunaga dengan telak mengenai dadanya.
Berhasil mer0b0hkan pendeta satu itu Hisa0 Matsunaga segera mengejar pendeta satunya yang membawa kabur Akira Kasai. Sadar kalau dia tak bisa mel0l0skan diri pendeta ini terpaksa turunkan anak yang di gend0ngnya ke tanah kemudian menghadapi Hisa0 Matsunaga. Ternyata pendeta ini kepandaiannya jauh lebih rendah dari temannya tadi. Hantaman tepi telapak tangan Hisa0 Matsunaga tak sanggup dikelitnya.
Krakkk!
Lehernya patah. Nyawanya lepas sebelum tubuhnya rubuh menyentuh tanah!
Saat itu Akira Kasai telah terjaga dari tidurnya jawaban sirapan asap aneh pendeta Zen tadi. Sambil mengucak-ucak kedua matanya dia memandang berkeliling dan dapatkan dirinya terbujur di atas tanah.
"Eh , di mana diriku inl?’ dia bertanya sendiri kemudian memandang berkeliling. Saat itulah dia melihat Ketua Hisa0 Matsunaga tengah mengayunkan tangan memukul patah batang leher pendeta Zen. Dengan terkejut si anak mel0mpat berdiri.
"Paman Ketua ……"
Hisa0 Matsunaga memandang berkeliling. Dilihatnya ada beberapa 0rang mendatangi dari jurusan tempat pembacaan d0a. Di depan sekali Shiger0 M0m0chi.
"Lekas masuk ke kamarmu!" teriak Hisa0 Matsunaga. Tapi untuk sesaat lamanya si anak masih tegak tertegun. Saat itulah tiba-tiba dari salah satu atap bangunan melayang turun satu s0s0k merah. Hisa0 Matsunaga terkejut sekali lantaran sambil melayang 0rang ini lepaskan pukulan tangan k0s0ng yang mengeluarkan bunyi angin menderu , menciptakan Ketua Perguruan ini terhuyung-huyung kalau tidak lekas mel0mpat ke samping.
"Nlnja merah!" seru Hisa0 Matsunaga. Sementara itu Shiger0 M0m0chi dan bebera 0rang yang mendatangi hanya tinggal belasan langkah dari tempat itu. Di antara mereka kelihatan pula Akik0 Bessh0.
"Hai!" teriak Shiger0. Hisa0 Matsunaga juga membentak keras ketika keduanya melihat bagaimana nlnja merah dengan satu gerakan kilat menyambar tubuh Akira Kasai. Ketika dia hendak berkelebat pergi memb0y0ng si anak Shiger0 M0m0chi menghadang dengan tebasan pedang.
Ninja meran mel0mpat ke kiri. Dari jurusan ini dia mendengar bunyi berdesir. Sebilah katana menyambar ke arah punggungnya. Serta merta ninja merah hunus pedangnya pula. Tanpa men0leh dia sapukan senjatanya ke belakang.
Tranggg!
Dua katana saling beradu memercikkan bunga api. Ninja merah jatuhkan diri ke tanah. Sambil mengepit tubuh Akira dia bergulingan. Tiga katana tiba menyambar.
Satu dari Shiger0 M0m0chi , satu dan Hisa0 Matsunaga dan yang ketiga dari Akik0 Bessh0. Tiga kali terdengar bunyi berdentrangan. Walau dia sanggup menangkis tiga hantaman pedang namun pedang di tangan ninja merah tergetar keras.
"Cincang bedebah inil Selamatkan Akira-san!" teriak Hisa0 Matsunaga.
"Tunggu dulu!" Yang berseru yaitu Shiger0 M0m0chi.
"Tahan semua serangan!"
"Shiger0 apa maksudmu?!" tanya Hisa0 Matsunaga hampir berteriak dan berusaha menahan marahnya.
"Sebelumnya ninja merah ini men0l0ng kita sewaktu empat ninja hitam muncul. Sekarang dia hendak melarikan anak itu! Aku perlu menanyai siapa dirinya bekerjsama dan mengapa dia melaksanakan semua ini?!"
"Si pemab0k t0l0l!" maki Hisa0 dalam hati Hati dia berkata.
"Shiger0 , 0rang jelas-jelas hendak menculik putera mendiang Ketua! Kau masih hendak bicara berbaik-baik …. Sungguh aneh!" Dia terbatuk-batuk lagi.
"Kau benar Ketua! Justru lantaran semua terasa aneh saya ingin menyingkapkan tabir kecacatan ini! Dua pendeta Zen juga melaksanakan keanehan! Apa kau tak. .."
"Shiger0! Kau kembali saja ke ruang pembacaan d0a. Biar mahluk merah ini saya yang membereskan!
Adalah t0l0l kalau dalam keadaan ibarat ini kau mau ng0br0l dengan musuh!" Mendengar kata-kata Hisa0 Matsunaga itu Shiger0 Makara meradang.
"Kalau itu mau Ketua terserah saja!" katanya. Lalu dia membalikkan tubuh. Matanya membentur Akik0 Bessh0. Dia mendelik pada si gadis.
"Kau juga aneh! Kau 0rang luar! Mengapa ikut campur urusan kami?!"
"Wakil Ketua Shiger0. Maafkan kalau saya telah bertindak lancang. Tapi bagiku Akira sudah ibarat adik sendiri mengingat hubungan Ayahnya dengan mendiang guruku. Lagi pu la…" Si gadis tidak meneruskan ucapannya. Saat itu dalam amarah yang tak terbendung lagi Hisa0 Matsunaga mel0mpat dan menyergap ninja merah dengan satu serangan kilat. Untungnya yang diserang tidak berlaku lengah. Sekali tangan kanannya bergerak pedangnya menangkis pertengahan tubuh pedang Hisa0 hingga tangan masing-masing tergetar keras.
Hisa0 berlaku cerdik. Begitu pedang saling menempel dengan cepat dia mend0r0ng. Ketua gres akademi Emerarud0 ini memang dikenal sebagai mempunyai hawa sakti yang sanggup mengeluarkan tenaga luar biasa kuatnya. Tetapi alangkah kagetnya dia ketika tibatiba tenaga d0r0ngannya seperti berbalik menggempur dirinya sendiri. Semakin dic0banya semakin terd0r0ng dia kebelakang.
Selagi Hisa0 Matsunaga berusaha mempertahankan diri dari tekanan lawan tiba-tiba ninja merah hentakkan kaki kanannya menghantam tanah. Ketua akademi itu mencicipi tanah yang dipijaknya ibarat dilanda gempa. Tubuhnya terhuyung-huyung. Dia bertahan mati-matian dengan sekuat tenaga sem0ga tidak jatuh.
Tapi bukan saja dia kalah tenaga malah dari mulutnya kelihatan ada darah meleleh! Tenaganya se0lah punah. Tubuhnya terhuyung ke belakang beberapa langkah. Saat itulah pedang di tangan ninja merah berkelebat. Hisa0 Matsunaga c0ba menangkis tapi meleset.
Breetttl
Dada kim0n0 Hisa0 Matsunaga r0bek besar mulai dari pertengahan perut hingga ke pundak kiri. Perut dan dadanya tersingkap lebar tubuhnya jatuh terlentang di tanah. Pedang di tangan ninja merah menyusul berkelebat mengikuti arah jatuhnya sedetik kemudian ujung pedang telah menempel di tengg0r0kan Hisa0 Matsunaga.
Saat Itu Shiger0 M0m0chi sudah tak ada lagi di situ. Beberapa 0rang murid akademi dan juga Akik0 Bess0 tertegun tegang. Agaknya nyawa sang Ketua tidak tert0l0ng lagl. Namun rupanya ninja merah tidak bermaksud membunuhnya. Karena dengan cepat dia memasukkan pedangnya ke dalam sarung kemudian dengan cepat pula dia berkelebat lenyap dari tempat itu. Akira Kasai ikut lenyap bersamanya.
"Ninja merahl Tunggu!" seru Akik0.
Yang diteriaki sudah lenyap dari pemandangan. Tapi si gadis dengan nekad berusaha mengejar.
* * *
TIGABELAS
AKlRA Kasai merasa ibarat mau tanggal jantungnya dibawa iari sekencang itu.
"Nin …. ninja merah …. Kau mau membawa saya kemana? Kau juga mau membunuhku..? Untuk bertanya begitu anak ini berusaha menindih rasa takutnya hingga suaranya tersendat bergetar.
"Siap bilang saya mau membunuhmu. Malah saya ingin kau selamat ..:” ninja merah menjawab.
"Aku membawamu ke tempat aman.
"Ah , gadis itu masih saja mengikutiku!" Ninja merah membatin.
"Anak , kau tahu tempat yang baik dimana kau bisa tinggal sementara dengan aman!?”
"Eh , bagaimana ini? Kau bilang mau membawa saya ke tempat aman. Mau menyelamatkan diriku.
Sekarang mengapa malah bertanya? Dan mau meninggalkan saya?!"
Kau usang tinggal di daerah ini. Pasti tahu seluk beluk daerah ini. Aku tak ingin ada 0rang mendatangimu lagi dengan maksud keji mau membunuhmu. Disamping itu ada satu urusan besar yang harus saya selesaikan …"
"Kalau begitu kau turunkan saja saya di tengah jalan ini!" kata Akira Kasai pula.
"B0leh saja! Tapi c0ba kau lihat ke belakang. Ada sese0rang mengejar. Jika kau kuturunkan apa kau merasa pasti si pengejar itu tidak akan memisahkan tubuh dan kepalamu?!" Mendengar hal itu Akira Kasai jadi bergeming juga.
"Saya rasa lebih baik ikut kemana kau pergi saja ," kata si anak kemudian. Ninja merah tersenyum dan berlari terus. Makin usang makin kencang. Akira melihat p0h0n-p0h0n yang mereka Iewati laksana hantu-hantu hitam berkelebat
C0ba kau lihat. Apa 0rang yang mengejar masih ada di belakang?" ninja meminta sumbangan anak yang dikepit di sisi kirinya itu.
"Masih. Malah kini ada dua ," jawab Akira Kasai.
"Hah?! Apa katamu?!" Ninja merah berpaling.
Memang benar. Di belakangnya kini ada dua 0rang yang mengejarnya. Tak terang siapa satunya. Ninja kertakkan rahang. Kedua tumit kakinya tidak menginjak tanah lagi.
Larinya benar-benar kilat laksana hembusan angin hingga beberapa waktu kemudian dia bisa l0l0s dari dua pengejar.
"lni daerah 0kaza. Tak Jauh dari sini ada sungai kecil … !” tiba-tiba Akira berkata.
"Kau anak pandai ," ujar ninja merah.
"Kalau kita menuju ke sana apa ada tempat yang k0ndusif bagimu? ”
"Sepanjang sisi sungai daerah peladangan.
Biasanya ada beberapa buah gudang sayur di sekiar situ!”
"Kita menuju ke sana! Kau tunjukkan saja jalan nya!" Ninja merah mempercepat larinya. Tak usang kemudian sungai yang dikatakan Akira Kasai kelihatan memanjang dalam ke gelapan di lamping sebuah lembah subur. Di kiri kanan sungai merupakan daerah peladangan.
Memang benar di situ terlihat beberapa buah bangunan gudang tempat penimbunan sayur sebelum diambil 0leh para tengkulak. Ninja membawa Akira ke sebuah gudang terdekat. Keadaan di sini sunyi dan gelap.
"Kau berani kutinggal sendiri di sini?” tanya ninja merah setelah menurunkan si anak dari kempitannya.
Akira Kasai memandang berkeliling. Hatinya berdebar juga.
"Ninja merah , apa bekerjsama yang hendak kau lakukan hingga kau tega- teganya meninggalkan diri saya sendirian di sini?"
"lni bukan s0al tega atau tidak ," jawab ninja merah.
"Aku tidak bisa membawamu justru saya kawatir jiwamu terancam!"
"Kau tidak mau menyampaikan mau pergi kemana?"
"Kalau saya katakan kau pasti tidak percaya …."
"Bilang saja …."
"Aku mau menyerbu ke markas persekutuan ninja Nara!"
"Apa …. ? si anak terkejut dan mel0t0t.
"Saya melihat kau mer0b0hkan tiga ninja. Itu hebat! Tapi kalau kau mau menyerbu markas ninja itu yaitu gila!"
"Eh , gila kenapa?”
"Kau mau bunuh diri?!" tukas si anak.
"Hanya 0rang gila yang mau bunuh diri!" sahut ninja merah.
"Karena itu saya katakan kau gila. Kau tak bakal sanggup mener0b0s masuk markas mereka. Kalaupun bisa , tak mungkin sanggup keluar hidup-hidup!"
"Kau mau taruhan?!" tantang ninja merah.
"B0leh saja! Kalau saya kalah akan kuserahkan padamu katana yang tergantung di pinggangku. Kalau kau kalah saya minta pakaian ninja merahmu!"
"Hah?!" ninja merah berseru , tidak menyangka si anak akan meminta pakaiannya. Setelah berpikir sejenak dia berkata.
"Baik! Taruhan jadi!" Akira tertawa perlahan.
"Eh , kenapa kau tertawa? Ada yang lucu?!" tanya ninja merah.
"Kalau saya menang taruhan saya tak akan pernah sanggup pakaian merahmu. Karena kau sudah tewas di markas ninja Nara …."
"Ah , kau betul juga. Kalau begitu menyusul saja nanti ke sana …. Nah kini kau kutinggal dulu!
Masuk ke dalam gudang! Jangan sekali-kali berani keluar apapun yang terjadi. Kalau ada petani masuk sembunyi di balik tumpukan sayuran. Mengerti….?!"
"Hai!" jawab Akira Kasai. Ninja merah putar tubuhnya tapi si anak memegang lengannya.
"Tunggu dulu … ."
"Apalagi? Kalau mau bicara cepatlah. Waktuku tidak banyak. Sebentar lagi pagi tiba …."
"Ninja merah , saya tidak tahu siapa kau sebenarnya.
Tapi apakah saya bisa mempercayaimu?"
"Anak , kenapa kau bertanya begitu?’
"S0alnya ada hal penting yang harus kubicarakan.
Saat ini hanya ada kau …."
"Apa yang hendak kau bicarakan?"
"Banyak!”
"Waktuku sangat sedikit. Nanti saja kita bicara …."
"lni menyangkut surat warisan dan …"
"Kalau itu bisa kau bicarakan nanti dengan Ketua Perguruan …."
"Justru saya tidak mau bicara dengan dia …."
"Bicara dengan Wakilnya. Eh , kenapa kau tidak mau bicara dengan Hisa0 Matsunaga? “
"Karena saya tidak percaya padanya. Saya sangat curiga! Saya yakin dia yang jadi biang keladi kematian Ayah!” Ninja merah. terkejut mendengar kata-kata Akira Kasai itu. Dia menarik si anak ke dekat sebuah kursi panjang terbuat dari kayu dekat dinding gudang.
"Duduk. Kau bicaralah. Jika kau curiga pada 0rang kau harus punya bukti atau saksi."
"Saksi saya tidak punya. Tapi bukti ada!"
"ltu b0leh juga …."
“Mengenai surat warisan pengangkatan Paman Hisa0 Matsunaga. Saya yakin surat itu palsu. Waktu Ayah membuatnya ada tinta menetes di sudut kiri bawah surat. Saya diperkenankan menyidik surat itu. Ternyata n0da tinta itu tidak ada … ."
"Mmmmmm …." ninja merah bergumam.
"Mengapa hal itu tidak kau katakan terus terang pada Ketua Hisa0?
"Saya takut."
"Lanjutkan bicaramu."
"Saya yakin surat yang 0risinil disembunyikan 0leh Paman Hisa0. Atau sudah dimusnahkannya. Waktu Ayah memasukkan surat ke dalam ampl0p , saya sempat membaca bahwa yang diangkat Ayah sebagai pewaris jabatan Ketua yaitu Paman Shiger0 M0m0chi bukan Paman Hisa0 Matsunaga …."
"Kalau penglihatanmu betul rasanya tidak masuk nalar Ayahmu melaksanakan hal itu. 0rang pemabuk dan punya sifat kasar seperki Shiger0 mana mungkin dijadikan Ketua?!"
"Saya juga tidak mengerti. Tapi saya yakin Ayah punya alasan berbuat begitu. Semua 0rang memang tahu Paman Shiger0 punya sifat buruk. Banyak yang tidak suka. Terus terang saja saya juga tidak suka padanya. Tapi semua 0rang tahu hatinya baik …."
"Kalau kau tidak bisa mendapatkan surat warisan yang 0risinil , sulit untuk menciptakan urusan…."
"Siapa yang jadi Ketua kini bagi saya tidak s0al ," kata Akira Kasai.
“Tapi saja juga yakin bahwa Paman Hisa0 yaitu pelaku pembunuh Ayah saya …." Ninja merah tersentak 0leh rasa terkejut.
"Bagaimana kau bisa menuduh begitu? Bukankah Ayahmu mati dibunuh 0leh ninja?"
"Kelihatannya begitu. Tapi mungkin juga 0leh ninja b0h0ngan. Karena waktu Ayah meninggal , saya lihat kedudukan lima jari tangannya seperki habis melancarkan ilmu pukulan Lima Jari Dewa. Itu ilmu pukulan paling hebat di Jepang ketika ini. Siapa yang terkena pasti akan mati , kalaupun selamat akan cacat atau sakit-sakitan seumur hidupnya. Agaknya Ayah masih sempat melancarkan serangan itu pada pembunuhnya …."
"Lalu ….?
"Sejak malam terjadinya pembunuhan itu saya lihat Paman Hisa0 selalu batuk-batuk dan sering mengusap dada kirinya … ."
"Anak , hal itu tidak bisa kau jadikan bukti bahwa Ayahmu telah menghantamnya dengan pukulan Lima Jari Dewa dan bahwa Hisa0 Matsunaga yang membunuh Ayahmu …"
"Saya punya bukti lain. Waktu kau mer0bek pakaian Paman Hisa0 dengan ujung pedang , saya sempat melihat dada kirinya. Saya menyaksikan ada lima titik besar berwarna merah yang membengkak di dada kirinya. Itu yaitu bekas pukulan Lima Jari Dewa!"
Sepasang mata ninja merah tampak mendelik.
"Berarti Paman Hisa0lah yang dipukul Ayah dengan ilmu Lima Jari Dewa. Berarti dialah yang menyamar jadi ninja kemudian menyerbu akademi dan membunuh Ayah …."
"Aku ingat waktu berkelahi dengan Ketua Perguru-an itu. Ada kejadian yang mengherankan. Ketika dia menggemb0r tenaga untuk menahan tekanan pedangku , dari mulutnya keluar darah. Pertanda dia memang terluka di dalam. Akibat pukulan Ayahmu."
"Satu lagi ," menyambung si anak.
"Waktu r0mb0ngan kami diserang persekutuan ninja , semua anak murid akademi mati dibunuh. Mengapa Paman Hisa0 bisa menyelamatkan diri padahal terang saya lihat ketika itu dia sudah dikurung 0leh lima 0rang ninja. Tapi dia tidak dibunuh lantaran ninja-ninja itu memang 0rang bayarannya!"
"Akira , saya kagum dengan kecerdikanmu berpikir…" kata ninja merah pula.
"Kagum saja tidak ada artinya. Apakah kau juga bersedia men0l0ng mengungkapkan kekejian ini pada para pengurus Perguruan Emerarud0?
"Aku berjanji!" jawab ninja merah.
"Terima kasih …." kata Akira Kasai. Anak ini membungkuk dalam-dalam kemudian menyelinap masuk ke dalam gudang sayur. Tak usang setelah ninja merah lenyap dalam kegelapan malam , dari atas atap gudang sayur dua s0s0k tubuh melayang turun ke tanah.
"Kita menyebarkan kiprah ," kata s0s0k di samping kanan.
"Aku tetap di sini menjaga anak itu. Kau mengikuti ninja merah." Kawannya mengangguk.
"Hati-hatilah. K0mpl0tan ninja atau 0rang- 0rang dari Perguruan bisa muncul setiap ketika di tempat ini.
Sayang tadi kita tidak sempat mendengar apa yang dibicarakan anak itu dengan ninja merah. …"
* * *
EMPATBELAS
DINIHARI menjelang pagi. Di dua tempat.
Tempat pertama yaitu Perguruan Emerarud0. Upacara pembacaan d0a gres saja selesai dan akan dilakukan lagi pada ketika menjelang perabuan jenazah. Ketua akademi berada dalam kamarnya. Selesai berganti pakaian dia keluar menuju ke ruangan di mana telah menunggu beberapa pengurus termasuk Shiger0 M0m0chi.
"Ketua , bagaimana keadaanmu?" tanya Shiger0.
"Aku sudah minum 0bat. Keadaanku cukup sehat.
Apakah dua 0rang yang kusuruh menguntit kemana larinya ninja merah sudah kembali?" tanya Hisa0 Matsunaga.
"Belum Ketua …"
"Kita harus menyelamatkan dan mendapatkan anak itu kembali …" kata sang Ketua sambil pegangi dada kirinya. Di luar tiba-tiba ada bunyi derap kaki kuda.
Tak usang kemudian dua 0rang anak murid akademi yang mempunyai keahlian menunggang kuda secara luar biasa masuk. Setelah membungkuk salah se0rang dari mereka memberi lap0ran.
"Ninja merah lenyap , tak berhasil kami ketahui kemana perginya. Tapi putera mendiang Ketua N0b0ru Kasai kami ketahui bersembunyi di sebuah gudang sayur dekat sungai 0kaza. Di dekat gudang kami lihat n0na Akik0 Bessh0 berjaga-jaga."
"Gadis murid Hir0t0 Yamazaki itu memang sudah kucurigai. Kecurigaanku ternyata betul. Dia berk0mpl0t dengan pendeta dari Puri Sanzen , berk0mpl0t juga dengan ninja merah dalam menculik Akira Kasai! Aku akan menangani tuntas kasus ini!" Hisa0 Matsunaga masuk ke dalam kamarnya. Ketika keluar dipinggangnya kelihatan tersisip sebilah katana panjang yang gagangnya ada batu-batu permatanya. Ini yaitu pedang kebesaran milik Perguruan Emerarud0 yang telah berumur lebih dari tiga ratus tahun.
"Ketua ," tiba-tiba Shiger0 M0m0chi berkata sambil melangkah.
"Kau harus tetap berada di sini. Di antara para tamu. Upacara perabuan segera akan dilakukan siang nanti. Biar saya dan bawah umur yang turun tangan .. ."
"Tidak bisa Shiger0l Aku mempunyai kewajiban untuk menyelamatkan anak itu dan menghukum Akik0 Bessh0. Selesai upacara perabuan mayat saya bersumpah untuk mencari sendiri ninja merah hingga sanggup .. ."
"Tapi kau kelihatannya masih kurang sehat Ketua!"
"Siapa bilang saya kurang sehat” jawab Hisa0 Matsunaga kemudian srettt!
Pedang di pinggangnya dicabut. Sinar menyilaukan bertaburan. Dess… dess … dessssl Tiga buah patung yang terbuat dari watu dan terletak di atas sebuah meja panjang putus disambar pedang. Tiga kepala patung jatuh ke lantai tapi cuilan bawahnya tetap berada di atas meja. llmu kend0 yang dlmiliki sang Ketua memang hebat. Namun kehebatannya ini menjadi tanda tanya ketika dia bisa dir0b0hkan 0leh ninja merah sebelumnya.
Karena tak bisa dicegah Shiger0 M0m0chi alhasil hanya bisa membisu saja ketika Hisa0 Matsunaga dengan cepat meninggalkan akademi lewat jalan belakang.
Mereka memacu kuda masing-masing menuju daerah 0kaza. Hisa0 Matsunaga di depan sekali.
* * *
Tempat kedua ibarat biasanya setiap pagi d0y0 besar di markas ninja Nara selalu ramai dipergunakan untuk latihan banyak sekali macam senjata. Mereka hanya mengenakan celana panjang hitam tanpa baju dan epil0g wajah. Tubuh mereka mempunyai 0t0t-0t0t k0k0h.
Gerakan memainkan senjata ataupun ninjutsu sangat gesit dan ringan. Setiap gerakan mengeluarkan desiran angin.
Se0rang lelaki berusia setengah kurun dengan inezumi bergambar naga kepala tiga di dada kanannya berjalan seputar d0j0. Sesekali dia mendekati 0rang0rang yang berlatih untuk membetulkan kuda-kuda atau memberi tahu cara yang tepat melemparkan shuriken ataupun memainkan kusarigama dan kend0. 0rang ini yaitu Shimada Kagami. Dialah pimpinan tertinggi ninja kel0mp0k Nara , satu dari tiga kel0mp0k ninja yang paling ditakuti pada masa itu.
Di tengah ruangan tiba-tiba Shimada Kagami hentikan langkahnya. Dia memandang berkeliling kemudian berseru.
"Hentikan latihanl Apakah kalian tidak mencicipi ada kecacatan dalam ruangan ini?” Semua ninja yang ada dalam d0j0 ltu hentikan latihan mereka kemudian memandang pada pemimpin mereka. Salah se0rang dari mereka mend0ngak kemudian berkata.
"Memang ada keanehan. Ruangan ini terasa semakin hirau taacuh …" Ninja yang lainnya se0lah gres menyadari ikut mengiyakan. Lalu mendadak saja tubuh mereka mulai bergetar. Rahang menggembung dan geraham bergemeletukan. Hawa dlngin menyerang dengan hebat. Di tengah ruangan Shimada Kagami c0ba bertahan.Tapi tidak sanggup.
"Pada ekspresi d0minan hirau taacuh sekalipun tak pernah kejadian sedingin ini. Apa lagi ekspresi d0minan hirau taacuh sudah lewat!
Lekas kenakan pakaian kalian! Kembali ke tempat ini dalam hitungan ke tiga puluh!" Serta merta d0j0 itu menjadi k0s0ng. Shimada Kagami juga ikut lenyap. Tak usang kemudian dia muncul lagi dalam keadaan sudah berpakaian serba hitam mulai dari kaki hingga kepala.
Ninja-ninja lainnya menyusul muncul pula.
Semua lengkap dengan katana di pinggang atau di belakang punggung. Mereka tegak menyebar di ruangan latihan. Jari-jari tangan dikepal membentuk tinju. Lengan diluruskan ke depan sejajar pinggang.
"Kerahkan hawa sakti dari perut! Panaskan aliran darah!" teriak Shimada Kagami. Semua ninja melaksanakan apa yang dikatakan. Tapi hawa hirau taacuh yang menyerang bukannya berkurang malah semakin bertambah hingga banyak di antara mereka tertegak membisu ibarat membeku. Shimada Kagami membentak keras.
Tubuhnya melesat keatas langit- langit ruangan. Ada cuilan atap yang bergeser. Sesaat kemudian ketika dia melayang turun sebilah senjata yang memancarkan sinar perak menyilaukan tergenggam di tangannya.
Hawa panas yang keluar dari senjata ini ternyata bisa mengurangi dinginnya udara di dalam d0j0.
"Senjata luar biasal Benar-benar luar biasa!" kata Shimada Kagami. Senjata itu diputarnya di atas kepala.
Sinar putih berkiblat ke seluruh penjuru. Suara menggema ibarat ratusan taw0n mengamuk memenuhi ruangan dan bersamaan dengan itu hawa panas terasa semakin santar. Pada ketika inilah atap ruangan di ujung kiri tiba-tiba jeb0l. Satu s0s0k merah melayang ke bawah.
"Ninja merah!"
Seluruh angg0ta kel0mp0k ninja Nara termasuk pimpinannya menjadi gegerl Semua tidak bergerak.
Hanya mata masing-masing diarahkan tak berkesip pada ninja merah yang mereka lihat berdiri secara aneh.
Mahluk ini tegak dengan kaki terkembang. Dua tangan diangkat ke atas , telapak mengembang. Sepasang lengannya tidak berhenti menciptakan gerakan berputar.
Dari ke dua telapak tangan ninja merah inilah membersit keluar angin tajam sedingin es!
Semua ninja anak buah Shimada Kagami se0lah0lah telah menjadi beku tak sanggup lagi menggerakkan tangan atau kaki ataupun kepala mereka. Mereka tegak ibarat patung es!
Dalam murka mereka hendak membentak namun yang keluar hanya bunyi erang 0rang kedinginan! Hanya sang pimpinan yang masih sanggup bertahan. Namun lama-lama diapun tak sanggup memutar senjata yang dipegangnya. Perlahan-lahan tangan kanannya jatuh terkulai kesisi.
Ninja merah melangkah maju dan berhenti kirakira lima tindak dari hadapan Shimada Kagami.
"Aku tidak mau mendengar bantahan atau kedustaan! Ucapan ninja yaitu ucapan kesatria!
Beberapa anak buahmu menyerang se0rang pahlawan asing dekat sebuah jurang batu. Mereka merampas senjata berbentuk kapak milik pahlawan itu yang kini kau pegang.
Serahkan senjata itu , saya akan menyerahkannya pada sang pendekar. Lalu saya akan pergi dari sini tanpa menciptakan urusan jadi panjang! Kalau tidak kalian semua akan saya jadikan patung es!!"
"Ninja keparat! Kau pasti mahluk jadi-jadian!
Mempergunakan ilmu sihir untuk menciptakan kami tidak berdaya! Pengecut"
"Kau mau serahkan kapak sakti itu atau tidak!"
"Kau b0leh mengambil senjata ini setelah melangkahi mayatku!"
"Ninja s0mb0ng! Mari kita berkelahi dengan pedang. Kalau saya kalah kau b0leh bunuh diriku. Kalau kau kalah kau harus menyerahkan kapak bermata dua itu!" Sambil berkata begitu ninja merah cabut katananya.
Ujung senjata ini di usapkannya ke wajah dada dan perut Shimada Kagami. Aneh , ada hawa panas yang mengalir dari pedang terus masuk ke dalam tubuhnya hingga Shimada kini merasa hangat dan terbebas dari hawa sangat hirau taacuh yang menguasainya.
"Kau mendapatkan perjanjian atau tidak?!" tanya ninja merah begitu dilihatnya Shimada Kagami mulai bisa menggerakkan badan. Pimpinan ninja ini keluarkan bunyi mendengus. Kapak di tangan kanannya di lemparkan ke atas. Senjata ini menancap di salah satu bal0k penyanggah atap ruangan latihan. Lalu didahului dengan bentakan bergairah dia cabut katananya eksklusif menyerang ninja merah.
Dalam waktu singkat sepuluh jurus berlalu.
Shimada Kagami yang merasa berada di atas angin menggempur terus-terusan. Pedangnya bermetam0rf0sis bayang-bayang. Mendesak ninja merah habishabisan hingga 0rang ini kelihatan p0ntang panting menghindar atau menangkis cari selamat.
Lima jurus lagi berlalu. Shimada Kagami jadi penasaran. Semua anak buahnya juga jadi heran melihat pimpinan mereka tak sanggup mengalahkan lawan padahal perkelahian sudah berjalan lebih dari lima belas jurus. Padahal lagi sang lawan hanya memegang katananya dengan satu tangan , cara memegang pedang yang tak pernah mereka lihat selama ini!
Shimada berleriak keras. Pedangnya menetak deras dari atas ke bawah. Dari perutnya dia alirkan tenaga dalam.
Tranggg!
Dua katana beradu keras. Katana di tangan ninja merah terlepas dan mencelat ke atas.
"Saatmu mendapatkan kematian!" teriak Shimada Kagami. Ninja merah jatuhkan diri ke lantai d0j0 begitu pedang membabat.
Bretttl
Pinggang pakaiannya r0bek. Pedang di tangan Shimada menancap di lantai d0j0. Selagi dia berusaha mencabutnya ninja merah gulingkan diri ke samping.
Kaki kanannya berkelebat.
Bukkk!
Shimada Kagami mengeluh tinggi ketika tulang kering kaki kanannya dibabat tendangan lawan.
Pedangnya terlepas. Tubuhnya r0b0h ke lantai. Ketika dia menc0ba bangun dengan cepat , gerakannya kalah cepat dengan gerakan ninja merah. Saat itu lawan sudah tegak di atasnya. Kaki kanan ninja merah menginjak angg0ta rahasia dibawah perutnya.
"Kalau kau tidak mengaku kalah , kuhancurkan kemaluanmu!" mengancam ninja merah. Kaki kanannya ditekankan sedikit hingga Shimada Kagami mengerenyit kesakitan. Tangan kanannya ditepukkan berkali-kali ke lantai d0j0.
"Aku mengaku kalah! Kau b0leh ambil kapak itu Setelah mengambil kapak kau b0leh pergi dengan aman!" kata Shimada Kagami.
Ninja merah lepaskan pijakannya di selangkangan 0rang. Sekali l0mpat saja dia melesat ke atas untuk menyambar kapak mustika yang menancap di tiang penyanggah atap. Se0rang anak buah Shimada cepat mend0r0ng pintu geser , memberi jalan keluar pada ninja merah.
Ketika dia melangkah pergi tiba-tiba ada bunyi berdesir di belakangnya. Bersamaan dengan itu terdengar bunyi 0rang berteriak memberi ingat.
"Awas serangan pedang terbang!"
Ninja merah membalik sambil putar kapak di tangan kanan.
Traaaanggg!
Suara berdentrangan terdengar lima kali berturutturut.
Lima katana yang dilemparkan 0leh lima anak buah Shimada yang telah terlepas dari imbas hawa hirau taacuh mencelat berpatahan di udara.
Shimada Kagami berteriak murka pada lima anak buahnya yang telah melaksanakan kecurangan itu. Dia mel0mpat sambil membabatkan katananya. Namun eksekusi dari ninja merah tiba lebih dulu. Tiga kali kapak bermata dua menderu di udara. Tiga ninja terkapar mandi darah di lantai d0j0 , dua temannya menggelepar dengan leher hampir putus!
Keheningan dan ketegangan berdarah menggantung di tempat itu. Lalu terdengar bunyi serak Shimada Kagami.
"Kau telah menjatuhkan hukuman. Aku merelakan kematian mereka …" Lalu pimpinan ninja kel0mp0k Nara itu menjura dalam-dalam hingga tiga kali. Ninja merah balas membungkuk tiga kali kemudian tinggalkan tempat itu.
Sampai di luar bangunan dia memandang berkeliling mencari-cari.
Apa yang dicarinya itu segera memperlihatkan diri.
Dari atas atap bangunan satu s0s0k merah melayang turun.
"Mahluk Bendera Darah!" ujar ninja merah.
"Jadi kau tadi yang berteriak memberi peringatan.
Aku berterima kasih kau telah menyelamatkanku dari serangan maut lima katana tadi. Aku heran bagaimana kau tahu saya berada di markas ninja ini?"
"Aku dan Akik0 menguntitmu. Aku sulit mempercayai ilmu apa yang kau keluarkan hingga semua ninja itu termasuk pemimpinnya hampir kaku kedinginan?" Ninja merah tersenyum.
"Kau menyebut Akik0. Dimana gadis itu sekarang? “
"Di gudang di tepi sungai 0kaza … Kita harus ke sana sekarang. Aku ibarat punya firasat buruk …" Ninja merah melihat dua ek0r kuda dekat sebuah p0h0n. Dia memberi isyarat pada mahluk bendera kemudian berpaling ke arah bangunan dan berteriak.
"Pimpinan ninja Nara! Kami pinjam dulu dua ek0r kudamu!" Di dalam bangunan Shimada Kagami menjawab perlahan.
"Untung kau meminjam kudaku , kalau kau meminjam nyawaku berarti saya akan menghadap Dewa Kematian!"
* * *
LIMABELAS
KETIKA ninja merah dan insan Bendera Darah hingga di gudang sayur di tepi sungai 0kaza mereka terkejut mendapatkan Akik0 Bessh0 tengah bertempur mati-matian melawan Hisa0 Matsunaga dibantu 0leh enam 0rang murid Perguruan Emerarud0.
Gadis ini telah terluka di beberapa cuilan tubuhnya.
Tapi ibarat seek0r harimau betina dia menahan serangan lawan bahkan sesekali balas menyerang dengan sebat. Gadis ini berkelahi dengan membelakangi satu-satunya pintu gudang sayur. Dia sengaja mengambil kedudukan di pintu yang terbuka itu untuk mencegah lawan masuk ke dalam di mana bersembunyi Akira Kasai.
"N0na Akik0! Aku tidak segan-segan membunuhmu kalau kau tidak segera menyerah!" teriak Hisa0 Matsunaga.
"Ketua Perguruan Emerarud0! Antara kita tidak ada silang sengketa! Kalau kau tidak menyembunyikan sesuatu mengapa kau begitu nekad hendak membunuh diriku! Kau juga bertindak pengecut! Menger0y0k se0rang perempuan hingga tujuh 0rang!"
Hisa0 Matsunaga menyeringai buruk.
"Jelas-jelas kau ikut terlibat dalam penculikan putera mendiang Ketua kami! Masih bisa bilang tidak ada silang sengketa!"
"Kau salah sangka.."
"Diam!" hardik Hisa0 Matsunaga. Dia putar pedangnya dengan sebat kemudian kirimkan dua tusukan ganas berturut-turut. Dua kali terdengar bunyi berdentrangan sewaktu Akik0 berusaha menangkis serangan lawan.
Kali ke dua pedang di tangannya terpental lepas. Gadis ini terpekik kemudian mel0mpat mundur.
"Jangan harap saya akan mengampuni nyawamu!"
kertak Hisa0 Matsunaga kemudian menyergap dengan satu tusukan.
Akik0 Bessh0 masih sempat berkelit walau lagilagi ujung pedang sempat melukai pundak kirinya. Tangan gadis ini tiba-tiba terpentang mengeluarkan cahaya perak menyilaukan. Hisa0 Matsunaga dan enam anak murid akademi terkejut. Serentak mereka menyerbu bersamaan. Akik0 hantamkan tangan kanannya.
Wusssl
Sinar putih berkiblat. Hawa sangat panas menerpa para penger0y0k. Mereka cepat mel0mpat menjauh. Namun dua 0rang murid akademi terlambat bergerak. Tubuhnya terpental sampal lima kaki kemudian menggeletak mati di tanah dalam keadaan hangus!
"llmu iblis apa yang kau miliki?!" teriak Hisa0 Matsunaga dengan wajah berubah sementara empat murid akademi yang ada di situ menjadi pucat tak berani mendekat.
Akik0 Bessh0 tertawa tinggi.
"Kalau kau ingin tahu mendekatlah kemari!" katanya sambil siapkan "pukulan sinar matahari!" yang dipelajarinya dari Pendekar 212 Wir0 Sableng. Sekali ini tidak tanggung-tanggung. Dia kerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya.
Ditantang begitu rupa Ketua Perguruan Emerarud0 menjadi kalap. Dengan pedang terhunus dan berteriak keras dia menusukkan senjatanya kearah dada Akik0 Bessh0. Si gadis siap menyambut dengan pukulan sinar matahari. Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda mendatangi dari dua arah.
Dari selatan gudang menyusuri sungai yaitu Shiger0 M0m0chi bersama dua 0rang pengurus dan tiga 0rang murid perguruan. Dari sebelah timur gudang muncul ninja merah dan mahluk Bendera Darah.
"Tahan serangan!"
"Hentikan perkelahian!"
Tapi Hisa0 Matsunaga tidak mau perduli. Pedang nya terus ditusukkan. Akik0 menghantam.
"Akik0l Jangan!" satu teriakan terdengar begitu keras. Lalu satu sambaran cahaya menerpa ke arah pedang Hisa0 Matsunaga.
Trang!
Katana milik Perguruan Emerarud0 yang telah berumur ratusan tahun itu mental ke udara. Jatuh tepat ketika Shiger0 M0m0chi hingga di tempt itu. Dengan satu gerakan cekatan dia berhasil menangkapnya. Wakil Ketua akademi ini cepat mel0mpat turun. Sesaat dia memandang ke jurusan ninja merah yang tadi menangkis pedang Hisa0 Matsunaga dengan senjata berbentuk kapak mata dua. Lalu dia melirik pada insan Bendera Darah. Setelah itu dia berpaling pada Akik0 Bessh0.
"N0na Akik0!" hardik Shiger0 M0m0chi.
"Kau terang bersalah dikarenakan telah menculik putera mendiang Ketua kami..!” Pintu gudang sayur tiba-tiba terbuka. Satu bunyi terdengar menyahuti ucapan Shiger0 M0m0chi tadi.
"Paman Shiger0 , tak ada yang menculik diri saya.
Mereka semua malah berusaha menyelamatkan saya dari tangan berdarah Paman Hisa0 Matsunaga!"
Dari dalam gudang keluarlah s0s0k Akira Kasai.
Paras Hisa0 Matsunaga mendadak s0ntak berubah.
Namun dia cepat menguasai diri.
"Akira! Syukur Dewa kau dalam keadaan selamat!" Akira Kasai tidak perdulikan ucapan sang Ketua. Dia melangkah ke arah Shiger0 M0m0chi.
Sampai di hadapan 0rang ini si anak berkata.
"Paman Shiger0 , saya mau memberi tahu bahwa Paman Hisa0 telah meniru surat warisan.
Seharusnya kaulah yang diangkat Ayah sebagai pewaris Ketua Perguruan..!” Beberapa pasang mata tampak mel0t0t.
"Akira! Kau ini bicara apa? Berani kau memfitnah dan memberi malu Ketua kita?! ujar Shiger0.
"Dia tidak memfitnah dan tidak memberi malu siapapun! Akira , katakan semua apa yang kau ketahui!"
kata Akik0 Bessh0 sambil bersandar ke dinding gudang sayur.
Akira Kasai memandang penuh kebencian pada Hisa0 Matsunaga kemudian anak ini berkata dengan bunyi lantang.
"Paman Hisa0! Kau juga yang membunuh Ayah!
Menyamar sebagai ninja Kau juga yang membunuh sahabatku Ken0!"
"Anak , kau jangan mengada-ada. Masakan aku.."
Hisa0 Matsunaga melangkah mendekati anak itu. Tibatiba cepat sekali tangannya menjambak rambut Akira. Si anak dibembengnya hingga menempel ke dadanya. Lalu sebuah pisau beracun yang tahu-tahu sudah ada di tangan kirinya diarahkan ke leher Akira.
"Siapa berani mendekat kug0r0k leher anak ini!"
kertak Hisa0 Matsunaga dengan wajah sebengis setan.
"Paman Shiger0 , saya tidak takut matil Ada bukti tanda pukulan Lima Jari Dewa yang dilepaskan ayah di dada kirinya!" berteriak Akira Kasai.
Shiger0 M0m0chi berteriak keras. "Hisa0! Apa benar yang dikatakan anak ini?”
"Benar atau tidak saya tak punya waktu buat menerangkan!" jawab Hisa0 Matsunaga. Lalu dia mundur ke arah seek0r kuda.
"Awas jikalau ada yang berani menghalangiku!" Dia mundur lagi dan hampir hingga ke kuda yang akan dipergunakannya melarikan diri sambil menyandera Akira Kasai.
Tapi tiba-tiba sekali ninja merah mel0mpat ke arahnya. Tangannya bergerak dua kali. Hisa0 Matsunaga mengeluarkan bunyi ibarat tercekik. Mulutnya tak bisa bersuara lagil Bersamaan dengan itu sekujur tubuhnya menjadi kaku jawaban dua t0t0kkan yang dilakukan ninja merah tadi. Semua 0rang yang ada di situ kecuali Akik0 Bessh0 jadi terkejut. Mereka memang pernah mendengar ihwal ilmu t0t0kan yang bisa membungkam bunyi dan melumpuhkan 0rang tapi seumur hidup gres sekali itu melihatnya.
Akira Kasai menggeliat. Dengan susah payah dia melepaskan diri dari rangkulan Hisa0 Matsunaga begitu turun di tanah anak ini hunus pedangnya. Semua 0rang menyangka anak ini akan menusukkan senjata itu ke tubuh Hisa0 Matsunaga ternyata dia hanya mer0bek kim0n0nya di cuilan dada kiri.
Bretttttt
Kim0n0 r0bek besar. Dada kiri Hisa0 Matsunaga tersingkap lebar Kelihatan lima bintilan merah di dadanya. Shiger0 M0m0chi medatangi sang Ketua dan memperhatikan dekat-dekat dada itu.
"ini memang bekas pukulan Lima Jari Dewa…." katanya.
"Hisa0! Kau benar-benar keji!" Shiger0 M0m0chi tampak sangat kecewa. 0rang ini putar tubuhnya membelakangi Hisa0 Matsunaga seperli hendak melangkah pergi. Tapi tiba-tiba dia membalik. Satu cahaya putih berkiblat.
Craassss!
Katana yang diayunkan Shiger0 M0m0chi membabat perut dan dada Hisa0 Matsunaga. Darah basahi kim0n0nya yang r0bek besar. Tubuhnya huyung kemudian r0b0h terlentang di tanah. Tak bergerak lagi , mati dengan mata mel0t0t.
Dari balik r0bekan pakaian tersembul sebuah benda berwarna kuning Akira Kasai tercekat. Anak ini mel0mpat kemudian mencabut benda kuning itu. Ternyata sebuah ampl0p.
Dengan tangan gemetar Akira membuka ampl0p kemudian mengeluarkan sehelai kertas yang ada di dalamnya.
Anak ini tidak membaca lagi apa yang tertulis di kertas itu tapi matanya eksklusif memperhatikan cuilan sudut bawah kiri. Di situ dilihatnya n0da tinta yang sangat dikenalinya. Dengan mata berlinangan Akira Kasai melangkah mendekati Shiser0 M0m0chi. Surat yang dipegangnya diserahkan pada 0rang ini. Shiger0 M0m0chi membaca surat itu.
Tiba-tiba tangannya tampak ber-getar. Mulutnya berhenti membaca. Sepasang matanya memandang pada Akira Kasai. Seperti tidak Percaya apa yang barusan dilihat dan dibacanya. Sebaliknya Akira Kasai mengusut air matanya dan memandang padanya dengan tersenyum
" Paman Shiger0 , itu surat warisan 0risinil yang dibentuk Ayah , Kaulah Pewaris jabatan Ketua Perguruan Emerarud0 yang syah.” Ketika dia hendak meluruskan tubuhnya. Shiger0 M0m0chi Cepat merangkulnya dan berbisik.
"Aku tidak percaya. Bagaimana saya insan kasar dan t0l0l ini diberi kepercayaan begitu besar 0leh ayahmu…"
"Ayah tahu apa yang dilakukannya. Asal saja kau jangan suka mab0k lagi Paman Shiger0 …"
Dua mata Shiger0 M0m0chi tampak berkata-kaca.
"S0al minuman itu. Hisa0 Matsunaga yang mengajarkan padaku. Dia mengirimkan banyak sekali minuman keras ke kamarku. Setiap hari. Sejak lima tahun yang lalu…..”
"Ah , berarti dia memang sudah mengatur jauhjauh hari. Sengaja menjadikan kau 0rang buruk dimata semua 0rang di perguruan. Kami semua tahu kau memang buruk rupa dan buruk sifat. Namun hatimu Seputih Salju di puncak Fuji dan jiwamu higienis sebersih bunga sakura yang mulai bersemi….”
Ucapan Akira Kasai itu sangat menyentuh perasaan Shiger0 M0m0chi hingga dia memeluk anak itu erat-erat sementara air mata jatuh membasahi pipinya.
"Paman Shiger0 , sembunyikan air matamu. Jangan Sampai ada 0rang lain yang melihat. Masakan Ketua Perguruan besar menangis ibarat anak kecil.."
Shiger0 M0m0chi mau tak mau jadi tersenyum.
Sambil mendukung Akira dia mendatangi ninja merah , mahluk Bendera Darah dan Akik0 Bessh0.
"Kalau tidak dengan sumbangan kalian bertiga , entah apa jadinya dengan Akira dan akademi kami. Aku atas nama Pribadi dan akademi Emerarud0 mengucapkan terima kasih besar…..”
Lalu Shiger0 M0m0chi membungkuk tiga kali.
Setelah itu dia berpaling pada Akik0 Bessh0.
"N0na Akik0 , kami harap kau suka ikut ke akademi untuk meng0bati luka-lukamu. Kau kelihatan pucat. Tubuhnya tentu lemas lantaran banyak mengeluarkan darah .. !”
Lalu Shiger0 berkata pada Bendera Darah dan ninja merah.
"Aku juga mengundang kalian berdua kembali ke perguruan…"
Sepantasnya saya mendapatkan undangan keh0rmatan dan peng0batan itu. Hanya dua temanku ini mungkin akan menyusul kemudian. Ada urusan penting yang harus mereka selesaikan.."
Habis berkata begitu Akik0 Bessh0 naik ke atas punggung seek0r kuda dibantu 0leh ninja merah Shiger0 juga naik ke atas kudanya sambil terus menggend0ng Akira.
"N0na Akik0.. Urusan pada maksudmu…?" Ninja merah tiba-tiba bertanya.
"Aku tidak merasa ada urusan apa-apa dengan mahluk aneh ini!"
Akik0 Bessh0 tertawa lebar. Dia dekatkan kudanya pada ninja merah kemudian membungkuk berbisik.
"Dia mencintaimu. Jangan kecewakan hatinya …"
"Kau gila… Masakan aku.. Lelaki atau perempuan nya pun saya tidak tahu …"
Ninja merah tak bisa meneruskan ucapannya lantaran ketika itu Akik0 Bessh0 sudah menggebrak kudanya dan tinggalkan tempat itu.
Tiba-tiba kelihatkan kuda yang membawa Shiger0 M0m0chi dan Akira berbalik mendatangi.
"Ada apakah?" tanya ninja merah. Dari atas punggung kuda Akira Kasai meluncur turun. Dia menanggalkan katana yang tergantung di pinggangnya kemudian menyerahkan pada ninja merah seraya berkata.
"Aku kalah taruhan. Kau b0leh ambil pedang ini..!”
"Heh ,. saya tidak sungguhan….." jawab ninja merah agak sungkan mendapatkan senjata itu.
"Sungguhan atau tidak terimalah sebagai tanda terima kasih saya …"
Ninja merah mau tidak mau mengambil pedang itu. Akira Kasai membungkuk kemudian dibantu Shiger0 anak ini naik kembali ke atas kuda.
Di ketika hari mulai terang-terang tanah kini di tempat itu hanya tinggal ninja merah dan insan Bendera Darah berdua saja yang tegak saling berhadap-hadapan.
"Gadis itu mencintaimu …" tiba-tiba meluncur ucapan itu dari ekspresi Bendera Darah.
"A … apa?!" Paras di balik epil0g wajah ninja merah jadi bersemu merah.
"Justru tadi dia bilang kau mencintaiku!" Kini wajah yang tersembunyi dibalik bendera- bendera merah itu yang jadi jengah kemerahan.
"Kau ini … siapa kau sebenarnya?" tanya ninja merah.
"Wajah dan sekujur tubuhmu tersembunyi di balik ratusan bendera."
"Kau sendiri siapa? bukankah kau Pendekar 212 Wir0 Sableng? Gaijin itu …?" balik berucap mahluk Bendera Darah.
"Aku tak kenal 0rang yang kau sebutkan itu!"
"Jangan berdusta! C0ba buka epil0g kepalamu!
Perlihatkan wajahnya! Jika kau memang se0rang ninja kesatria!"
"Aku tidak keberatan memperlihatkan diri ," jawab ninja merah. Lalu dengan tangan kanannya dibukanya kain merah yang menutupi kepala dan wajahnya.
Melihat wajah yang kini terpampang di depannya , mahluk Bendera Darah keluarkan seruan tertahan.
"Bukan dia! Makara kau memang bukan pahlawan asing berjulukan Wir0 itu..? "
“Kau kecewa….?” tanya ninja merah.
Mahluk bendera Darah tidak menjawab. Se0lah pada dirinya sendiri terdengar dia berkata perlahan.
"Lalu … kemudian kemana perginya perjaka itu …?" 0rang di depan Bendera Darah tertawa lebar.
"Jika kau mau memperlihatkan dirimu sendiri saya bersedia memberi tahu dimana perjaka itu berada!”
"Aku tidak percaya …"
‘Kalau begitu kau tidak ingin bertemu dengannya?" Bendera Darah tampak meragu. Dia menyerah.
"Baiklah , kau b0leh melihat diriku …" Lalu dia menciptakan gerakan cepat sekali ibarat 0rang membuka epil0g kepala dan pakaian. Ternyata ratusan bendera merah yang menancap ditubuhnya itu tersisip pada sebuah jubah tebal. Ketika jubah dibuka kelihatanlah wajah dan tubuhnya.
Ninja merah hingga ternganga terkesiap begitu melihat siapa yang tegak di depannya. Se0rang gadis bagus berambut c0klat , mengenakan sehelai pakaian kuning tipis sehingga lekuk tubuhnya yang bagus membayang.
"Namamu Y0ri… Benar…?" ninja merah bertanya.
Gadis bagus di hadapan ninja merah mengangguk.
"Sekarang tepati janjimu. Katakan dimana kau bisa menemui gaijin berjulukan Wir0 itu …"
"Dia ada di dekatmu ," jawab ninja merah. Ketika si gadis memandang berkeliling mencari-cari ninja merah cepat-cepat lepaskan t0peng tipis yang menutupi kepala dan mukanya.
"Tak ada siapa-siapa di sini. Kau berdusta!" kata si gadis seraya balik memandang ke depan kembali.
Lalu berubahlah parasnya. Merah terkejut tapi disusul dengan senyum gembira.
"Kau …!” katanya dengan pengecap ibarat kelu.
"Jadi selama ini kau menyamar menjadi ninja merah..!” Ninja merah garuk-garuk kepalanya.
"Aku hanya menuruti nasihatmu temp0 hari. Katamu setelah saya membunuh ninja maka kemanapun saya akan dikejar hingga mereka bisa membunuhku! Apakah kini setelah tahu siapa diriku kau akan memberitahu ninja? Atau mungkin kau sendiri yang hendak membunuhku lantaran masih dendam atas kematian nenek Arashi?" Si gadis geleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa.
"Wir0 ," katanya ,
"apakah kau akan cepat-cepat pergi ke Perguruan Emerarud0 memenuhi undangan Shiger0 M0m0chi tadi”
"Bersamaku ketika ini ada se0rang gadis bagus jelita. Adalah t0l0l kalau saya malah pergi melihat 0rang mati….."
Y0ri alias gadis Bendera. Darah tertawa cekikikan.
Wir0 mengembangkan ke dua tangannya. Tanpa ragu-ragu si gadis menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan perjaka itu. Ke duanya saling peluk dan masih terus bercumbu berangkulan walaupun hari mulai terang tanda malam telah berganti siang.
* * *
TAMAT
No comments for "Ninja Merah WIRO SABLENG Cerita Silat Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito"
Post a Comment